BAB IV MAKNA PELAKSANAAN UPACARA ADAT ALAWAU AMANO BAGI KEHIDUPAN ORANG NOLLOTH. A. Mendiskripsikan Upacara Adat Kematian Alawau Amano

dokumen-dokumen yang mirip
INSTRUMEN PENELITIAN TESIS ALAWAU AMANO

BAB V PENUTUP. penting yang menjadi pokok atau inti dari tulisan ini, yaitu sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN. dari (bahasa Sansekerta) buddyah yang merupakan bentuk jamak dari kata

BAB IV. 1. Makna dan Nilai wariwaa dalam adat. Pada umumnya kehidupan manusia tidak terlepas dari adat istiadat,

BAB IV ANALISIS NILAI-NILAI KEAGAMAAN DALAM UPACARA SEDEKAH BUMI. A. Analisis Pelaksanaan Upacara Sedekah Bumi

BAB IV MAKNA PELAKSANAAN RITUAL TIRIS SOPI BAGI KEHIDUPAN MASYARAKAT ROMKISAR. A. Mendeskripsikan Upacara Perkawinan Adat Ritual Tiris Sopi

BAB IV ANALISA DAN REFLEKSI TEOLOGI

BAB V. Penutup. GKJW Magetan untuk mengungkapkan rasa syukur dan cinta kasih karena Yesus

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang sangat kompleks. Didalamnya berisi struktur-struktur yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENELITIAN YANG RELEVAN. Kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu buddhayah, ialah

BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS. persaudaraan antar keluarga/gandong sangat diprioritaskan. Bagaimana melalui meja

2015 PEWARISAN NILAI-NILAI BUDAYA SUNDA PADA UPACARA ADAT NYANGKU DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS

BAB I PENDAHULUAN. turun temurun. Kebiasaan tersebut terkait dengan kebudayaan yang terdapat dalam

RELIGI. Oleh : Firdaus

BAB I PENDAHULUAN. kesenian, moral, hukum, adat istiadat dan kemampuan - kemampuan serta

BAB I PENDAHULUAN. yang terdapat pada tujuh unsur kebudayaan universal. Salah satu hal yang dialami

I. PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia dengan keanekaragaman adat istiadat yang terdiri dari berbagai macam

BAB I PENDAHULUAN. keseluruhan pengertian, nilai, norma, ilmu pengetahuan serta keseluruhan strukturstruktur

BAB I PENDAHULUAN. Minangkabau merupakan salah satu dari antara kelompok etnis utama bangsa

BAB I PENDAHULUAN. [Type text]

BAB IV. Makna Slametan Bagi Jemaat GKJW Magetan. 4.1 Pemahaman jemaat GKJW Magetan melakukan slametan

BAB IV REFLEKSI TEOLOGIS. perempuan atau pun jenis kelamin, semuanya pasti akan mengalaminya. Tidak hanya

kebudayaan lain yaitu, sistem pengetahuan, bahasa, kesenian, sistem mata

BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISA. IV.1 Sakralnya Pusat Pulau Dalam Pemahaman Orang Abubu

BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN. Berdasarkan pemahaman pada Bab I-IV, maka pada bagian akhir tesis ini terdapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB V PENUTUP. masih dijalankan dalam masyarakatnya. Di Nagari Batu Gajah salah satu tradisi

BAB I PENDAHULUAN. memberi makna kepada orang lain sesuai dengan konteks yang terjadi.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di Indonesia sangat kaya akan berbagai macam budaya baik itu bahasa,

BAB I PENDAHULUAN. dengan Konfusianisme adalah konsep bakti terhadap orang tua.

BAB I PENDAHULUAN. Simalungun terbagi atas beberapa bagian seperti upacara adat Marhajabuan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat pesisir pantai barat. Wilayah budaya pantai barat Sumatera, adalah

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah mahluk yang berbudaya, karena kebudayaan merupakan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Dari hasil pembahasan Bab IV terdahulu, maka peneliti rumuskan

PENDAHULUAN. satuan kekerabatan suatu ikatan yang dituturkan dalam sebuah cerita rakyat,

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan

2. Kesimpulan Khusus Adapun kesimpulan secara khusus akan dijabarkan sebagai berikut:

NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebudayaan merupakan corak kehidupan di dalam masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia tidak terlepas dari adat dan kebudayaan. Adat

PARTISIPAN : (Yang menjual anak) Nama : Alamat : Umur : Pekerjaan : Pendidikan : Jabatan dalam gereja/masyarakat :

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan suatu sistem nilai yang berlaku dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. untuk menunjukkan tingkat peradaban masyarakat itu sendiri. Semakin maju dan

BAB I PENDAHULUAN. I. Latar Belakang Penelitian. Pada dasarnya setiap manusia ingin melangsungkan pernikahan

BAB III PENYAJIAN DATA. A. Pelaksanaan Kenduri Arwah sebagai rangkaian dari ritual kematian dalam

2015 KAJIAN NILAI-NILAI BUDAYA UPACARA ADAT NYANGKU DALAM KEHIDUPAN DI ERA MODERNISASI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia, mitos dan ritual saling berkaitan. Penghadiran kembali pengalaman

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia terdiri dari berbagai macam suku, adat istiadat dan

BAB I PENDAHULUAN. menentukan dan menetapkan masa depan masyarakat melalui pelaksana religinya.


BAB I PENDAHULUAN. dari beragamnya kebudayaan yang ada di Indonesia. Menurut ilmu. antropologi, (dalam Koentjaraningrat, 2000: 180) kebudayaan adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar belakang Masalah. Kehidupan kelompok masyarakat tidak terlepas dari kebudayaannya sebab kebudayaan ada

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bangsa ada di dalamnya dengan latar belakang kebudayaan yang berbeda-beda.

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Setiap lingkungan budaya senantiasa memberlakukan nilai-nilai sosial budaya yang

BAB 1 PENDAHULUAN. kebudayaan yang berbeda-beda. Hal ini oleh dilambangkan oleh bangsa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Masalah

BAB II URAIAN TEORITIS KEPARIWISATAAN. suci. Ritual menciptakan dan memelihara mitos, adat, sosial, dan agama, ritual

I.PENDAHULUAN. kebiasaan-kebiasaan tersebut adalah berupa folklor yang hidup dalam masyarakat.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil laporan, deskripsi serta pembahasan hasil penelitian

ALAWAU AMANO TESIS MERSYE NATALIA PATTIPEILUHU

I. PENDAHULUAN. pengangguran, diperkirakan dapat membahayakan keamanan, di samping itu

SISTEM HUKUM ADAT SISTEM HUKUM? (Apakah Sistem Hukum Itu?) 2

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS PENGARAH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tanah merupakan kebutuhan hidup manusia yang sangat mendasar.tanah

Universitas Sumatera Utara

BAB IV ANALISIS NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM TRADISI NYADRAN DI DESA PAGUMENGANMAS KEC. KARANGDADAP KAB. PEKALONGAN

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi adalah transmisi informasi, gagasan, emosi, keterampilan dan. proses transmisi itulah yang biasanya disebut komunikasi.

BAB IV TINJAUAN KRITIS. budaya menjadi identitasnya. Apabila manusia dicabut dari budayanya, ia bukan lagi orang

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN

UKDW BAB I. Pendahuluan. 1.1 Latar belakang permasalahan. 1) Gambaran umum tentang orang Tionghoa yang ada di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. diartikan sebagai seperangkat norma, nilai, kepercayaan, adat-istiadat, aturan dan

BAB I PENDAHULUAN. ditinggalkan, karena merupakan kepercayaan atau citra suatu kelompok dan

BAB 1 PENDAHULUAN. diwariskan secara turun temurun di kalangan masyarakat pendukungnya secara

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar yang terdiri dari

BAB V ANALISA DATA. A. Upacara Kematian Agama Hindu Di Pura Krematorium Jala Pralaya

MAKNA SIMBOL UPACARA MANGONGKAL HOLI (PENGGALIAN TULANG BELULANG) PADA MASYARAKAT BATAK TOBA DI BEKASI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Setiap etnik (suku) di Indonesia memiliki kebudayaan masing-masing yang berbeda

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki banyak suku, etnis dan budaya. Salah satunya adalah suku

BAB I PENDAHULUAN. atas tanah sebagai upacara peniadaan jenazah secara terhormat.

BAB I PENDAHULUAN. ini sudah memiliki kebudayaan dan karya sastra tersendiri.

BAB I PENDAHULUAN. Kampung Naga merupakan salah satu perkampungan masyarakat yang. kampung adat yang secara khusus menjadi tempat tinggal masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan suatu bagian dari kebudayaan. Bila kita mengkaji kebudayaan

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN

BAB 1 PENDAHULUAN. sakral, sebuah pernikahan dapat menghalalkan hubungan antara pria dan wanita.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang majemuk, salah satu akibat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pernikahan adalah salah satu peristiwa penting yang terjadi dalam

BAB II KAJIAN TEORI. Kebudayaan berasal dari kata sansekerta budhayah, yaitu bentuk jamak

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan bermasyarakat, kebudayaan pada umumnya tumbuh dan

I. PENDAHULUAN. agama-agama asli (agama suku) dengan pemisahan negeri, pulau, adat yang

BAB IV MAKNA ARUH MENURUT DAYAK PITAP. landasan untuk masuk dalam bagian pembahasan yang disajikan dalam Bab IV.

BAB I PENDAHULUAN. istiadat. Wujud kedua, adalah sistem sosial atau social sistem yang berkaitan dengan

BAB IV ANALISIS DAN REFLEKSI TRADISI PENGUBURAN MASYARAKAT TRUNYAN DAN CARA MEMPERLAKUKAN JENAZAH

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan suatu Negara kepulauan yang memiliki beberapa

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. memperoleh nilai secara finansial masyarakatnya, namun lebih kepada penonjolan

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra yang tercipta merupakan hasil dari proses kreativitas pengarang. Pengarang

LINGKUNGAN DAN LEMBAGA PENDIDIKAN. a. Tempat (lingkungan fisik): keadaan iklim. Keadaan tanah dan keadaan alam

Filled Notes. 1. Wawancara dengan Bapak YB. Hari/tanggal : Selasa, 27 Maret : Rumah Bapak YB : WITA.

BAB I PENDAHULUAN. ghoirumahdloh (horizontal). Sebagaimana firman Allah swt berikut:

Transkripsi:

BAB IV MAKNA PELAKSANAAN UPACARA ADAT ALAWAU AMANO BAGI KEHIDUPAN ORANG NOLLOTH A. Mendiskripsikan Upacara Adat Kematian Alawau Amano Menurut Hertz, kematian selalu dipandang sebagai suatu proses peralihan dari suatu kedudukan sosial tertentu ke kedudukan sosial yang lain, yaitu kedudukan sosial di dunia ini ke kedudukan sosial di dunia sana. Berdasarkan hasil temuan penulis, bahwa orang Nolloth pun memahami bahwa kematian merupakan masa peralihan kehidupan alam nyata menuju ke alam baka, tempat tinggal jiwa orang mati. Mereka percaya bahwa yang mati hanya tubuh, sedangkan jiwanya berjalan terus menempuh perjalanan kealam lain. Sejalan dengan itu menurut Van Gennep, pola-pola yang mengiringi peralihan dari satu situasi ke situasi yang lain dan juga dari dunia kosmis yang satu ke dunia kosmis yang lain, peralihan itu diiringi dengan ritus-ritus. Menurutnya ritus peralihan dapat dibagi menjadi tiga bagian yaitu : ritus pemisahan, menonjol dalam upacara pemakaman karena di sini manusia benar-benar dipisahkan dengan orang yang meninggal. Dalam hal ini terjadi pemisahan dari satu cara hidup ke cara hidup yang lainnya. Ritus pemisahan diartikan sebagai ritus yang diadakan sebagai tanda adanya pemisahan dengan dunia sebelumnya. Subjek ritual dipisahkan dari dunia fenomenal yang ada, kemudian masuk ke dunia yang lain. Dalam hal ini kita bisa membedakan antara situasi yang satu dengan situasi yang lain. Upacara itu mencerminkan adanya suatu keterpisahan. Ritus liminal (ritus transisi) dialami 91

sesudah ritus pemisahan. Maksudnya, situasi dialami sebagai tidak di dini, dan tidak di sana. Situasi ambang pintu dialami sebagai suatu keterpisahan. Maka liminalitas dapat dilihat sebagai pengalaman ambang. Untuk menjelaskan hal ini van Gennep mengibaratkan dengan ambang pintu yang hanya merupakan bagian dari pintu. Jadi, berada di ambang pintu berarti belum masuk kamar itu sendiri. Dalam sistem kepercayaan orang Nolloth, setelah penguburan roh langsung ke tempat leluhur dan ketika masih belum dilaksanakannya upacara adat alawau amano roh itu hanya sampai di dunia orang mati yang sifatnya sementara. Karena orang yang mati itu hanya tinggal di dunia sementara, maka orang yang mati inilah yang sewaktu-waktu dapat kembali ke dunia manusia untuk menjumpai keluarga yang masih hidup. Ritus penggabungan, ketika dilaksanakannya ritus alawau amano maka keyakinan orang Nolloth bahwa roh yang mati sudah diterima oleh leluhur, tinggal dengan leluhur dan keluarga dan masyarakat akan dijaga oleh leluhur. Dengan demikian upacara adat alawau amano adalah serangkaian upacara adat kematian yang dilakukan oleh masyarakat Nolloth kepada para leluhur, sebagai syarat agar si mati diterima oleh leluhur dan masyarakat yang masih hidup akan dijaga oleh leluhur. Dengan begitu, maka Hertz mengatakan bahwa upacara kematian adalah tidak lain daripada upacara inisiasi. Hertz membandingkan anggapan dibelakang upacara kematian dan upacara inisiasi yang pada umumnya sama dalam lima hal yaitu: Pertama, anggapan bahwa kematian merupakan peralihan dari suatu kedudukan sosial ke kedudukan sosial yang lain adalah suatu masa krisis, suatu masa yang penuh bahaya, tidak hanya bagi individu yang bersangkutan, melainkan juga bagi keluarga. 92

Orang Nolloth menganggap bahwa kematian merupakan suatu masa peralihan yang amat penting, masa perubahan jasmaniah kepada kehidupan rohaniah, masa perpindahan dari alam nyata ke alam baka untuk diterima oleh leluhur dan mendapat tempat yang layak di alam baka. Setelah pemakaman jiwa si lansung ke tempat leluhur yang sifatnya sementara. Maka dibutuhkan pertolongan sanak-keluarga yang masih hidup untuk melaksanaan upacara adat alawau amano. Dengan adanya pelaksanaan upacara adat alawau amano, merupakan satu syarat si mati dapat diterima oleh leluhur dan keluarga yang masih hidup tidak mendapatkan hukuman (kutukan). Kedua, anggapan bahwa jenasah dan keluarga yang mempunyai hubungan keluarga dengan orang yang meninggal itu, dianggap mempunyai sifat sakral. Hal ini dapat dilihat di mana pada saat ada anggota keluarga atau masyarakat yang meninggal, maka keluarga, kerabat dan masyarakat yang datang untuk membantu, memberikan sumbangan dan menghadiri ibadah pemakaman serta mengikuti upacara Alawau Amano. Dalam upacara kematian ini juga seluruh keluarga dan kenalan si mati diberitahu. Sehingga keterlibatan seluruh keluarga bertujuan untuk mempererat hubungan kekeluargaan. Serta diharuskan untuk menyelesaikan perselisihan yang terjadi di dalam keluarga sebelum dilaksanakan ibadah pemakaman dan upacara Alawa Amano. Ketiga, anggapan bahwa peralihan dari suatu kedudukan sosial lain itu tak dapat berlangsung sekaligus, tetapi setingkat demi setingkat, melalui serangkaian masa antara yang lama. Orang Nolloth memahami bahwa ketika ada kematian, maka jiwa si mati akan bergentayangan disekitar rumah dan negeri Nolloth. Setelah diadakan 93

penguburan jenasah, barulah jiwa aka menuju ke tempat leluhur. Proses diterima dan tidak diterimanya jiwa si mati oleh leluhur, bergantung kepada keluarga dan kerabat yang masih hidup dalam pelaksanaan upacara adat alawau amano dan tidak dibutuhkan waktu yang lama. Hal ini dikarenakan upacara adat alawau amano biasanya dilaksanakan setelah ibadah syukur pemakaman. Keempat, anggapan bahwa upacara inisiasi harus mempunyai tiga tahap, yaitu tahap melepaskan si obyek dari hubungan dengan masyarakat yang lama, tingkat yang mempersiapkan bagi kedudukan yang baru, dan tingkat yang mengangkatnya ke dalam kedudukan yang baru. Bagi orang Nolloth setelah pemakaman roh si mati akan menuju ke tempat leluhur yang sifatnya sementara. Stelah diadakan upacara adat alawau amano barulah roh akan diterima oleh leuhur. Roh si mati sangat besar tergantung terhadap pelaksanaan upacara adat alawau amano agar diterima oleh leluhur. Sebaliknya harapan besar dari keluarga setelah melaksanakan upacara Alawau Amano adalah mendapatkan berkat. Kelima, anggapan bahwa dalam tingkat persiapan dari masa inisiasi, si obyek merupakan makhluk yang lemah, sehingga harus dikuatkan dengan berbagai upacara ilmu gaib. Upacara adat kematian Alawau Amano berhubungan dengan kepercayaan menjamin, agar yang mati mendapatkan tempat yang layak di alam baka dan memperoleh ketenangan bersama para leluhur. Sebelum pemakaman jiwa si mati dianggap bergentayangan dan belum mendapatkan tempat bersama leluhur. Oleh sebab itu upacara alawau amano merupakam rangkaian upacara yang sifatnya mengantar jiwa si mati kepada leluhur. Agar jiwa si mati tidak lagi bergentayangan tetapi tenang bersama leluhur. 94

B. Makna Upacara Alawau Amano Bagi Kehiduan Orang Nolloth Menurut Hertz, upacara kematian selalu dilakukan manusia dalam rangka adat istiadat dan struktur sosial dari masyarakatnya yang berwujud sebagai gagasan kolektif. Berdasarkan hasil temuan di lapangan maka penulis menemukan orang Nolloth memaknai ritual alawau amano sebagai berikut: 1. Alawau Amano adalah serangkaian ritual adat yang dilakukan sebagai bentuk penghormatan terhadap leluhur. Tete nene moyang atau leluhur sebagai yang di hormati karena berjasa dalam, menata kehidupan negeri dengan berbagai norma, dan nilai yang dikemas dalam adat sebagai peraturan yang harus ditaati. Hal ini terlihat dengan dipakainya bahasa adat dalam setiap pelaksanaan upacara adat alawau amano. Bagi masyarakat Nolloth penghormatan kepada nenek moyang atau leluhur mempunyai suatu prasyarat yang sangat penting, yaitu adanya suatu keyakinan bahwa sesungguhnya orang yang telah mati masih hidup dalam bentuk yang lain dan dia mempunyai hubungan sosial dengan orang-orang yang hidup, serta memiliki sifta-sifat ilahi dan senantiasa memperhatikan dan memelihara keturunannya. Karena itu penghormatan terhadap nenek moyang atau leluhur yang telah mati masih mempunyai wewenang terhadap keturunannya, baik itu dalam bentuk memberi berkat maupun dalam bentuk hukuman (kutukan). Jadi orang-orang yang telah mati dikuatkan lagi melalui kematiannya menjadi roh yang bisa menolong dan mencelakakan orang yang hidup. 2. Alawau Amano sebagai salah satu cara masyarakat Nolloth menghayati kehidupan kolektif atau kehidupan bergotong royong serta membangun 95

kekerabatan dengan keluarga dan masyarakat. Hal ini dapat dilihat dimana pada saat ada anggota keluarga atau masyarakat yang meninggal, maka keluarga, kerabat dan masyarakat yang datang untuk membantu, memberikan sumbangan dan menghadiri ibadah pemakaman serta mengikuti upacara Alawau Amano. Dalam upacara kematian ini juga seluruh keluarga dan kenalan si mati diberitahu. Sehingga keterlibatan seluruh keluarga bertujuan untuk mempererat hubungan kekeluargaan. Serta diharuskan untuk menyelesaikan perselisihan yang terjadi di dalam keluarga sebelum dilaksanakan ibadah pemakaman dan upacara Alawa Amano. Dengan melakukan upacara adat kematian alawau amano berarti semakin mempererat hubungan kekerabatan antara seluruh keluarga. Hubungan kekerabatan ini ditunjukan dalam bentuk keikutsertaan seluruh keluarga dalam upacara adat kematian dan penyelesaian perselisihan dalam keluarga. Hal ini sejalan dengan apa yang dikatakan oleh Turner, bahwa upacara berkaitan erat dengan masyarakat, yang dilakukan untuk mendorong orang-orang melakukan dan menaati tatanan sosial tertentu. Ritus memberikan motivasi dan nilai pada tingkat yang paling dalam. Oleh sebab itu, upacara mempunyai peran dalam masyarakat, antara lain: menghilangkan konflik, mengatasi perpecahan dan membangun solidaritas masyarakat, menyatukan prinsip yang berbeda-beda dan memberi motivasi serta kekuatan baru untuk hidup dalam kehidupan masyarakat sehari-hari. Dalam masyarakat Nolloth ketika ada perselisihan di dalam keluarga maka keluarga diharuskan untuk menyelesaikan perselisihan dan menentukan kapan pemakaman dilaksanakan dan upacara adat kematian. Dengan demikian lewat kematian dan upacara kematian keluarga yang 96

masih berselisih akan kembali bersama membangun hubungan kekeluargaan. Sehingga baik jiwa yang mati akan mendapatkan tempat bersama leluhur, keluarga yang masih hidup pun akan mendapatkan berkat dari leluhur dalam bentuk dijaga dan keluarga pun akan kembali hidup dengan penuh kekeluargaan. Kehadiran seluruh keluarga dan masyarakat dalam upacara, itu berarti ada hal tolong menolong dan kekerabatan yang tercipta diantara masyarakat. Dimana semua lapisan masyarakat sama-sama terlibat dalam upacara, baik itu pihak gereja, pemerintah dan masyarakat. keterlibatan semua lapisan masyarakat dalam ibadah pemakaman dan upacara kematian memperlihatkan adanya hubungan kebersamaan yang terbangun secara bersama antara keluarga yang berduka dengan semua masyarakat. initnya adalah bahwa semua akan saling tolong menolong baik dalam suka maupun duka. 3. Alawau Amano sebagai bentuk ungkapan terima kasih. Dari pelaksanaan upacara Alawau Amano mengungkapkan bahwa setiap orang harus mempunyai rasa terima kasih terhadap orang yang sudah menolong. Terima kasih dalam konsep orang Nolloth, adalah sebagai suatu cara yang dilakukan untuk membalas budi terhadap kebaikan dan kerelaan dari masyarakat yang membantu keluarga yang berduka. Ucapan terima kasih tidak hanya disampaikan dalam bentuk kata-kata, tetapi juga disertai dengan pemberian material. Dalam konteks masyarakat Nolloth dapat kita lihat bahwa peranan sosial dari upacara adat kematian sangat kuat sifatnya. Selain simbol-simbol yang dipakai sebagai pelengkap dalam upacara, simbolsimbol yang dibagikan juga dapat memberi makna ungkapan terima kasih dari 97

keluarga yang berduka kepada masyarakat yang sudah membantu keluarga yang berduka, masyarakat yang datang melayat serta para pelayan jenasah yang bertugas memandikan jenasah. Oleh sebab itu makna yang sebenarnya dan lebih besar dari upacara adat kematian secara antropologis tidak terletak pada mereka yang sudah meninggal dunia, namun pada masyarakat yang masih hidup. Oleh karena itu, dalam pandangan penulis, bagi masyarakat Nolloth upacara adat kematian alawau amano mesti dilihat sebagai warisan dari para leluhur yang perlu dijaga dan dilestarikan, sebab bagi mereka upacara ini bukan ada pada zaman mereka disaat ini, tetapi sudah ada sejak zaman dahulu oleh sebab itu upacara adat kematian alawau amano ini harus tetap dilestarikan oleh generasi. Sehingga tujuan umum dari pelaksanaan upacara adat kematian alawau amano adalah untuk membentuk individu dan masyarakat yang berbudi luhur. Secara khusus upacara adat kematian Alawau Amano dilakukan sebagai wujud penghormatan dan penghargaan terhadap leluhur. Menurut Koentjaraningrat, rasa cinta, hormat dan bakti adalah pendorong bagi manusia untuk melakukan berbagai perbuatan yang bertujuan ancaman dengan dunia gaib. Upacara adat Alawau Amano dimaksudkan untuk mencapai kehidupan yang tenteram dan sejahtera, diberi kemudahan dalam memenuhi kebutuhan hidup. Selain itu, upacara adat Alawau Amano juga dimaksudkan untuk menghindari dari hal-hal yang tidak diinginkan, dijauhkan dari malapetaka yang dikhawatirkan akan menimpa masyarakat apabila tidak dilaksanakan. 98