BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Kelurahan Tuladenggi adalah salah satu Kelurahan dari lima Kelurahan yang berada di Kecamatan Dungingi Kota Gorontalo. Kelurahan ini memiliki luas wilayah 0,1800 ha/m2 ( 21% dari luas Kecamatan Dungingi ) dan berpenduduk sebanyak 2.361 jiwa. (Kelurahan Tuladenggi, 2013) Kelurahan Tuladenggi merupakan salah satu wilayah yang berbatasan langsung dengan Kelurahan Buladu dan Kelurahan Huangobotu. Secara geografis mempunyai luas 0,1800 ha/m2 atau 0,21 persen dari luas Kecamatan Dungingi Kota Gorontalo. Kelurahan Tuladenggi dibagi menjadi 2 Lingkungan, terdiri dari 2 RW ( Rukun Warga ) dan 8 RT ( Rukun Tetangga ). Batas wilayah Kelurahan Tuladenggi, meliputi: 1. Sebelah Utara : Kelurahan Huangobotu Kecamatan Dungingi 2. Sebelah Selatan : Kelurahan Buladu Kota Barat 3. Sebelah timur : Kelurahan Buladu Kecamatan Kota Barat 4. Sebelah Barat : Sungai Bolango Kecamatan Dungingi Kelurahan Tuladenggi terdiri atas dua lingkungan, yaitu:1. Lingkungan satu (I) dan Lingkungan dua (II). Di mana jumlah penduduk Kelurahan Tuladenggi sebanyak 2.361 jiwa, yang terdiri dari Laki-laki : 1.191 Orang dan Perempuan : 1.170 Orang.
Tabel 4.1 Distribusi Sumber Air Bersih di Kelurahan Tuladenggi Tahun 2013 NO Sumber air bersih Unit % 1 PDAM 112 30,02 2 Sumur Gali 203 54,4 3 Sumur Suntik 58 15,5 Jumlah 373 100 (Sumber: Pemerintah Kelurahan Tuladenggi, 2013) Tabel di atas menyatakan bahwa sumber air bersih yang sering di gunakan penduduk Kelurahan Tuladenggi paling banyak berasal dari PDAM sebanyak 112 (30,02%) unit dan paling sedikit berasal dari sumur suntik sebanyak 58 (15,5%) unit. 1.2 Hasil Penelitian 4.2.1 Bakteri Coliform Pemeriksaan parameter biologi dilakukan dilaboratorium kesehatan masyarakat dengan pengujian kandungan bakteri Coliform pada air sumur suntik. Total bakteri Coliform di klasifikasikan dalam 2 kategori yakni: memenuhi syarat apabila < 50 MPN/100 ml air dan tidak memenuhi syarat bila > 50 MPN/100 ml air menurut Permenkes No.416/IX/1990, yang dilakukan di Kelurahan Tuladenggi Kecamatan Dungingi Kota Gorontalo. Tabel 4.2 Distribusi hasil pemeriksaan kualitas air sumur suntik di lingkungan 1 berdasarkan parameter biologi terhadap kandungan bakteri Coliform Nama Sumur Total bakteri (per 100 ml sampel) Keterangan Sumur Suntik 1 0,3x10 Memenuhi syarat Sumur Suntik 2 2,8x10 Memenuhi syarat Sumur Suntik 3 0,7x10 Memenuhi syarat Sumur Suntik 4 0 Memenuhi syarat Sumur Suntik 5 0 Memenuhi syarat (Sumber: data primer, tahun 2013 )
Berdasarkan tabel 4.2 di atas, total bakteri untuk pemeriksaan air sumur suntik di lingkungan 1 berdasarkan parameter mikrobiologi terhadap kandungan bakteri Coliform dapat terlihat bahwa semua sampel memenuhi syarat kesehatan berdasarkan Permenkes No. 416/IX/1990, dengan total bakteri tertinggi berada pada sampel 2 dengan jumlah total bakteri 2,8x10/100 ml. Sedangkan untuk total bakteri yang terendah berada pada sampel 4 dan 5, dimana jumlah total bakterinya 0 atau tidak ditemukan bakteri Coliform. Tabel 4.3 Distribusi hasil pemeriksaan kualitas air sumur suntik di lingkungan 2 berdasarkan parameter biologi terhadap kandungan bakteri Coliform Total Nama Sumur (per 100 ml sampel) Keterangan Sumur Suntik 6 2,4x10 Memenuhi syarat Sumur Suntik 7 0,3x10 Memenuhi syarat Sumur Suntik 8 2,4x10 3 Tidak memenuhi syarat Sumur Suntik 9 9,3x10 Tidak memenuhi syarat Sumur Suntik 10 1,6x10 Memenuhi syarat (sumber: data primer, tahun 2013) Berdasarkan tabel 4.3 di atas, total bakteri untuk pemeriksaan air sumur suntik di lingkungan 2 berdasarkan parameter mikrobiologi terhadap kandungan bakteri Coliform dapat terlihat bahwa 3 sampel memenuhi syarat kesehatan berdasarkan Permenkes No. 416/IX/1990, dengan total bakteri tertinggi berada pada sampel 6 dengan jumlah total bakteri 2,4x10/100 ml. Sedangkan untuk total bakteri yang terendah berada pada sampel 7 dan 10, dimana 2 sampel dari lingkungan 2 tidak memenuhi syarat kesehatan, dengan total bakteri tertinggi berada pada sampel 9 dengan jumlah bakteri 9,3x10/100ml dan sampel 8 dengan jumlah bakteri 2,4x10 3.
4.2.3 Total bakteri Escherichia coli Pemeriksaan parameter biologi dilakukan dilaboratorium kesehatan masyarakat dengan pengujian kandungan bakteri Escherichia coli pada air sumur suntik. Total bakteri Escherichia coli pada air bersih tidak boleh melebihi 10.000 per 100 ml air menurut Permenkes No.416/IX/1990. Tabel 4.4 Distribusi hasil pemeriksaan kualitas air sumur suntik di lingkungan 1 berdasarkan parameter biologi terhadap kandungan bakteri Escherichia coli Nama Sumur Total (per 100 ml sampel) Keterangan Sumur Suntik 1 0 Memenuhi syarat Sumur Suntik 2 0,7x10 Memenuhi syarat Sumur Suntik 3 0,7x10 Memenuhi syarat Sumur Suntik 4 0 Memenuhi syarat Sumur Suntik 5 0 Memenuhi syarat (Sumber: data primer, tahun 2013) Berdasarkan tabel 4.4 di atas, total bakteri untuk pemeriksaan air sumur suntik di lingkungan 1 berdasarkan parameter mikrobiologi terhadap kandungan bakteri Escherichia coli dapat terlihat bahwa semua sampel memenuhi syarat kesehatan berdasarkan Permenkes No. 416/IX/1990. Dengan total bakteri tertinggi berada pada sampel 2 dan 3 dengan jumlah total bakteri 0,7x10/100ml. Sedangkan untuk total bakteri yang terendah berada pada sampel 1, 4 dan 5, dimana jumlah total bakterinya 0 atau tidak ditemukan bakteri Escherichia coli.
Tabel 4.5 Distribusi hasil pemeriksaan kualitas air sumur suntik di lingkungan 2 berdasarkan parameter biologi terhadap kandungan bakteri Escherichia coli Nama Sumur Total (per 100 ml sampel) Keterangan Sumur Suntik 6 1,2x10 Memenuhi syarat Sumur Suntik 7 0,3x10 Memenuhi syarat Sumur Suntik 8 2,4x10 3 Memenuhi syarat Sumur Suntik 9 4,3x10 Memenuhi syarat Sumur Suntik 10 2,4x10 Memenuhi syarat (sumber: data primer, tahun 2013) Berdasarkan tabel 4.5 di atas, total bakteri untuk pemeriksaan air sumur suntik di lingkungan 2 berdasarkan parameter mikrobiologi terhadap kandungan bakteri Escherichia coli dapat terlihat bahwa semua sampel memenuhi syarat kesehatan berdasarkan Permenkes No. 416/IX/1990, dengan total bakteri tertinggi berada pada sampel 8 dengan jumlah total bakteri 2,4x10 3 /100 ml. Sedangkan untuk total bakteri yang terendah berada pada sampel 7 dengan jumlah total bakteri 0,3x10//100ml dan 6 dengan jumlah total bakteri1,2x10/100ml. 1.3 Pembahasan Tahap pengambilan sampel air sumur suntik di Kelurahan Tuladenggi peneliti menggunakan botol yang telah disterilkan terlebih dahulu di laboratorium kesehatan masyarakat sebelum pengambilan sampel, setelah disterilkan botol tersebut diletakkan dalam Cool box kemudian dibawa ke lokasi penelitian untuk pengambilan sampel air sumur suntik yang akan diteliti. Teknik pengambilan sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah kuota sampling, sampel diambil dari lingkungan satu yaitu lima sampel dan diambil dari lingkungan dua yaitu 5 sampel dengan melihat jarak septik tank dengan sumur suntik yang kurang dari 10 meter, sehingga diperoleh total sampel sebanyak 10 sampel.
Pada saat pengambilan sampel dilokasi penelitian peneliti mengambil sampel air langsung dari kran di pagi hari pada pukul 6 pagi. Tetapi disamping itu ada beberapa warga yang tidak mengizinkan untuk diambil airnya sebagai sampel karena mereka mengatakan bahwa air sumur suntik telah diuji dan memiliki sertifikat. Namun sebelum melakukan pengambilan sampel air, disiapkan terlebih dahulu botol kaca 150 ml yang telah disterilkan. Setelah pengambilan sampel botol yang telah berisi air yang akan diuji, langsung dibawa ke laboratorium untuk duji apakah air yang ada di Kelurahan Tuladenggi mengandung bakteri Coliform dan bakteri Escherichia coli dengan menggunakan uji penguat dan uji penduga. 4.3.1 Hasil pengamatan coliform di laboratorium Berdasarkan tabel 4.2 dan 4.3, hasil pemeriksaan bakteri Coliform yang di lakukan di Laboratorium Kesehatan Masyarakat universitas negeri Gorontalo menunjukkan bahwa dari 10 sampel air sumur suntik di Kelurahan Tuladenggi Kecamtan Dungingi Kota Gorontalo ditemukan 2 sampel sumur suntik yang tidak memenuhi syarat kesehatan sesuai dengan Permenkes No. 416/IX/1990 tentang baku mutu air bersih. Hal ini disebabkan karena sumur suntik telah terkontaminasi dengan feses, dampak yang akan ditimbulkan apabila air sumur suntik yang telah terkontaminasi dengan feses adalah penyakit diare, kolera, tipus, disentri, dan hepatitis. Menurut marsono (2009) semakin jauh jarak sumber pencemar dari sumur gali jumlah total koliform semakin sedikit, dan sebaliknya semakin dekat sumber pencemar dari sumur gali jumlah total Coliform semakin banyak. Hal ini disebabkan karena tanah tersusun atas berbagai jenis material (batu, pasir, tanah
liat dan lain-lain) yang akan menyaring atau meng-absorpsi semua material yang melewatinya termasuk bakteri. Bakteri yang terdapat dalam air limbah dengan proses infiltrasi dapat mencapai air tanah dan air sumur. semakin jauh jarak sumber pencemar, perjalanan air limbah yang mengandung bakteri banyak mengalami penyaringan oleh tanah atau material penyusun tanah, dan sebaliknya semakin dekat jarak sumber pencemar, perjalanan air limbah yang mengandung bakteri sedikit mengalami penyaringan sehingga banyak yang masuk ke dalam air sumur. 4.3.2 Hasil pengamatan Escherichia coli di laboratorium Berdasarkan tabel 4.4 dan 4.5, hasil pemeriksaan bakteri Escherichia coli yang di lakukan di Laboratorium Kesehatan Masyarakat universitas negeri Gorontalo menunjukkan bahwa dari 10 sampel air sumur suntik di Kelurahan Tuladenggi Kecamtan Dungingi Kota Gorontalo ditemukan semua sampel sumur suntik mengandung bakteri Escherichia coli tetapi kandungan bakterinya masih memenuhi syarat kesehatan sesuai dengan Permenkes No. 416/IX/1990 tentang baku mutu air bersih. Menurut hasil penelitian Boekoesoe di Desa Sosial (2010) dikatakan bahwa: Kandungan Escherichia coli pada air sumur yang di pakai mempunyai peranan besar dalam penularan berbagai penyakit. Menurut Purbowarsito (2011) kehadiran bakteri Escherichia coli memiliki pengaruh besar terhadap kehidupan manusia, terbukti dengan kualitas air secara bakteriologis tingkatannya ditentukan oleh kehadiran bakteri tersebut.
Air tanah seperti sumur suntik dapat tercemar secara bakteriologis melalui perembesan dari jamban. Jamban adalah tempat penampungan kotoran manusia yang mengandung bakteri-bakteri patogen dan merembes hingga mencapai air tanah. Sistem pembuangan sampah/limbah dan unit-unit septic tank menunjukkan sebagai sumber utama pencemaran air sumur suntik di Kelurahan Tuladenggi. Coliform adalah bakteri Gram negatif tidak membentuk spora. Bakteri tersebut hidup di usus manusia dan hewan, sedangkan di air dapat tahan hidup pada suhu 20 o C selama 1 minggu sampai dengan 1 bulan. 1. Sumber Adanya Coliform dalam air adalah berasal dari kontaminasi tinja manusia atau binatang. Bakteri Coliform umumnya terdapat dalam jumlah besar di usus manusia dan binatang berdarah panas. Pada penyediaan air yang tidak diolah, pencemaran tinja terjadi tergantung dari aliran air permukaan atau adanya penyerapan limbah cair rumah tangga ke dalam lapisan tanah. Pada air yang diolah, kontaminasi dapat terjadi karena disinfeksi yang tidak memadai atau tingginya kekeruhan air. 2. Kadar maksimum yang diperbolehkan Idealnya air bersih atau air minum tidak mengandung mikroorganisme patogen apapun, dan juga harus bebas dari bakteri yang memberi indikasi pencemaran tinja. Parameter mikroorganisme adalah Coliform total dan Coliform tinja. Kedua parameter tersebut hanya berupa indikator bagi berbagai mikroba yang dapat berupa parasit (protozoa, metazoa, tungau), bakteri patogen dan virus. Berdasarkan Permenkes. No. 416/Menkes/PER/IX/1990 tentang Syarat-syarat dan
Pengawasan Kualitas Air, kadar maksimum yang diperbolehkan pada air bersih, MPN (Most Probable Number) koliform adalah < 50 MPN/100ml. Bakteri Coliform sebagai mikroorganisme Indikator pencemar air dan makanan. Untuk mengetahui jumlah Coliform dalam pemeriksaan kualitas air dapat di gunakan metode MPN (Most Probable Number) dalam metode MPN di gunakan medium cair di dalam tabung reaksi, dimana perhitungan dilakukan berdasarkan jumlah tabung yang positif yang ditumbuhi oleh jasad renik setelah diinkubasi pada suhu tertentu. Jenis bakteri ini berbentuk bulat, gram negatif, tidak berspora serta memfermentasi laktosa dengan menghasilkan asam dan gas apabila di inkubasi pada 35-37 C. Bakteri ini terdapat sangat banyak pada feses organisme berdarah panas, dapat juga ditemukan di lingkungan perairan dan tanah. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa apabila terdapat bakteri coliform pada badan air maka badan air tersebut sudah tercemar oleh feses. Jenis sumber pencemar yang berada di daerah penelitian meliputi: jamban/ septic tank, kandang ternak, dan Saluran Pembuangan air limbah (spal). Selain adanya sumber pencemar faktor lain yang berpengaruh terhadap kualitas secara bakteriologis yaitu: jarak sumber pencemar, jumlah sumber pencemar disekitar sumber air, arah aliran air tanah, perilaku pemakai sumber air, iklim, jenis tanah, jumlah pemakai sumber air, kedalaman permukaan air tanah. Iklim yang dimaksudkan disini adalah musim kemarau dan penghujan. Musim ini akan berpengaruh terhadap kelembaban dan temperature udara. Pada musim penghujan suhu udara lebih rendah sedang kelembabannya lebih tinggi dibandingkan dengan
musim kemarau. Suhu dan kelembaban merupakan faktor penting untuk tumbuh dan berkembangbiak mikoorganisme. Pada musim penghujan, suhu dan kelembaban mendukung untuk tumbuh dan berkembangbiak mikroorganisme, selain itu faktor yang penting adalah tersedianya air sebagai media untuk berkembangbiak. Air hujan mengalir dipermukaan tanah dapat menyebarkan bakteri Coliform yang ada dipermukaan tanah. Meresapnya air hujan ke dalam lapisan tanah mempengaruhi bergeraknya bakteri Coliform didalam lapisan tanah. Semakin banyak air hujan yang meresap ke dalam lapisan tanah semakin besar kemungkinan terjadinya pencemaran. Pada musim hujan tingkat Escherichia Coli meningkat hingga 700 koloni per 100 ml sampel air dibandingkan dengan musim kemarau karena kemungkinan kontaminasi air sumur dengan limpahan septic tank. Pada pemeriksaan bakteriologis terhadap air untuk menentukan aman tadaknya air tersebut untuk di minum seringkali di gunakan organisme indikator dan bakteri Escherichia coli yang sering digunakan sebagai organisme indikator di Indonesia (Purbowarsito, 2011). Apabila organisme ini berada pada air sumur suntik dan jumlahnya melebihi nilai ambang batas maksimum maka akan dapat menimbulkan gangguan kesehatan bagi yang mengkonsumsi air tersebut seperti terjadinya penyakit diare dan kolera serta penyakit kulit yang disebabkan oleh pencemaran air bersih terutama air yang berasal dari dalam tanah seperti sumur suntik.