PELATIHAN KULTUR JARINGAN ANGGREK TAHUN 2013 MATERI 4 BAHAN TANAM (EKSPLAN) DALAM METODE KULTUR JARINGAN. Oleh: Paramita Cahyaningrum Kuswandi, M.Sc.

dokumen-dokumen yang mirip
KULTUR JARINGAN TANAMAN

Teknik Kultur In Vitro Tanaman. Bab I : Pendahuluan 9/16/2012

Topik VI. METODE BIOTEKNOLOGI TANAMAN

BIOTEKNOLOGI TERMINOLOGI DAN MACAM KULTUR JARINGAN

PENGARUH UMUR FISIOLOGIS KECAMBAH BENIH SUMBER EKSPLAN

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA FAKULTAS MIPA SILABI

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

I. PENDAHULUAN. Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) memiliki peran strategis dalam pangan

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PEMBELAJARAN (GBPP)

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Kacang tanah (Arachis hipogea L.) merupakan salah satu komoditas pertanian

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 TIPE KULTUR JARINGAN TANAMAN

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L] Merr.) adalah salah satu komoditas utama kacangkacangan

Isi Materi Kuliah. Pengertian Kalus. Aplikasi Kultur Kalus. Kultur Kalus 6/30/2011

I. PENDAHULUAN. Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan salah satu tanaman palawija yang

REGENERASI EKSPLAN MELALUI ORGANOGENESIS DAN EMBRIOGENESIS SOMATIK

Kultur Jaringan Tanaman Kopi. Rina Arimarsetiowati 1) Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, Jl. PB. Sudirman 90 Jember 68118

Kombinasi Embriogenesis Langsung dan Tak Langsung pada Perbanyakan Kopi Robusta. Reny Fauziah Oetami 1)

TINJAUAN PUSTAKA Kultur Jaringan Tanaman Eksplan

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max (L.) Merr.) merupakan komoditas pangan sebagai sumber

MIKROPROPAGASI TUMBUHAN

TEKNOLOGI KULTUR JARINGAN PERBANYAKAN TANAMAN SELAIN BENIH. Oleh : Nur Fatimah, S.TP PBT Pertama BBP2TP Surabaya

13/10/2012 PENDAHULUAN. REVIEW KULTUR JARINGAN CENDANA (Santalum album L.)

KULIAH DASAR BIOTEKNOLOGI

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Anggrek Tebu (Grammatophyllum speciosum) Anggrek tebu (Grammatophyllum speciosum) merupakan anggrek yang

TEKNOLOGI PERBANYAKAN BIBIT PISANG ABAKA DENGAN KULTUR JARINGAN DR IR WENNY TILAAR,MS

TINJAUAN PUSTAKA. Kedudukan krisan dalam sistematika tumbuhan (Holmes,1983)

I. PENDAHULUAN. Masalah mengenai tebu yang hingga kini sering dihadapi adalah rendahnya

Eksplorasi Metode Sterilisasi dan Macam Media Untuk Perbanyakan Durian Secara In Vitro

TINJAUAN PUSTAKA Botani, Penyebaran dan Manfaat Tanaman Jarak Pagar ( Jatropha curcas L.) Kultur Jaringan Tanaman

Eksplorasi Metode Sterilisasi dan Macam Media Untuk Perbanyakan Durian (Durio zibethinus, L.) Secara In Vitro

Gymnospermae, tentang keragaman struktur tumbuhan serta kaitanya dengan kondisi lingkungan.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. Mansur (2006) menyebutkan bahwa Nepenthes ini berbeda dengan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Repositori FMIPA UNISMA

MATERI PENGELOLAAN LABORATORIUM PETUNJUK PRAKTIKUM PERKECAMBAHAN BIJI ANGGREK. Oleh : Paramita Cahyaningrum Kuswandi, M.Sc.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. dalam kelas Liliopsida yang merupakan salah satu tumbuhan berbunga lidah dari

LAPORAN PRAKTIKUM KULTUR JARINGAN TANAMAN

TEKNOLOGI PERBANYAKAN BENIH PISANG dan STRAWBERI

BAB I PENDAHULUAN. mudah diperbanyak dan jangka waktu berbuah lebih panjang. Sedangkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi Tanaman Anggrek Vanda tricolor Lindl. var. suavis

HASIL TELAAH JURNAL ILMIAH. Tissue culture as a plant production technique for horticultural crops

Paramita Cahyaningrum Kuswandi ( FMIPA UNY 2012

REGENERASI TANAMAN SENGON (Albizia falcataria) MELALUI MULTIPLIKASI TUNAS AKSILAR DENGAN PENGGUNAAN KOMBINASI ZPT DAN AIR KELAPA SKRIPSI.

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI UNIVERSITAS GUNADARMA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. zat pengatur tumbuh memperlihatkan pertumbuhan yang baik. Hal tersebut sesuai

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Repositori FMIPA UNISMA

Tentang Kultur Jaringan

PENDAHULUAN. stroberi modern (komersial) dengan nama ilmiah Frageria x ananasa var

PERBANYAKAN TANAMAN. Oleh: Rommy A Laksono. Program Studi Agroteknologi UNIVERSITAS SINGAPERBANGSA

I. PENDAHULUAN. Nanas (Ananas comosus [L.] Merr) merupakan komoditas andalan dalam perdagangan buah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedudukan kacang tanah dalam sistematika (taksonomi) tumbuhan

Ketersediaan Eksplan, Tunas Aksiler dan Kalugenesis pada Perbanyakan Mikro Toona sinensis

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah the Queen of fruits ratu dari buah- buahan

Kultur Jaringan Menjadi Teknologi yang Potensial untuk Perbanyakan Vegetatif Tanaman Jambu Mete Di Masa Mendatang

BUDIDAYA TANAMAN ANGGREK. Paramita Cahyaningrum Kuswandi FMIPA UNY 2012

RESPONS PERTUMBUHAN TANAMAN ANGGREK (Dendrobium sp.) TERHADAP PEMBERIAN BAP DAN NAA SECARA IN VITRO

Dalam suatu tumbuhan yang mengalami perkecambahan terdapat: Planula : ujung batang yang akan menjadi sepasang daun, daun lembaga kotiledon kotiledon

MK. Kultur Jaringan Tumbuhan. Paramita Cahyaningrum Kuswandi ( FMIPA UNY 2012

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA Botani Melon

BAB I PENDAHULUAN. anggrek yang mendominasi pasar adalah anggrek impor, yaitu Dendrobium dan

LABORATORIUM BIAK SEL DAN MIKROPROPAGASI TANAMAN PUSAT PENELITIAN BIOTEKNOLOGI DAN BIOINDUSTRI INDONESIA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada awalnya kedelai dikenal dengan beberapa nama botani yaitu Glycine soja

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman tebu (Saccharum officinarum L.) tergolong dalam famili Graminae yaitu

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu merupakan tanaman perdu yang berasal dari Benua Amerika, tepatnya

PENDAHULUAN Latar Belakang

Teknologi Kultur Jaringan Tanaman. Bab I : Pendahuluan 3/24/2011

II. TINJAUAN PUSTAKA

PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN TUMBUHAN

Staf pengajar PS Pemuliaan Tanaman, Jurusan BDP FP USU Medan

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Melon (Cucumis melo L.)

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Tanaman karet merupakan komoditi perkebunan yang penting dalam

I. PENDAHULUAN. Anggrek bulan (Phalaenopsis amabilis (L.) Blume) merupakan jenis. pesona, bahkan menjadi penyumbang devisa bagi negara.

Kultur biji steril tomat

TINJAUAN PUSTAKA Botani Manggis

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

PEMBAHASA. Proses Pengadaan Bahan Tanaman

Prosiding Seminar Nasional Biotik 2015 ISBN:

BAB I PENDAHULUAN. tumbuhan di Indonesia merupakan sumber plasma nutfah yang sangat potensial

Perbanyakan In-Vitro Klon-Klon Unggul Lokal Kopi Bengkulu. Reny Fauziah Oetami 1)

GAHARU. Dr. Joko Prayitno MSc. Balai Teknologi Lingkungan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi

Kultur jaringan adalah salah satu metode yang digunakan dalam pengembangan

TINJAUAN PUSTAKA. Ubi kayu merupakan tanaman perdu yang berasal dari Benua Amerika,

Kultur Sel. Eksplan Kultur Sel

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Indonesia mempunyai aneka ragam tanaman hias, baik tanaman hias daun maupun

TINJAUAN PUSTAKA Phalaenopsis

I. PENDAHULUAN. Manggis (Garcinia mangostana L.) merupakan salah satu komoditas buah tropis

BAB I PENDAHULUAN. Myrtaceae yang memiliki pertumbuhan cepat (fast growing species). Spesies ini

Regenerasi Tanaman secara In Vitro dan Faktor-Faktor Yang Mempenaruhi

SKRIPSI. Oleh : RATRIANA RINDA FITRISWARI NPM :

Transkripsi:

PELATIHAN KULTUR JARINGAN ANGGREK TAHUN 2013 MATERI 4 BAHAN TANAM (EKSPLAN) DALAM METODE KULTUR JARINGAN Oleh: Paramita Cahyaningrum Kuswandi, M.Sc. PENDAHULUAN Metode kultur jaringan juga disebut dengan mikropropagasi, karena merupakan salah satu metode untuk perbanyakan tanaman dengan bagian tanaman berukuran kecil dalam kondisi steril. Mikropropagasi dapat dilakukan menggunakan salah satu dari empat cara (Mantell et al., 1985) : (1) menggunakan meristem yang ada dalam tunas aksiler, (2) menggunakan tunas apical dari tanaman induk, (3) melalui induksi meristem adventif baik dengan organogenesis maupun embryogenesis somatic, dan (4) induksi kalus dari organ, jaringan, sel atau protoplast. Organ maupun jaringan yang digunakan juga sangat bervariasi, tergantung pada tujuan dari pelaksanaan kultur jaringan yang dilakukan dan tipe tanaman induk. Eksplan yang digunakan sangat mempengaruhi hasil yang diperoleh karena masingmasing eksplan dipengaruhi oleh banyak faktor. Selain spesies tanaman yang mempunyai pengaruh genetis yang spesifik, terdapat pula pengaruh dari faktor lingkungan di sekitar pohon induk, umur tanaman dan jaringan yang akan digunakan sebagai eksplan. Eksplan yang dipilih juga dapat dibedakan tergantung teknik yang akan digunakan untuk menghasilkan planlet (bibit asal kultur jaringan yang siap ditanam pada media tanah). Beberapa eksplan disebutkan oleh Hartmann et al., (1997) yang tertera pada tabel 1. Page 1

Tabel 1. Teknik dan eksplan yang digunakan untuk regenerasi tanaman melalui kultur jaringan Struktur yang akan terbentuk Metode regenerasi Sumber eksplan Kegunaan Bibit Kultur biji Biji Perkecambahan biji anggrek Kultur embrio, embryo rescue, Embrio Untuk mikropropagasi melalui embrio atau untuk penyelamatan embrio hasil persilangan Planlet Kultur meristem Pucuk tunas < 1mm Mikropropagasi dan pembentukan bibit bebas virus Kultur tunas aksiler, nodia, umbi Organogenesis dengan tunas adventif Tunas dengan beberapa nodia Daun, internodus, akar,kalus Induksi tanaman Anther, pollen haploid Kalus micrografting Pucuk tunas sebagai scion dengan batang bawah Kultur kalus (media Jaringan vegetatif padat) Somatik embrio Kultur suspensi kalus Kalus hasil induksi pada media padat Mikropropagasi Mikropropagasi, induksi akar untuk tanaman transgenik Tanaman haploid, embrio somatik Eliminasi virus atau sebagai alternatif dari grafting konvensional Untuk penelitian lanjut, pemuliaan tanaman, transgenic, menghasilkan enzim, metabolit sekunder, dll Kegunaan seperti pada kultur kalus (media padat) Kultur protoplast Sel tanpa dinding sel Untuk penelitian fungsi sel dan menghasilkan varietas baru Induksi embriogenesis somatik Embrio atau jaringan di sekitarnya, kalus hasil induksi dari jaringan vegetatif Perbanyakan klonal tanaman induk atau menghasilkan embrio dari hasil transformasi Page 2

PENGARUH ASAL BAHAN TANAM (Pierik, 1987) : 1. Genotipe Kemampuan regenrasi tanaman sangat bervariasi. Tanaman dikotil biasanya lebih mudah beregenerasi daripada tanaman monocot. Tanaman gimnospermae juga terbatas kemampuan regenerasinya (kecuali pada fase juvenile/masih muda). Biasanya, tanaman yang dapat beregenerasi (membentuk organ baru dari potongan organ) dengan mudah secara in vivo, juga dapat beregenerasi dengan mudah secara in vitro. 2. Umur tanaman induk Jaringan meristematis mempunyai kemampuan regenerasi yang tinggi. Pucuk tunas dari bagian tanaman yang masih muda akan mempunyai sifat yang berbeda dengan pucuk dari tanaman dewasa. Sifat pucuk dari tanaman dewasa dapat berubah jika ditanam secara in vitro dan dilakukan sub kultur secara bertahap. Umur tanaman induk yang sama juga akan berpengaruh terhadap kondisi tanaman karena melalui berbagai kondisi seperti cuaca yang berpengaruh terhadap persediaan air, nutrisi dan cahaya untuk tanaman tersebut. 3. Umur jaringan atau organ Jaringan muda, yang lunak secara umum lebih mudah untuk ditanam secara in vitro daripada jaringan tua yang sudah berkayu. Kemampuan sel-sel di dalam jaringan yang mudah lebih mudah dalam pembelahan dan diferensiasi sel 4. Kondisi fisiologis Faktor ini sangat berpengaruh terhadap kemampuan sel untuk melakukan pembelahan dan diferensiasi secara in vitro. Kondisi fisiologis juga dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti sifat jaringan berupa jaringan vegetatif atau generatif, umur tanaman, dan dormansi. 5. Kondisi kesehatan tanaman induk Page 3

Tanaman induk yang sehat akan menghasilkan klon (hasil perbanyakan mikropropagasi) yang sehat. Oleh karena itu perlu diketahui kondisi tanaman induk sebelum mengambil jaringannya untuk kultur jaringan. 6. Kondisi / tempat tumbuh Tanaman yang berada di dalam greenhouse akan menghasilkan cabang yang lebih panjang daripada tanaman yang berada di tempat terbuka karena kemungkinan terjadinya etiolasi. Etiolasi terjadi karena cahaya yang diterima tanaman di dalam greenhouse lebih terbatas dibandingkan dengan tanaman di tempat terbuka. Pada tanaman tertentu, panjang hari dan suhu juga sangat berpengaruh terhadpa pembentukan organ-organ tertentu sehingga cahaya yang terbatas dan suhu di dalam greenhouse yang berbeda dengan di luar akan berpengaruh terhadap pertumbuhannya. 7. Posisi eksplan pada tanaman induk Istilah topophysis digunakan untuk menjelaskan fenomena dimana posisi eksplan pada tanaman induk mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan eksplan secara in vitro. Sebagai contoh, eksplan yang berasal dari bagian tanaman yang lebih tinggi akan lebh sulit untuk membentuk akar adventif daripada eksplan yang berasal dari bagian yang mendekati akar. Eksplan dari umbi tanaman juga ditentukan oleh potongan eksplan yang berasal dari bagian bawah atau bagian atas umbi. 8. Ukuran eksplan Secara umum lebih sulit untuk untuk menginduksi pertumbuhan dari struktur yang sangat kecil seperti sel, protoplast, atau titik meritem dari tunas. Struktur yang lebih besar seperti potongan daun, bagian batang atau umbi lebih mudah untuk membentuk tunas atau akar yang baru karena memiliki cadangan makanan yang lebih banyak dan hormon endogen untuk mendukung pertumbuhan eksplan in vitro. Perlukaan pada permukaan eksplan juga berpengaruh terhdap penyerapan nutrisi dari media sehingga pemotongan yang tepat untuk jenis eksplan tertentu akan menentukan keberhasilan regenerasi tanaman dengan metode kultur jaringan. Perkecambahan biji anggrek secara in vitro juga sebaiknya ditanam tidak terlalu menyebar karena pertumbuhan Page 4

dan perkembangannya akan lebih baik jika saling berdekatan. Hal tersebut dinamakan mass effect atau community effect. 9. Posisi eksplan pada media Eksplan dapat diletakkan pad amedia dengan posisi sesuai asalnya yaitu bagian bawah eksplan menempel pada media (posisi polar) atau dibalik sehingga bagian bawah menjadi di atas (posisi apolar). Pada spesies tertentu hal ini akan mempengaruhi pertumbuhan akar dan tunas yang muncul dari eksplan. 10. Nurse effect Istilah nurse effect digunakan untuk menjelaskan pengaruh sel atau kalus pada pertumbuhan eksplan berupa sel atau protoplast. Kalus dapat diletakkan di dalam sekumpulan sel-sel yang akan dikultur, untuk menginduksi pertumbuhan pada sel-sel tersebut. DAFTAR PUSTAKA Hartmann, H T & D E Kester, 1983, Plant Propagation, principles & practices, Fourth edition, Prentice-Hall International Inc. Pierik, R.L.M. 1987. In Vitro Culture of Higher Plants. Martinus Nijhoff Publishers. Netherlands. Page 5