D. Natalia, E. Suprijatna dan R. Muryani

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 10 Maret 28 April 2016 di CV.

BAB III MATERI DAN METODE. 10 minggu dilaksanakan pada bulan November 2016 Januari 2017 di kandang

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dengan judul Pengaruh Penambahan Kunyit dan Jahe Dalam

BAB III MATERI DAN METODE. Merah (Hylocereus polyrhizus) terhadap Performa Burung Puyuh Betina Umur 16

EFFECT OF ADDITION PROBIOTICS Lactobacillus sp. POWDER IN FEED ON THE LAYING HENS PERFORMANCES.

BAB III MATERI DAN METODE. hijau terhadap bobot relatif dan panjang organ pencernaan itik Magelang jantan

PENGARUH DOSIS EM-4 (EFFECTIVE MICROORGANISMS-4) DALAM AIR MINUM TERHADAP BERAT BADAN AYAM BURAS

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian telah dilaksanakan pada bulan September - Desember 2015 di

BAB III MATERI DAN METODE. Februari 2017 di kandang, Fakultas Peternakan dan Pertanian, Universitas

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi

BAB III MATERI DAN METODE. Laut (Gracilaria verrucosa) terhadapproduksi Karkas Puyuh (Cotunix cotunix

PENGARUH PEMBERIAN SINBIOTIK (LIMBAH JAMU DAN

Pengaruh Lanjutan Substitusi Ampas Tahu pada Pakan Basal (BR-2) Terhadap Penampilan Ayam Broiler Umur 4-6 Minggu (Fase Finisher)

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada bulan November sampai Desember 2013 di

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dengan judul Pengaruh Penggunaan Gathot (Ketela

Perbandingan Performans Broiler yang Diberi Kunyit dan Temulawak Melalui Air Minum

BAB III MATERI DAN METODE. protein berbeda pada ayam lokal persilangan selama 2 10 minggu dilaksanakan

BAB III MATERI DAN METODE

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian tentang Pengaruh Frekuensi dan Awal Pemberian Pakan terhadap

BAB III MATERI DAN METODE. periode starter terhadap performans pada Ayam Kedu Hitam umur 0-10 Minggu.

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian mengenai pengaruh frekuensi dan periode pemberian pakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pengaruh Imbangan Energi dan Protein Ransum terhadap Energi Metabolis dan Retensi Nitrogen Ayam Broiler

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian tentang pemanfaatan tepung olahan biji alpukat sebagai

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian tentang Penggunaan Tepung Daun Mengkudu (Morinda

BAB III MATERI DAN METODE. ransum terhadap profil kolesterol darah ayam broiler dilaksanakan pada bulan

Pengaruh Penambahan Tepung Kunyit...Rafinzyah Umay Adha

PERSENTASE KARKAS DAN NON KARKAS SERTA LEMAK ABDOMINAL AYAM BROILER YANG DIBERI ACIDIFIER ASAM SITRAT DALAM PAKAN DOUBLE STEP DOWN SKRIPSI.

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan selama 6 minggu dari 12 September 2014 sampai

BAB III MATERI DAN METODE. berbeda terhadap tingkah laku burung puyuh petelur, dilaksanakan pada bulan

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian mengenai kualitas kimiawi telur ayam hasil dari penggunaan

Kombinasi Pemberian Starbio dan EM-4 Melalui Pakan dan Air Minum terhadap Performan Itik Lokal Umur 1-6 Minggu

METODE. Materi 10,76 12,09 3,19 20,90 53,16

BAB III METODE PENELITIAN. Ayam Pedaging dan Konversi Pakan ini merupakan penelitian penelitian. ransum yang digunakan yaitu 0%, 10%, 15% dan 20%.

PENAMPILAN PRODUKSI AYAM BROILER YANG DIBERI TEPUNG GAMBIR (Uncaria Gambir Roxb) SEBAGAI FEED ADDITIVE DALAM PAKAN.

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

MATERI DAN METODE. Materi

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian tentang pengaruh penggunaan tepung daun katuk (Sauropus

PERBEDAAN JUMLAH PEMBERIAN RANSUM HARIAN DAN LEVEL PROTEIN RANSUM TERHADAP PERFORMAN AYAM PETELUR UMUR MINGGU

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian mengenai frekuensi penyajian ransum yang berbeda terhadap kualitas

Performan Ayam Pedaging yang Diberi Probiotik dan Prebiotik dalam Ransum (Performances of Broilers That Given Probiotics and Prebiotics in the Ration)

Animal Agriculture Journal 3(3): , Oktober 2014 On Line at :

I. PENDAHULUAN. Peternakan dan Kesehatan Hewan (2012) menunjukkan bahwa konsumsi telur burung

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pakan Penelitian

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian yang berjudul Pengaruh Pemberian Tingkat Protein Ransum dan

BAB III MATERI DAN METODE. Pertanian, Universitas Diponegoro pada tanggal 22 Oktober 31 Desember 2013.

PERFORMA AYAM BROILER YANG DIBERI RANSUM BERBASIS JAGUNG DAN BUNGKIL KEDELAI DENGAN SUPLEMENTASI DL-METIONIN SKRIPSI HANI AH

PENGARUH PENGGUNAAN LIMBAH RUMPUT LAUT (Gracilaria verrucosa) TERHADAP PERFORMANS PUYUH JANTAN UMUR 6 10 MINGGU SKRIPSI. Oleh: PUTRI YUNIARTI

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang pengaruh penggunaan ampas kecap dalam ransum

PROGRAM STUDI S1 PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN DAN PERTANIAN UNIVERSITAS DIPONEGORO S E M A R A N G

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini pengembangan di bidang peternakan dihadapkan pada masalah kebutuhan

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian tentang Pengaruh PenambahanProbiotik Rhizopus oryzae

MATERI DAN METODE. Gambar 4. Ternak Kerbau yang Digunakan Dalam Penelitian

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan selama 3 minggu dari April 2014, di peternakan

PENGARUH PEMBERIAN FEED ADDITIVE RI.1 DAN JENIS PAKAN YANG BERBEDA TERHADAP PENAMPILAN AYAM BROILER SKRIPSI ATA RIFQI

MATERI DAN METODE. Materi

Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2004

THE INFLUENCES OF CAGE DENSITY ON THE PERFORMANCE OF HYBRID AND MOJOSARI DUCK IN STARTER PERIOD

MATERI DAN METODE. Gambar 3. Domba yang Digunakan Dalam Penelitian

SUBSITUSI DEDAK DENGAN POD KAKAO YANG DIFERMENTASI DENGAN Aspergillus niger TERHADAP PERFORMANS BROILER UMUR 6 MINGGU

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang Pengaruh Penggunaan Campuran Onggok dan Molase

Pengaruh Pemberian Tepung Daun Teh Tua dalam Ransum terhadap Performan dan Persentase Lemak Abdominal Ayam Broiler

BAB III METODE PENELITIAN. energi metabolis dilakukan pada bulan Juli Agustus 2012 di Laboratorium Ilmu

EFEK PENGGUNAAN TEPUNG DAUN KELOR (Moringa oleifera) DALAM PAKAN TERHADAP PENAMPILAN PRODUKSI AYAM PEDAGING

HASIL DAN PEMBAHASAN. dengan jumlah ransum yang tersisa (Fadilah, 2006). Data rataan konsumsi ransum

Ade Trisna*), Nuraini**)

MATERI DAN METODE. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Februari-Maret 2015 di Kandang

Sumber : 1) Hartadi et al. (2005)

MATERI DAN METODE. Gambar 2. Contoh Domba Penelitian

PENGARUH PENAMBAHAN ECENG GONDOK (Eichornia crassipes) FERMENTASI DALAM RANSUM TERHADAP PRODUKSI TELUR ITIK TEGAL

PENGARUH PENGGUNAAN TEPUNG AMPAS KECAP DALAM PAKAN AYAM PETELUR TUA TERHADAP KONSUMSI PAKAN, PRODUKSI TELUR DAN KONVERSI PAKAN SKRIPSI.

PENGARUH PEMBERIAN KULLIT KOPI TERFERMENTASI DENGAN ARAS BERBEDA DALAM RANSUM TERHADAP PENAMPILAN TERNAK BABI

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian kecernaan protein dan retensi nitrogen pakan komplit dengan

Efektifitas Berbagai Probiotik Kemasan Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Burung Puyuh (Coturnix coturnix japonica)

PENGARUH PENGGUNAAN KUNYIT DALAM RANSUM TERHADAP PERFORMANS AYAM PEDAGING

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada 20 Desember Januari 2015 di kandang

III. MATERI DAN METODE PENELITIAN

PENDAHULUAN. masyarakat. Permintaan daging broiler saat ini banyak diminati oleh masyarakat

PENGARUH PENAMBAHAN ASAM SITRAT DALAM RANSUM SEBAGAI ACIDIFIER TERHADAP KECERNAAN PROTEIN DAN BOBOT BADAN AKHIR PADA ITIK JANTAN LOKAL

I. PENDAHULUAN. luas. Salah satu faktor yang mempengaruhi produksi ayam broiler adalah pakan

PENGARUH PENAMBAHAN CAMPURAN HERBAL DALAM RANSUM TERHADAP KECERNAAN PROTEIN KASAR DAN RETENSI NITROGEN PADA AYAM BROILER SKRIPSI ANDIKA LISTIYANTI

PENGARUH PENGGUNAAN TEPUNG AMPAS KECAP DALAM RANSUM AYAM PETELUR TUA TERHADAP KECERNAAN PROTEIN, RASIO EFISIENSI PROTEIN DAN RETENSI NITROGEN SKRIPSI

PENGARUH PEMBERIAN TEPUNG AMPAS TAHU DI DALAM RANSUM TERHADAP BOBOT POTONG, BOBOT KARKAS DAN INCOME OVER FEED COST AYAM SENTUL

PENGGUNAAN PRODUK FERMENTASI DAN KUNYIT DALAM PAKAN TERHADAP PERFORMAN AYAM PEDAGING DAN INCOME OVER FEED AND CHICK COST

BAB III METODE PENELITIAN. konversi pakan ayam arab (Gallus turcicus) ini bersifat eksperimental dengan

,Vol. 32, No. 1 Maret 2014

MATERI DAN METODE. Gambar 1. Ternak Domba yang Digunakan

PENGARUH PEMBERIAN PAKAN BEBAS PILIH (Free choice feeding) TERHADAP PERFORMANS PRODUKSI TELUR BURUNG PUYUH (Coturnix coturnix japonica)

MATERI DAN METODE. Waktu dan Lokasi. Materi

Yosi Fenita, Irma Badarina, Basyarudin Zain, dan Teguh Rafian

PERFORMA AYAM SKRIPSI

BAB III MATERI DAN METODE. November 2015 di Kandang Ayam Fakultas Peternakan dan Pertanian,

PEMAKAIAN ONGGOK FERMENTASI DALAM RANSUM TERHADAP PERFORMA AYAM BURAS PERIODE PERTUMBUHAN

PENGARUH TINGKAT PENGGUNAAN CAMPURAN BUNGKIL INTI SAWIT DAN ONGGOK TERFERMENTASI OLEH

Yunilas* *) Staf Pengajar Prog. Studi Peternakan, FP USU.

PERBEDAAN JUMLAH PEMBERIAN RANSUM HARIAN DAN LEVEL PROTEIN RANSUM TERHADAP KUALITAS TELUR AYAM RAS PETELUR UMUR MINGGU

Kususiyah, Urip Santoso, dan Rian Etrias

SUPLEMENTASI JAMU TERNAK PADA AYAM KAMPUNG DI PETERNAKAN UNGGAS SEKTOR 4

BAB III MATERI DAN METODE. Ransum terhadap Sifat Fisik Daging Puyuh Jantan dilaksanakan bulan Juni

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dengan judul Kecernaan dan Deposisi Protein Pakan pada Sapi

Transkripsi:

Jurnal Ilmu-Ilmu Peternakan 26 (3): 6-13 ISSN : 0852-3681 E-ISSN : 2443-0765 Fakultas Peternakan UB, http://jiip.ub.ac.id/ Pengaruh penggunaan limbah industri jamu dan bakteri asam laktat (Lactobacillus sp.) sebagai sinbiotik untuk aditif pakan terhadap performans ayam petelur periode layer D. Natalia, E. Suprijatna dan R. Muryani Fakultas Peternakan dan Pertanian, Universitas Diponegoro, Semarang Jalan Kalitaman Krajan Wujil Kec. Bergas Kab. Semarang Jawa Tengah desinat8@gmail.com ABSTRACT: This study aimed to determine the level of feed consumption, egg production, feed conversion ratio (FCR), and the income over feed cost (IOFC) of layers at CV. Popular Farm, Kendal, Semarang. The study used 100 laying hens aged 40 weeks with average body weight 1,815 ± 0.12 g (CV = 6.65%). Feed compositions used for this research were corn flour, bran, premix, soy, meat bone meal and given additional sinbiotik). Experiments at-designed with a completely randomized design (CRD) with 4 treatments and 5 replications. There were 20 units and each unit consists of 5 laying hens. Giving sinbiotic given as 0%, 0.5%, 1%, and 1.5% in the feed. Sinbiotik gave effect at level of 0.5-1% (P<0.05) to reduce the number of intake and feed conversion ratio. Best treatment combination with the performance of chicken layer with a level of 0.5% with the results better of income over feed cost. Keywords: chicken layer, prebiotics, probiotics, sinbiotik, feed consumption PENDAHULUAN Permintaan konsumsi telur ayam ras di Indonesia semakin meningkat setiap tahunnya sehingga berdampak pada bertambahnya jumlah peternakan ayam petelur di Indonesia. Hal ini terlihat pada data statistik tahun 1980-2014. Perkembangan populasi ayam ras dari tahun 1980-2015 mengalami peningkatan hingga 5,94% per tahun dan perkembangan konsumsi telur ayam ras selama tahun 1987-2014 rata-rata mengalami peningkatan sebesar 3,83% per tahun (Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian, 2015). Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang mana suhu dan kelembabannya relatif tinggi sepanjang tahun. Hal tersebut memicu heatsress pada ayam dan mengakibatkan kesehatan ternak terganggu, sehingga konsumsi pakan menurun dan diikuti dengan menurunnya tingkat produksi. Pakan dalam kegiatan usaha peternakan ayam merupakan komponen biaya produksi tertinggi (70 80%), sehingga penggunaan pakan harus digunakan secara efisien, tetapi tidak mengganggu produksi ternak. Biaya produksi dapat ditekan apabila efisiensi pakan meningkat. Beberapa upaya yang dilakukan dalam mengatasi pemborosan pakan terutama pada ayam di negara tropis antara lain dengan penambahan aditif pakan seperti penambahan antibiotik, tetapi penggunaan secara berlebihan akan menimbulkan residu terhadap produk yang dihasilkan. 6

Dewasa ini sering digunakan zat organik pengganti antibiotik yakni probiotik dan prebiotik sebagai aditif pakan dalam upaya mengefisiensikan pakan ayam petelur, tetapi penggunaan secara bersamaan atau mencampur antara probiotik dan prebiotik menjadi sinbiotik masih jarang dilakukan. Probiotik merupakan suplemen yang berisi mikroba hidup dan mempunyai pengaruh yang baik atau menguntungkan bagi kesehatan saluran pencernaan (Agustina dan Zainuddin, 2007). Prebiotik merupakan nutrisi untuk perkembangan mikroba, dan kombinasi antara probiotik dengan prebiotik disebut sinbiotik (Haryati, 2011) Probiotik yang digunakan biasanya berasal dari bakteri asam laktat (BAL) atau bakteri yang menguntungkan, seperti Lactobacillus sp. Probiotik akan mendapat substrat dari prebiotik untuk menghambat pertumbuhan bakteri patogen serta menyeimbangkan mikrofloral dalam saluran pencernaan. Prebiotik berasal dari bahan-bahan yang dapat menyediakan nutrisi untuk BAL. Salah satunya adalah ampas jamu. Ampas jamu merupakan sisa dari tanaman herbal yang memiliki kandungan zat aktif sebagai anti bakteri (shagaol) dan anti oksidan (gingerol) serta mengandung zat gula sederhana, seperti oligosakarida. Ampas jamu berasal dari limbah industri pembuatan jamu yang terdiri dari tanaman herbal. Adanya kandungan oligosakarida pada limbah jamu sebagai prebiotik kemungkinan dapat menyediakan nutrisi untuk BAL. Pemberian tambahan sinbiotik pada ransum unggas sebagai aditif pakan tidak boleh lebih dari 2% karena akan menimbulkan residu (Muryani, 2008). Penambahan tambahan sinbiotik sebagai aditif pakan dapat memberikan dampak positif antara lain dapat meningkatkan sistim imunitas dan memperbaiki performans ternak, seperti dapat menekan konsumsi dan nilai konversi pakan (Gabriela et al., 2005). Pengunaan sinbiotik juga dapat meningkatkan produksi telur dan meningkatkan persentase keuntungan (Youssef et al., 2013). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui performans ayam petelur yang meliputi konsumsi ransum, produksi telur (HDP dan massa telur), feed conversion ratio (FCR) serta presentase keuntungan (IOFC) ayam petelur periode layer yang diberi penambahan sinbiotik yang berasal dari bakteri asam laktat (BAL) dan ampas jamu yang berasal dari limbah industri jamu Sidomuncul. Sedangkan manfaat dari penelitian ini adalah diperoleh zat aditif berupa sinbiotik dengan dosis optimal untuk meningkatkan performans ayam petelur. Hipotesis dari penelitian ini adalah pemberian tambahan sinbiotik sebagai zat aditif dalam ransum pakan ayam petelur akan memberikan pengaruh yang baik terhadap performans ayam petelur periode layer. MATERI DAN METODE Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2016 sampai dengan Desember 2016 di CV. Populer Farm, Kendal, Semarang. Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah 100 ekor ayam petelur berumur 40 minggu dengan bobot badan rata-rata 1815 ± 0,12 g (CV = 6,65%). Peralatan yang digunakan dalam penelitian antara lain wadah pencampur ransum, timbangan digital untuk menimbang telur dan sisa pakan, plastik untuk tempat sisa pakan, lembar pengamatan dan alat tulis. Komposisi bahan pakan berdasarkan jenis sumber pakan dijelaskan secara rinci pada Tabel 1. 7

Tabel 1. Komposisi bahan pakan Bahan pakan Komposisi (%) Tepung jagung 53,80 Bekatul 20,25 Mbm 5,99 Bungkil kedelai 18,93 Premix 0,99 Anti jamur (anti mold) 0,04 Total 100 Ransum yang digunakan berdasarkan pada Tabel 1 terdiri dari tepung jagung, bekatul, premix, bungkil kedalai, meat bone meal dan anti jamur yang telah disusun dengan ukuran yang berbeda-beda. Setelah itu komposisi ransum dan ampas jamu dihitung kandungan nutrisinya yang disajikan pada Tabel 2. Tabel 2. Kandungan nutrisi pada ransum Bahan pakan Kandungan nutrisi % LK** SK PK ABU BETN KA EM *(kkal/kg) Ransum jadi 2,64 4,69 17,44 13,74 61,49 10,62 3213,18 Ampas jamu 2,77 20,70 8,69 7,03 60,81 32,58 2888,70 Keterangan : *) EM (kkal/kg) dihitung menggunakan rumus (Balton, 1967) = 40,81 (0,87 (PK + 2,25 x LK + BETN) + k) Sumber : Hasil analisis proksimat laboratorium Sidomuncul Pupuk Nusantara, Klepu, Semarang (2016). **) Hasil analisis di laboratorium Ilmu Nutrisi dan pakan FPP Undip (2016) Penambahan sinbiotik diberikan sebanyak 0%, 0,5%, 1%, dan 1,5% didalam ransum. Perlakuan pada penelitian ini adalah sebagai berikut : T0 : Pakan basal T1 ; Pakan basal + sinbiotik 0,5% T2 : Pakan basal + sinbiotik 1% T3 : Pakan basal + sinbiotik 1,5% Rancangan percobaan Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan 5 ulangan, sehingga terdapat 20 unit percobaan dan setiap unit percobaan terdiri dari 5 ekor ayam petelur. Bila ditemukan uji statistik yang berbeda nyata (P<0,05), maka analisis dilanjutkan dengan Uji Jarak Berganda Duncan (UJBD). Tata laksana penelitian Penelitian dimulai dengan melakukan penggabungan antara probiotik dan prebiotik dengan komposisi (1kg prebiotik (limbah jamu) + 150 ml probiotik (Lactobacillus sp.) kemudian mencampurkan sinbiotik kedalam ransum ternak sesuai perlakuan. Pemberian ransum/hari/ekor adalah 115g dan konsumsi air minum diberikan secara ad libitum. Selama penelitian dilakukan pemberian pakan setiap pagi pada pukul 07.00 WIB dan pengumpulan sisa pakan. Pengambilan telur dan penimbangan berat telur dilakukan 8

setiap hari pukul 15.00 WIB. Perhitungan konsumsi dan perhitungan konversi pakan dilakukan per minggu. Parameter yang diukur antara lain: 1. Konsumsi ransum (g/ekor) adalah jumlah konsumsi ransum dikurangi sisa ransum. 2. Produksi telur : Jumlah telur HDP%= jumlah ayam dalam 8 minggu x100% 3. Massa telur (g/ekor) bobot telur = jumlah ayam dalam 8 minggu 4. Konversi ransum konsumsi selama 8 minggu(g/ekor) = massa telur selama 8 minggu (g/ekor) 5. Income Over Feed Cost (IOFC) adalah hasil penjualan dikurangibiaya pakan (Rp). HASIL DAN PEMBAHASAN Konsumsi ransum Hasil penelitian rataan konsumsi ayam petelur dapat dilihat di Tabel 3. Tabel 3. Rataan konsumsi selama 8 minggu Perlakuan Konsumsi T0 6364,80±41,10 ab T1 6280,60±94,67 b T2 6456,88±17,04 a T3 6429,16±121,86 a Keterangan: Superskrip yang berbeda menunjukkan perbedaan nyata (P<0,05) Hasil penelitian menunjukan konsumsi ransum ayam petelur periode layer memiliki pengaruh yang nyata (P<0,05), konsumsi ransum T1 berbeda nyata dengan T2 dan T3, tetapi tidak berbeda nyata dengan T0. penambahan sinbiotik pada taraf T1 (0,5%) belum mampu meningkatkan konsumsi. Penambahan sinbiotik sampai dengan taraf T2 (1%) akan meningkatkan konsumsi ransum, tetapi jika ditambah dosisnya sampai dengan T3 (1,5%) tidak berpengaruh nyata atau tidak meningkatkan konsumsi ransum. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian sebelumnya. Gabriela et al., (2005) menyebutkan bahwa penambahan sinbiotik yang berasal dari campuran bakteri Enterococcus faecium dan ganggang laut sebagai aditif pakan yang diberikan pada taraf 1% pada ayam petelur umur 56 minggu berbeda nyata menghasilkan konsumsi ransum sebesar 6.440 g/ekor. Perbedaan konsumsi pada ternak unggas dipengaruhi oleh faktor genetik seperti bobot badan, strain, umur, jenis kelamin, kandungan energi dalam ransum, kandungan serat kasar dalam ransum, faktor lingkungan dan faktor fisiologi ternak (Ketaren, 2010). Genetik yang seragam dan kandungan energi maupun serat kasar yang sama, perbedaan konsumsi disebabkan karena faktor fisiologi. Rendahnya tingkat konsumsi pada pemberian tambahan sinbiotik taraf 0,5% disebabkan karena nutrisi pada saluran pencernaan ayam tercukupi. Bakteri asam laktat yang terkandung dalam sinbiotik dapat memperbaiki ketersediaan dan penyerapan nutrisi (Sellars, 1991). Meningkatnya ketersediaan nutrisi dalam saluran pencernaan akan menekan konsumsi dan produksi telur juga lebih efisien. 9

Tingkat konsumsi dari T2 dan T3 yang lebih tinggi dikarenakan penambahan sinbiotik pada taraf yang lebih tinggi yaitu 1-1,5% sehingga menyebabkan laju pakan tinggi. Hal ini disebabkan karena kandungan minyak atsiri dan zak aktif dalam sinbiotik dapat mempercepat pengosongan lambung, sehingga ternak mudah lapar (Islami, 2011). Hen Day Production Hasil penelitian rataan HDP ayam petelur dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Rataan HDP selama 8 minggu Perlakuan HDP (%) T0 T1 T2 83,21±2,43 a 83,72±5,40 a 84,79±0,49 a T3 80,50±0,05 a Keterangan: Superskrip berbeda menunjukkan perbedaan nyata (P<0,05) Hasil penelitian menunjukkan HDP ayam petelur periode layer menghasilkan pengaruh yang tidak berbeda nyata (P>0,05). Hal ini sesuai dengan penelitian sebelumnya, tetapi hasil penelitian ini lebih rendah dari Youssef et al, (2013) yang menunjukkan bahwa penambahan sinbiotik sebagai aditif pakan pada taraf 0,06% yang diberikan pada ayam petelur fase puncak produksi berbeda nyata menghasilkan HDP sebesar 91,80%. Faktor yang mempengaruhi HDP antara lain faktor genetik, umur, kondisi fisiologi ayam, perkandangan, pencahayaan, pakan dan suhu lingkungan (Brickman, 1989) dalam (Muharlien, 2010). Kulitas nutrisi (protein, energi, lemak) pada setiap perlakuan yang sama menyebabkan produksi telur tidak berbeda nyata. Menurut Islami (2015), pemberian tambahan sinbiotik dapat merangsang saluran pencernan untuk bekerja lebih baik, tetapi apabila diberikan pada ayam yang sudah melewati masa puncak produksi maka nutrisi yang diserap digunakan sebagai sumber energi untuk pertumbuhan lemak dan otot sehingga energi yang digunakan untuk organ reproduksi dan produksi hanya sedikit. Probiotik sebaiknya diberikan pada awal pemeliharaan atau pada masa puncak produksi agar menunjang produksi (Kompiang, 2009). Massa telur Hasil penelitian rataan massa telur ayam petelur dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Rataan massa telur ayam selama 8 minggu Perlakuan Massa telur T0 27723,36±69,95 ab T1 2792,64±133,85 a T2 2834,68±63,37 a T3 2587,88±106,46 b Keterangan : Superskrip berbeda menunjukkan perbedaan nyata (P<0,05) 10

Hasil penelitian menunjukkan massa telur ayam petelur periode layer menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata (P<0,05). Masa telur pada perlakuan T3 taraf 1,5% (2587 g/ekor) berbeda nyata dengan T1 taraf 0,5% (2792 g/ekor) dan T2 taraf 1% (2834,68 g/ekor), tetapi tidak berbeda nyata dengan perlakuan kontrol (T0) (27723,36 g/ekor). Penambahan sinbiotik pada taraf 0,5-1% akan meningkatkan massa telur, tetapi apabila ditambah dosisnya sampai 1,5% maka tidak berbeda nyata dengan perlakuan kontrol atau tanpa penambahan sinbiotik. Hasil penelitian ini lebih rendah dari hasil penelitian Gabriela et al., (2005) yang menyebutkan bahwa penambahan sinbiotik pada taraf 1% berbeda nyata menghasilkan massa telur sebesar 3.170,16 g/ekor. Sedangkan penelitian Youssef et al. (2013) menyebutkan bahwa penambahan sinbiotik sebagai zat aditif pakan pada taraf 0,06% yang diberikan pada ayam fase puncak produksi berbeda nyata menghasilkan massa telur sebesar 3.158,4 g/ekor. Peningkatan massa telur pada perlakuan T1 dan T2 ini akibat kinerja sinbiotik yakni peranan bakteri asam laktat yang mendapat substrat dari limbah jamu (prebiotik), sehingga mampu menyeimbangkan mikrofloral yang ada pada saluran pencernaan. Bakteri asam laktat dalam saluran pencernaan dapat mengsekresikan enzim-enzim seperti, protease dan lipase, sehingga nutrient mudah diserap dan kualiatas fisik telur seperti massa telur yang dihasilkan lebih tinggi. Hal ini sesuai dengan pendapat Hartono dan Kurtini (2015) yang menyatakan bahwa kandungan gizi (protein, energi, lemak dll) dalam ransum merupakan bahan dasar pembentukan telur. Apabila kemampuan penyerapan nutrient ayam petelur baik, maka akan mempermudah pembentukan putih dan kuning telur dengan massa telur yang lebih tinggi. Dengan demikian semakin tinggi kecernaan zat gizi maka penyerapan nutriennya akan semakin baik, sehingga massa telur yang dihasilkan semakin tinggi. Konversi ransum Hasil penelitian rataan konversi ransum ayam petelur berdasarkan masing masing perlakuan dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Rataan konversi ransum selama 8 minggu Perlakuan Konversi ransum T0 2,34±0,06 b T1 2,25±0,12 b T2 2,28±0,05 b T3 2,49±0,11 a Keterangan : Superskrip berbeda menunjukkan perbedaan nyata (P<0,05) Hasil penelitian menunjukkan konversi ransum ayam petelur periode layer menunjukkan pengaruh nyata (P<0,05). Konversi ransum pada perlakuan T3 taraf pemberian 1,5% (2,49) berbeda nyata dengan perlakuan T0 (2,34), T1 taraf 0,5% (2,25) dan T2 taraf 1,5% (2,49). Pemberian sinbiotik pada taraf 0,5-1% akan menurunkan nilai FCR tetapi tidak berbeda nyata dengan perlakuan kontrol atau tanpa pemberian sinbiotik, tetapi apabila dosis penambahan sinbiotik ditambah menjadi 1,5% berbeda nyata meningkatkan nilai FCR. Hasil penelitian ini lebih tinggi daripada penelitian Gabriela et al., (2005) yang menunjukkan bahwa 11

penambahan sinbiotik sebagai zat aditif pakan pada taraf 1% berbeda nyata menghasilkan konversi ransum sebesar 2,0. Faktor-faktor yang mempengaruhi konversi ransum antara lain umur, pakan, daya cerna, tingkat konsumsi (Sugiharto, 2005). Konversi ransum akan berbanding lurus dengan tingkat konsumsi ransum. Penambahan sinbiotik dengan taraf yang lebih tinggi (1,5%) akan meningkatkan konsumsi ransum. Hal ini karena kandungan minyak atsiri dan zat aktif dalam sinbiotik dapat mempercepat pengosongan lambung sehingga laju pakan tinggi dan ternak mudah lapar (Islami, 2011). Dengan demikian ransum dengan penambahan sinbiotik pada perlakuan T3 (1,5%) kurang efisien karena meningkatkan konsumsi ransum, tetapi menurunkan produksi telur, sehingga diperoleh nilai konversi yang buruk. Income over feed cost (IOFC) Hasil penelitian menunjukkan IOFC ayam petelur periode layer menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata (P<0,05). Pada perlakuan T1,T2, T0 dan T3. Penambahan sinbiotik taraf 0,5% dan 1% memberikan pengaruh nyata menguntungkan 25,6% dan 4,7%. Hal ini disebabkan perlakuan T1 dan T2 memiliki tingkat produksi telur yang meningkat dan tingkat konsumsi yang rendah sehingga IOFC tidak minus. IOFC hasil penelitian ini ditampilkan pada Tabel 7. Tabel 7. IOFC masing-masing perlakuan Perlakuan Total pendapatan Total biaya pakan(rp) IOFC (Rp) IOFC (%) (Rp) T0 1.089.344 229.132,8 172.042,2 a Standar T1 1.117.056 226.479,2 216.208,8 b 25,6 T2 1.133.872 233.014,5 180.171,4 c 4,7 T3 1.035.152 232.145,3 160.601,3 d -6,6 Keterangan : Superskrip berbeda menunjukkan perbedaan nyata (P<0,05) Berdasarkan Tabel 7, perlakuan T3 berpengaruh nyata menurunkan nilai IOFC serta menimbulkan kerugian. Hal ini terjadi karena penambahan biaya pakan yang ditimbulkan oleh penambahan sinbiotik lebih besar dibandingkan penghasilan yang diperoleh dari peningkatan produksi. KESIMPULAN Penambahan sinbiotik sebagai zat aditif pakan ayam petelur periode layer berpengaruh nyata pada taraf pemberian 0,5-1,5% terhadap konsumsi ransum, massa telur, konversi ransum serta IOFC. Jika dilihat dari persentase keuntungan, perlakuan T1 pada taraf pemberian 0,5% dapat meningkatkan keuntungan sebesar 25%, sehingga lebih efisien diberikan kepada ternak. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penambahan sinbiotik sebagai zat aditif dalam ransum ayam petelur periode layer dapat meningkatkan performans ternak pada taraf pemberian 0,5-1%. DAFTAR PUSTAKA Agustina L, Purwanti S, dan Zainuddin. 2007. Penggunaan probiotik (Lactobacillus sp.) sebagai imbuhan pakan broiler. Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin. Makassar Balai Penelitian Ternak. 2016. Ana- 12

lisis Kandungan Oligosakaida Limbah Jamu. Ciawi, Bogor. Gabriela, C. R. R., I. M. Pop., D. Simean. 2005. Effect of a synbioic feed additive supplementation on laying hens performance and eggs quality. s. Lucran Stiinfice. 53: 89-93. Hartono, M dan Kurtini, T. 2015. Pengaruh pemberian probiotik terhadap performa ayam petelur. J Penelitian Pertanian Terapan 15 (3): 214-219. Haryati, T. 2011. Probiotik dan prebiotik sebagai pakan imbuhan nonruminansia. Balai Penelitian Ternak, Bogor. Islami, N. 2015. Performan ayam petelur umur 40-75 hari yang diberi ekstrak temulawak (curcuman x anthorriza roxb). Fakultas Pertanian dan Peternakan. Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim, Riau. Pekanbaru. Ketaren, P. P. 2010. Kebutuhan gizi ternak unggas di Indonesia. Balai Penelitian Ternak, Bogor. Kompiang, I. P. 2009. Pemanfaatan mikroorganisme sebagai probiotik untuk meningkatkan produksi ternak unggas di Indonesia. Jurnal Pengembangan Inovasi Pertanian. 2 (3) : 177-191. Muharlien. 2010. Meningkatkan kualitas telur melalui penambahan teh hijau dalam pakan ayam petelur. Jurnal Ilmu dan Teknologi Hasil Ternak. 5 (1) : 32-37. Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian. 2015. Perkembangan populasi ayam ras tahun 1980-2015. Sekretariat Jenderal Kementrian Pertanian. Jakarta. Sellars, R. I. 1991. Acidophilus products. In: Therapeutic properties of fermented milks. Robinson (Ed.).Chapman & Hall. London, New York, Tokyo, Melbourne, Madras. Sugiharto, R. S. 2005. Meningkatkan keuntungan beternak puyuh. Agromedia Pustaka, Jakarta. Youssef, A. W., H. M. A. Hassan., H. M. Ali., M. A. Mohamed. 2013. Effect prebiotics, probiotics and organic acid on layer performance and egg quality. J. Poultry Science. 10:1-10. 13