JIMKESMAS JURNAL ILMIAH MAHASISWA KESEHATAN MASYARAKAT VOL. 2/NO.5/ Januari 2017; ISSN X,

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Gorontalo dengan batas-batas wilayah sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN. menentukan kualitas sumber daya manusia. Oleh karena itu, kesehatan perlu dijaga dari hal-hal

BAB I PENDAHULUAN. ekonomis. Untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal diselenggarakan. makanan dan minuman (UU RI No.

Lampiran 1. Summary. Nama : Defiyanti Pratiwi Nim :

BAB 1 PENDAHULUAN. akan dikonsumsi akan semakin besar. Tujuan mengkonsumsi makanan bukan lagi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Ancaman penyakit yang berkaitan dengan higiene dan sanitasi khususnya

sebagai vector/ agen penyakit yang ditularkan melalui makanan (food and milk

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. a. Sebelah Barat : berbatasan dengan Sungai Bulango. b. Sebelah Timur : berbatasan dengan Kelurahan Ipilo

BAB 1 PENDAHULUAN. bila dikonsumsi akan menyebabkan penyakit bawaan makanan atau foodborne

BAB I PENDAHULUAN. berbahaya dalam makanan secara tidak sengaja (Fathonah, 2005). Faktorfaktor

Lampiran 1. Kategori Objek Pengamatan. Keterangan. Prinsip I : Pemilihan Bahan Baku Tahu. 1. Kacang kedelai dalam kondisi segar dan tidak busuk

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 236/MENKES/PER/IV/1997 TENTANG PERSYARATAN KESEHATAN MAKANAN JAJANAN

BAB I PENDAHULUAN. Pengembangan keberhasilan program sanitasi makanan dan minuman

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Makanan merupakan salah satu dari tiga unsur kebutuhan pokok manusia,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

LEMBAR OBSERVASI ANALISIS

DAFTAR GAMBAR. Gambar 2.7 Kerangka Teori Gambar 3.1 Kerangka Konsep... 24

BAB I PENDAHULUAN. yang menjadi alternatif makanan dan minuman sehari-hari dan banyak dikonsumsi

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEBERADAAN BAKTERI Escherichia coli PADA JAJANAN ES BUAH YANG DIJUAL DI SEKITAR PUSAT KOTA TEMANGGUNG

Lembar Kuesioner Hygiene Sanitasi Pada Pedagang Siomay di Jl. Dr. Mansyur. Padang Bulan Di Kota Medan Tahun Nama : No.

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

Tidak (b) Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. disesuaikan dengan keadaan pasien berdasarkan keadaan klinis, status gizi,

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan oleh manusia biasanya dibuat melalui bertani, berkebun, ataupun

STUDI IDENTIFIKASI KEBERADAAN Escherichia coli PADA AIR CUCIAN DAN MAKANAN KETOPRAK DI KAWASAN KAMPUS UNDIP TEMBALANG

HUBUNGAN HIGIENE SANITASI DENGAN KEBERADAAN BAKTERI Eschericia coli PADA JAJANAN ES KELAPA MUDA (SUATU PENELITIAN DI KOTA GORONTALO TAHUN 2013)

Lembar Observasi. Hygiene dan Sanitasi Pedagang Minuman Teh Susu Telur (TST) yang Dijual di Kecamatan Medan Area di Kota Medan Tahun 2012

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Penyelenggaraan makanan yang sehat dan aman merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. karbohidrat, protein, vitamin, mineral, dan sebagainya (Depkes RI, 2000).

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. atau dikenal dengan kampus induk/pusat, kampus 2 terletak di Jalan Raden Saleh,

BAB 1 : PENDAHULUAN. Keadaan higiene dan sanitasi rumah makan yang memenuhi syarat adalah merupakan faktor

Karakteristik Responden

BAB I PENDAHULUAN. yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana

BAB 1 PENDAHULUAN. mencegah pangan dari kemungkinan cemaran biologis, kimia, dan benda-benda yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Escherichia coli adalah bakteri yang merupakan bagian dari mikroflora yang

BAB I PENDAHULUAN. Makanan adalah salah satu kebutuhan dasar manusia dan merupakan hak

BAB I PENDAHULUAN. adanya makanan maka manusia tidak dapat melangsungkan hidupnya. Makanan

BAB 1 PENDAHULUAN. Derajat kesehatan masyarakat merupakan salah satu indikator harapan hidup

BAB 1 : PENDAHULUAN. bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pancasila dan Undang Undang

BAB I PENDAHULUAN. penyakit dengan cara menghilangkan atau mengatur faktor-faktor lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. bersih. 4 Penyakit yang menonjol terkait dengan penyediaan makanan yang tidak

GAMBARAN ANGKA KUMAN DAN BAKTERI

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

LEMBAR OBSERVASI HIGIENE SANITASI PENGOLAHAN BUBUR AYAM DI KECAMATAN MEDAN SUNGGAL TAHUN

GAMBARAN JUMLAH ANGKA KUMAN DAN BAKTERI ESCHERICHIA COLI PADA PIRING DI RUMAH MAKAN PASAR SERASI KOTA KOTAMOBAGU TAHUN 2015 Cindy Stevani Sape

BAB I PENDAHULUAN. Kejadian Luar Biasa (KLB) adalah timbulnya atau meningkatnya kejadian kesakitan/kematian yang bermakna secara epidemiologi pada

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dari luar Provinsi Gorontalo maupun mahasiswa yang berasal dari luar Kota Gorontalo.

Lampiran 1. Lembar ObservasiHigiene Sanitasi Pembuatan Ikan Asin di Kota Sibolga Tahun 2012

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 942/MENKES/SK/VII/2003 TENTANG PEDOMAN PERSYARATAN HYGIENE SANITASI MAKANAN JAJANAN

BAB 1 : PENDAHULUAN. aman dalam arti tidak mengandung mikroorganisme dan bahan-bahan lain yang

HUBUNGAN KONDISI FASILITAS SANITASI DASAR DAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN DIARE DI KECAMATAN SEMARANG UTARA KOTA SEMARANG.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

HIGIENE SANITASI DAN ANALISIS ZAT PEMANIS BUATAN PADA DODOL YANG DI PRODUKSI DI KECAMATAN PANYABUNGAN KABUPATEN MANDAILING NATAL TAHUN 2012

HUBUNGAN PENGETAHUAN, MOTIVASI, DAN PERAN PETUGAS TERHADAP KONDISI HYGIENE

BAB I PENDAHULUAN. untuk dikonsumsi. Maka dari itu, dalam hal ini higienitas sangat berperan penting

BAB I PENDAHULUAN. dengan harga yang murah, menarik dan bervariasi. Menurut FAO (Food

BAB I PENDAHULUAN. asasi setiap rakyat Indonesia dalam mewujudkan sumber daya manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. bersih, cakupan pemenuhan air bersih bagi masyarakat baik di desa maupun

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Bakso merupakan makanan jajanan yang paling populer di Indonesia.

STUDI KANDUNGAN BAKTERI Salmonella sp. PADA MINUMAN SUSU TELUR MADU JAHE (STMJ) DI TAMAN KOTA DAMAY KECAMATAN KOTA SELATAN KOTA GORONTALO TAHUN 2012

GAMBARAN KONDISI FISIK SUMUR GALI DAN KUALITAS BAKTERIOLOGIS AIR SUMUR GALI

LEMBAR KUESIONER UNTUK PENJAMAH MAKANAN LAPAS KELAS IIA BINJAI. Jenis Kelamin : 1.Laki-laki 2. Perempuan

UJI MPN BAKTERI ESCHERICHIA COLI PADA AIR SUMUR BERDASARKAN PERBEDAAN KONSTRUKSI SUMUR DI WILAYAH NAGRAK KABUPATEN CIAMIS

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Undang-undang Kesehatan No. 36 tahun 2009 pasal 48 telah. kesehatan keluarga, perbaikan gizi, pengawasan makanan dan minuman,

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1996

BAB I PENDAHULUAN. makanan dan minuman yang cukup, kehidupan manusia akan terganggu sehingga

BAB 1 PENDAHULUAN. adanya mikroorganisme patogen pada makanan dan minuman sehingga bisa

TINJAUAN PUSTAKA. melindungi kebersihan tangan. Sanitasi adalah upaya kesehatan dengan cara

ARTIKEL PENELITIAN HUBUNGAN KONDISI SANITASI DASAR RUMAH DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS REMBANG 2

BAB I PENDAHULUAN. merupakan media untuk dapat berkembang biaknya mikroba atau kuman.

BAB I PENDAHULUAN. dapat melangsungkan kehidupan selain sandang dan perumahan. Makanan, selain mengandung nilai gizi, juga merupakan media untuk dapat

BAB I PENDAHULUAN. pengaruh enzim, aktifitas mikroba, hewan pengerat, serangga, parasit dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

ANALISIS COLIFORM PADA MINUMAN ES DAWET YANG DIJUAL DI MALIOBORO YOGYAKARTA

Lampiran 1. Daftar Angka Paling Mungkin Coliform dengan Tiga Tabung

BAB 1 : PENDAHULUAN. kesehatan, dan keturunan. Berdasarkan ke empat faktor tersebut, di negara yang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kota Gorontalo merupakan salah satu wilayah yang ada di Provinsi Gorontalo,

BAB I PENDAHULUAN. sendiri. Faktor-faktor yang menentukan kualitas makanan baik, dapat ditinjau dari

BAB 1 : PENDAHULUAN. disebut penyakit bawaan makanan (foodborned diseases). WHO (2006)

Lampiran 1. Formulir Persetujuan Partisipasi Dalam Penelitian FORMULIR PERSETUJUAN PARTISIPASI DALAM PENELITIAN (INFORMED CONSENT) NASKAH PENJELASAN

HIGIENE SANITASI PANGAN

IDENTIFIKASI KANDUNGAN FORMALIN PADA TAHU YANG DIJUAL DI PASAR SENTRAL KOTA GORONTALO. Sriyanti Dunggio, Herlina Jusuf, Ekawaty Prasetya 1

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. UCAPAN TERIMA KASIH... ii. DAFTAR ISI... iv. DAFTAR TABEL... x. DAFTAR GAMBAR... xv BAB I PENDAHULUAN...

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. meningkatkan derajat kesehatan dengan cara memelihara dan melindungi

Unnes Journal of Public Health

PENDAPAT SUPERVISOR TENTANG PENERAPAN SANITASI HIGIENE OLEH MAHASISWA PADA PELAKSANAAN PRAKTEK INDUSTRI

- 5 - BAB II PERSYARATAN TEKNIS HIGIENE DAN SANITASI

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Letusan penyakit akibat pangan (food borne diseases) dan kejadiankejadian

BAB I PENDAHULUAN. juga dipengaruhi oleh tidak bersihnya kantin. Jika kantin tidak bersih, maka

BAB I PENDAHULUAN. prasarana kesehatan saja, namun juga dipengaruhi faktor ekonomi,

BAB 1 : PENDAHULUAN. dikonsumsi masyarakat dapat menentukan derajat kesehatan masyarakat tersebut. (1) Selain

LAMPIRAN 1 KUESIONER PENJAMAH MAKANAN DI RUMAH MAKAN

I. PENDAHULUAN. terkontaminasi baik secara bakteriologis, kimiawi maupun fisik, agar

Transkripsi:

GAMBARAN HIGIENE SANITASI DAN KEBERADAAN ESCHERICHIA COLI DALAM JAJANAN KUE BASAH DI PASAR KOTA KENDARI TAHUN 2016 Amita Satyaningsih 1 Yusuf Sabilu 2 Sabril Munandar 3 FakultasKesehatanMasyarakatUniversitasHalu Oleo 123 amitasatyaningsih@yahoo.co.id 1 yusuf sabilu@yahoo.com 2 sabrilmunandar@gmail.com 3 ABSTRAK Higiene sanitasi makanan adalah upaya pengendalian terhadap empat faktor penyehatan makanan yaitu faktor tempat/bangunan, peralatan, orang, dan cara penyajian makanan. Escherica coli merupakan bakteri batang gram negatif, tidak berkapsul dan merupakan flora normal di dalam saluran pencernaan hewan dan manusia yang mudah mencemari air dan makanan. Makanan jajanan sebagai salah satu jasa pelayanan masyarakat di bidang makanan yang keberadaan sering kali masih jauh dari memenu persyaratan kesehatan sengga menimbulkan dampak penyakit kepada masyarakat. Tujuan dalam penelitian ini yaitu untuk mengetahui kualitas giene sanitasi makanan jajanan kue basah dan keberadaan Escherica coli dalam jajanan kue Basah di pasar tradisional Kota Kendari tahun 2016. Penelitian ini bersifat deskriptif observasional yaitu mengetahui gambaran hasil analisis keberadaan Escherica coli pada makanan jajanan kue basah yang dijual oleh pedagang kue di pasar tradisional Kota Kendari. Hasil penelitian menunjukan bahwa 87% pedagang yang keadaan lokasi tempat jualannya tidak memenu syarat, terdapat 60% yang kondisi pedagangnya tidak memenu syarat, terdapat 70% pedagang yang cara penyajiannya sudah memenu syarat, Sementara itu dari 30 sampel makanan jajanan kue basah yang diperiksa menunjukan 18 (60%) sampel makanan jajanan kue basah tidak mengandung Escherica coli dan 12 (40%) sampel makanan jajanan kue basah mengandung Escherica coli. Saran dalam penelitian ini yaitu dalam meningkatkan kualitas giene sanitasi makanan jajanan maka perlu pembinaan dan pengawasan serta penyuluhan tentang giene sanitasi makanan jajanan sengga makanan jajanan yang dipasarkan memenu syarat kesehatan. Kata Kunci:Higiene Sanitasi, Escherica coli, Makanan Jajanan 1

DESCRIPTION OF HYGIENE SANITATION AND EXISTING OF ESCHERICHIA COLI OF MOIST CAKES IN KENDARI CITY TRADITIONAL MARKET 2016 ABSTRACT Food sanitation hygiene is the control of the four factors of food sanitation, namely factor of places/buildings, equipment, people, and the way of presenting the food. Escherica coli is a negative rod gram bacteria, not capsulated and the normal flora in the digestive tract of animals and humans wch is easily contaminate to water and food. Snack Food business as one of the public service in the food field is often still far from meeting the health requirements so that the impacts the rise of disease to society. The aim of study was to determine the quality of hygiene and sanitation and the existing of Escherica coli in moist cake in the traditional market of Kendari in 2016. The type of study was observational descriptive. The results showed that 87% of traders were not eligible in location factor, there were 60% of traders condition did not qualify, there were 70% of traders already qualified in way of presentation, wle from the 30 samples of moist cake wch is checked showed 18 samples (60%) did not contain Escherica coli and 12 samples (40%) containing Escherica coli. The Suggestions in ts study is to improve the quality of sanitation hygiene of street food. It needs the guidance and supervision as well as education about hygiene and sanitation of street food so that it can meet the health requirements. Keywords: Sanitation Hygiene, Escherica coli, Snack Food 2

PENDAHULUAN Kesehatan adalah keadaan yang meliputi fisik, mental dan sosial yang tidak hanya berarti suatu keadaan yang bebas dari penyakit dan kecacatan. Kesehatan juga merupakan keadaan sehat baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk dup produktif secara sosial dan ekonomis. Untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal diselenggarakan berbagai upaya kesehatan salah satu diantaranya adalah pengamanan terhadap makanan dan minuman 1. Makanan merupakan kebutuhan dasar manusia untuk melanjutkan kedupan. Makanan yang dibutuhkan harus memenu syarat kesehatan dalam arti memiliki nilai gizi yang optimal seperti vitamin, mineral, lemak dan lainnya. Makanan yang dikonsumsi beragam jenisnya dengan berbagai cara pengolahannya. Makanan-makanan tersebut dapat menjadi penyebab terjadinya gangguan dalam tubuh kita sengga kita jatuh sakit. Salah satu cara untuk memelihara kesehatan adalah dengan mengkonsumsi makanan yang aman, yaitu dengan memastikan bahwa makanan tersebut dalam keadaan bersih dan terndar dari penyakit. Banyak sekali hal yang dapat menyebabkan suatu makanan menjadi tidak aman, salah satu diantaranya disebabkan oleh kontaminasi 2. Jika ditinjau dari segi kesehatan, makanan selain berfungsi sebagai sumber energi, zat pembangun dan zat pengatur juga mempunyai peran dalam penyebaran penyakit. Oleh karena itu prinsip dasar sanitasi makanan sangat diperlukan agar konsumen dapat dilindungi kesehatannya dari bahaya kontaminasi makanan dan organisme penyakit menular. Untuk memperoleh makanan dan minuman yang memenu syarat kesehatan, maka perlu diadakan pengawasan terhadap giene dan sanitasi pengolahan makanan seperti restoran, rumah makan, ataupun pedagang kaki lima mengingat bahwa makanan dan minuman adalah media yang potensial dalam penyebaran penyakit 3. Badan Pengendalian Obat dan Makanan (BPOM) Jakarta juga telah memantau makanan jajanan anak sekolah selama tahun 2003 sedikitnya 19.465 jenis makanan yang dijadikan sampel dalam pengujian tersebut ditemukan 185 item mengandung bahan pewarna berbahaya, 94 item mengandung boraks, 74 item mengandung formalin, dan 52 item mengandung benzoat atau pengawet yang mana semuanya ditemukan dalam makanan dengan kadar berlebih, sengga mengharuskan BPOM menariknya dari pasaran. Hal ini juga didukung dengan hasil penelitian BPOM terhadap 163 sampel dari 10 propinsi dan sebanyak 80 sampel (80%) tidak memenu persyaratan mutu dan keamanan produk, dari produk makanan jajanan itu banyak ditemukan penggunaan bahan pengawet dan pewarna yang dapat mengganggu kesehatan anak sekolah seperti penyakit kanker dan ginjal 4. Sumber kontaminasi makanan yang paling utama berasal dari pekerja, peralatan, sampah, serangga, tikus, dan faktor lingkungan seperti udara dan air. Sumber kontaminasi makanan yang paling besar pengaruh kontaminasinya ialah penjamah makanan. Kesehatan dan kebersihan pengolah makanan mempunyai pengaruh yang cukup besar pada mutu produk yang dihasilkannya, sengga perlu mendapatkan perhatian yang sungguh-sungguh 1. Penyakit bawaan makanan ( foodborne disease) didefinisikan sebagai penyakit yang disebabkan oleh agen yang masuk kedalam tubuh melalui konsumsi makanan. Agen yang terkandung dalam makanan tersebut dapat berupa mikroorganisme ataupun zat beracun. Setiap orang menghadapi risiko dari penyakit bawaan makanan 5. Penyebaran penyakit bawaan makan ini sangat luas dengan berkembang menjadi masalah kesehatan masyarakat, baik di negara maju maupun di negara berkembang dimana, insiden global salah satu penyakit bawaan makanan adalah sulit untuk diperkirakan dan diare merupakan penjyebab utama gizi buruk pada bayi dan anak anak 5. Suatu penelitian di beberapa negara industri menunjukkan bahwa lebih dari 60% penyakit bawaan makanan disebabkan karena buruknya kemampuan penjamah makanan untuk mengolah makanan. Penyakit-penyakit yang dapat ditularkan oleh penjamah makanan berasal dari organisme dan mikroorganisme yang ada di tubuh atau di dalam tubuh seorang penjamah makanan yang dapat memperbanyak diri sampai dosis yang efektif, kondisi yang tepat dan kontak langsung dengan makanan atau ketika penyajian makanan 1. Escherica coli atau biasa disingkat E. coli adalah salah satu jenis spesies utama bakteri gram negatif, pada umumnya bakteri ini diketahui terdapat secara normal dalam alat pencernaan manusia dan hewan. Keberadaannya di luar tubuh manusia menjadi indikator sanitasi makanan dan minuman apakah pernah tercemar oleh kotoran manusia atau tidak. Keberadaan E. coli dalam air atau makanan juga dianggap memiliki ko 1 elasi tinggi 3

dengan ditemukannya bibit penyakit (patogen) pada pangan dalam persyaratan mikrobiologi E. coli dipilih sebagai indikator tercemarnya air atau makanan karena keberadaan bakteri E. coli dalam sumber air atau makanan merupakan indikasi terjadinya kontaminasi tinja manusia. Adanya E. coli menunjukkan suatu tanda praktek sanitasi yang tidak baik karena E. coli bisa berpindah dengan kegiatan tangan ke mulut atau dengan pemindahan pasif lewat makanan, air, susu dan produk-produk lainnya. E. coli yang terdapat pada makanan atau minuman yang masuk kedalam tubuh manusia dapat menyebabkan gejala seperti kolera, disentri, gastroenteritis, diare dan berbagai penyakit saluran pencernaan lainnya 6. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 942/Menkes/SK/VII/2003 tentang Pedoman Persyaratan Hygiene Sanitasi Makanan Jajanan, terdapat beberapa aspek yang diatur dalam penanganan makanan jajanan, yaitu penjamah makanan, peralatan, air, bahan makanan, penyajian, sarana penjaja dan lokasi penjualan. Beberapa aspek tersebut sangat mempengaru kualitas makanan 7. METODE Penelitian survei ini bersifat deskriptif observasional yaitu mengetahui gambaran hasil analisis keberadaan Escherica coli pada makanan jajanan kue basah yang dijual oleh pedagang kue di pasar tradisional Kota Kendari. Dalam penelitian ini yang menjadi sampel yaitu 30 jajanan kue basah dari 30 pedagang kue di pasar tradisional Kota Kendari menggunakan total sampling. Higiene sanitasi makanan jajanan kue tersebut akan diobservasi juga berdasarkan lembar observasi Kepmenkes No 942 tahun 2003. Teknik pengambilan sampel yang digunakan pada pengambilan sampel kue adalah dengan cara purposive sampling dan untuk pemeriksaan Escherica coli di ambil 30 kue dari masing masing pedagang untuk dijadikan sampel dengan kriteria kue yang tidak tertutup dan kue yang bersantan. HASIL Umur Responden No Umur Frekuensi (n) Persentase (%) 1 21-30 5 17 2 3 31-40 >10 tahun 13 12 60 43 Total 30 100 Berdasakan tabel 1, diketahui bahwa umur pedagang kue basah di pasar tradisional Kota Kendari dengan golongan umur diatas yang paling banyak ialah 13 pedagang kue dengan golongan umur 31-40 tahun sedangkan golongan umur dengan jumlah pedagang kue yang paling sedikit ialah 5 pedagang kue dengan golongan umur 21-30 tahun. Lama Berjualan No Lama Frekuensi Persentase berjualan (n) (%) 1 1-12 bulan 10 33 2 3 >1 tahun >10 tahun 14 6 47 20 Total 30 100 Berdasakan tabel 2 diketahui bahwa lama berjualan pedagang kue basah di pasar tradisional Kota Kendari dengan golongan lama berjualan diatas 1 tahun sebanyak 14 orang sedangkan yang paling sedikit yaitu berjumlah 6 pedagang kue dengan golongan lama berjualan diatas 10 tahun. Keadaan Lokasi Tempat Jualan No Kriteria Frekuensi Persentase penilaia (n) (%) 1 Memenu 4 13,3 26 86,7 memenu Total 30 100 Berdasarkan tabel 3 diketahui bahwa dari 30 pedagang kue basah di pasar tradisional Kota Kendari ada 26 pedagang kue yang keadaan lokasi tempat jualannya tidak memenu syarat berdasarkan Kepmenkes No.942 tahun 2003 sedangkan ada 4 pedagang kue yang keadaan lokasi tempat jualannya memenu syarat berdasarkan Kepmenkes No.942 tahun 2003. 4

Kondisi pedagang No Kriteria Frekuensi Persentase penilaia (n) (%) 1 Memenu 13 43,3 17 56,7 memenu Total 30 100 Berdasarkan tabel 4 diketahui bahwa dari 30 pedagang kue basah di pasar tradisional Kota Kendari ada 17 pedagang kue yang kondisi pedagangnya tidak memenu syarat berdasarkan Kepmenkes No.942 tahun 2003 sedangkan ada 13 pedagang kue yang kondisi pedagangnya memenu syarat berdasarkan Kepmenkes No.942 tahun 2003. Cara penyajian No Kriteria Frekuensi Persentase penilaia (n) (%) 1 Memenu 18 60 12 memenu Total 30 100 Berdasarkan tabel 5 diketahui bahwa dari 30 pedagang kue basah di pasar tradisional Kota Kendari ada 18 pedagang kue yang cara penyajiannya tidak memenu syarat berdasarkan Kepmenkes No.942 tahun 2003 sedangkan ada 12 pedagang kue yang kondisi pedagangnya memenu syarat berdasarkan Kepmenkes No.942 tahun 2003. Keadaan lokasi tempat jualan dengan keberadaan Eschrica coli No. Keadaan Total lokasi Negatif Positif tempat jualan n % n % n % 1 Memenu 13, 2 6,7 2 6,7 4 3 53, 33, 86, Memenu 16 10 26 3 3 7 Total 18 60 12 40 30 100 Berdasarkan tabel 6, dapat diketahui bahwa hasil dari 30 sampel kue basah dengan pemeriksaan E. coli dengan kriteria penelian berdasarkan keadaan lokasi tempat jualan yang memehu terdapat 2 sampel kue (6,7%) yang memenu syarat (negatif) mengandung E. coli dan 2 sampel kue (6,7%) yang tidak memenu syarat (positif) mengandung E. coli. Dan berdasarkan kriteria penilaian keadaan lokasi tempat jualan yang tidak memenu terdapat 16 sampel kue (53,3%) yang memenu syarat (negatif) mengandung E.coli dan 10 sampel kue (33,3%) yang tidak memenu syarat (positif) mengandung E. coli. Kondisi pedagang dengan keberadaan Escherica coli No. Kondisi pedagan g Total Negatif Positif n % n % n % 13, 43, 9 30 4 13 3 3 1 Memenu 26, 56, Memenu 9 30 8 17 7 7 Total 18 60 12 40 30 100 Berdasarkan tabel 7 diketahui bahwa hasil dari 30 sampel kue basah dengan pemeriksaan E. coli dengan kriteria kondisi pedagang yang memehu terdapat 9 sampel kue (30,0%) yang memenu syarat (negatif) mengandung E. coli dan 4 sampel kue (13,3%) yang tidak memenu syarat (p ositif) mengandung E. coli. Dan berdasarkan kriteria penilaian kondisi pedagang yang tidak memenu terdapat 9 sampel kue (30,0%) yang memenu syarat (negatif) mengandung E.coli dan 8 sampel kue (26,7%) yang tidak memenu syarat (positif) mengandung E. coli. Cara penyajian dengan keberadaan Escherica coli No. Kondisi pedagan g 1 Memenu Memenu Total Negatif Positif n % N % n % 12 40 6 20 18 60 6 20 6 20 12 40 Total 18 60 12 40 30 100 Berdasarkan tabel 8 diketahui bahwa hasil dari 30 sampel kue basah dengan pemeriksaan E. coli dengan kriteria penilaian cara penyajian yang memehu terdapat 12 sampel kue (40,0%) yang memenu syarat (negatif) mengandung E. coli dan 6 sampel kue (20,0%) y ang tidak memenu syarat (positif) mengandung E. coli. Dan berdasarkan kriteria penilaian cara penyajian yang tidak memenu terdapat 6 sampel kue (20,0%) yang memenu syarat (negatif) mengandung E.coli dan 6 sampel kue (20,0%) 5

yang tidak memenu syarat (positif) mengandung E. coli. DISKUSI Keadaan Lokasi Tempat Jualan Makanan Jajanan Kue Basah Meningkatkan mutu dan giene sanitasi makanan jajanan, dapat ditetapkan lokasi tertentu sebagai sentra pedagang makanan jajanan. Sentra pedagang makanan jajanan yang memenu syarat jika lokasinya harus cukup jauh dari sumber pencemaran atau dapat menimbulkan pencemaran makanan jajanan seperti pembuangan sampah terbuka, tempat pengolahan limbah, rumah potong hewan, jalan yang ramai dengan arus kecepatan tinggi. Dan juga sentra pedagang makanan jajanan harus dilengkapi dengan fasilitas sanitasi meliputi : Air bersih, tempat penampungan sampah; saluran pembuangan air limbah, jamban dan peturasan, fasilitas pengendalian lalat dan tikus 8. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan dengan giene sanitasi makanan dengan keadaan lokasi tempat jualan, terdapat 100% tempat dan tidak dilengkapi dengan sanitasi air bersih, selain itu ada beberapa pedagang kue yang lokasi tempat jualannya tidak terndar dari vektor seperti lalat,tikus dll namun ada juga yang terndar dari vektor tetapi dalam kategori ini lebih banyak yang tidak terndar dari vektor dibanding yang terndar dari vektor tersebut sama halnya dengan lokasi tempat jualan lebih banyak yang tidak jauh dari jalanan ramai lebih dan kecepatan tinggi dibandingkan dengan yang jauh dari jalanan ramai dan kecepatan tinggi, namun dalam kategori lokasi tempat jualan yang dilengkapi dengan etalase terdapat 15 pedagang kue yang memakai etalase dan 15 pedagang kue lainnya tidak menggunakan etalase, serta lokasi bertempat jualan tidak tersedianya tempat penampungan sampah yang tertutup, dimana diantara keseluruhan pedagang kue hanya ada 3pedagang kue yang memiliki tempat penampungan sampah tertutup, selanjutnya berdasarkan kategori lokasi tempat jualan harus jauh dari tempat pemotongan hewan, dimana dalam kategori ini kebanyakan pedagang kue yang yang juah dari tempat pemotongan hewan dan ada beberapa juga yang dekat dengan pemotongan hewan seperti contohnya di pasar basah mandonga yang dimana pedagang kue sangat dekat dengan penjual ikan, daging dan sebagainya. Hasil penelitian ini menunjukkan dari 30 pedagang kue basah yang memenu syarat terdapat 4 pedagang (13%) dan yang tidak memenu syarat terdapat 26 pedagang (87%). Hal ini menunjukkan bahwa keadaan lokasi pasar tradisional di Kota Kendari untuk jajanan kue basah lebih banyak berada dalam kategori tidak memenu syarat dibandingkan dengan yang memenu syarat dalam aturan Kepmenkes tahun 2003. Penelitian ini sejalan dengan penelitian sebelumnya tentang Hygiene Sanitasi Pedagang Kue dan Keberadaan Escherica coli pada Makanan Jajanan Kue Cucur di Wilayah Pasar Tradisional Desa Kaliyoso Kecamatan Bongomeme Kabupaten Gorontalo pada lokasi tempat jualan kue terdapat 50% tempat jualan makanan jajanan kue yang lokasinya tidak terndar dari vektor (lalat), selai n itu lokasi tempat jualan tidak di lengkapi tempat penampungan sampah tertutup, dan sebagian tempat jualan tidak dilengkapi fasilitas sanitasi air bersih. Serta semua lokasi usaha tidak dilengkapi fasilitas pengendali vektor, dan beberapa lokasi penjualan makanan jajanan kue berada jauh atau minimal 500 meter dari sumber pencemaran namun ada juga beberapa tempat jualan pedagang yang sangat berdekatan dengan tempat penjualan ikan yang merupakan sumber pencemaran karena sangat kotor, bau dan banyak vektor penyebab penyakit 7. Selain itu, Penelitian lain menyatakan bahwa lokasi dan bangunan sangat penting bagi setiap tempat usaha, usaha yang memiliki bangunan akan memberikan rasa aman dan kenyamanan bagi konsumennya. Saat ini banyak dijumpai pedagang yang menjual makanan minuman tidak memiliki bangunan dan lokasi berdagang yang tidak memenu syarat kesehatan, sengga kemungkinan cukup besar terkontaminasi mikroorganisme. Kondisi Pedagang Makanan Jajanan Kue Basah Berdasarkan pengamatan pada saat observasi sesuai dengan kondisi pedagang makanan jajanan kue basah di pasar tradisional Kendari terdapat 100% pedagang yang tidak mencuci tangan setiap kali hendak menangani makanan pada saat menyajikan makanan serta beberapa pedagang bahkan hampir semua pedagang tidak menjaga kebersihan tangan, kuku dan rambutnya, bahkan hampir dari keseluruhan pedagang tidak batuk atau bersin dihadapan makanan jajanan yang disajikan serta ada beberapa pedagang yang tidak dalam kondisi sakit seperti influenza, diare, dan lain sebagainya dan tidak sambil merokok pada saat menangani makanan. Tetapi, ada juga beberapa pedagang yang sedang menderita influenza pada saat menangani makanan, serta ada juga beberapa dari 6

sebagian pedagang yang sedang merokok pada saat menangani makanan. Hasil penelitian ini menunjukkan dari 30 pedagang kue basah yang memenu syarat terdapat 13 pedagang (43,3%) dan yang tidak memenu syarat terdapat 17 pedagang (60%). Hal ini menunjukkan bahwa kondisi pedagang di pasar tradisional Kota Kendari untuk jajanan kue basah lebih banyak berada dalam kategori tidak memenu syarat dibandingkan dengan yang memenu syarat dalam aturan Kepmenkes tahun 2003. Hasil penelitiann sebelumnya tentang Hygiene Sanitasi Pedagang Kue dan Keberadaan Escherica coli pada Makanan Jajanan Kue Cucur di Wilayah Pasar Tradisional Desa Kaliyoso Kecamatan Bongomeme Kabupaten Gorontal berdasarkan kondisi pedagang makanan terdapat 100% pedagang makanan yang tidak memakai celemek, tutup kepala, sarung tangan, dan penutup mulut, pada saat menyajikan makanan, serta terdapat juga beberapa pedagang yang bercakap-cakap saat menangani makanan 7. Perilaku pedagang yang tidak giene juga dapat menjadi sumber penularan penyakit terhadap makanan seperti perpindahan bakteri sengga menyebabkan penyakit dan pada saat menyajikan makanan pedagang perlu berperilaku sehat agar menghasilkan makanan yang bersih, sehat, aman. Seperti halnya dengan kategori dalam variabel kondisi pedagang berdasarkan Kepmenkes tanhun 2003 bahwa pedagang harus menggunakan APD seperti dengan menggunakan celemek, sarung tangan dan sebagainya dan sebagaimana seharusnya jika ingin terndar dari mikroorganisme maka seharusnya pedagang tidak merokok, atau menggaruk anggota badan, batuk, bersin, atau menderita penyakit mudah menular dan selalu mencuci tangan pada saat hendak menangani makanan. Cara Penyajian Makanan Jajanan Kue Basah Berdasarkan pengamatan pada saat observasi sesuai dengan cara penyajian makanan jajanan kue basah di pasar tradisional kendari, terdapat 66,7% pedagang yang menyajikan makanannya dalam keadaan tertutup dan hanya ada beberapa pedagang yang tidak menyajikan makanan jajanan kue basah tersebut sesuai dengan aturan Kepmenkes seperi halnya dengan makanan yang disajikan tidak terlindung dari debu, serta beberapa pedagang juga tidak menyajikan makanan dengan keadaan tertutup, wadah penyimpanan kue tidak kering dan bersih serta penyaji makanan atau pedagang kue tersebut tidak berpakaian dengan bersih bahkan ada pedagang yang setelah menanagani makanan tangannya di bersihkan dengan melap tangan pada baju yang sedang digunakan kemudian tetap saja menangani makanan kembali tanpa membersihkan tangan dengan bersih. Hasil penelitian ini menunjukkan dari 30 pedagang kue basah yang memenu syarat terdapat 18 pedagang (60,0%) dan yang tidak memenu syarat terdapat 12 pedagang (40%). Hal ini menunjukkan bahwa cara penyajian kue basah di pasar tradisional Kota Kendari lebih banyak berada dalam kategori memenu syarat dibandingkan dengan yang tidak memenu syarat dalam aturan Kepmenkes tahun 2003. Sengga dapat dikatakan bahwa cara penyajian jajanan kue di pasar tradisional Kota Kendari sudah cukup baik karena sebagian pedagang jajanan kue sudah menerapkan tata cara penyajian yang baik berdasarkan aturan Kepmenkes tahun 2003. Hasil penelitian sebelumnya yang tentang Kualitas Higiene Sanitasi Makanan Jajanan Dengan Keberadaan Escherica coli pada Pedagang Kaki Lima di Kota Samarinda Tahun 2005. Kondisi cara penyajian makanan jadi pedagang kaki lima tidak memenu syarat karena dari 10 sampel yang diteliti terdapat 6 pedagang (60%) yang tidak memenu syarat, karena kondisi cara membawa makanan dan menyajikan makanan tidak tertutu 9. Penempatan makanan yang baik adalah dengan menggunakan wadah atau tempat yang tertutup sengga hal tersebut dapat melindungi makanan dari paparan sinar matahari langsung dan risiko adanya kontaminasi dari lingkungan, sekalipun makanan tersebut telah dibungkus dengan menggunakan plastik. Hal tersebut dilakukan agar mengurangi terjadinya kontaminasi silang antar makanan dan minuman yang dijajakan. Dimana, sebagaimana yang kita ketahui bahwa lalat adalah sebagai vektor pembawa penyakit dan cara penyajian makanan jajanan di pasar tidak terjamin akan penyajiannya. Keberadaan Bakteri Escherica coli pada Makanan Jajanan Kue Basah Hasil pemeriksaan yang didapat dari 30 sampel makanan jajanan kue basah yang dijual oleh pedagang di pasar tradisional Kota Kendari terdapat 12 sampel kue (40%) yang tidak memenu syarat kesehatan dalam hal ini adanya keberadaan E. coli dan dari 30 sampel makanan jajanan kue basah yang diperiksa terdapat 18 (60%) sampel makanan jajanan kue yang memenu syarat kesehatan, dalam hal ini tidak ditemukannya E. coli. Dimana dari 6 pasar yang diteliti, masing- masing pasar terdapat beberapa pedagang yang jajanan kue basahnya mengandung E. 7

coli. Pada jajanan kue basah pasar tradisional Kota (sentral) terdapat 3 pedagang kue yang mengandung E. coli dengan kode sampel SMKB 01, SMKB 02dan SMKB 05 dari 5 pedagang kue basah. Pada pasar Korem dari 6 pedagang kue basah terdapat 4 sampel yang mengandung E. coli dengan kode sampel SMKB 06, SMKB 07, SMKB 09, SMKB 11. Selanjutnya, pada pasar panjang dari 6 pedagang kue basah terdapat 3 sampel yang mengandung E. coli dengan kode sampel SMKB 23, SMKB 24, SMKB 25.Untuk pasar Andounohu dari 2 pedagang kue basah terdapat 1 sampel yang mengandung E. coli dengan kode sampel SMKB 30. Untuk pasar basah dari 9 pedagang kue basah terdapat 1 sampel yang mengandung E. coli dengan kode sampel SMKB 13 dan namun tidak sama dengan pasar Lapulu dari 2 pedagang kue basah tidak terdapat jajanan kue basah yang mengandung E. coli 2. Bakteri E. coli adalah jenis bakteri yang biasanya ditemukan dalam sistem pencernaan hewan. Satu jenis bakteri E. coli tertentu dapat menyebabkan penyakit sistem pencernaan yang serius, yang umum ditandai dengan diare dan kadang disertai mual. Dampak lain dari bakteri E coli adalah menghasilkan racun yang dapat merusak ginjal, serta melemahkan dinding usus kecil pada anak-anak. Alasan lain untuk menyebut berbahaya pada bakteri E coli adalah karena tidak ada obat yang efektif untuk ini. Bakteri E coli bisa berbahaya dan menimbulkan dampak yang paling parah pada anak-anak atau orang tua yang sistem kekebalannya lemah. Hal ini mungkin karena pertahanan tubuh alami pada anak-anak masih berkembang, dan orang dewasa yang memiliki kekebalan lemah, sengga mereka tidak memiliki flora usus yang sehat dan antibodi yang diperlukan untuk menangkal infeksi. Keberadaan Escherica coli terhadap kriteria penilaian keadaan lokasi tempat jualan yang memenu terdapat 2 sampel yang memehu syarat (negatif) mengandung E. coli dan 2 sampel yang tidak memenu syarat (positif) sedangkan kriteria penilaian keadaan lokasi tempat jualan yang tidak memenu terdapat 16 sampel yang memenu syarat (negatif) mengandung E. coli dan 10 sampel yang tidak memenu syarat (positif) mengandung E. coli. Ini menunjukkan bahwa keadaan lokasi tempat jualan berpengaruh dengan adanya keberadaan E. coli dalam jajanan kue basah yang yang dijajakan. Keberadaan Escherica coli terhadap kriteria penilaian kondisi pedagang yang memenu terdapat 9 sampel yang memehu syarat (negatif) mengandung E. coli dan 4 sampel yang tidak memenu syarat (positif) sedangkan kriteria penilaian kondisi pedagang yang tidak memenu terdapat 9 sampel yang memenu syarat (negatif) mengandung E. coli dan 8 sampel yang tidak memenu syarat (positif) mengandung E. coli. Ini menunjukkan bahwa keadaan kondisi pedagang juga berpengaruh dengan adanya keberadaan E. coli dalam jajanan kue basah yang yang dijajakan. Keberadaan Escherica coli terhadap kriteria penilaian cara penyajian yang memenu terdapat 12 sampel yang memehu syarat (negatif) mengandung E. coli dan 6 sampel yang tidak memenu syarat (positif) sedangkan kriteria penilaian cara penyajian yang tidak memenu terdapat 6 sampel yang memenu syarat (negatif) mengandung E. coli dan 6 sampel yang tidak memenu syarat (positif) mengandung E. coli. Ini menunjukkan bahwa cara penyajian juga sangat berpengaruh dengan adanya keberadaan E. coli dalam jajanan kue basah yang yang dijajakan. Jadi adanya bakteri tersebut dalam makanan menunjukan bahwa dalam satu atau lebih tahap pengolahan makanan pernah mengalami kontak dengan feses yang berasal dari usus manusia dan oleh karenanya dapat mengandung bakteri patogen lain yang berbahaya. Jadi, adanya E.coli dalam makanan menunjukan bahwa makanan itu pernah terkontaminasi feses manusia dan mungkin dapat mengandung pathogen usus. Oleh karena itu, yang memenu syarat kesehatan yaitu E.coli harus 0 dalam 100 ml makanan atau minuman. Namun dalam hasil observasi peneliti ada 1 pasar yang memenu giene sanitasinya tetapi positif mengandung Escherica coli yaitu pasar korem dengan nomor SMKB 07 dan begitupun sebaliknya ada hasil observasi giene sanitasi yang tidak memenu tetapi ada beberapa sampel yang negatif mengandung Escherica coli. Dimana itu juga dapat mempengaru bagaimana cara pengolahan kue basah tersebut pada saat proses pembuatan. Namun, ini merupakan keterbatasan peneliti karena tidak meneliti tentang pengolahan makanan atau proses pembuatan kue basah tersebut. Sumber kontaminasi makanan yang paling utama berasal dari pekerja, peralatan, sampah, serangga, tikus, dan faktor lingkungan seperti udara dan air. Sumber kontaminasi makanan yang paling besar pengaruh kontaminasinya ialah penjamah makanan. Kesehatan dan kebersihan pengolah makanan mempunyai pengaruh yang cukup besar pada mutu produk yang dihasilkannya, sengga perlu mendapatkan perhatian yang sungguh-sungguh 1. 8

Hasil penelitian sebelumnya pada hygiene sanitasi dan pengujian makanan dengan keberadaan E. coli dimana makanan yang dijual oleh pedagang kaki lima dapat menimbulkan risiko untuk menularkan penyakit karena makanan, keracunan makanan, dan gangguan kesehatan lainnya 9. SIMPULAN 1. Keadaan lokasi tempat jualan, terdapat 26 pedagang kue basah (87%) yang tidak memenu syarat kesehatan dan 4 pedagang kue basah (13%) yang memenu syarat kesehatan di pasar tradisional Kota Kendari berdasarkan Kepmenkes RI No. 942/Menkes/SK/VII/2003. 2. Kondisi pedagang, terdapat 18 pedagang kue basah (60%) yang tidak memenu syarat kesehatan dan terdapat 12 pedagang kue basah (40%) yang memenu syarat kesehatan di pasar tradisional Kota Kendari berdasarkan Kepmenkes RI No. 942/Menkes/SK/VII/2003. 3. Cara penyajian, terdapat 9 pedagang kue basah (30%) yang tidak memenu syarat kesehatan dan terdapat 21 pedagang kue basah (70%) yang memenu syarat kesehatan di pasar tradisional Kota Kendari berdasarkan Kepmenkes RI No. 942/Menkes/SK/VII/2003. 4. Kandungan E.coli dalam makanan jajanan kue basah yang dijual oleh pedagang di pasar tradisional Kota Kendari sebanyak 40% yang tidak memenu syarat kesehatan karena terdapat bakteri E. coli di sampel jajanan kue basah tersebut. Sedangkan sebanyak 60% yang sudah memen syarat kesehatan karena tidak terdapat bakteri E. coli pada sampel jajanan kue basah tersebut. SARAN 1. Bagi pihak pasar agar dapat memperhatikan pedagang kue khususnya yang menjual kue basah dalam hal keadaan lokasi tempat jualan, kondisi pedagang serta cara penyajiannya. 2. Bagi pedagang, memperhatikan fasilitas apa saja yang penting atau yang harus ada di tempat jualan seperti tempat sampah yang tertutup, sanitasi air bersih, alat pengendali vektor, tempat jualan juga harus jauh 500 meter dari sumber pencemar dan lain sebagainya. Kondisi pedagang, harus tidak dalam sakit dalam manjajakan makanan, menjaga kebersihan rambut, kuku dan tangan, menggunakan APD seperti celemek, sarung tangan dan penutup mulut, mencuci tangan saat hendak menangani makanan dan lain sebagianya. Serta cara penyajian, menyajikan makanan sebaiknya dalam keadaan terbungkus dan atau tertutup, wadah harus bersih dan kering, penyaji harus berpakaian bersih dan tempat penyajian harus terbebas dari debu. 3. Bagi masyarakat, harus berhati-hati dalam mengkonsumsi makanan jajanan khususnya yang dijual di pasar tradisional. 4. Bagi Dinas Kesehatan Kota, dalam rangka untuk meningkatkan kualitas giene sanitasi makanan jajanan maka perlu pembinaan dan pengawasan serta penyuluhan tentang giene sanitasi makanan jajanan sengga makanan jajanan yang dijual memenu syarat kesehatan. DAFTAR PUSTAKA 1. UU RI No. 36, Tahun 2009 tentang Kesehatan 2. Setyorini, E. 2013. Hubungan Praktek Higiene Pedagang Dengan Keberadaan Eschericia coli Pada Rujak Yang Di Jual Di Sekitar Kampus Universitas Negeri Semarang. Unnes Journal of Public Health. 3. Depkes RI. 2003. Depkes RI, 2003. Indikator Indonesia Sehat 2010 dan Pedoman Penetapan Indikator Provinsi Sehat dan Kabupaten/Kota Sehat. Jakarta 4. Nasikn, 2013. Hubungan Tingkat Pendidikan Pedagang dengan Higiene Sanitasi Makanan Jajan Anak Sekolah Dasar di Kabupaten Kulon Progo-Diy 5. Tosepu, R. 2010. Kesehatan Lingkungan. Penerbit Bintang, Kendari 6. Rimadani. 2013. Uji Bakteri Escherica Coli Pada Minuman Susu Kedelai Bermerek Dan Tanpa Merek Di Kota Surakarta. Skripsi Universitas Muhammadiyah Surakarta 7. Pratiwi, D. 2012. Hygiene Sanitasi Pedagang Kue dan Keberadaan Escherica coli pada Makanan Jajanan Kue Cucur di Wilayah Pasar Tradisional Desa Kaliyoso Kecamatan Bongomeme Kabupaten Gorontalo. Skripsi, Jurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu-ilmu Kesehatan dan Keolahragaan, Universitas Negeri Gorontalo. 8. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 942/Menkes/SK/VII/2003 tentang Pedoman Persyaratan Hygiene Sanitasi Makanan Jajanan, Depkes RI. 9

9. Sedionoto, B. 2005. Kualitas Hygiene Sanitasi Makanan Jajanan (Kue) dengan keberadaan Escherica Coli Pada Pedagang Kaki Lima di Wilayah Pasar Tradisional Kota Samarinda. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Mulawarman Samarinda. 10