Analisis Proses Berpikir Siswa Pada Pembelajaran Geometri Kelas X SMA Berdasarkan Teori Van Hiele Berbasis Scientific Approach

dokumen-dokumen yang mirip
TEORI BELAJAR VAN HIELE

II. TINJAUAN PUSTAKA. Matematika merupakan salah satu bidang studi yang diajarkan di SD. Menurut

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN MATEMATIKA MATERI SEGIEMPAT BERBASIS TEORI VAN HIELE

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Deslyn Everina Simatupang, 2014

TEORI BELAJAR PIAGET

BAB I PENDAHULUAN. dimilikinya. Kualitas pendidikan akan menggambarkan kualitas SDM (sumber

, 2015 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING DAN RECIPROCAL TEACHING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA SMP

BAB II KAJIAN TEORI A.

Pengembangan Media Pembelajaran dengan GeoGebra untuk Visualisasi Penggunaan Integral pada Siswa SMA

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. kecakapan, keterampilan, sikap, pengertian, harga diri, minat, watak, penyesuaian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu tujuan Standar Kompetensi Kelompok Mata Pelajaran yang

PEMBELAJARAN GEOMETRI BIDANG DATAR DI SEKOLAH DASAR BERORIENTASI TEORI BELAJAR PIAGET

BAB I PENDAHULUAN. Pentingnya belajar matematika tidak terlepas dari peranannya dalam

BAB I PENDAHULUAN. B. Perumusan Masalah

BAB II LANDASAN TEORITIS. tujuan kegiatan belajar adalah perubahan tingka laku, baik yang menyangkut pengetahuan,

PENERAPAN LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK DALAM KURIKULUM 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Jean Piaget salah seorang ahli psikologi perkembangan. Skema (struktur), asimilasi, akomodasi, ekuilibrium, organisasi,adaptasi

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR GEOMETRI DENGAN TEORI VAN HIELE

BAB II KAJIAN TEORI. hakekatnya adalah belajar yang berkenaan dengan ide-ide, struktur-struktur

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA SD

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sistematis dalam menyelesaikan persoalan kehidupan sehari-hari atau dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. siswa, karena itu matematika sangat diperlukan baik untuk kehidupan sehari-hari

Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat UNIPMA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, terutama ditingkat sekolah dasar (SD).

DESAIN DIDAKTIS KONSEP LUAS DAERAH LAYANG-LAYANG PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA KELAS V SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

PENERAPAN PENDEKATAN SAINTIFIK DALAM PEMBELAJARAN KURIKULUM Oleh: M. Lazim

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan ilmu yang memiliki peranan yang sangat besar dalam

ANALISIS TINGKAT BERPIKIR SISWA SMP BERDASARKAN TEORI VAN HIELE DITINJAU DARI GENDER

Pilihlah satu jawaban yang paling tepat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dari yang mudah sampai yang rumit. Hal itu berguna untuk mengembangkan

Teori Belajar dalam Pembelajaran Matematika

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pendekatan ilmiah atau scientific approach. Dalam implementasi kurikulum

DESKRIPSI KEMAMPUAN GEOMETRI SISWA SMP BERDASARKAN TEORI VAN HIELE

Siti Nurul Azimi, Edy Bambang Irawan Universitas Negeri Malang

Pertemuan Ke-4. Oleh: M. Jainuri, S.Pd., M.Pd. Pendidikan Matematika. STKIP YPM Bangko. Teori Belajar Kognitif_M. Jainuri, S.Pd., M.

BAB I PENDAHULUAN. penerapannya yang semakin luas ke berbagai bidang tak terkecuali dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

Meilantifa, Strategi Kognitif Pada Pembelajaran Persamaan Linier Satu. Strategi Konflik Kognitif Pada Pembelajaran Persamaan Linier Satu Variabel

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengajaran matematika tidak sekedar menyampaikan berbagai informasi seperti aturan, definisi, dan prosedur untuk

BAB II KAJIAN PUSTAKA

ANALISIS PROSES BERPIKIR SISWA DALAM PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS DAN EFEKTIFITAS STRATEGI ABDUKTIF-DEDUKTIF UNTUK MENGATASI KESULITANNYA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Nokadela Basyari, 2015

Pendahuluan. Mika Wahyuning Utami et al., Tingkat Berpikir Siswa...

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh informasi dengan cepat, melimpah dan mudah. Siswa sebagai

PENERAPAN PENDEKATAN SAINTIFIK DALAM PEMBELAJARAN DI SEKOLAH DASAR ACEH BESAR. (Dosen Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) FKIP Unsyiah)

BAB I PENDAHULUAN. kompetensi yang harus dimiliki individu dan tujuan yang akan dicapai dalam

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia yang berkualitas, berkarakter dan mampu berkompetensi dalam

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan daya pikir manusia. Perkembangan teknologi dan informasi

ANALISIS KETERAMPILAN GEOMETRI SISWA DALAM MEMECAHKAN MASALAH GEOMETRI BERDASARKAN TINGKAT BERPIKIR VAN HIELE

BAB I PENDAHULUAN. secara terus menerus sesuai dengan level kognitif siswa. Dalam proses belajar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya manusia merupakan faktor penting dalam membangun suatu

PENGARUH PEMBELAJARAN IPA DENGAN MODEL DISCOVERY TERHADAP HASIL BELAJAR DI SMPN 13 SEMARANG. Barokah Isdaryanti. Guru SMPN 13 Semarang.

Analisis Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita Matematika Tentang Bangun Datar Ditinjau Dari Teori Van Hiele ABSTRAK

Geometri Siswa SMP Ditinjau dari Kemampuan Matematika. (Surabaya: PPs UNESA, 2014), 1.

Perangkat Pembelajaran Berbasis Masalah untuk Mendukung Kemampuan Literasi Matematika Siswa Kelas VIII

Jurnal Bidang Pendidikan Dasar (JBPD) Vol. 1 No. 1 Januari 2017

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini sangat berperan dalam upaya

II. TINJAUAN PUSTAKA. diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak dengan tiba-tiba. Pengetahuan

PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING MENGGUNAKAN TANGRAM GEOGEBRA UNTUK MENEMUKAN LUAS PERSEGI

Journal of Economic Education

TEORI PERKEMBANGAN KOGNITIF PIAGET

PEMBELAJARAN MATEMATIKA MEMBANGUN KONSERVASI MATERI PELAJARAN Dudung Priatna*)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

MERANCANG PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERDASAR KONSEP KONFLIK KOGNITIF PIAGET

BAB I PENDAHULUAN. atau hanya gambaran pikiran. Makna dari penjelasan tersebut adalah sesuatu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kurikulum merupakan alat yang sangat penting bagi keberhasilan suatu

BAB I PENDAHULUAN. Menurut UU no. 20 tahun 2004, pendidikan merupakan usaha sadar dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Syarifah Ambami, 2013

ANALISIS KESESUAIAN BUKU SISWA KELAS V TEMA PERISTIWA DALAM KEHIDUPAN DENGAN KARAKTERISTIK PEMBELAJARAN TEMATIK DAN PENDEKATAN SAINTIFIK

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENGARUH PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN INQUIRY

IDENTIFIKASI TAHAP BERPIKIR GEOMETRI CALON GURU SEKOLAH DASAR DITINJAU DARI TAHAP BERPIKIR VAN HIELE

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

ANALISIS KEMAMPUAN MENYELESAIKAN SOAL CERITA MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 03 TUNTANG TENTANG BANGUN DATAR DITINJAU DARI TEORI VAN HIELE

Siti Nurlailiyah 1, H. Winarto 2, Sugiyanto 3

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dedi Abdurozak, 2013

BAB II. Kajian Teoretis

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MELALUI LEMBAR KEGIATAN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (LKPBM) Nining Purwati *

MENINGKATKAN KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIK SISWA DENGAN PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK (PMR)

II. TINJAUAN PUSTAKA. Matematika merupakan cabang ilmu pengetahuan eksak yang digunakan hampir

PEMBELAJARAN KONSTRUTIVIS, INKUIRI/DISKOVERI

Transkripsi:

SEMINAR NASIONAL MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA UNY 2015 PM - 82 Analisis Proses Berpikir Siswa Pada Pembelajaran Geometri Kelas X SMA Berdasarkan Teori Van Hiele Berbasis Scientific Approach Tirtaprimasyah HPS, Susanto, Nanik Yulianti Universitas Jember Tirta_titok@yahoo.co.id Abstrak Kutikulum 2013 menggunakan prinsip pembelajaran Pendekatan Saintifik (Scientific Approach) dengan langkah-langkah pembelajaran 5M (mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasi, dan mengkomunikasikan). Adapun tujuan dalam pembelajaran pendekatan saintifik adalah: 1) Untuk meningkatkan kemampuan intelek, khususnya kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa. 2) Untuk membentuk kemampuan siswa dalam menyelesaikan suatu masalah secara sistematik. 3) Terciptanya kondisi pembelajaran dimana siswa merasa bahwa belajar itu merupakan suatu kebutuhan. 4) Diperolehnya hasil belajar yang tinggi. 5) Untuk melatih siswa dalam mengomunikasikan ide-ide, khususnya dalam menulis artikel ilmiah. 6) Untuk mengembangkan karakter siswa. Contoh beberapa model pembelajaran yang digunakan dalam pendekatan saintifik yaitu (Inquiry Based Learning, Discovery Based Learning, Problem Based Learning, Project Based Learning). Pada artikel kali ini akan membahas mengenai bagaimana proses berpikir siswa saat pembelajaran geometri berdasarkan Teori Van Hiele yang berbasis pendekatan saintifik (Scientific Approach) pada kurikulum 2013. Menurut teori Van Hiele, siswa akan melalui lima tingkat berpikir dalam mempelajari dan memahami geometri, yaitu tingkat 0 (visualisasi), tingkat 1 (analisis), tingkat 2 (deduksi informal), tingkat 3 (deduksi), dan tingkat 4 (rigor). Dalam artikel ini penulis juga beruapaya memberikan relasi antara proses berpikir siswa dengan teori van hiele yang berbasis scientific, relasi antara model pembelajaran scientific dengan tahapan pembelajran geometri Van Hiele, dan integrasi scientific approach dengan teori Van Hiele. Jadi kesimpulan dari analisis ini adalah mendapatkan sintaks baru dari hasil menganalisis proses berpikir siswa pada pembelajaran geometri berdasarkan teori Van Hiele yang berbasis Scientific Approach. Kata kunci: proses berpikir siswa, scientific approach, Van Hiele, kurikulum 2013 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sistem pendidikan di Indonesia mengalami beberapa perubahan kurikulum diantaranya yaitu kurikulum 2013. Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Berdasarkan pengertian tersebut, ada dua dimensi kurikulum, yang pertama adalah rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran, sedangkan yang kedua adalah cara yang digunakan untuk kegiatan pembelajaran. Kurikulum 2013 diberlakukan mulai tahun ajaran 2013/2014 dan memenuhi kedua dimensi tersebut. Adapun karakteristik kurikulum 2013 yaitu : (1) Mengembangkan keseimbangan antara pengembangan sikap spiritual dan sosial, rasa ingin tahu, kreativitas, kerja sama dengan kemampuan intelektual dan psikomotorik. (2) Sekolah merupakan bagian dari masyarakat yang memberikan pengalaman belajar terencana dimana peserta didik menerapkan apa yang dipelajari di sekolah ke masyarakat dan memanfaatkan masyarakat sebagai sumber belajar. (3) Mengembangkan sikap, pengetahuan, dan keterampilan serta menerapkannya dalam berbagai situasi di sekolah dan masyarakat. (4) Memberi waktu yang cukup leluasa untuk mengembangkan berbagai sikap, pengetahuan, dan keterampilan. (5) Kompetensi dinyatakan dalam bentuk kompetensi inti 567

ISBN. 978-602-73403-0-5 kelas yang dirinci lebih lanjut dalam kompetensi dasar matapelajaran. (6) Kompetensi inti kelas menjadi unsur pengorganisasi (organizing elements) kompentensi dasar, dimana semua kompetensi dasar dan proses pembelajaran dikembangkan untuk mencapai kompetensi yang dinyatakan dalam kompetensi inti. (7) Kompetensi dasar dikembangkan didasarkan pada prinsip akumulatif, saling memperkuat (reinforced) dan memperkaya (enriched) antarmatapelajaran dan jenjang pendidikan (organisasi horizontal dan vertikal). Kurikulum 2013 menggunakan prinsip pembelajaran Pendekatan Saintifik (Scientific Approach) dengan langkah-langkah pembelajaran 5M (mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasi, dan mengkomunikasikan). Adapun tujuan dalam pembelajaran pendekatan saintifik adalah: (1) Untuk meningkatkan kemampuan intelek, khususnya kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa. (2) Untuk membentuk kemampuan siswa dalam menyelesaikan suatu masalah secara sistematik. 3) Terciptanya kondisi pembelajaran dimana siswa merasa bahwa belajar itu merupakan suatu kebutuhan. (4) Diperolehnya hasil belajar yang tinggi. (5) Untuk melatih siswa dalam mengomunikasikan ide-ide, khususnya dalam menulis artikel ilmiah. (6) Untuk mengembangkan karakter siswa. Contoh beberapa model pembelajaran yang digunakan dalam pendekatan saintifik yaitu (Inquiry Based Learning, Discovery Based Learning, Problem Based Learning, Project Based Learning). Pada penelitian kali ini akan membahas mengenai pokok bahasan geometri tentang bagaimana proses berpikir siswa pada pembelajaran geometri kelas X SMA berdsarkan Teori Van Hiele yang berbasis pendekatan saintifik (Scientific Approach) pada kurikulum 2013. Salah satu cabang ilmu matematika adalah geometri. Pada dasarnya geometri mempunyai peluang yang sangat besar untuk dipahami oleh siswa. Hal ini karena ide-ide geometri sudah dikenal oleh siswa sejak sebelum mereka masuk sekolah, misalnya pengenalan garis, bidang dan ruang [2]. Salah satu materi geometri yang dipelajari siswa kelas X SMA adalah dimensi tiga. Pada materi ini siswa diajarkan bagaimana menentukan kedudukan dan jarak yang melibatkan titik, garis, dan bidang dalam bangun ruang. Pembelajaran pada materi ini lebih banyak ditekankan kepada fakta-fakta yang dipelajari secara parsial, dan perhitungan yang mendasari langkah, pokoknya untuk mengerjakan soal demikian perlu dilakukan langkah yang demikian [4], sehingga tidak mengherankan apabila siswa kurang menguasai materi tentang dimensi tiga. Lemahnya penguasaan materi geometri pada dimensi tiga kemungkinan disebabkan karena pemahaman konsep siswa yang belum maksimal. Menurut teori Van Hiele, siswa akan melalui lima tingkat berpikir dalam mempelajari dan memahami geometri, yaitu tingkat 0 (visualisasi), tingkat 1 (analisis), tingkat 2 (deduksi informal), tingkat 3 (deduksi), dan tingkat 4 (rigor). Dalam penelitian ini akan menganalisis bagaimana teori van hiele dalam pembelajaran geometri yang berbasis pendekatan ilmiah atau scientific approach. B. Rumusan Masalah Berdasarkan pada latar belakang, maka permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut : Bagaimanakah proses berpikir siswa pada saat pembelajaran geometri kelas X SMA berdasarkan teori van Hiele yang berbasis pendekatan saintifik (scientific approach). C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Menganalis dan mengetahui bagaimana proses berpikir siswa pada saat pembelajaran geometri kelas X SMA berdasarkan teori van Hiele yang berbasis pendekatan saintifik (scientific approach). D. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, sebagai berikut : (1) Bagi guru, diharapkan dapat memberikan referensi dalam mengajar menggunakan kurikulum 2013. (2) Bagi lembaga pendidikan, diharapkan dapat digunakan sebagai sumbangan pemikiran dalam rangka meningkatkan kualitas pembelajaran matematika baik di sekolah maupun di luar sekolah. (3) Bagi peneliti, merupakan sebuah pengalaman yang berharga dapat menganalisis pembelajaran geometri kelas X SMA berdasarkan teori van Hiele yang berbasis pendekatan saintifik (scientific approach). (4) Bagi peneliti lain, sebagai bahan acuan dan pertimbangan untuk melakukan penelitian yang lebih lanjut pada masalah yang berbeda. 568

SEMINAR NASIONAL MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA UNY 2015 II. METODE PENELITIAN Penelitian ini termasuk jenis penelitian meta-analisis yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara merangkum, mereview dan menganalisis data penelitian dari beberapa hasil penelitian sebelumnya (Neill, 2006). Dengan menggunakan meta-analisis, beragam pertanyaan dapat ditelusur sepanjang pertanyaan tersebut logis dan tersedia data untuk menjawabnya. Penelitian diawali dengan merumuskan masalah dan tujuan penelitian kemudian dilanjutkan dengan menelusuri hasil-hasil penelitian terbaru yang relevan. Data penelitian telah diperoleh dari peneliti sebelumnya, peneliti kemudian menganalisis dan melaporkannya kembali dalam bentuk penelitian baru. Dengan demikian, laporan penelitian ini bukan duplikasi dari penelitian yang sudah pernah dilakukan. Data penelitian pada meta-analisis adalah berupa data sekunder yang diambil dengan metode dokumentasi. Data pada laporan penelitian yang diacu masih sangat luas dan banyak. Dalam laporan ini, data diolah kembali dengan cara merangkum dan mengambil intisari hasil penelitian saja. Selanjutnya, data dilaporkan kembali secara deskriptif kuantitatif dan kualitatif. III. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Proses Berpikir Berdasarkan teori Piaget, seseorang mengalami tahap perkembangan kognitif tertentu pada periode umur tertentu dalam hidupnya. Setiap tahap harus dilalui sebelum seseorang dapat meningkat pada tahap berikutnya. Tabel berikut menunjukkan klasifikasi antara umur dan tahap tertentu yang dikaitkan dengan struktur mental yang disarankan. TABEL I. KLASIFIKASI ANTARA UMUR, TAHAP, DAN STRUKTUR MENTAL Tahap Umur Struktur Mental Sensori motor 0 2 th Tindakan pada objek-objek Praoperasional 2 6 th Tindakan pada realita Operasi konkrit 6 12 th Tindakan pada operasi Operasi formal > 12 th Operasi pada operasi Dari table di atas terlihat bahwa Piaget mengusulkan empat tahap perkembangan struktur operasi manusia dari lahir hingga dewasa, yaitu sensori motor, praoperasional, operasi konkrit, dan operasi formal. Perkembangan pengetahuan dapat diamati melalui perkembangan struktur operasi yang bersangkutan. Menurut Cahan (dalam Sutrisno, 1993:2) perkembangan struktur operasi dapat dijelaskan melalui dua proses yang saling komplementer dari asimilasi dan akomodasi. Masukan dari lingkungan diasimilasi oleh struktur yang telah ada, kemudian timbullah disekuilibrium. Ekuilibrium berakhir bila masukan tadi telah diakomodasi sehingga terbentuk struktur baru yang siap untuk berasimilasi dengan masukan lain yang datang dari lingkungan. Selanjutnya Piaget (dalam Suparno, 1997:30) mengemukakan bahwa teori pengetahuan itu pada dasarnya adalah teori adaptasi pikiran ke dalam suatu realitas, seperti organisme beradaptasi ke dalam lingkungan. Berikut ini dijelaskan secara ringkas beberapa istilah yang digunakan dalam proses seseorang mencapai pengertian. a. Skema Skema adalah suatu struktur mental atau kognitif yang dengan struktur mental itu seseorang secara intelektual beradaptasi dan mengkoordinasi lingkungan sekitarnya. Skema itu akan beradaptasi dan berubah selama perkembangan mental anak. Dia merupakan suatu rangkaian proses dalam sistem kesadaran orang; dengan demikian tidak dapat dilihat secara fisik. Skema adalah hasil kesimpulan atau bentukan mental seperti kreativitas, naluri, dan kemampuan. Karena skema beradaptasi dan berubah selama perkembangan mental, berarti semakin dewasa seseorang semakin banyak skema dalam dirinya. Skema ini digunakan dalam memproses dan mengidentifikasi rangsangan dari luar. Seorang anak kecil mempunyai sedikit skema yang dalam perkembangannya kemudian akan menjadi lebih umum dan lebih lengkap. b. Asimilasi Asimilasi adalah proses kognitif yang digunakan seseorang untuk mengintegrasikan persepsi, konsep, atau pengalaman baru ke dalam skema yang sudah ada dalam pikirannya. Menurut Wadsworth (dalam Suparno, 1997:31) asimilasi tidak menyebabkan perubahan skema, melainkan mengembangkan skema. Seseorang yang baru mengenal konsep bola, dalam pikirannya ia mempunyai skema bola. Apabila bola 569

ISBN. 978-602-73403-0-5 itu dilambungkannya dan dilihat bola itu memantul dengan keras maka berkembanglah skema tentang bola. Ia tetap mempunyai skema tentang bola. Ia tetap mempunyai skema yang sama tentang bola. Hanya saja skemanya tentang bola diperluas dan diperinci lebih lengkap dengan mengetahui sifat-sifat bola. Asimilasi dapat dipandang sebagai suatu proses kognitif yang menempatkan dan mengklasifikasikan kejadian atau rangsangan yang baru dalam skema yang telah ada. Proses ini berjalan terus, dan seseorang biasanya selalu secara terus menerus mengembangkan proses ini. Asimilasi dapat dipandang juga sebagai suatu proses seseorang dalam mengadaptasi dan mengorganisasi diri dengan lingkungan baru sehingga pengertiannya berkembang. c. Akomodasi Akomodasi dapat diartikan sebagai pembentukan skema baru yang cocok dengan rangsangan baru, atau dapat juga merupakan modifikasi skema yang ada sehingga cocok dengan rangsangan yang baru. Sebagai contoh seorang anak mempunyai skema bahwa semua kendaraan beroda dua atau empat. Skema ini didapat dari abstraksinya terhadap kendaraan-kendaraan yang sering dilihatnya. Pada suatu ketika dia pergi ke suatu daerah, ternyata dilihatnya ada kendaraan beroda tiga, enam, bahkan lebih dari enam. Anak ini berpendapat skema lamanya tidak cocok lagi dengan rangsangan baru yang dilihatnya. Terjadi konflik dalam pikirannya. Ia harus mengubah skema lamanya tentang jumlah roda kendaraan. Dengan demikian ia mengadakan akomodasi dengan membentuk skema baru bahwa kendaraan tidak hanya memiliki roda tiga atau enam saja. Menurut Piaget (dalam Suparno, 1997:32) proses asimilasi dan akomodasi ini terus berjalan dalam diri seseorang. d. Ekuilibrium Ekuilibrium dapat diartikan sebagai pengaturan diri secara mekanis untuk mengatur keseimbangan proses asimilasi dan akomodasi. Sedangkan disekuilibrium adalah keadaan tidak seimbang antara asimilasi dan akomodasi. Proses dari disekuilibrium ke ekuilibrium disebut ekuilibrasi. Proses ini berlangsung terus dalam diri seseorang melalui asimilasi dan akomodasi. Apabila terjadi ketidakseimbangan, maka seseorang akan berusaha untuk mencari keseimbangan dengan asimilasi dan akomodasi. B. Proses Berpikir Anak Dalam Menyelesaikan Permasalahan Proses berpikir anak dalam menyelesaikan suatu masalah matematika penting untuk diketahui seorang guru. Sejumlah penelitian menunjukkan bahwa peningkatan kemampuan matematika siswa tidak lepas dari kemampuan guru mengorganisasikan metode pembelajaran di kelas. Metode pembelajaran di kelas akan baik dan terorganisir, serta dengan mudah materi pelajaran dicerna anak apabila guru dapat dengan tepat memahami proses berpikir anak didiknya. Marpaung (dalam Ambarwati, 1993:27) mengemukakan, yang dimaksud dengan proses berpikir adalah proses yang dimulai dari penerimaan informasi (dari dunia luar atau dalam diri siswa), pengolahan, penyimpanan, dan pemanggilan informasi itu dari dalam ingatan serta pengubahan-pengubahan struktur yang meliputi konsep-konsep atau pengetahuan-pengetahuan itu. Ambarwati (1993, 139) dalam penelitiannya menemukan secara interpretative bahwa ada dua cara (proses) berbeda yang dilakukan siswa saat menyelesaikan soal yaitu: (1) Menyelesaikan soal dengan berdasarkan ide yang jelas, artinya proses selama menyelesaikan soal dimulai dari langkah pertama sampai penjelasannya dapat diikuti dengan jelas. (2) Menyelesaikan soal dengan ide yang tidak jelas, artinya siswa kesulitan menyelesaikan soal dan juga kesulitan saat menerangkan jawaban yang dibuatnya. Ginsburg (dalam Zulkarnain, 1996:21) pada intinya mengemukakan bahwa untuk mengetahui proses berpikir siswa dapat diamati melalui proses cara mengerjakan tes dan hasilnya yang ditulis secara terurut serta perlu ditambah dengan wawancara untuk mengenali cara kerjanya. Pada bagian lain Suryabrata (1995:54) mengemukakan bahwa proses berpikir merupakan proses dinamis yang dapat melukiskan menurut proses atau jalannya. Sehubungan dengan proses berpikir, Marpaung (1992:2) pada intinya mengemukakan bahwa tugas pendidikan matematika adalah mempelajari proses berpikir seseorang dalam mempelajari matematika dan bagaimana pengetahuan itu direpresentasikan dalam pikiran. Masih berkaitan dengan proses berpikir, Dahar (1988:186) pada intinya mengemukakan bahwa pada usia kira-kira 11 tahun, anak dapat menggunakan operasi-operasi konkritnya untuk membentuk operasioperasi yang lebih kompleks. Kemajuan utama anak pada periode ini ialah ia tidak perlu berpikir dengan pertolongan benda-benda atau peristiwa-peristiwa konkrit. Ia mempunyai kemampuan untuk berpikir abstrak. 570

SEMINAR NASIONAL MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA UNY 2015 Berdasarkan beberapa pendapat di atas, untuk mengetahui proses berpikir siswa dalam menyelesaikan permasalahan matematika hanya dapat diamati melalui proses cara mengerjakan soal dan hasilnya yang ditulis secara terurut serta perlu dilakukan wawancara yang mendalam (dept interview). C. Kriteria Kejelasan Ide Siswa Untuk mengetahui kejelasan ide dalam proses berpikir siswa dalam menyelesaikan permasalahan matematika, dilakukan analisis terhadap langkah-langkah penyelesaian yang dikerjakan siswa pada tes tulis atau dari hasil wawancara. Kriteria yang ditetapkan untuk mengklasifikasikan kejelasan ide siswa dalam proses berpikirnya adalah sebagai berikut. (1) Siswa dikatakan menyelesaikan soal berdasarkan ide yang jelas, apabila jawaban tes tulis siswa benar dan penjelasannya dalam wawancara dapat diikuti langkah demi langkah dengan benar. (2) Siswa dikatakan menyelesaikan soal berdasarkan ide yang tidak jelas, apabila siswa kesulitan menyelesaikan soal atau kesulitan saat menerangkan jawaban yang dibuatnya. D. Teori Level Van Hiele Dalam Pembelajaran Geometri Adapun tahap tahap Van Hiele tersebut digambarkan sebagai berikut ini: Tahap 1 Informasi (Information): Pada awal tingkat ini, guru dan siswa menggunakan tanya-jawab dan kegiatan tentang objek-objek yang dipelajari pada tahap berpikir siswa. Dalam hal ini objek yang dipelajari adalah sifat komponen dan hubungan antar komponen bangun-bangun segi empat. Guru mengajukan pertanyaan kepada siswa sambil melakukan observasi. Tujuan dari kegiatan ini adalah: (1) guru mempelajari pengalaman awal yang dimiliki siswa tentang topik yang dibahas. (2) guru mempelajari petunjuk yang muncul dalam rangka menentukan pembelajaran selanjutnya yang akan diambil. Tahap 2 Orientasi Terarah/Terpadu (Guided Orientation): Siswa menggali topik yang dipelajari melalui alat-alat yang dengan cermat telah disiapkan guru. Aktivitas ini akan berangsur-angsur menampakkan kepada siswa struktur yang memberi ciri-ciri sifat komponen dan hubungan antar komponen suatu bangun segi empat. Alat atau pun bahan dirancang menjadi tugas pendek sehingga dapat mendatangkan respon khusus. Tahap 3 Penjelasan (Explicitation): Berdasarkan pengalaman sebelumnya, siswa menyatakan pandangan yang muncul mengenai struktur yang diobservasi. Di samping itu, untuk membantu siswa menggunakan bahasa yang tepat dan akurat, guru memberi bantuan sesedikit mungkin. Hal tersebut berlangsung sampai sistem hubungan pada tahap berpikir mulai tampak nyata. Tahap 4 Orientasi Bebas (Free Orientation): Siswa menghadapi tugas-tugas yang lebih kompleks berupa tugas yang memerlukan banyak langkah, tugas yang dilengkapi dengan banyak cara, dan tugas yang open-ended. Mereka memperoleh pengalaman dalam menemukan cara mereka sendiri, maupun dalam menyelesaikan tugas-tugas. Melalui orientasi di antara para siswa dalam bidang investigasi, banyak hubungan antar objek menjadi jelas. Tahap 5 Integrasi (Integration): Siswa meninjau kembali dan meringkas apa yang telah dipelajari. Guru dapat membantu siswa dalam membuat sintesis ini dengan melengkapi survey secara global terhadap apa yang telah dipelajari. Hal ini penting, tetapi kesimpulan ini tidak menunjukkan sesuatu yang baru. Pada akhir fase kelima ini siswa mencapai tahap berpikir yang baru. Siswa siap untuk mengulangi fase-fase belajar pada tahap sebelumnya. E. Relasi Model-model Pembelajaran Scientific Approach dengan Tahapan Pembelajaran Geometri Menurut Van Hiele Berdasarkan pemaparan-pemaparan di atas, dapat kita sajikan relasi antara model-model pembelajaran dengan tahapan pembelajaran geometri menurut van Hiele, seperti berikut : 571

ISBN. 978-602-73403-0-5 GAMBAR 1. RELASI ANTARA MODEL PEMBELAJARAN SCIENTIFIC APPROACH DENGAN TAHAPAN PEMBELAJARAN GEOMETRI MENURUT VAN HIELE Berdasarkan relasi di atas terlihat bahwa semua model pembelajaran yang disajikan memiliki relasi yang sesuai dengan point-point pada tahapan pembelajaran geometri menurut van Hiele. Sehingga guru dapat menyajikan materi geometri dengan menggunakan beberapa metode di atas yaitu (Inquiry based learning, Discovery based learning, Problem based learning, Project based learning). Namun perlu diadakan analisis lebih dalam untuk menentukan bagaimana Teori level van hiele yang berbasis pendekatan saintifik atau scientific approah dalam pembelajaran geometri. F. Mengintegrasikan Scientific Approach dengan Teori Van Hiele Pengintegrasian scientific approach dengan teori van hiele dilakukan dengan cara menganalisis 5M pada scientific approach yang dikaitkan dengan teori van hiele. GAMBAR 1. PENGINTEGRASIAN SCIENTIFIC APPROACH DENGAN TEORI VAN HIELE Pada gambar 2 dapat kita amati beberapa point diantaranya, pada point (1) dan (2) ada relasi antara proses mengamati dan menanya dengan visualisasi hal ini dikarenakan langkah mengamati pada pendekatan saintifik yaitu siswa mendengar, membaca, menyimak, melihat (tanpa atau dengan alat) sama dengan proses visualisasi pada teori van hiele yaitu pada tahap ini anak mulai belajar mengenal suatu bentuk geometri secara visual, namun belum mampu mengetahui adanya sifat-sifat dari bentuk geometri yang dilihatnya itu. Point (3) pada tahap mengumpulkan informasi kegiatan siswa yaitu melakukan eksperimen, membaca atau mendapatkan info dari sumber lain selain buku teks, dan bisa juga dengan mengamati objek atau kejadian dan secara tidak langsung hal ini membantu tahap analisis pada teori van hiele yaitu anak sudah mulai mengenal sifat-sifat yang dimiliki suatu bangun geometri yang diamatinya tetapi tahap ini nak 572

SEMINAR NASIONAL MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA UNY 2015 belum mampu mengetahui hubungan yang terkait antara suatu benda geometri dengan benda geometri lainnya. Point (4) pada tahap mengasosiasi atau menalar kegiatan siswa mengolah informasi yang sudah dikumpulkan baik terbatas dari hasil kegiatan mengumpulkan/eksperimen mau pun hasil dari kegiatan mengamati dan kegiatan mengumpulkan informasi. Pengolahan informasi yang dikumpulkan dari yang bersifat menambah keluasan dan kedalaman sampai kepada pengolahan informasi yang bersifat mencari solusi dari berbagai sumber yang memiliki pendapat yang berbeda sampai kepada yang bertentangan. Kemudian hubungannya dengan tahap deduksi informal atau pengurutan pada teori van hiele adalah pada saat mengolah informasi siswa sudah mulai mampu melaksanakan penarikan kesimpulan namun kemampuan ini belum berkembang secara penuh. Satu hal juga yang perlu diketahui adalah, siswa pada tahap ini sudah mulai mampu mengurutkan Point (5) dan (6) pada tahap mengomunikasikan yaitu menyampaikan hasil pengamatan, kesimpulan berdasarkan hasil analisis secara lisan, tertulis atau media lainnya. Hubungannya pada teori van hiele yaitu pada tahap deduksi dan akurasi. Pada tahap deduksi siswa sudah mampu menarik kesimpulan secara deduktif, yaitu penarikan kesimpulan dari hal-hal yang bersifat umum menuju hal-hal yang bersifat khusus kemudian dilanjutkan dengan tahap akurasi yaitu siswa sudah mulai menyadari betapa pentingnya ketepatan dari prinsip-prinsip dasar yang melandasi suatu pembuktian. Tahap akurasi merupakan tahap berfikir yang tinggi, rumit, dan kompleks. Oleh karena itu tidak mengherankan jika nantinya tidak semua anak, meskipun sudah duduk dibangku sekolah lanjutan atas, masih belum sampai pada tahap berfikir ini. Teori level Van Hiele yang telah berbasis scientific approach IV. SIMPULAN DAN SARAN Berdasakan sumber-sumber diatas ada tiga hal yang saling berhubungan yaitu proses berpikir, teori Van Hiele, dan scientific approach. Dalam proses seseorang mencapai pengertian ada beberapa istilah yang digunakan yaitu skema, asimilias, akomodasi, dan ekuilibrium. Pada tahapan skema sama halnya dengan tahapan visualisasi pada Van Hiele, Asimilasi sama halnya dengan analisis, akomodasi sama dengan deduksi, dan Ekuilibrium sama dengan Akurasi. Proses berpikir siswa pada pelajaran geometri memang lebih condong untuk menggunakan Van Hiele dan ternyata teori Van Hiele ini bisa di integrasikan juga dalam scientifc approach yang sedang berjalan pada kurikulum 2013 saat ini. DAFTAR PUSTAKA [1] Ali, M. 1993. Strategi Penelitian Pendidikan. Bandung: Angkasa. [2] Bobango, J.C.. 1993. Geometry for All Student: Phase-Based Instruction. Dalam Cuevas (Eds). Reaching All Students With Mathematics. Virginia: The National Council of Teachers of Mathematics,Inc. [3] Budiarto, M.T.. 2000. Pembelajaran Geometri dan Berpikir Geometri. Dalam prosiding Seminar Nasional Matematika Peran Matematika Memasuki Milenium III. Jurusan Matematika FMIPA ITS Surabaya. Surabaya, 2 Nopember. [4] Kho, R.. 1996. Tahap Berpikir dalam Belajar Geometri Siswa-siswa Kelas II SMP Negeri I Abepura di Jayapura Berpandu pada Model van Hiele. Tesis tidak diterbitkan. Malang: PPS IKIP Malang. 573

ISBN. 978-602-73403-0-5 [5] Madja, M.S.. 1992. Perancangan dan Implementasi Perangkat Ajar Geometri SMTA. Tesis tidak diterbitkan. Jakarta: PPS UI. [6] Nur aeni, E. (2008). Teori Van hiele Dan Komunikasi Matematik (Apa, Mengapa Dan Bagaimana), hlm. 128-129 [ Online ] Tersedia di http://eprints.uny.ac.id/6917/1/p-11%20pendidikan%20%28epon%20 Nuraeni%29.pdf [7] Purnomo, A.. 1999. Penguasaan Konsep Geometri dalam Hubungannya dengan Teori Perkembangan Berpikir van Hiele pada Siswa Kelas II SLTP Negeri 6 Kodya Malang. Tesis tidak diterbitkan. Malang: PPS IKIP Malang. [8] Ruseffendi, E.T. (1991). Pengantar Kepada Membantu Guru Mengembangkan Kompetensinya dalam Pengajaran Matematika untuk Meningkatkan CBSA. Bandung:Tarsito [9] Sudarman. 2000. Pengembangan Paket Pembelajaran Berbantuan Komputer Materi Luas dan Keliling Segitiga untuk Kelas V Sekolah Dasar. Tesis tidak diterbitkan. Malang: PPS UM. [10] Sunardi. 2001. Hubungan antara Usia, Tingkat Berpikir dan Kemampuan Siswa dalam Geometri. Dalam prosiding Seminar Nasional Matematika Peran Matematika Memasuki Milenium III. Jurusan Matematika FMIPA ITS Surabaya. Surabaya, 2 Nopember. [11] Suwangsih dan Tiurlina. (2010). Model Pembelajaran Matematika. Bandung:UPI PRESS [12] https://abdussakir.wordpress.com/2011/02/09/pembelajaran-geometri-sesuai-teori-van-hiele-lengkap/ [13] http://lindapurnama12.blogspot.com/2014/05/pembelajaran-matematika-geometri-model.html 574