PEMBUATAN DEKSTRIN DARI PATI SORGUM SECARA HIDROLISIS MENGGUNAKAN ENZIM α-amilase

dokumen-dokumen yang mirip
ISOLASI DEKSTRIN DARI PATI SORGUM DENGAN PROSES HIDROLISA PARSIAL MENGGUNAKAN

MODIFIKASI PATI SORGUM MENJADI MALTODEKSTRIN MENGGUNAKAN ENZIM ALFA AMILASE,GLUKOAMILASE, DAN PEPSIN

BAB I PENDAHULUAN. Pati merupakan polisakarida yang terdiri atas unit-unit glukosa anhidrat.

I. PENDAHULUAN. Ubi jalar mengandung karbohidrat sebanyak 27,9 g yang dapat menghasilkan

MODIFIKASI TEPUNG SUKUN (Artocarpus altilis)menjadi MALTODEKSTRIN DENGAN MENGGUNAKAN ALAT REAKTOR ENZIMATIK DAN PENAMBAHAN ENZIM α-amilase

UJI KERJA REAKTOR ENZIMATIS DALAM PEMBUATAN DEKSTRIN PATI JAGUNG MENGGUNAKAN ENZIM α-amilase

PRODUKSI DEKSTRIN DARI UBI JALAR ASAL PONTIANAK SECARA ENZIMATIS

PEMANFAATAN KULIT UBI KAYU SEBAGAI BAHAN PEMBUATAN DEKSTRIN MELALUI PROSES HIDROLISA ASAM

DATA PENGAMATAN. Volume titran ( ml ) ,5 0,4 0,5 6

Ekstraksi dan Pengujian Aktivitas Enzim Amilase (Hidrolisis Pati secara Enzimatis)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Hidrolisis Biji Sorgum Menjadi Bioetanol. Menggunakan NaOH Papain Dengan Metode Sakarifikasi Disusun dan Fermentasi Oleh : Simultan

LAMPIRAN. Lampiran 1. Umbi talas (Xanthosoma sagittifolium (L.) Schott) Lampiran 2. Pati umbi talas (Xanthosoma sagittifolium (L.

PRODUKSI MALTODEKSTRIN DARI TEPUNG SAGU MENGGUNAKAN ENZIM Α- AMILASE. [The Production of Maltodextrin of Sagoo Flour using α-amylase]

I. PENDAHULUAN. Ubi jalar (Ipomoea batatas L) merupakan salah satu hasil pertanian yang

PENGARUH KONSENTRASI ENZIM α- AMILASE DAN WAKTU PADA PEMBUATAN DEKSTRIN PATI JAGUNG DALAM UJI KERJA REAKTOR ENZIMATIS

Produksi Glukosa Cair dari Pati Ubi Jalar Melalui Proses Likuifikasi dan Sakarifikasi Secara Enzimatis

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA HIDROLISIS AMILUM (PATI)

HIDROLISIS BIJI SORGUM MENJADI BIOETANOL MENGGUNAKAN

PEMBUATAN MALTODEKSTRIN DENGAN PROSES HIDROLISA PARSIAL PATI SINGKONG MENGGUNAKAN ENZIM α-amilase

DEKSTRIN, TEKNOLOGI DAN PENGGUNAANNYA

PEMBUATAN GULA CAIR DARI PATI SINGKONG DENGAN MENGGUNAKAN HIDROLISIS ENZIMATIS

Pabrik Sirup Glukosa dari Ubi Jalar (Ipomoea batatas ) dengan Proses Hidrolisa Enzim

BAB I PENDAHULUAN. bahan yang memiliki sifat rentan terhadap kerusakan oleh lingkungan luar dengan

PENGAMBILAN GLUKOSA DARI TEPUNG BIJI NANGKA DENGAN CARA HIDROLISIS ENZIMATIK KECAMBAH JAGUNG

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari hingga April Penelitian

BAB III MATERI DAN METODE. Kimia dan Gizi Pangan, Departemen Pertanian, Fakultas Peternakan dan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

REAKSI OZONASI DALAM MODIFIKASI TEPUNG KASAVA UNTUK SUBSTITUSI GANDUM:KAJIAN PENGATURAN. ph DAN TEMPERATUR

PRODUKSI CASSAVA SOUR STARCH DENGAN VARIASI MEDIA STARTER BAKTERI ASAM LAKTAT DAN LAMA FERMENTASI

I PENDAHULUAN. Bab ini akan menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2)

I. PENDAHULUAN. Provinsi Lampung merupakan daerah penghasil ubi kayu terbesar di Indonesia.

LAMPIRAN A PROSEDUR ANALISIS. A.1. Pengujian Daya Serap Air (Water Absorption Index) (Ganjyal et al., 2006; Shimelis el al., 2006)

I. PENDAHULUAN. Ubi jalar merupakan jenis umbi-umbian yang dapat digunakan sebagai pengganti

I. PENDAHULUAN. pengepresan (Abbas et al., 1985). Onggok yang dihasilkan dari proses pembuatan

KARBOHIDRAT DALAM BAHAN MAKANAN

Indo. J. Chem. Sci. 4 (1) (2015) Indonesian Journal of Chemical Science

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sebagian wilayah Asia. Khusus wilayah Asia, penghasil singkong terbesar adalah

PRESENTASI PROPOSAL TUGAS AKHIR

I. PENDAHULUAN. Pemanfaatan ubi jalar ungu sebagai alternatif makanan pokok memerlukan

HIDROLISIS PATI GADUNG (Dioscorea hispida Dennst) SECARA ENZIMATIS PADA PEMBUATAN SIRUP GLUKOSA

HIDROLISIS PATI SAGU (Metroxylon sagu Rottb.) OLEH ENZIM β-amilase UNTUK PEMBUATAN DEKSTRIN

I. PENDAHULUAN. Singkong ( Manihot esculenta) merupakan salah satu komoditas yang memiliki

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kontribusi terhadap flavor dan berperan terhadap pembentukan warna.

KONVERSI ENZIMATIK (ENZ)

LAPORAN TUGAS AKHIR SIRUP GLUKOSA DARI BIJI SORGUM. ASAM KLORIDA (HCl)

DAFTAR PUSTAKA. Alam, N. dan Nurhaeni Komposisi Kimia dan Sifat Fungsional Pati Jagung

TINJAUAN PUSTAKA. empat di dunia. Ubi jalar merupakan salah satu sumber karbohidrat dan memiliki

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jagung merupakan palawija sumber karbohidrat yang memegang peranan penting kedua setelah beras.

Indah Kurniawati Prodi S1 Ilmu Gizi STIKES PKU Muhammadiyah Surakarta Abstrak

LAMPIRAN 1 DATA PENGAMATAN. Tabel 7. Data Pengamtan Hidrolisis, Fermentasi Dan Destilasi. No Perlakuan Pengamatan

PEMBUATAN SIRUP GLUKOSA DARI UBI JALAR (Ipomoea Batatas L) DENGAN MENGGUNAKAN REAKTOR ENZIMATIS

PRODUK BIOETANOL DARI PATI MANGGA (Mangifera Indica L.) DENGAN PROSES HIDROLISA ENZIM DAN FERMENTASI

PEMBUATA SIRUP GLUKOSA BERBAHAN BAKU JAGUNG (Zea Mays) MENGGUNAKAN ALAT REAKTOR ENZIMATIS

I. PENDAHULUAN. Persediaan bahan bakar fosil yang bersifat unrenewable saat ini semakin

1 I PENDAHULUAN. Identifikasi Masalah, (1.3) Maksud dan tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat

HIDROLISA PATI BIJI NANGKA MENJADI GLUKOSA DENGAN KATALISATOR H 2 O, HCL, NaOH, DAN ENZIM

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kelenjar ludah besar dan kecil yang ada pada mukosa oral. Saliva yang terbentuk

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

ANALISIS KADAR GLUKOSA PADA BIOMASSA BONGGOL PISANG MELALUI PAPARAN RADIASI MATAHARI, GELOMBANG MIKRO, DAN HIDROLISIS ASAM

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian Jurusan THP

2.6.4 Analisis Uji Morfologi Menggunakan SEM BAB III METODOLOGI PENELITIAN Alat dan Bahan Penelitian Alat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

TUGAS AKHIR PABRIK SIRUP GLUKOSA DARI BEKATUL DENGAN PROSES HIDROLISA ENZIM. 1. Aristia Anggraeni S.

MAKALAH SEMINAR PENELITIAN MODIFIKASI CASSAVA STARCH DENGAN PROSES OKSIDASI SODIUM HYPOCLORITE UNTUK INDUSTRI KERTAS

PERPINDAHAN MASSA KARBOHIDRAT MENJADI GLUKOSA DARI BUAH KERSEN DENGAN PROSES HIDROLISIS. Luluk Edahwati Teknik Kimia FTI-UPNV Jawa Timur ABSTRAK

NASKAH PUBLIKASI. Disusun oleh : PUJI ASTUTI A

Pabrik Sirup Glukosa dari Tepung Tapioka dengan Proses Hidrolisis Enzim

I. PENDAHULUAN. Ubi jalar merupakan sumber karbohidrat yang banyak mengandung pati

PENINGKATAN FUNGSIONAL PATI DARI UBI JALAR (Ipomea batatas L.) DENGAN ENZIM AMILASE (Bacillus subtilis) SEBAGAI BAHAN SUBSTITUSI PENGOLAHAN PANGAN

KEUNGGULAN KOMPETITIF GULA CAIR KIMPUL

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang.

Pabrik Sirup Glukosa dari Talas dengan Proses Hidrolisis Enzim

STUDI PERBANDINGAN KINETIKA REAKSI HIDROLISIS TEPUNG TAPIOKA DAN TEPUNG MAIZENA DENGAN KATALIS ASAM SULFAT

2. Karakteristik Pasta Selama Pemanasan (Pasting Properties)

ANALISIS PATI SAGU YANG DIMODIFIKASI HEAT MOISTURE TREATMENT DAN SIFAT ORGANOLEPTIK SOHUN INSTAN

I. PENDAHULUAN. berbagai usaha untuk meningkatkan produksi gula selain gula tebu karena gula tebu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menyebut tanaman jali dengan sebutan hanjali, hanjaeli, jali,-jali, jali, maupun jelai.

Lampiran 1. Prosedur Analisis Pati Sagu

Diagram Sifat-sifat Pati

KARAKTERISTIK MUTU MIE INSTAN DARI TEPUNG KOMPOSIT PATI KENTANG TERMODIFIKASI, TEPUNG MOCAF, DAN TEPUNG TERIGU DENGAN PENAMBAHAN GARAM FOSFAT

KARAKTERISASI PATI BIJI DURIAN (Durio zibethinus Murr.,) DENGAN HEAT MOISTURE TREATMENT (HMT) Sumarlin Raswen Efendi Rahmayuni

BAB III METODE PENELITIAN

PENGARUH HEAT MOISTURE TREATED (HMT) TERHADAP PROFIL GELATINISASI TEPUNG JAGUNG

PENGARUH TEMPERATUR LIKUIFIKASI KONVERSI PATI SORGUM MENJADI GULA

PEMBUATAN SIRUP GLUKOSA DARI TEPUNG SAGU YANG DIHIDROLISIS DENGAN ASAM KLORIDA

I. PENDAHULUAN. buah-buahan. Berbagai macam jenis buah tumbuh di Indonesia dan ada beberapa

Gambar 2 Penurunan viskositas intrinsik kitosan setelah hidrolisis dengan papain.

Deskripsi PROSES PRODUKSI DAN FORMULASI MI JAGUNG KERING YANG DISUBSTITUSI DENGAN TEPUNG JAGUNG TERMODIFIKASI

PENGARUH TEPUNG JAGUNG, ENZIM α-amilase, DAN ENZIM GLUKOAMILASE DALAM PROSES LIKUIFIKASI DAN SAKARIFIKASI TERHADAP PEROLEHAN SIRUP JAGUNG

Heat Moisture Treated (HMT) Influence on Corn Flour Gelatinization Profiles

MAKALAH SEMINAR PENELITIAN

KARAKTERISASI PATI AREN (Arenga pinnata) TERMODIFIKASI MENGGUNAKAN HCl KARYA ILMIAH TERTULIS (S K R I P S I)

Chimica et Natura Acta p-issn: e-issn:

OPTIMASI PROSES DAN FORMULA PADA PENGOLAHAN MI SAGU KERING (Metroxylon sagu)

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

Pembuatan Etanol dari Sorgum (Shorghum Bicolor L.Moench) Melalui Hidrolisis Enzimatik diikuti Fermentasi Menggunakan Saccharomyces cerevisiae

POLISAKARIDA. Shinta Rosalia Dewi

Transkripsi:

Abstrak PEMBUATAN DEKSTRIN DARI PATI SORGUM SECARA HIDROLISIS MENGGUNAKAN ENZIM α-amilase Kristinah Haryani 1), Hargono 1), A. M. Samsudin 1), H. Satriadi 1), Suryanto 2) 1) Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro 2) Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Semarang Email : krisyani_83 @yahoo.o.id Pati alami mempunya beberapa kelemahan yang berhubungan dengan retrogradasi, sineresis, kestabilan rendah, dan ketahanan pasta yang rendah terhadap ph dan perubahan suhu. Maka perlu melakukan modifikasi patiuntuk mempebaiki sifat funsionalnya.pada penelitian ini dilakukan modifikasi pati sorgum secara hidrolisis menggunakan enzim alfa amilase untuk menghasilkan dekstrin. Penelitian ini bertujuan memperlajari variabel yang berpengaruh dalam proses serta mengamati perubahan sifatsifat fisika maupun kimia dari dekstrin yang dihasilkan. Proses pembuatannya dilakukan melalui 3 tahap, yaitu (1) tahap persiapan, (2) tahap pembentukan dekstrin, (3) tahap analisa produk. Variabel kendali dalam penelitian ini meliputi: suhu operasi, kecepatan pengadukan, kebutuhan CaCl 2, dan konsentrasi enzim. Variabel bebasnya berupa waktu operasi (6;9;12 menit), ph dan konsentrasi pati (12; 15; 18; 21; 24 %w/v). Produk kemudian dianalisis dengan menghitung nilaidekstrosa equivalent (DE), yield, analisis swelling power dan % solubilitas. Semakin lama waktu hidrolisis maka semakin besar pula harga DE dekstrin yang dihasilkan, akantetapi berbanding terbalik dengan peningkatan konsentrasi pati dan ph larutanyang menghasilkan nilai DE yang semakin kecil.de dekstrin tertinggi yang dihasilkan sebesar 17,3, dengan pada konsentrasi pati 12%, waktu dekstrinisasi 12 menit dan ph 6.Persentase solubilitas dan swelling power dipengaruhi interaksi antara konsentrasi pati, waktu hidrolisa dan ph larutan. Peningkatan persentase solubilitas dekstrin berbanding lurus dengan swelling power. Kata Kunci : dekstrin, sorgum, α-amilase. 1. Pendahuluan Sorgum adalah salah satu tanaman sereal yang potensialuntuk dikembangkandi Indonesia.Biji sorgum mengandung nilai gizi yang tidak kalah dengan tanaman serealia lainnya, mengandung pati cukup tinggi sering digunakan sebagai bahan baku bermacam industri seperti industri bir pati, gula cair (sirup), jaggery (semacam gula merah), etanol, lem, cat, kertas, degradable plastics dan lain-lain. (Singh et.al.,211). Pati merupakan komponen utama dari sorghum (75%) dan merupakan karbohidrat yang unik karena berbentuk granula(olayinka et.al.,28). Pati memegang peranan penting dalam industri pengolahan pangan antara lain permen, glukosa, dekstrosa, sirup fruktosa, dan lainlain. Dalam perdagangan dikenal dua macam pati yaitu pati yang belum dimodifikasi danpati yang telah dimodifikasi. Pati alami (belum dimodifikasi) mempunyai beberapa 32 kekurangan pada karakteristiknya yaitu membutuhkan waktu yang lama dalam pemasakan (sehingga membutuhkan energi yang tinggi), pasta yang terbentuk keras dan tidak bening, selain itu sifatnya terlalu lengket dan tidak tahan perlakuan dengan asam. Dengan berbagai kekurangan tadi, maka dikembangkan berbagai modifikasi terhadap pati sorgum yang diharapkan dapat memenuhi kebutuhan industri. Pati termodifikasi adalah pati yang mengalami perlakuan fisik ataupun kimia secara terkendali sehingga mengubah satu atau lebih dari sifat asalnya. Pati alami dapat dibuat menjadi pati termodifikasi atau modified starch, dengan sifat-sifat yang dikehendaki atau sesuai dengan kebutuhan. Pada penelitan ini (Haryani,dkk. 214) dilakukan modifikasi pati secara hirolisis enzimatis menggunakan enzim alfa amilase menghasilkan dekstrin. Alfa-amilase adalah endo enzim yang kerjanya memutus ikatan α- 1, 4 secara acak dibagian dalam molekul pati

baik pada amilosa maupun pada amilopektin.sifat dan mekanisme kerja enzim α-amilase tergantung pada sumbernya.umumnya α-amilase memotong ikatan dibagian tengah rantai sehingga menurunkan kemampuan pati mengikat zat warna iodium. Hidrolisis dengan α-amilase menyebabkan amilosa terurai menjadi saltosa dan maltotriosa. Pada tahap selanjutnya maltotritosa terurai kembali menjadi malto dan glukosa (Shariffa et.al.,21). C α -amilase 6H12O5+ H2O C12H22O11 Pati dekstrin Cara kerja enzim α-amilase terjadi melalui dua tahap, yaitu: pertama, degradasi amilosa menjadi maltosa dan amiltrotiosa yang terjadi secara acak. Degradasi ini terjadi sangat cepat dan diikuti dengan menurunnya viskositas yang cepat pula.kedua, relatif sangat lambat yaitu pembentukan glukosa dan maltosa sebagai hasil akhir dan caranya tidak acak.keduanya merupakan kerja enzim α-amilase pada molekul amilosa saja (Winarno, 1983). Karakteristik dekstrin yang dihasilkan sangat dipengaruhi oleh karakteristik pati yang digunakan dan proses yang dipilih. Dekstrin dapat diproduksi dengan tiga macam proses, yaitu proses enzimatis, proses basah dan proses kering. Pada penelitian ini akan dikaji terhadap variabel proses yang berpengaruh serta dicari kondisi yang relatif baik dalam pembuatan dekstrin dari tepung sorgum dengan menggunakan enzim α-amilase. 2. Metode Pengujian 2.1 Bahan Penelitian Bahan yang digunkan dalam penelitian ini antara lain : pati sorgum (Pasar tradisional Johar, Semarang), Enzim α-amilase, CaCl 2 anhidrat, HCl,1 N, NaOH N, Glukosa anhidrat, Larutan Fehling A dan Fehling B, aquades dan bahn pendukung lainnya untuk preparasi dan analisis hasil. 2.2 Alat Penelitian Alat-alat penelitian yang digunakan dapat dilihat pada gambar di bawah ini : Gambar 1. Alat penelitian 2.3 Hidrolisa Dekstrin dari Pati Sorgum Pati sorgum dilarutkan menggunakan aquadest sesuai variabel dan phnya diatur sesuai dengan kebutuhan proses menggunakan HCl ataupun NaOH. Kemudian ditambahkan CaCl 2 sebanyak 1 ppm dan enzim α-amilase sesuai dengan konsentrasi yang diinginkan. Pengadukan dilakukan pada suhu 87ºC dengan kecepatan putar 18 rpm selama waktu tertentu dengan variabel proses yang dikehendaki. Setelah proses pengadukan berakhir maka dilakukan proses inaktivasi dengan panambahan HCl hingga phnya mencapai 3,7-3,9. Kemudian didinginkan sampai suhu 6ºC dan selanjutnya dinetralkan menggunakan NaOH,1 N sampai ph 7,. Kemudian larutan tersebut dikeringkan 33

dalam oven menggunakan loyang dengan bentuk lapisan tipis. Setelah kering kemudian dikerik dan dihaluskan dengan blender dan diayak. Produk yang diperoleh dianalisis nilai dextrose equivalent, solubility dan swelling powernya. 3. Hasil dan Pembahasan 3.1 Pengaruh Konsentrasi Pati dan Waktu Hidrolisisterhadap Nilai DE Pengukuran nilai DE merupakan hal yang penting pada pembuatan dekstrin karena nilai DE menunjukan apakah pati terhidrolisis menjadi dekstrin atau tidak, indikator suatu pati terhidrolisis menjadi dekstrin jika hasil hidrolisis tersebut memiliki nilai DE berkisar antara 2-2. Pada penelitian ini variabel bebas yang digunakan adalah konsentrasi pati (12%, 15%, 18%, 21%, 24%), waktu hidrolisa (6, 9, 12 menit) dan ph (6, 7).Berdasarkan variabel tersebut maka dapat dibuat grafik hubungan konsentrasi pati dengan nilai DE pada ph 6 dan 7 dengan varian waktu hidrolisis. Grafik pengaruh konsentrasi pati terhadap nilai DE pada ph 6 dan ph 7 masing-masing dapat dilihat pada Gambar 1 dan 2. Nilai DE 2 15 1 5 Gambar 1. Grafik pengaruh konsentrasi pati terhadap nilai DE pada ph 6 Nilai DE 14 12 1 8 6 4 2 Gambar 2. Grafik pengaruh konsentrasi pati terhadap nilai DE pada ph 7 Berdasarkan Gambar 1 dan 2, didapatkan hubungan konsentrasi pati dengan nilai DE pada ph 6 dan ph 7 dengan varian waktu. Dari ketiga parameter waktu yang digunakan yaitu 6, 9, 12 menit didapatkan kondisi terbaik yaitu pada waktu 12 menit untuk tiap-tiap konsentrasi pati sorgum yang digunakan baik untuk ph 6 dan ph 7. Hasil terbaik nilai DE didapatkan pada variabel konsentrasi pati 12% dengan waktu hidrolisa 12 menit untuk kedua ph dengan nilaide 17,3untuk ph 6 dan 12,7 untuk ph 7. Hal tersebut menunjukan hubungan DE dengan konsentrasi pati berbanding terbalik tetapi searah dengan waktu hidrolisis. Bahwa semakin lama waktu hidrolisis maka DE meningkat tetapi tidak berlaku untuk kenaikan konsentrasi pati. Hal ini dikarenakan semakin lama pati terkonversi oleh enzim semakin banyak pula nilai DE yang didapatkan.dengan konsentrasi pati lebih besar untuk terkonversi oleh enzim menjadi dekstrin membutuhkan waktu yang semakin lama maka kenaikan konsentrasi pada waktu yang sama menyebabkan penurunan DE produk (Chen et. al., 211). 34

3.2 Pengaruh Konsentrasi Pati dan Waktu terhadap Yield Produk Yield menunjukan banyaknya jumlah dekstrin yang dihasilkan pada proses hidrolisis. Gambar 3 dan 4 menunjukkan Grafik pengaruh konsentrasi pati terhadap yield produk pada ph 6 dan ph 7. Yield (%) Gambar 3. Grafik pengaruh konsentrasi pati terhadap yield produk pada ph 6 Yield (%) 1 95 9 85 8 75 7 9 85 8 75 7 65 6 Gambar 4. Grafik pengaruh konsentrasi pati terhadap yield produk pada ph 7 Dari Gambar 3dan 4 didapatkan hubungan konsentrasi pati dengan yield produk pada ph 6 dan ph 7 dengan varian waktu. Dari ketiga parameter waktu yang digunakan yaitu 6, 9, 12 menit didapatkan kondisi terbaik yaitu pada waktu 12 menit untuk tiap-tiap konsentrasi pati sorgum yang digunakan. Hasil terbaikyield produk yang didapatkan dengan variabel konsentrasi pati 24% dengan waktu 12 menit baik untuk ph 6 maupun 7 dengan nilai 93,2% untuk ph 6 dan 88,7% untuk ph 7. Hal tersebut menunjukan kenaikan konsentrasi diikuti kenaikan yield produk dan berbanding lurus dengan waktu hidrolisa.bahwa semakin lama waktu hidrolisa maka yield produk yang didapatkan semakin besar,hal ini dikarenakan amilosa pada pati akan lebih lama kontak (terpecah) dengan enzim dan semakin banyak konsentrasi pati yang digunakan maka semakin banyak pati yang terkonversi menjadi dekstrin (Chen et.al.,211). Dari kedua grafik diatas menunjukan penurunan yield produk pada kenaikan ph, yang berarti menunjukan pada perlakuan ph 6 dibandingkan ph 7 lebih banyak didapatkan yield produk. Penurunan yield produk yang terjdi disebabkan karena enzim α-amilase bekerja optimal pada ph 6. Semakin besar konsentrasi pati yang digunakan dan semakin lama waktu hidrolisis maka semakin besar yield produk yang diperoleh, begitu pun sebaliknya semakin kecil konsentrasi pati yang digunakan dan semakin pendek waktu hidrolisa maka semakin kecil yield produk yang diperoleh. Dengan waktu yang lebih lama maka amilosa pada pati lebih lama kontak (terpecah) dengan enzim dan semakin banyak konsentrasi pati yang digunakan maka semakin banyak pati yang terkonversi menjadi dekstrin (Zhang and Oates,29). 35

3.3 Pengaruh Konsentrasi Pati dan Waktu Dekstrinisasi terhadap Solubility Solubility menunjukan kemampuan dekstrin untuk terlarut dalam sejumlah air..gambar 5 dan 6 menunjukkan grafik pengaruh konsentrasi pati terhadap persen solubility pada ph 6 dan pada ph 7. Solubility (%) Gambar 5. Grafik pengaruh konsentrasi pati terhadap solubility pada ph 6 Solubility (%) 4 3,5 3 2,5 2 1,5 1,5 3 2,5 2 1,5 1,5 Gambar 6. Grafik pengaruh konsentrasi pati terhadap solubility pada ph 7 Dari Gambar 5 dan 6 didapat hubungan antara konsentrasi pati sorgum dengan kelarutan produk pada ph 6 dan 7 dengan varian waktu. Dari ketiga parameter waktu yang digunakan yaitu 6, 9, 12 menit didapatkan kondisi terbaik yaitu pada waktu 12 menit untuk tiap-tiap konsentrasi pati sorgum yang digunakan baik pada ph 6 maupun 7. Hasil terbaik kelarutan dekstrin yang didapatkan dengan variabel konsentrasi pati 24% dengan waktu 12 menit yaitu sebesar 3,8% untuk ph 6 dan 2,6 % untuk ph 7. Hal tersebut menunjukan kenaikan konsentrasi diikuti kenaikan kelarutan dekstrin dan berbanding lurus dengan waktu hidrolisis. Selain itu, terjadi penurunan besarnya kelarutan produk terhadap kenaikan ph, atau bisa dikatakan peningkatan kelarutan produk berbanding terbalik dengan ph tetapi berbanding lurus dengan konsentrasi pati dan waktu hidrolisa. Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa kelarutan yang lebih baik terjadi pada ph 6 dibandingan dengan ph 7 dengan menggunakan parameter atau variabel yang sama.nilai kelarutan perlu diketahui sebagai inforrnasi untuk mengetahui besarnya konversi dekstrin dalam kesesuaiannya pada aplikasi produk. Hidrolisis pati dengan enzim menyebabkan ukuran molekul menurun sehingga kelarutan meningkat, semakin lama waktu hidrolisis maka ukuran molekul semakin kecil sehingga kelarutan meningkat (Utumphorn et.al.,21). 3.4 Pengaruh Konsentrasi Pati dan Waktu Dekstrinisasi Terhadap Swelling Power Swelling power adalah kekuatan tepung untuk mengembang. Faktor-faktor yang mempengaruhi antara lain: perbandingan amilosa dan amilopektin, panjang rantai dan distribusi berat molekul. Gambar 7 dan 8 menunjukan Grafik pengaruh konsentrasi pati terhadap swelling power pada ph 6 dan ph 7. 36

Swelling Power Gambar 7. Grafik pengaruh konsentrasi pati terhadap nilai swelling powerpada ph 6 Swelling Power 11 1,5 1 9,5 9 8,5 1 9,5 9 8,5 8 7,5 7 8 waktu 12 menit waktu 12 menit Gambar 8. Grafik pengaruh konsentrasi pati terhadap nilai swelling power pada ph7 Dari grafik diatas didapat hubungan antara konsentrasi pati sorgum dengan swelling power pada ph 6 dengan varian waktu hidrolisa. Grafik diatas menunjukan bahwa kenaikan konsentrasi pati berbanding lurus dengan kenaikan swelling power produk terhadap waktu hidrolisa. Dari ketiga parameter waktu yang digunakan yaitu 6, 9, 12 menit didapatkan kondisi optimum pada waktu 12 menit untuk tiap-tiap konsentrasi pati sorgum yang digunakan. Kondisi yang paling baik yaitu pada saat konsentrasi pati sorgum sebesar 24% dengan waktu hidrolisa selama 12 menit dengan nilai swelling power sebesar 1,2 untuk ph 6 dan 9,8 untuk ph 7. Terlihat bahwa semakin lama waktu hidrolisa maka nilai swelling power juga akan meningkat. Selain itu, terjadi penurunan besarnya swelling power produk terhadap kenaikan ph, atau bisa dikatakan peningkatan swelling power produk berbanding terbalik dengan phtetapi berbanding lurus dengan konsentrasi pati dan waktu hidrolisis. Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa nilai swelling power yang paling baik terjadi pada ph 6 dibandingan dengan ph 7. Hidrolisis pati dengan enzim menyebabkan ukuran molekul menurun (Yang and Zhengbiao, 21), dengan ukuran molekul yang semakin kecil, distribusi berat molekul semakin besar, hal ini akan mengakibatkan kekuatan mengembang (swelling power) semakin besar bila di panaskan. 5. Kesimpulan Harga dextrose ekuivalent (DE) dipengaruhi oleh beberapa variabel, diantaranya konsentrasi pati, waktu hidrolisa, dan ph larutan.semakin lama waktu hidrolisa maka semakin besar pula harga DE dekstrin yang dihasilkan.akan tetapi hal ini berbanding terbalik dengan peningkatan konsentrasi pati dan ph larutan yang menghasilkan nilai DE yang semakin kecil. DE dekstrin tertinggi yang dihasilkan sebesar 17,3, dengan variable proses pada konsentrasi pati 12%, waktu dekstrinisasi 12 menit dan ph 6. Persentase solubility dan swelling power dipengaruhi interaksi antara konsentrasi pati, waktu hidrolisa dan ph larutan.peningkatan persentase solubility dekstrin berbanding lurus dengan swelling power. 37

6. Daftar Pustaka Chen,Y., Huang,S.,Tang,Z.,Chen,X. And Zang,Z. 211. Strcutural Changes of Cassava Starch Granules Hydrolysed by a Mixture of α- Amylas and Glucoamylase. Carbohydrat Polymer 85. 272-275 Loyd, N. E. and Nelson, W. J. (214) `Glucose- and Fructose-containing Sweeteners From Starch' in Starch Chemistry andtechnology (2nd ed.), (Whistler, R.L., Bemiller, J.N. and Paschall,E.F., eds), pp. 611±66, Academic Press, Orlando Singh, H., Chang, Y. H., Lin, J. H., Singh, N., & Singh, N. (211). Influence of heatmoisturetreatment and annealing on functional properties of sorghum starch Food Research International, 44, 2949 2954. Olayinka, O. O., Adebowale, K. O., & Olu-Owolabi, B. I. (28). Effect of heatmoisturetreatment on physicochemical properties of white sorghum starch.food Hydrocolloids, 22, 225 23. Uthumporn, U., Zaidul, I. S. M., & Karim, A. A. (21). Hydrolysis of granular starchat sub-gelatinization temperature using a mixture of amylolytic enzymes. Foodand Bioproducts Processing, 88(C1), 47 54. Yan, H., & Zhengbiao, G. U. (21). Morphology of modified starches prepared bydifferent methods. Food Research International, 43(3), 767 772. Shariffa, Y. N., Karim, A. A., Fazilah, A., & Zaidul, I. S. M. (21). Enzymatic hydrolysisof granular native and mildly heat-treated tapioca and sweet potato starches atsub-gelatinization temperature. Food Hydrocolloids, 23(2), 434 44. Zhang, T., & Oates, C. G. (29). Relationship between _α-amylase degradation andphysico-chemical properties of sweet potato starches. Food Chemistry, 65(2), 157 163. 38