BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan proses interaksi mengajar yang melibatkan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Secara umum pembelajaran diartikan sebagai suatu sistem yang di

BAB I PENDAHULUAN. kompetensi (SK) : 13. Memahami pembacaan cerpen (KD) : 13.1

KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP)

KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP)

31. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Jolanda Dessye Parinussa, 2013

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

SILABUS PEMBELAJARAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

07. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Tarigan dalam Munthe (2013:1), dalam silabus pada KD 13.1 disebutkan, bahwa salah satu kompetensi yang harus

PEMERINTAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA DINAS PENDIDIKAN MUSYAWARAH KERJA KEPALA SEKOLAH (MKKS) SMP DKI JAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keberhasilan proses pendidikan di Indonesia tidak terlepas dari

BAB I PENDAHULUAN. merupakan pencapaian yang saling berhubungan. penting dalam kehidupan manusia. Kemampuan membaca merupakan dasar untuk

BAB I PENDAHULUAN. dibedakan atas empat aspek keterampilan, yaitu keterampilan menyimak,

BAB I PENDAHULUAN. dapat menghasilkan bunyi yang disebut dengan bahasa. laku bahkan kebiasaan-kebiasaan tokoh idolanya sendiri. Seperti misalnya jika

BAB I PENDAHULUAN. Keterampilan tersebut masing-masing harus dimiliki oleh siswa untuk dapat

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Indonesia sangat penting untuk dipelajari. adanya gagasan atau sesuatu yang hendak dikomunikasikan.

BAB 1 PENDAHULUAN. Kegiatan membaca erat kaitannya dengan proses belajar, seperti kita

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian INDAH KOMALA SARI, 2014

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada hakikatnya, belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi.

BAB 1 PENDAHULUAN. Tingkat Satuan Kurikulum Pendidikan (KTSP) merupakan penyempurna

memiliki tujuan pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah yakni siswa terampil berbahasa. Keterampilan berbahasa diajarkan kepada siswa agar mampu

BAB I PENDAHULUAN. Membaca merupakan proses pengolahan informasi visual dan. informasi nonvisual. Informasi visual merupakan informasi grafis yang

31. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu aspek kehidupan yang sangat mendasar bagi

I. PENDAHULUAN. Mata pelajaran IPS (Ilmu Pengetahuan Sosial) Terpadu di SMP terdiri dari studi

BAB 1 PENDAHULUAN. sadar merencanakan kegiatan pengajarannya secara sistematis dengan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu aspek yang turut menentukan pencapaian tujuan pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. maupun kewajiban sebagai warga negara yang baik. Untuk mengetahui

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa menduduki fungsi utama sebagai alat komunikasi dalam kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN. pembentukan prilaku sosial dan penanaman dasar keilmuan. Tentu saja, kemampuan numerik maupun kemampuan-kemampuan sosio-kultural.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses belajar merupakan rangkaian kegiatan siswa

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai model, pendekatan, strategi pembelajaran dan media pembelajaran yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia merupakan makhluk yang perlu berinteraksi dengan manusia

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF DENGAN TEKNIK DUA TINGGAL DUA BERTAMU (TWO STAY TWO STRAY) Hari Satrijono 1)

BAB I PENDAHULUAN. dicapai siswa yaitu menemukan pokok-pokok berita (apa, siapa, mengapa,

BAB I PENDAHULUAN. khususnya bahasa Indonesia sebagai salah satu mata pelajaran yang penting dan

34. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunadaksa(SMPLB D)

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran dengan lebih efektif, dinamis, efisien, dan positif yang ditandai

BAB I PENDAHULUAN. yaitu menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Berdasarkan aktivitas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Usaha pemerintah dalam mencerdaskan kehidupan bangsa terus dilakukan,

I. PENDAHULUAN. Salah satu tujuan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) sebagaimana

BAB I PENDAHULUAN. perubahan yang terjadi. Melalui bahasa, setiap individu dapat meningkatkan

I. PENDAHULUAN. berlaku sehingga bila kesadaran ini terwujud, maka seseorang dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. Penguasaan siswa tentang materi menulis bisa dikatakan sudah cukup

I. PENDAHULUAN. Dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 disebutkan salah satu Tujuan

Sumber/Bahan/Alat (8) Tak Putus Dirundung. Alokasi (7) Waktu. Penilaian (6) Pembelajaran. Kegiatan (5) novel. Indikator (4) Mampu.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan

II. TINJAUAN PUSTAKA. solusi dari masalah tersebut. Hal ini sesuai dengan pendapat Alhadad (2010: 34)

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini sangat berperan dalam upaya

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu kompetensi dasar yang harus dicapai oleh peserta didik dalam

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. lulus tidaknya seorang siswa. Oleh sebab itu mutu pelajaran Bahasa Indonesia di

KISI-KISI PENULISAN SOAL UJIAN SEKOLAH TAHUN PELAJARAN 2012/2013

APLIKASI PEMBELAJARAN SAINTIFIK DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY-TWO STRAY

KEMAMPUAN MENULIS CERPEN BERDASARKAN PENGALAMAN SISWA DI SMP NEGERI 17 KOTA JAMBI

KISI UJI KOMPETENSI 2014 MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA

BAB 1 PENDAHULUAN. kebahasaan dan keterampilan berbahasa. Pengetahuan kebahasaan meliputi

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR SISWA MELALUI PENDEKATAN PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING TIPE TWO STAY TWO STRAY

PROGRAM SEMESTER GANJIL TAHUN PELAJARAN 2016/ 2017

DINAS PENDIDIKAN KOTA SURABAYA KISI-KISI PENULISAN SOAL UJIAN SEKOLAH TULIS TAHUN PELAJARAN 2014/2015

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia berperan dalam. menumbuhkembangkan kemampuan berfikir kritis dan logis pada peserta didik.

I. PENDAHULUAN. Penguasaan bahasa Indonesia yang baik dan benar dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kurikulum 2013 merupakan kurikulum yang diterapkan oleh pemerintah

BAB 1 PENDAHULUAN. Menulis naskah drama merupakan salah satu kegiatan atau bentuk dari

BAB I PENDAHULUAN. yakni menulis karya sastra dan melisankan karya sastra. proses belajar mengajar, sehingga dapat mencapai hasil yang baik dan

Oleh: Muhammad Agus Sigit Sasmito Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah Purworejo

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Desi Sukmawati, 2013

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia yang berlangsung tanpa kehadiran bahasa. Bahasa sangat diperlukan dalam

BAB I PENDAHULUAN. secara komprehensif, baik fisik, mental, maupun emosional.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif melalui metode CIRC

2015 PENERAPAN TEKNIK MENULIS BERANTAI DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS ULASAN FILM ATAU DRAMA

Nas Haryati Suhardi Siti Cholisatul Hamidah Leo Idra Ardiana Sumiyadi. PUSAT PERBUKUAN Departemen Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN. terampil menulis, agar mereka dapat mengungkapkan ide, gagasan, ataupun

BAB III METODE PENELITIAN

SILABUS PEMBELAJARAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

34. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunarungu (SMALB B)

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi di tengah-tengah pergaulan dan interaksi sosial. Melalui penguasaan

33. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunanetra (SMALB A)

BAB 1 PENDAHULUAN. Kemampuan tersebut sudah diperoleh ketika ia sudah mulai belajar berbicara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sumbangan langsung terhadap berbagai bidang kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN. Sastra tumbuh, hidup, dan berkembang seiring dengan kemajuan peradaban

BAB I PENDAHULUAN. dari Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) ke Kurikulum Tingkat Satuan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia. Menurut Undang-undang Republik Indonesia nomor 2

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Devi Lamria Hasibuan, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Mardwitanti Laras, 2014 Penerapan Teknik Parafrase dengan Pengandaian 180 Derajat berbeda dalam pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. Keterampilan menulis merupakan salah satu kompetensi harus dikuasai

Atikah Anindyarini Yuwono Suhartanto

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dapat ditingkatkan, baik di kalangan nasional maupun. agar mutu kehidupan masyarakat dapat meningkat. Melalui pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu upaya untuk meningkatkan kualitas setiap

I. PENDAHULUAN. disebut proses komunikasi. Proses komunikasi berguna untuk menciptakan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pelajaran Bahasa Indonesia memiliki peran yang penting dalam

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembelajaran merupakan proses interaksi mengajar yang melibatkan komponen-komponen pembelajaran untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Komponen-komponen pembelajaran yang dimaksud antara lain: guru, materi, siswa, pendekatan dan metode, serta media pembelajaran. Dalam pembelajaran, guru perlu menetapkan pendekatan dan metode pembelajaran yang sesuai, mengembangkan materi pembelajaran sesuai dengan tingkat kemampuan siswa, mengatur lingkungan belajar agar siswa bergairah dan konsentrasi terhadap materi pembelajaran, merancang media yang sesuai dengan materi pembelajaran dan karakteristik siswa. Semua komponen tersebut saling berhubungan antara satu komponen dengan komponen yang lain untuk mencapai tujuan pembelajaran yang berkualitas dan optimal. Memperhatikan beberapa komponen tersebut di atas, salah satu komponen yang perlu memperoleh perhatian guru dalam proses pembelajaran adalah kemampuan memilih dan menetapkan pendekatan yang relevan dengan materi dan karakteristik siswa. Pendekatan itu sendiri adalah cara yang dilakukan guru dalam mengelola proses pembelajaran mulai dari memberikan tugas pada siswa hingga siswa memperoleh hasil belajarnya. Pemilihan pendekatan yang relevan sangat penting dalam pembelajaran, karena hal tersebut merupakan cara yang digunakan oleh

guru dalam mengelola proses pembelajaran sehingga dapat menumbuhkan motivasi, minat, dan daya serap belajar siswa. Selain itu, dengan keterampilan guru memilih pendekatan dan metode yang relevan akan membantu guru dalam menyiasati perbedaan individual siswa, membantu guru menciptakan iklim belajar yang kondusif sehingga tujuan pembelajaran akan tercapai secara optimal. Salah satu pendekatan yang dimaksud adalah pendekatan kooperatif. Dengan pendekatan kooperatif siswa akan berinteraksi secara aktif dalam kelompok. Pendekatan kooperatif sangat berkaitan erat dengan interaksi siswa dan siswa, serta siswa dengan guru. Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, pembelajaran bahasa Indonesia terdapat empat aspek keterampilan. Keempat aspek keterampilan itu adalah: (1) keterampilan mendengarkan, (2) keterampilan berbiccara, (3) keterampilan membaca, dan (4) keterampilan menulis. Keempat keterampilan tersebut saling berhubungan antara satu dengan keterampilan yang lain. Dalam penelitian ini penulis cenderung pada salah satu keterampilan yakni keterampilan membaca. Membaca menurut Smith (dalam Baradja, 1990: 105) adalah suatu aktivitas di mana si pembaca mencoba memahami ide-ide penulis melalui suatu teks. Jadi, membaca merupakan kegiatan memahami isi bacaan dan mencari informasi yang terdapat dalam bacaan. Melalui kegiatan membaca, siswa dituntut memahami isi bacaan untuk memperoleh berbagai informasi yang terdapat dalam bacaan.

Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), pembelajaran bahasa Indonesia kompetensi dasar khususnya keterampilan membaca di kelas IX meliputi: (1) menemukan makna kata tertentu dalam kamus secara cepat dan tepat sesuai dengan konteks yang diinginkan melalui kegiatan membaca memindai, (b) menemukan gagasan utama dalam teks yang dibaca, (c) menemukan informasi secara cepat dari tabel/diagram yang dibaca, (d) menemukan realitas kehidupan anak yang terefleksi dalam buku cerita anak baik asli maupun terjemahan, (e) menemukan masalah utama dari beberapa berita yang bertopik sama melalui membaca ekstensif, (f) menemukan tema, latar, penokohan pada cerpen-cerpen dalam satu buku kumpulan cerpen, (g) menganalisis nilai-nilai kehidupan pada cerpen dalam satu buku kumpulan cerpen, (h) menemukan gagasan dari beberapa artikel dan buku melalui kegiatan membaca ekstensif, (i) mengidentifikasi kebiasaan, adat, etika yang terdapat dalam buku novel angkatan 20-30 an. Dari beberapa kompetensi dasar dalam aspek membaca di atas, penelitian ini difokuskan pada kompetensi dasar Menganalisis nilai-nilai kehidupan pada cerpen dalam satu buku kumpulan cerpen. Cerpen merupakan cerita ringkas tentang kehidupan. Menurut Arifin (1991: 28) cerpen merupakan cerita rekaan yang memusatkan diri pada satu tokoh dalam satu situasi pada satu saat, hingga memberikan kesan tunggal terhadap pertikaian yang mendasari cerita tersebut. Dalam cerpen terdapat nilai-nilai kehidupan diantaranya: (a) nilai moral/ keagamaan, (b) nilai kemanusiaan/sosial, (c) nilai etika/norma, (d) nilai estetika/ keindahan. Setiap cerpen tentunya memiliki memiliki nilai-nilai kehidupan baik dari segi positif maupun negatif.

Tujuan yang diharapkan dalam pembelajaran membaca khususnya kompetensi dasar Menganalisis nilai-nilai kehidupan pada cerpen-cerpen dalam satu buku kumpulan cerpen. Siswa mampu menganalisis nilai-nilai kehidupan misalnya nilai moral, nilai sosial, nilai religius, nilai budaya pada cerpen-cerpen dalam satu buku kumpulan cerpen. Namun kenyataannya di lapangan, sesuai pengamatan dan hasil wawancara dengan guru bahasa Indonesia kelas IX di SMP Negeri 1 Telaga, bahwa para siswa belum mampu menganalisis nilai-nilai kehidupan pada cerpen dalam satu buku kumpulan cerpen. Hal ini terlihat dari hal-hal sebagai berikut: (a) siswa belum mampu memahami nilai-nilai kehidupan yang positif dan negatif dalam cerpen, (b) siswa belum mampu menganalisis nilai-nilai kehidupan yang positif dan negatif pada cerpen, (c) siswa belum mampu menyimpulkan nilai kehidupan dalam cerpen yang dapat menjadi teladan siswa, (d) metode yang digunakan guru adalah metode ceramah atau diskusi kelompok, (e) sebagian besar siswa tidak aktif dalam diskusi kelompok, (f) ketika diberikan teks cerpen, sebagian siswa tidak konsentrasi dalam membaca. Berdasarkan kenyataan di atas, maka peneliti tertarik untuk meneliti penerapan pendekatan kooperatif tipe Two Stay Two Stray pada pembelajaran menganalisis nilai-nilai kehidupan dalam cerpen berdasarkan KTSP di SMP Negeri 1 Telaga tahun ajaran 2013/2014. Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan tipe Two Stay Two Stray adalah pembelajaran yang dilakukan dengan cara mengelompokkan siswa dalam 4-5 orang dan kemudian dua orang dari masing-masing kelompok tersebut bertamu ke kelompok lain untuk menyimak

pembahasan dari kelompok tersebut untuk selanjutnya disampaikan kembali ke kelompok semula. Hal ini seperti yang dikemukakan oleh Sugiyanto (2012: 1) bahwa penggunaan metode Two Stay Two Stray memberikan kesempatan kepada kelompok untuk membagikan hasil dan informasi kepada kelompok lain. Selain itu, dapat meminimalisir rasa kegugupan siswa dalam melaporkan hasil diskusi mereka. Proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan kooperatif tipe Two Stay Two Stray, dapat membantu peran guru dalam melaksanakan proses pembelajaran sehingga berjalan dengan lancar dan terarah. 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan pembahasan pada latar belakang pemikiran dapat diidentifikasi beberapa masalah berikut ini. 1) Siswa belum mampu memahami nilai-nilai kehidupan yang positif dan negatif dalam cerpen 2) Siswa belum mampu menganalisis nilai-nilai kehidupan yang positif dan negatif pada cerpen. 3) Siswa belum mampu menyimpulkan nilai kehidupan dalam cerpen yang dapat menjadi teladan siswa. 4) Metode yang digunakan guru adalah metode ceramah atau diskusi kelompok 5) Sebagian besar siswa tidak aktif dalam diskusi kelompok, 6) Ketika diberikan teks cerpen, sebagian siswa tidak konsentrasi dalam membaca.

1.3 Batasan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah di atas, peneliti membatasi penelitian ini pada penerapan pendekatan kooperatif tipe Two Stay Two Stray pada pembelajaran menganalisis nilai-nilai kehidupan pada cerpen dalam satu buku kumpulan cerpen berdasarkan KTSP di SMP Negeri 1 Telaga Tahun Ajaran 2013/2014. 1.4 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: 1) Bagaimana langkah-langkah penerapan pendekatan kooperatif tipe Two Stay Two Stray pada pembelajaran menganalisis nilai-nilai kehidupan pada cerpen dalam satu buku kumpulan cerpen berdasarkan KTSP di SMP Negeri 1 Telaga tahun ajaran 2013/2014? 2) Faktor-faktor apa saja yang menghambat langkah-langkah penerapan pendekatan kooperatif tipe Two Stay Two Stray pada pembelajaran menganalisis nilai-nilai kehidupan pada cerpen dalam satu buku kumpulan cerpen berdasarkan KTSP di SMP Negeri 1 Telaga tahun ajaran 2013/2014? 3) Bagaimana mengatasi faktor-faktor penghambat langkah-langkah penerapan pendekatan kooperatif tipe Two Stay Two Stray pada pembelajaran menganalisis nilai-nilai kehidupan pada cerpen dalam satu buku kumpulan cerpen berdasarkan KTSP (2006) SMP Negeri 1 Telaga tahun ajaran 2013/2014?

1.5 Tujuan penelitian Pelaksanaan penelitian ini memiliki tujuan umum dan tujuan khusus sebagai berikut. 1.5.1 Tujuan Umum Adapun tujuan umum dalam penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran langkah-langkah penerapan pendekatan kooperatif tipe Two Stay Two Stray dalam pembelajaran menganalisis nilai-nilai kehidupan pada cerpen dalam satu buku kumpulan cerpen berdasarkan KTSP di SMP Negeri 1 Telaga tahun ajaran 2013/2014. 1.5.2 Tujuan Khusus Tujuan khusus penelitian adalah sebagai berikut ini. 1) Mendeskripsikan langkah-langkah penerapan pendekatan kooperatif tipe Two Stay Two Stray pada pembelajaran menganalisis nilai-nilai kehidupan pada cerpen dalam satu buku kumpulan cerpen berdasarkan KTSP di SMP Negeri 1 Telaga tahun ajaran 2013/2014. 2) Mendeskripsikan faktor-faktor yang menghambat langkah-langkah penerapan pendekatan kooperatif tipe Two Stay Two Stray pada pembelajaran menganalisis nilai-nilai kehidupan pada cerpen dalam satu buku kumpulan cerpen berdasarkan KTSP SMP Negeri 1 Telaga tahun ajaran 2013/2014. 3) Mendeskripsikan solusi untuk memecahkan faktor-faktor penghambat dalam langkah-langkah penerapan pendekatan kooperatif tipe Two Stay Two Stray pada pembelajaran menganalisis nilai-nilai kehidupan pada cerpen dalam satu

buku kumpulan cerpen berdasarkan KTSP di SMP Negeri 1 Telaga tahun ajaran 2013/2014. 1.6 Manfaat Penelitian Manfaat penelitian adalah sebagai berikut ini. 1) Bagi Siswa Meningkatkan motivasi, konsentrasi, semangat siswa dan kemampuan dalam menganalisis nilai-nilai kehidupan pada cerpen-cerpen dalam satu buku kumpulan cerpen. 2) Bagi Guru Melalui penelitian ini guru memperoleh pengalaman tentang penerapan pendekatan kooperatif tipe Two Stay Two Stray pada materi-materi yang lain dalam upaya meningkatkan kualitas pembelajaran bahasa Indonesia. 3) Bagi sekolah Penelitian ini dapat memberikan bahan masukan kepada guru-guru yang lain dalam perbaikan proses dan peningkatan mutu pembelajaran di sekolah. 1.7 Definisi Operasional Untuk menghindari kesalahan penafsiran, maka perlu diberikan penjelasan terhadap istilah yang berhubungan dengan penelitian 1) Yang dimaksud dengan penerapan dalam penelitian ini adalah pelaksanaan pendekatan kooperatif tipe Two Stay Two Stray berdasarkan langkahlangkahnya atau tata cara pelaksanaannya dalam pembelajaran bahasa Indonesia.

2) Pendekatan kooperatif tipe Two Stay Two Stray yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah pembelajaran dengan cara mengelompokkan siswa yang terdiri dari 4-5 orang siswa. Setelah berdiskusi dua orang dari masing-masing kelompok bertamu ke kelompok lain sementara dua orang diam di kelompoknya untuk menerima tamu dari kelompok lain. Tugas dari dua orang siswa yang bertamu yakni menjelaskan hasil diskusi pada kelompok asal sementara dua orang siswa yang diam di kelompok menyimak penjelasan dari kelompok yang bertamu. Selanjutnya dua orang yang bertamu kembali ke kelompok asal dan menjelaskan dan mencocokkan hasil diskusi mereka. 3) Pembelajaran menganalisis nilai-nilai kehidupan dalam cerpen yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pembelajaran yang memfokuskan pada analisis nilai-nilai kehidupan dalam cerpen. Nilai-nilai kehidupan dimaksud adalah nilai moral, sosial, religi, estetis, dan nilai etika. Jadi, yang dimaksud dengan penerapan pendekatan kooperatif tipe Two Stay Two Stray dalam pembelajaran menganalisis nilai-nilai kehidupan pada cerpen dalam penelitian ini adalah pembelajaran yang berorientasi pada kegiatan menganalisis nilai-nilai kehidupan dalam cerpen (nilai moral, sosial, religi, estetis, dan nilai etika) dengan cara mengelompokkan siswa antara 4-5 dengan prosedur 2 orang dari masing-masing kelompok bertamu ke kelompok lain sementara dua orang menerima tamu dari kelompok lain.