BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Semua pekerjaan memiliki resiko dan potensi bahaya yang berpengaruh

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan industri yang cukup pesat seperti sekarang ini, perkembangan

HUBUNGAN ANTARA MANAJEMEN DIRI DENGAN STRES KERJA PADA TENAGA KESEHATAN NON KEPERAWATAN DI RS. ORTOPEDI PROF. DR. R. SOEHARSO SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. emosional dan fisik yang bersifat mengganggu, merugikan dan terjadi pada

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN STRES KERJA PADA TENAGA KESEHATAN NON KEPERAWATAN DI RS. ORTOPEDI PROF. DR. R. SOEHARSO SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit merupakan salah satu bentuk sarana kesehatan, baik yang

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit Ridogalih berdiri pada tahun 1934 yang memulai pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. SDM di bidang kesehatan dan non-kesehatan sangat berpengaruh dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pelayanan kesehatan masyarakat memiliki peran besar dalam pelayanan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kepolisian Republik Indonesia merupakan salah satu institusi yang

BAB I PENDAHULUAN. secara langsung terhadap sistem pendidikan dan pelayanan kepada masyarakat

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mengatasi stres kerja yang dihadapinya. Berdasarkan hasil penelitian yang

BAB I PENDAHULUAN. Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan

BAB I PENDAHULUAN. memberikan pelayanan rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat. Rumah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan suatu rumah sakit dalam menjalankan fungsinya ditandai. sumber daya manusia.(depkes,2002).

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DENGAN STRES KERJA PADA KARYAWAN. Skripsi. Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1

BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya perkembangan ilmu dan teknologi kedokteran menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terampil maka dalam proses perencanaan tujuan tersebut akan mengalami banyak

BAB I PENDAHULUAN. bermacam-macam, berkembang dan berubah. Seseorang bekerja karena

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan fungsi yang luas sehingga harus memiliki sumberdaya, baik modal

BAB I. padat pakar dan padat modal. Kompleksitas ini muncul karena pelayanan di. Rumah sakit sebagai salah satu sub sistem pelayanan kesehatan

BAB 1 PENDAHULUAN. dimana salah satu upaya yang dilakukan oleh rumah sakit adalah mendukung rujukan

BAB I PENDAHULUAN. memiliki prioritas tertinggi dalam hirarki Maslow. Dimana seseorang memiliki

KELENGKAPAN PENGISIAN INDIKASI MEDIS PADA FORM/BLANGKO PERMINTAAN PEMERIKSAAN RADIOLOGI

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pelayanan rawat inap merupakan kegiatan yang dilakukan di ruang rawat inap

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada era globalisasi ini teknologi berkembang semakin pesat, begitu

LAPORAN. RS JIWA PROF. Dr. SOEROJO MAGELANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam menjalankan suatu bisnis perusahaan membutuhkan berbagai

BAB I 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan untuk menjaga homeostatis dan kehidupan itu sendiri. Kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. jam kerja secara bergilir biasa disebut dengan kerja shift.

STRATEGI COPING PERAWAT RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA ( Fenomena pada Perawat di RSJD Surakarta )

HUBUNGAN STRES KERJA DENGAN ADAPTASI PADA PERAWAT DI INSTALASI GAWAT DARURAT RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan yang setiap hariberhubungan dengan pasien. Rumah

BAB 1 PENDAHULUAN. perawat adalah salah satu yang memberikan peranan penting dalam. menjalankan tugas sebagai perawat.

KELENGKAPAN PENGISIAN INDIKASI MEDIS PADA FORM/BLANGKO PERMINTAAN PEMERIKSAAN RADIOLOGI

BAB I PENDAHULUAN. aktivitas. Salah satu diantaranya diwujudkan dalam kegiatan kerja. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kepribadian serta mental yang sehat dan kuat. Selayaknya pula seorang mahasiswa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pekerja maupun pihak yang menyediakan pekerjaan. Hal ini sesuai dengan

PERBEDAAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK FISIOTERAPIS TERHADAP PASIEN RAWAT JALAN DI POLIKLINIK FISIOTERAPI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Dunia perbankan memiliki pesaing yang banyak di era globalisasi saat ini.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kesehatannya dan mencapai kesembuhan yang optimal baik fisik, psikis maupun

BAB I PENDAHULUAN. sekelompok orang yang bekerjasama untuk mencapai suatutujuan organisasi.

BAB I PENDAHULUAN. bagi perubahan kelangsungan hidup seseorang. Perubuhan-perubahan yang terjadi. diberbagai bidang termasuk bidang kesehatan.

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN STRESS KERJA PADA TENAGA KESEHATAN NON KEPERAWATAN DI RS. ORTOPEDI PROF. DR. R. SOEHARSO SURAKARTAA

LAPORAN. RS JIWA PROF. Dr. SOEROJO MAGELANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan sehari-hari, manusia tidak terlepas dari hadirnya tekanan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. emosi, pikiran, perilaku, motivasi daya tilik diri dan persepsi yang

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN KEMANDIRIAN DALAM ACTIVITY of DAILY LIVING (ADL) PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Rumah sakit merupakan salah satu bentuk sarana kesehatan yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. memecahkan permasalahan yang dihadapi klien. Menurut Hojat et al (2013), rasa

BAB I PENDAHULUAN. Rumah Sakit adalah suatu institusi pelayanan kesehatan yang kompleks, karena

BAB I PENDAHULUAN. manakala unsur-unsur tersebut menyatu dalam dirinya. tersebut dikaitkan dengan kedudukannya sebagai makhluk individu dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa kini banyak pola hidup yang kurang sehat di masyarakat sehingga

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN. (motivasi), karakteristik pekerjaan (beban kerja), kinerja perawat dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penunjang. Menurut Para Ahli Rumah sakit adalah suatu organisasi tenaga medis

BAB I PENDAHULUAN. Kerja merupakan sesuatu yang dibutuhkan oleh manusia. Kebutuhan itu bisa bermacammacam,

LAMPIRAN A PEDOMAN OBSERVASI DAN WAWANCARA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan akan sumber daya yang berkualitas. Setiap perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. pesat seiring berkembangnya kemajuan teknologi. Persaingan dan tuntutantuntutan

LAPORAN. RS JIWA PROF. Dr. SOEROJO MAGELANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. timbulnya tuntutan efisiensi dalam menyelesaikan suatu pekerjaan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur

Pengaruh Kelelahan Emosional Dan Motivasi Belajar Siswa Terhadap Hasil Belajar Matematika. Meilantifa

2 Sumber daya manusia medis dan non medis merupakan kunci keberhasilan rumah sakit, karena rumah sakit adalah suatu bentuk organisasi yang berfungsi s

BAB I PENDAHULUAN. bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Selain untuk memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. bahkan melakukan yang terbaik untuk perusahaan. Untuk beberapa pekerjaan

BAB I PENDAHULUAN. dengan pesat, terutama di kota-kota besar. Banyaknya jumlah rumah sakit tersebut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. aspek fisik maupun emosional. Keluhan tersebut akan menimbulkan upaya untuk

BAB I PENDAHULUAN. semua rumah sakit, salah satunya Rumah Sakit Umum Daerah Soreang. jabatan dilakukan pada bulan Maret tahun 1999.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. jawab dalam memberikan pelayanan yang bermutu kepada masyarakat sesuai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kesehatan yang memadai sangat dibutuhkan. Di Indonesia, puskesmas dan rumah

BAB I PENDAHULUAN. Bandung. Rumah sakit X merupakan rumah sakit swasta yang cukup terkenal di

BAB I PENDAHULUAN. cukup menarik bagi investor. Meningkatnya pendidikan dan pendapatan

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan kepada masyarakat. keperawatan sebagai tuntunan utama. Peran perawat professional dalam

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN PERILAKU MELAYANI PADA PERAWAT DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH ROEMANI SEMARANG. Skripsi

BAB I PENDAHULUAN. penyakit disamping penyembuhan dan pemulihan. segenap lapisan masyrakat. Sasaran dari program tersebut yakni tersedianya

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit merupakan salah satu bentuk sarana kesehatan, baik yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dapat menyebabkan stres kerja pada perawat antara lain pola dan beban kerja,

LAPORAN. RS JIWA PROF. Dr. SOEROJO MAGELANG

BAB 5 KESIIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keadaan ekonomi yang kurang baik membuat setiap keluarga di Indonesia

PENGARUH ORIENTASI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN ANAK PRA SEKOLAH DI BANGSAL ANAK RUMAH SAKIT BHAKTI WIRA TAMTAMA SEMARANG. Eni Mulyatiningsih ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Di era industrialisasi seperti sekarang ini, Rumah Sakit menjadi institusi

STRES KERJA PADA PERAWAT UNIT GAWAT DARURAT

BAB I PENDAHULUAN. kinerja karyawan semakin baik. Salah satu tindakan yang penting dan harus

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Semakin sulitnya kondisi perekonomian di Indonesia menjadikan. persaingan diantara perusahaan-perusahaan semakin ketat.

BAB I PENDAHULUAN. ekonomis. Oleh karena itu, pemeliharaan kesehatan merupakan suatu upaya. pemeriksaan, pengobatan atau perawatan di rumah sakit.

BAB I PENDAHULUAN. rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Rumah sakit diklasifikasi berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. xiv

1. Bab II Landasan Teori

BAB I PENDAHULUAN. dengan tuntutan perkembangan eksternal organisasi (Rochmanadji, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. secara terus menerus, tulus, ikhlas, peduli dengan masalah pasien yang di hadapi

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Semua pekerjaan memiliki resiko dan potensi bahaya yang berpengaruh pada tenaga kerja. Resiko dan potensi bahaya tersebut dapat berupa gangguan baik berupa fisik maupun psikis. Gangguan psikis kadang sering terabaikan, padahal gangguan ini merupakan salah satu faktor yang perlu untuk diperhatikan karena berpengaruh pada kesehatan mental pekerja. Gangguan psikis yang tidak segera diatasi akan berdampak pada timbulnya stres. Stres di tempat kerja merupakan hal yang hampir dialami oleh para pekerja. Masyarakat pekerja di kota-kota besar yang sebagian besar merupakan urbanis dan industrialis yang selalu disibukkan dengan deadline penyelesaian tugas, tuntutan peran di tempat kerja yang semakin beragam dan kadang bertentangan satu dengan yang lain, beban kerja yang berlebihan, masalah keluarga, dan masih banyak tantangan lainnya yang membuat stres menjadi suatu faktor yang hampir tidak mungkin untuk dihindari. Survey yang dilakukan oleh Northwestern National Life pada pekerja di Amerika menunjukkan bahwa 40% pekerja dilaporkan mengalami stres di tempat kerja dan 26% pekerja menganggap pekerjaan mereka sebagai stressor paling utama dalam kehidupan mereka. Sedangkan menurut survey yang dilakukan University menunjukkan bahwa sebanyak 29 % pekerja di Amerika mengalami stres di tempat kerja (Steven, S., dkk, 1998). 1

2 Gambar 1.1 Gambar Survey Stres Kerja Semua pekerjaan sebenarnya dapat menjadi pembangkit stres. Stres kerja menurut Seyle (dalam Waluyo, 2013) menyatakan bahwa stres kerja dapat diartikan sebagai sumber atau stressor kerja yang menyebabkan reaksi individu berupa reaksi fisiologis, psikologis dan perilaku. Stressor kerja menurut Waluyo (2013) merupakan segala kondisi pekerjaan yang dipersepsikan karyawan sebagai tuntutan dan dapat menimbulkan stres kerja. Aspek intrinsik dalam pekerjaan yang berkaitan dengan stres kerja salah satunya yaitu tuntutann tugas. Menurut Maslach di dalam Papalia (2007) menjelaskan bahwa stress kerja banyak terjadi pada individu dengan latar belakang pekerjaan dalam bidang pelayanan, yaitu orang-orang yang bekerja pada bidang

3 pelayanan kemanusiaan dan berkaitan erat dengan masyarakat, misalnya perawat, pekerja sosial, guru, konselor, dokter, polisi. Penelitian mengenai stres kerja pernah dilakukan oleh Nadia Revalika. Dimana penelitian tersebut mengenai stres kerja pada tenaga kesehatan salah satunya pada perawat di Rumah Sakit Dr.Soetomo Surabaya. Pada perawat yang berusia 20-25 tahun lebih banyak mengalami tingkat stres dari pada yang berusia 25-30 tahun, 31-35 tahun, 36-40 tahun, dan > 40 tahun. Perawat yang berusia 25-30 tahun, 31-35 tahun, 36-40 tahun, dan > 40 tahun sebagian besar tingkat stres kerja adalah sedang dan ringan. (Jurnal Psikologi Industri dan Organisasi Vol 2 no 1 tahun 2013). Penelitian sebelumnya mengenai stres kerja pernah dilakukan di RS. Ortopedi Prof. Dr. R. Soeharso Surakarta oleh Widyasrini (2013). Dimana penelitian tersebut mengenai tingkat stres tenaga kesehatan di RS. Ortopedi Prof. Dr. R. Soeharso Surakarta dengan hasil penelitian yang didapatkan yaitu di bagian keperawatan berjumlah 32 perawat yang dikategorikan bekerja pada shift pagi, ada 26 perawat (81,25%) yang dikategorikan mengalami stres kerja yang dapat teratasi dan 6 perawat (18,75%) yang dikategorikan mengalami stres kerja ringan. Adapun berjumlah 32 perawat pada shift malam dikategorikan mengalami stres kerja yang dapat teratasi ada 28 perawat (87,5%) dan 4 perawat (12,5%) dapat dikategorikan mengalami stres kerja ringan. Semua lingkungan pekerjaan berpotensi sebagai stressor kerja. Salah satunya adalah lingkungan pekerjaan yang berhubungan erat dengan layanan kesehatan masyarakat contohnya rumah sakit, dimana tenaga kesehatan dituntut

4 untuk membantu pasien dalam meningkatkan kesehatan dan mencapai kesembuhan yang optimal baik fisik, psikis maupun sosial. Rumah sakit memerlukan suatu sistem pelayanan kesehatan yang baik guna menunjang operasional dalam pelayanan kesehatan pasien. Sistem pelayanan kesehatan merupakan bagian terpenting dalam meningkatkan mutu kesehatan pada rumah sakit. Keberhasilan sistem pelayanan kesehatan juga tergantung dari beberapa komponen yang masuk dalam pelayanan kesehatan diantaranya perawat, dokter dan tim kesehatan yang saling menunjang. Keberhasilan rumah sakit dalam menjalankan fungsinya ditandai dengan adanya mutu pelayanan yang berkualitas oleh pihak rumah sakit. Mutu pelayanan rumah sakit dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya yang paling dominan adalah sumber daya manusia (SDM), yang meliputi tenaga kesehatan (medis) dan non kesehatan (non medis). Begitu juga halnya yang terjadi pada RS. Ortopedi Prof. Dr. R. Soeharso Surakarta. Sesuai dengan hasil wawancara peneliti dengan Aries Cholifah, S.Kp, M.Pd Kepala bagian Pendidikan dan Penelitian di RS. Ortopedi Prof. Dr. R. Soeharso Surakarta yang menyatakan bahwa tenaga kesehatan (medis) adalah tenaga kesehatan yang berhubungan langsung dengan pasien, salah satunya adalah tenaga kesehatan non keperawatan yang meliputi Fisioterapi, Okupasi terapi, Terapi Wicara, Ortotik Prostetik, Laboratorium, Farmasi dan Radiologi. Sedangkan tenaga non kesehatan (non medis) adalah tenaga kesehatan yang tidak langsung berhubungan dengan pasien misalnya bagian umum yang meliputi Administrasi, Keuangan, Akuntansi, Satpam dan sebagainya.

5 Penelitian awal yang dilakukan oleh peneliti di RS. Ortopedi Prof. Dr. R. Soeharso Surakarta dilakukan dengan teknik pengambilan data melalui wawancara dengan sampel dari tenaga kesehatan non keperawatan yang meliputi kepala instalasi Laboratorium, kepala instalasi Farmasi dan kepala ruang instalasi laboratorium. Wawancara yang pertama dengan Kepala Instalasi Laboratorium RS. Ortopedi Prof. Dr. R. Soeharso Surakarta berinisial (FR) didapatkan hasil bahwa stres kerja terindikasi dari aspek psikologis, salah satunya yaitu kepanikan. Kepanikan tenaga kesehatan yang bertugas terjadi akibat tekanan prosedur pekerjaan di laboratorium yang mengharuskan tenaga kesehatan mengambil sampel darah dari poli kemudian membawanya ke laboratorium. Selain itu syarat kerja di laboratorium membutuhkan ketelitian yang tinggi karena berhubungan dengan angka-angka sebagai pedoman dokter, hal ini membuat tenaga kesehatan yang bertugas harus tetap fokus, namun kondisi di dalam ruang laboratorium yang ramai dengan tenaga kesehatan lainnya membuat kondisi tidak kondusif. Wawancara yang kedua dengan Kepala Instalasi Farmasi RS. Ortopedi Prof. Dr. R. Soeharso Surakarta berinisial (LD) di dapatkan hasil bahwa stres kerja terindikasi dari aspek psikologis dan fisiologis, salah satunya adalah sikap mudah marah dan pusing yang dialami tenaga kesehatan di instalasi farmasi. Menurut penuturan LD sikap mudah marah dan pusing terjadi karena adanya beberapa pasien yang sering komplain masalah obat kepada pihak apoteker yang justru memicu terhambatnya penanganan pasien lain, selain itu pergantian sistem komputerisasi yang lama menjadi sistem baru menyebabkan beberapa komputer error sehingga menghambat tenaga kesehatan dalam menyelesaikan pekerjaannya.

6 Namun secara normal walaupun tuntutan pekerjaan di instalasi farmasi harus dilakukan secara cepat, tepat, dan akurat hal ini tidak terlalu menyebabkan stres pada tenaga kesehatan di instalasi farmasi. Wawancara yang terakhir peneliti dengan Kepala Ruang Laboratorium RS. Ortopedi Prof. Dr. R. Soeharso Surakarta berinisial (SH) di dapatkan hasil bahwa stres kerja terindikasi dari perilaku, dimana ada tenaga kesehatan mengalami perasaan yang tidak enak (sungkan) terhadap rekan kerjanya yang lain untuk meyuruh membantu menyelesaikan pekerjaan. SH menjelaskan bahwa sibuknya pekerjaan penataan ruang di laboratorium yang sempit, dengan kondisi ruangan yang ramai dan berisik membuat pekerjaan semakin repot untuk diselesaikan. Berdasarkan penelitian awal yang dilakukan oleh peneliti dengan wawancara kepada ketiga tenaga kesehatan non keperawatan di RS. Ortopedi Prof. Dr. R. Soeharso Surakarta dapat disimpulkan bahwa tenaga kesehatan yang berhubungan langsung dengan pasien mengalami indikasi stres kerja. Dilihat dari aspek psikologis dan fisiologis yang menyatakan perasaan mudah marah dan pusing. Kemudian dari aspek psikologis terindikasi adanya stres kerja melalui kepanikan, sedangkan aspek perilaku dapat diindikasikan dengan adanya perasaan tidak enak (sungkan) kepada rekan kerja yang lain. Penyebab stres dalam pekerjaan dibagi menjadi dua, yaitu Group stressor dan Individual stressor. Group stressor adalah penyebab stres yang berasal dari situasi maupun keadaan di dalam perusahaan, misalnya kurangnya kerjasama antara karyawan, konflik antar individu dalam suatu kelompok, maupun

7 kurangnya dukungan sosial dari sesama karyawan di dalam perusahaan. Sedangkan individual stressor, adalah penyebab stres yang berasal dari dalam diri individu, misalnya tipe kepribadian seseorang, kontrol personal dan tingkat kepasrahan seseorang, persepsi terhadap diri sendiri, tingkat ketabahan dalam menghadapi konflik peran serta ketidakjelasan peran. (Waluyo, 2013). Tuntutan pekerjaan dapat menimbulkan stres kerja, salah satu penyebabnya berasal dari dalam diri individu. Setiap individu akan memberikan reaksi yang berbeda terhadap tantangan yang datang pada dirinya, bergantung pada kondisi karakteristik pribadinya. Dari sumber dan tantangan yang sama, bisa timbul stres dengan bentuk dan intensitas yang berbeda antara satu dan lainnya. Pada umumnya, individu yang memiliki tingkat kemandirian yang tinggi relatif mampu menghadapi stres dengan baik. Pribadi yang mandiri akan mampu mengenal apa yang harus dilakukannya dan mampu mengendalikan perilaku yang harus diwujudkannya. Menurut Afram (2012) seseorang perlu mengenal atau mengerti dirinya sendiri sekaligus mengelolanya dengan baik, ini merupakan pengertian dari manajemen diri. Tidak optimalnya manajemen diri yang dimiliki oleh individu menyebabkan individu sulit mengendalikan perasaan, tingkah laku dan pikiran dalam menyelesaikan tujuan. Menurut Macan, 1990 (dalam Ratih, 2013) individu yang dapat memanfaatkan waktu dengan teratur sehingga akan mampu menyelesaikan tugas pekerjaan dan dapat mengambil keputusan dengan tepat. Individu yang mampu memanajemen dirinya dengan baik akan mampu membuat prioritas, kegiatan apa yang harus dikerjakan terlebih dahulu, apakah pekerjaan

8 kantor atau pekerjaan lain, memiliki kemampuan manajemen diri, dapat mengatur dan mengorganisasikan. Pendapat yang relevan diutarakan oleh Prijosaksono (2001) yang mengemukakan manajamen diri adalah kemampuan individu untuk mengendalikan sepenuhnya keberadaan diri secara keseluruhan (fisik, emosi, mental atau pikiran, jiwa maupun rohnya) dan realita kehidupannya dengan memanfaatkan kemampuan yang dimilikinya. Suatu fakta yang dapat dilihat adalah dalam kerja setiap individu tidak mampu sepenuhnya memenuhi dan memuaskan kebutuhan serta harapan yang dimiliki. Hal ini terjadi mengingat bahwa setiap individu memiliki keterbatasan yang menyangkut waktu, kemampuan, tenaga, dan pikiran (Hartanti dan Rahaju, 2003). Keterbatasan tersebut, menurut Covey (dalam Gustina, 2009) menyebabkan individu memerlukan tindakan efektif dalam hidup seperti pembuatan skala prioritas aktivitas, dan mengorganisasikan diri dan lingkungannya untuk mendukung pelaksanaan aktivitas tersebut dengan baik. Aktivitas ini nantinya akan menghasilkan visi atau perspektif, keseimbangan, disiplin, kontrol dan beberapa krisis yang dapat dikendalikan oleh individu dengan mudah sehingga ia mampu mengoptimalkan potensi diri dan mewujudkan cita-citanya. Hal ini merupakan inti dari manajemen diri yang efektif. Apabila individu memiliki manajemen diri yang baik, maka akan ada kecenderungan bahwa individu tersebut mampu mengarahkan dan mengatur dorongan-dorongan yang ada dalam dirinya. Namun apabila individu yang terjebak dalam proses pengaturan dirinya sendiri, mereka akan merasa kesulitan untuk membagi waktu yang digunakan untuk mengerjakan pekerjaan kantor yang

9 semakin menumpuk, sehingga tugas dan pekerjaan tidak dapat dilaksanakan secara maksimal. Penumpukan pekerjaan menjadi salah satu sumber dari stres kerja yaitu pekerjaan itu sendiri. Berdasarkan latar belakang permasalahan diatas maka dapat dibuat rumusan masalah sebagai berikut : Apakah ada hubungan antara manajemen diri dengan stres kerja?. Berdasarkan rumusan masalah tersebut penulis tertarik untuk menguji lebih lanjut guna mengadakan penelitian berjudul : HUBUNGAN ANTARA MANAJEMEN DIRI DENGAN STRES KERJA PADA TENAGA KESEHATAN NON KEPERAWATAN DI RS. ORTOPEDI PROF. DR. R. SOEHARSO SURAKARTA.

10 B. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin di capai dalam penelitian ini adalah : 1. Mengetahui hubungan antara manajemen diri dengan stres kerja pada tenaga kesehatan non keperawatan di RS. Ortopedi Prof. Dr. R. Soeharso Surakarta. 2. Mengetahui peran manajemen diri terhadap stres kerja pada tenaga kesehatan non keperawatan di RS. Ortopedi Prof. Dr. R. Soeharso Surakarta. 3. Mengetahui seberapa besar tingkat stres kerja pada tenaga kesehatan non keperawatan di RS. Ortopedi Prof. Dr. R. Soeharso Surakarta. 4. Mengetahui seberapa besar tingkat manajemen diri pada tenaga kesehatan non keperawatan di RS. Ortopedi Prof. Dr. R. Soeharso Surakarta. C. Manfaat Penelitian 1. Secara Teoritik Sebagai referensi dan tambahan bagi pengembangan ilmu psikologi terutama ilmu psikologi dalam bidang industri dan organisasi. 2. Secara praktis Adanya penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan kepada RS. Ortopedi Prof. Dr. R. Soeharso Surakarta dalam rangka menurunkan stres kerja khususnya pada tenaga kesehatan non keperawatan di RS. Ortopedi Prof. Dr. R. Soeharso Surakarta.