KEBIJAKAN PENYEDERHANAAN REGULASI UNTUK PENGEMBANGAN EKONOMI LOKAL

dokumen-dokumen yang mirip
Oleh : DIREKTUR JENDERAL BINA ADMINISTRASI KEWILAYAHAN KEMENTERIAN DALAM NEGERI

PERAN GUBERNUR SEBAGAI WAKIL PEMERINTAH PUSAT (BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH)

PEMBINAAN DAN PENGAWASAN INOVASI DAN DAYA SAING DAERAH BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG PEMERINTAH DAERAH

Direktorat Jenderal Bina Pembangunan Daerah Kementerian Dalam Negeri

PERAN STRATEGIS KEMENTERIAN DALAM NEGERI DALAM IMPLEMENTASI KEBIJAKAN OTONOMI DAERAH MENUJU PENCAPAIAN GOOD GOVERNANCE

KOORDINASI PEMERINTAH PUSAT DAN DAERAH DALAM PELAKSANAAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG PENATAAN RUANG

ANATOMI URUSAN PEMERINTAHAN

SINERGI PUSAT DAERAH DALAM UU 23/2014 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH

PADA MUSRENBANG RPJMD PROVINSI KALIMANTAN TENGAH TAHUN TJAHJO KUMOLO

HUBUNGAN PEMERINTAH DAERAH, KECAMATAN DAN DESA. Bagian Pemerintahan Setda Kab. Lamongan

Lokakarya Kerjasama Antar Daerah: Sinkronisasi RTRWD dan SPN Antar Daerah

PELAKSANAAN PROGRAM PAMSIMAS 2015 DAN PERSIAPAN PROGRAM PAMSIMAS 2016

MEWUJUDKAN PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN YANG SINERGIS ANTARA PUSAT DAN DAERAH MELALUI NSPK PENYELENGGARAAN URUSAN

PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG KEBUDAYAAN MENURUT UNDANG- PEMERINTAHAN DAERAH

PAPARAN MENTERI DALAM NEGERI PENYUSUNAN ANGGARAN DAN PENGENDALIAN PEMBANGUNAN DAERAH

KEMENTERIAN DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

Oleh: Drs. Hamdani, MM, M.Si, Ak, CA,CIPSAS Staf Ahli Mendagri Bidang Ekonomi dan Pembangunan

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

KEMENTERIAN DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA URGENSI PENETAPAN UU NOMOR 23 TAHUN 2014 TERHADAP PENETAPAN JAKSTRADA SPAM

PELAKSANAAN UU. NO. 23 TAHUN 2014 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERAN PEMERINTAH KOTA DALAM ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM

Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia GAMBARAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH (KAITANNYA DGN PENGANGGARAN PEMBIAYAAN AMPL DLM APBD)

BUPATI JEMBRANA PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH

U NDANG UNDANG NO. 23 TAHUN 2014 DLM KONTEKS KEGIATAN USAHA PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA

Penguatan Kapasitas Pemerintah Daerah Dalam Penanggulangan Bencana Di Daerah Tertinggal

PERAN GWPP DAN ISU- ISU AKTUAL RPP TENTANG PELAKSANAAN TUGAS DAN WEWENANG GWPP

BUPATI KULON PROGO DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR 13 TAHUN 2015 TENTANG URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH

PARADIGMA BARU PEMBANGUNAN DAERAH 1

PENATAAN KELEMBAGAAN URUSAN PANGAN

SKEMA KELEMBAGAAN PATROLI TERPADU PENCEGAHAN KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN DI TINGKAT TAPAK TERKAIT DENGAN SATLINMAS DESA

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH DI PERDESAAN MELALUI PELAYANAN TERPADU SATU PINTU (PTSP)

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN DAERAH DALAM MENGHADAPI MEA 2015

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA STRATEGI PENINGKATAN KAPASITAS KELEMBAGAN BPBD MELALUI PENERAPAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL KEBENCANAAN

PENATAAN URUSAN PEMERINTAHAN DALAM PEMBANGUNAN KESEHATAN

KEMENTERIAN DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

KERJA 3X!!! MI 20 Oktober 2015

PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN DALAM PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN

kelautan dan perikanan pariwisata pertanian kehutanan; energi dan sumber daya mineral; perdagangan; perindustrian; dan transmigrasi.

MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN RPJMD PROVINSI DKI JAKARTA PERIODE TAHUN

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR. TAHUN 2016 TENTANG KERJA SAMA DAN INOVASI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEMENTERIAN DALAM NEGERI IMPLEMENTASI UU NOMOR 23 TAHUN 2014 PEMBAGIAN PERAN ANTARA PEMERINTAH PUSAT, PROVINSI, DAN KABUPATEN/KOTA

Direktur Perencanaan, Evaluasi Dan Informasi Pembangunan Daerah KEMENTERIAN DALAM NEGERI DIREKTORAT JENDERAL BINA PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2016

DisampaikanOleh : DR. MUH. MARWAN, M.Si DIRJEN BINA BANGDA. 1. Manajemen Perubahan. 4. Penataan Ketatalaksanaan. 6. Penguatan Pengawasan

IMPLIKASI UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2014 DALAM KERANGKA PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH DI BIDANG PENATAAN RUANG

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

PEMBAGIAN KEKUASAAN SECARA VERTIKAL Hubungan Pusat dan Daerah

Pembagian Urusan Pemerintah Dalam Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan

KEMENTERIAN DALAM NEGERI DIREKTORAT JENDERAL BINA ADMINISTRASI KEWILAYAHAN

PENYELENGGARAAN PELAYANAN PERIZINAN

DIREKTORAT JENDERAL BINA PEMBANGUNAN DAERAH KEMENTERIAN DALAM NEGERI

KELEMBAGAAN DAN KETENAGAAN PENYULUH PERIKANAN DI DAERAH

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat

GUBERNUR JAWA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU

RENCANA STRATEGIS BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2016 TENTANG PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2007 TENTANG PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN ANTARA PEMERINTAH, PEMERINTAHAN DAERAH PROVINSI, DAN

OLEH: Dr. SUMARSONO, MDM Direktur Jenderal Otonomi Daerah

IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NO.23/2014 DAN PENGARUSUTAMAAN PRB DI DAERAH

REVIEW KEBIJAKAN DALAM PENCAPAIAN TUJUAN PEMBANGUNAN KESEHATAN

KOORDINASI TEKNIS PEMBANGUNAN

DisampaikanOleh: Ir. Agustenno Siburian, M.Si Kasubdit Perencanaan dan Evaluasi Wilayah III

Direktur Perencanaan, Evaluasi Dan Informasi Pembangunan Daerah KEMENTERIAN DALAM NEGERI DIREKTORAT JENDERAL BINA PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2016

III : RIWAYAT JABATAN

WALI KOTA BANDUNG PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR 10 TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN KERJA SAMA DAERAH

SE Mendagri /7746/SJ Penyusunan Program Bidang Kesbangpol dalam Dokrenda

B. ISU BENCANA DAN KEBAKARAN

KEMENTERIAN DALAM NEGERI

KEMENTERIAN DALAM NEGERI. Disampaikan oleh: TJAHJO KUMOLO

PEMERINTAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2016 TENTANG PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PENYUSUNAN PEDOMAN NOMENKLATUR BAPPEDA BERDASARKAN PP 18/2016 TENTANG PERANGKAT DAERAH

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PENYELENGGARAAN SISTEM DATA GENDER DAN ANAK DALAM MENDUKUNG CAPAIAN PEMBANGUNAN DI DAERAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BREBES NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG URUSAN PEMERINTAHAN YANG MENJADI KEWENANGAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BREBES

Garis Besar Isi PERMENDAGRI No. 86 Tahun 2017

KEMENTERIAN DALAM NEGERI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG KEWENANGAN PEMERINTAH YANG BERSIFAT NASIONAL DI ACEH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG KEWENANGAN PEMERINTAH YANG BERSIFAT NASIONAL DI ACEH

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 064 TAHUN 2014 TENTANG PELAKSANAAN PELAYANAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

Ir. EDISON PANJAITAN, M.Si

MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA

TANTANGAN DAN PERMASALAHAN PROSES PENATAAN PERANGKAT DAERAH IRWAN, S.SOS, MM KEPALA BIRO ORGANISASI SETDA PROV. SUMATERA BARAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BREBES NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG URUSAN PEMERINTAHAN YANG MENJADI KEWENANGAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BREBES

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2007 TENTANG PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN ANTARA PEMERINTAH, PEMERINTAHAN DAERAH PROVINSI, DAN

KEMENTERIAN DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA INDONESIAN DEVELOPMENT FORUM (IDF)

KEMENTERIAN DALAM NEGERI OLEH : BUDI PRASETYO,SH,MM SEKRETARIS DIREKTORAT JENDERAL POLITIK DAN PEMERINTAHAN UMUM MAKASAR, 28 OKTOBER 2015

Hariadi Kartodihardjo (Sumber: UU 23/2014) Adapun urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah Provinsi adalah:

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 1 TAHUN : 2010 SERI : E PERATURAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG

PEMERINTAH PROVINSI JAMBI

MENTERI DALAM NEGERI Jakarta 30 April 2013

PARADIGMA MESIN PEMBANGUNAN UNTUK PERKEMBANGAN DAERAH 1. Oleh Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie, SH.

PERAN BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH DALAM PENGUATAN KOORDINASI PENANGGULANGAN BENCANA DAN PENGANGGARAN BTT

OLEH : DRS. SAFRIZAL ZA, M.SI KEPALA BAGIAN PERENCANAAN DIREKTORAT JENDERAL BINA ADMINISTRASI KEWILAYAHAN

KEBIJAKAN PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN ZOONOSIS DALAM OTONOMI DAERAH

IMPLEMENTASI PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN TENTANG PENANGANAN KONFLIK SOSIAL

Forum Perangkat Daerah dan Rakortek Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017 Palangkaraya, 20 Maret Pada Acara S U M A T E R A K A L I M A N T A N

Transkripsi:

DITJEN BINA ADMINISTRASI KEWILAYAHAN KEBIJAKAN PENYEDERHANAAN REGULASI UNTUK PENGEMBANGAN EKONOMI LOKAL DIREKTORAT DEKONSENTRASI, TUGAS PEMBANTUAN DAN KERJASAMA, DITJEN BINA ADMINISTRASI KEWILAYAHAN, MEI 2017

PROVINS I KAB KOTA KEC KEL DESA Luas Wilayah (km2) Jumlah Penduduk 34 416 98 7.094 8.216 69.249 1.910.931,32 259.940.857

DITJEN BINA ADMINISTRASI KEWILAYAHAN

DITJEN BINA ADMINISTRASI KEWILAYAHAN ARAH KEBIJAKAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH (UU 23/2014) Mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui: peningkatan pelayanan, pemberdayaan, dan peranserta masyarakat, serta peningkatan daya saing daerah dengan memperhatikan prinsip demokrasi, pemerataan, keadilan, dan kekhasan suatu daerah dalam sistem NKRI Peningkatan efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pemerintahan daerah dengan lebih memperhatikan aspek-aspek: hubungan antara Pemerintah Pusat dengan daerah dan antar daerah, potensi dan keanekaragaman daerah, serta peluang dan tantangan persaingan global dalam kesatuan sistem penyelenggaraan pemerintahan negara

DITJEN BINA ADMINISTRASI KEWILAYAHAN KEWENANGAN PEMERINTAH PUSAT DALAM PENYELENGGARAAN URUSAN KONKUREN q menetapkan NSPK, yaitu berupa ketentuan Per-UU yg ditetapkan oleh Pemerintah Pusat (yg dilaksanakan oleh K/L) sebagai pedoman dalam penyelenggaraan urusan pemerintahan konkuren yg menjadi kewenangan Pemerintah Pusat dan yang menjadi kewenangan Daerah. q melaksanakan pembinaan dan pengawasan terhadap penyelenggaraan Urusan Pemerintahan yg menjadi kewenangan Daerah. K/L HARUS MENJAMIN TERSEDIANYA NSPK DAN BINWAS KEPADA DAERAH

DITJEN BINA ADMINISTRASI KEWILAYAHAN KEWENANGAN PEMERINTAH DAERAH DALAM PENYELENGGARAAN URUSAN PEMRTHN KONKUREN u Daerah berhak menetapkan kebijakan Daerah untuk menyelenggarakan Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah, dan wajib berpedoman pada NSPK yang telah ditetapkan oleh Pemerintah Pusat. u Dalam hal kebijakan Daerah yang dibuat tidak mempedomani NSPK, Pemerintah/Pemprov membatalkan kebijakan Daerah.

DITJEN BINA ADMINISTRASI KEWILAYAHAN TUPOKSI UU No 23 Thn 2014 ttg Pemerintahan Daerah BAB XVIII PEMBINAAN DAN PENGAWASAN Pasal 373 1) Pemerintah Pusat melakukan pembinaan dan pengawasan terhadappenyelenggaraan Pemerintahan Daerah provinsi. 2) Gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap penyelenggaraan Pemerintahan Daerah kabupaten/kota. 3) Pembinaan dan pengawasansebagaimana dimaksud pada ayat (1) secara nasional dikoordinasikan oleh Menteri PEMBINAAN TEKNIS OLEH MENTERI TERKAIT

DITJEN BINA ADMINISTRASI KEWILAYAHAN PEMBINAAN UMUM DAN TEKNIS PEMBINAAN TEKNIS: Terhadap Teknis Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Yang Diserahkan Kepada Daerah Provinsi Dalam bentuk: Fasilitasi, Konsultasi, Diklat, dan Litbang

DITJEN BINA ADMINISTRASI KEWILAYAHAN KETENTUAN PELAYANAN PUBLIK SESUAI UU 23/2014 Inovasi Asas Penyelen ggaraan Manajem en Pelayanan Pengaduan SUBSTANSI PENGATUR AN YANLIK Informasi Pelayanan Sanksi Penyederhanaan Yanlik Evaluasi Kinerja Kelembagaan

DITJEN BINA ADMINISTRASI KEWILAYAHAN INOVASI DAERAH SEMUA BENTUK PEMBARUAN DALAM PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH YANG DITETAPKAN DENGAN PERATURAN KEPALA DAERAH PRINSIP-PRINSIP PERLINDUNGAN 1. PENINGKATAN EFISIENSI; 2. PERBAIKAN EFEKTIVITAS; 3. PERBAIKAN KUALITAS PELAYANAN; 4. TIDAK ADA KONFLIK KEPENTINGAN; 5. BERORIENTASI KEPADA KEPENTINGAN UMUM; 6. DILAKUKAN SECARA TERBUKA; DAN 7. DAPAT DIPERTANGGUNGJAWABKAN HASILNYA TIDAK UNTUK KEPENTINGAN DIRI SENDIRI. APABILA INOVASI GAGAL APARATUR TIDAK DIPIDANA, BILAMANA INOVASI TERSEBUT DILAKUKAN BERDASARKAN PRINSIP2 DALAM PASAL 387 UU 23/2014 DAN DITETAPKAN DGN PERKADA SERTA DILAPORKAN KEPADA MENDAGRI

DITJEN BINA ADMINISTRASI KEWILAYAHAN KELEMBAGAAN PELAYANAN PUBLIK SESUAI UU 23 TH 2014 KDH wajib memberikan pelayanan perizinan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan KELEMBAGAAN (Pasal 350 ) Daerah membentuk Unit PTSP berpedoman pada ketentuan peraturan perundang-undangan Pemda dapat memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi dalam penyelenggaraan pelayanan publik. PTSP merupakan salah satu program pemerintah dalam rangka peningkatan pelayanan publik, memangkas birokrasi pelayanan perizinan dan non perizinan serta sebagai upaya mencapai good governance/kepemerintahan yang baik

DITJEN BINA ADMINISTRASI KEWILAYAHAN PENYEDERHANAAN Jenis & Prosedur YanLik (Pasal 349 UU 23/2014) Daerah dapat melakukan penyederhanaan jenis dan prosedur pelayanan publik untuk meningkatkan mutu pelayanan dan daya saing Daerah. Ditetapkan PERDA Pemda dapat memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi dalam penyelenggaraan pelayanan publik.

DITJEN BINA ADMINISTRASI KEWILAYAHAN Perpres 97/2014 tentang Penyelenggaraan PTSP PTSP : Pelayanan secara terintegrasi dari tahap permohonan sampai dengan tahap penyelesaian produk pelayanan melalui satu pintu à Menempatkan seluruh pelayanan perizinan dan nonperizinan SKPD dalam satu tempat di PTSP; à Pelayanan dimulai dari penerimaan berkas sampai dengan terbitnya dokumen dalam satu tempat. PTSP Pemohon datang Ke Satu Tempat, Pelayanan bisa lebih Cepat dan Lebih Murah Tim Teknis Meja Penerimaan BACK OFFICE FRONT OFFICE Pemohon

DITJEN BINA ADMINISTRASI KEWILAYAHAN PERPRES 97 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN PTSP TUJUAN: Memberikan perlindungan dan kepastan hukum kepada masyarakat, memperpendek proses pelayanan, mewujudkan pelayanan yg cepat, mudah, murah, transparan, past & terjangkau. PRINSIP: Keterpaduan, ekonomis, koordinasi, pendelegasian kewenangan, akuntabilitas, aksesbilitas SYARAT: Kelembagaan, Pendelegasian, SDM, dan Sarpras RUANG LINGKUP: Perizinan dan non perizinan yang menjadi kewenangan pemerintah dan pemda. WAKTU: Jangka waktu pelayanan PTSP ditetapkan paling lama 7 (tujuh) hari kerja terhitung sejak diterimanya dokumen Perizinan dan Nonperizinan secara lengkap dan benar, kecuali yang diatur waktunya dalam undang-undang atau peraturan pemerintah.

DITJEN BINA ADMINISTRASI KEWILAYAHAN PERMENDAGRI 24 TAHUN 2006 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN PTSP TUJUAN: meningkatkan kualitas layanan publik, dan memberikan akses yang lebih luas kepada masyarakat untuk memperoleh pelayanan publik SASARAN: terwujudnya pelayanan publik yang cepat, murah, mudah, transparan, pasti dan terjangkau, serta meningkatnya hak-hak masyarakat terhadap pelayanan publik LINGKUP TUGAS PENYELENGGARAAN PTSP: meliputi pemberian pelayanan atas semua bentuk pelayanan perizinan dan non perizinan yang menjadi kewenangan Kabupaten / Kota WAKTU: Jangka waktu penyeles aian pelayanan perizinan dan non perizinan ditetapkan paling lama 15 (lima belas) hari kerja terhitung mulai sejak diterimanya berkas permohonan beserta seluruh kelengkapannya.

DITJEN BINA ADMINISTRASI KEWILAYAHAN Pendelegasian Program / Kebijakan Strategis Kecepatan proses pelayanan publik; KDH & WaKDH wajib melaksanakan program strategis nasional (Pasal 67 Huruf f UU 23/2014); KDH & WaKDH yg tdk melaksanakannya dikenakan sanksi administratif teguran, diberhentikan sementara sampai diberhentikan sbg & WaKDH (Pasal 68 UU 23/2014). Permendagri 24/2006 dan Perpres 97/2014 PTSP bertujuan memperpendek proses pelayanan, meningkatkan kualitas layanan publik, mewujudkan proses pelayanan yang cepat, murah, mudah, transparan, pasti dan terjangkau, pendekatan layanan KDH mendelegasikan wewenang perizinan dan non perizinan yg menjadi urusan pem daerah kepada Kepala BPMPTSP. Inmendagri dan SE Mendagri (Oktober 2015) SE Mendagri tgl.2 Oktober 2015, mengingatkan dan menegaskan kembali KDH segera mendelegasikan seluruh kewenangan perizinan dan non perizinan kpd PTSP. INMENDAGRI tgl.19 Oktober 2015, intinya menginstruksikan kpd KDH untuk segera mendelegasikan seluruh kewenangan penandatangan perizinan & non perizinan yg menjadi kewenangan Daerah kpd Kepala Unit PTSP Ruang Lingkup PTSP: seluruh pelayanan Perizinan & Nonperizinan yg menjadi kewenangan Pemda.

KERJA SAMA DAERAH 1

Sarana memantapkan hubungan dan keterikatan daerah. Menserasikan pemb daerah. Mensinergikan potensi daerah/ pihak keyga. Meningkatkan pertukaran iptek. Mengurangi kesenjangan penyediaan fasilitas umum antar daerah.

URGENSI DAN IMPLIKASI ARAH KEBIJAKAN KERJASAMA ANTAR DAERAH KEBUTUHA N Adanya kebutuhan yang kuat akan efisiensi dlm pelayanan publik & pengelolaan sumber daya/potensi daerah KEBUTUHA N Sinergitas Tata Ruang & Kelestarian fungsi lingkungan hidup yang tidak mengenal batas administrasi KEBUTUHA N Kebutuhan akan meningkatkan kelancaran arus barang dan jasa antar daerah KONDISI Masih adanya egoisme daerah Pemahaman otda berbeda Ketimpangan pertumbuhan pembangunan daerah Kebutuha n akan Kerjasam a Antar daerah KEBIJAKA SANGAT PENTING N DAN URGEN KEBIJAKA Diwajibkan bagi setiap N Daerah dan Perlu perhatian khusus KDH KEBIJAKA Perlu perencanaan yang N benar, anggaran yang memadai. KEBUTUHA N Kebutuhan akan sinergitas keterkaitan antar-sektor antar-wilayah dlm sistem produksi & distribusi KONDISI Pembangunan tidak merata Kemiskinan di daerah Perbatasan Tidak akan bisa hidup sendiri tanpa KSD Perekat NKRI Masuk dalam proses perencanaan daerah N (Visi Misi KDH, Renstra, RPJMD, dan RKPD KEBIJAKA

OBYEK KERJA SAMA obyek kerja sama daerah adalah seluruh urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah otonom dan dapat berupa penyediaan pelayanan publik

ANATOMI URUSAN PEMERINTAHAN UU 23 tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah URUSAN PEMERINTAHAN ABSOLUT (Mutlak urusan Pusat) CONCURRENT (Urusan bersama Pusat, Provinsi, dan Kab/Kota) URUSAN PEMERINTAHAN UMUM - PERTAHANA N - KEAMANAN - MONETER - YUSTISI - POLITIK LUAR NEGERI - AGAMA WAJIB/ OBLIGATORY PELAYANAN DASAR pendidikan; kesehatan; PU & penataan ruang; perumahan Rakyat dan kawasan permukiman; Trantib umum, dan Linmas, Sosial (dilaksanakan dengan SPM) NON PELAYANAN DASAR tenaga kerja; pemberdayaan perempuan & anak, pangan; Pertanahan; Lingkungan Hidup; Dukcapil, PMD, penduduk dan KB, perhubungan, kominfo, Koperasi UKM, Penanaman Modal, PORA, statistik, sandi, Budaya, perpustakaan, & arsip PILIHAN/OPTIONAL (Sektor Unggulan) Kelautan & perikanan, Pariwisata, Pertanian, Kehutanan, ESDM, Perdagangan, perindustrian dan Transmigrasi Wawasan Kebangsaan; Ketahanan Sosial; Pengamalan pancasila Persatuan dan Kesatuan; Penanganan Konflik Sosial; Koordinasi Pelaksanaan Tugas Antar Instansi di Provinsi/Kab/Kota; Pengembangan Kehidupan Demokrasi; Pelaksanaan semua urusan pemerintahan yang bukan kewenangan Daerah & tidak Ditangani oleh Instansi Vertikal

Pasal 363 UU No 23 Tahun 2014 : (1) Dalam rangka meningkatkan kesejahteraan rakyat, Daerah dapat mengadakan kerja sama yang didasarkan pada pertimbangan efisiensi dan efektifitas pelayanan publik serta saling menguntungkan. (2) Kerja sama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan oleh Daerah dengan : a. Daerah lain; b. Pihak ketiga; dan/atau c. Lembaga atau pemerintah daerah di luar negeri sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan 2

Kerja sama Antar Daerah dikategorikan menjadi 2 yaitu : Kerja sama Wajib Kerja sama Sukarela 2

KERJA SAMA WAJIB

Cakupan Kerja Sama Wajib Kerja Sama Antar Daerah Provinsi; Kerja Sama Antara Daerah Provinsi dan Daerah Kabupaten/Kota dalam wilayahnya Kerja Sama Antara Daerah Provinsi dan Daerah Kabupaten/Kota dari Provinsi yang berbeda Kerja Sama Antar Daerah Kabupaten/Kota dari Daerah Provinsi yang berbeda; dan Kerja Sama Antar Daerah Kabupaten/Kota dalam satu Daerah Provinsi

KERJA SAMA WAJIB KRITERIA LINGKUP CONTOH OBJEK Antar Daerah Berbatasan Memiliki eksternalitas Didahului dengan lintas pemetaan urusan pemerintahan daerah Penyediaan layanan publik lebih Antar Daerah Prov Kesehatan efisien jika dikelola berbatasan SANKSI JIKA TIDAK DILAKSANAKAN Pendidikan bersama Antar Daerah Kab/Kota Sosial dan Kab/Kota Ketenteraman dan PEM PUSAT AMBIL ALIH berbatasan dari prov GUBERNUR SBG ketertiban WPD AMBIL umum ALIH (Pembiayaan oleh APBD masing2 daerah) berbeda (Pembiayaan oleh Lingkungan APBD masing2 hidup daerah) Antar Daerah Kab/Kota Antar Daerah Prov berbatasan berbatasan dalam Persampahan Antar Daerah Kab/Kota dan Kab/Kota wilayahnya Kebakaran berbatasan dari prov berbeda wilayahnya Pekerjaan umum Penanggulangan Antar Prov dan Kab/Kota dalam wilayahnya Antar Daerah Kab/kota dari Provinsi dalam

KERJA SAMA SUKARELA

KERJASAMA SUKARELA Kerjasama Sukarela dilaksanakan oleh daerah yang berbatasan atau tidak berbatasan untuk penyelenggaraan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah namun dipandang lebih efektif dan efisien jika dilaksanakan dengan bekerjasama Contoh : Kerjasama Pemda Kota Denpasar dengan Pemda Kota Bogor ( daerah ini tidak berbatasan dan lintas daerah, yang sifatnya tidak mengikat ).

KERJA SAMA SUKARELA KRITERIA Antar Daerah Berbatasan Antar Daerah Tidak Berbatasan Dipandang lebih efektif dan efisien jika dilaksankan dg bekerja sama Didahului dengan pemetaan urusan pemerintahan LINGKUP Antar Daerah Prov berbatasan atau tidak berbatasan Antar Daerah Kab/Kota dan Kab/Kota berbatasan atau tidak berbatasan dari prov berbeda Antar Prov dan Kab/ Kota berbatasan atau tidak berbatasan dalam wilayahnya CONTOH OBJEK Kesehatan Pendidikan Sosial Ketenteraman dan ketertiban umum Lingkungan hidup Persamapahan Kebakaran Pekerjaan umum Penanggulangan bencana

KERJA SAMA DAERAH DENGAN PIHAK KETIGA

KERJA SAMA DAERAH DENGAN PIHAK KETIGA Kerja Sama Daerah dengan Pihak Ketiga dituangkan dalam kontrak mengatur : Hak adalah hal yang dituntut oleh pihak yang bekerjasama dari mitra kerjasama kewajiban adalah hal yang wajib dipenuhi oleh para pihak yang bekerjasama; Jangka waktu kerja sama sesuai kesepakatan para pihak yang akan melakukan kerjasama dan tidak bertentangan dengan peraturan; Sanksi bagi pihak yang tidak memenuhi kewajiban biasanya diterapkan oleh pihak yang merasa dirugikan. Mekanismenya terlebih dahulu dilakukan melalui teguran (somasi) selama 3 kali berturut-turut. Apabila setelah melalui somasi tetap tidak ada perbaikan, maka selanjutnya ditempuh mekanisme penyelesaian perselisihan Penyelesaian Perselisihan a) Musyawarah dan Mufakat oleh para pihak b) Dilakukan sesuai kesepakatan dalam perjanjian kerja sama para pihak Kerjasama daerah dengan pihak ketiga harus didahului dengan studi kelayakan yang dilakukan oleh para pihak yang melakukan kerjasama.

KERJA SAMA DENGAN PIHAK KETIGA KRITERIA LINGKUP CONTOH OBJEK Penyelenggaraan urusan pemerintahan lebih efektif dan efisien - Didahului jika dikelola dengan pemetaan bersama urusan dengan pemerintahan pihak ketiga - Didahului dengan studi kelayakan KS Provinsi dengan Pihak Ketiga KS Kab/Kota dengan Pihak Ketiga kerjasama dalam penyediaan pelayanan publik antara lain pendidikan,transportasi,p ersampahan,dll; kerjasama lainnya yang tidak bertentangan dengan ketentuan peraturan perundangundangan

DITJEN BINA ADMINISTRASI KEWILAYAHAN PENUTUP 1. Daerah berhak menetapkan kebijakan Daerah untuk menyelenggarakan Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah, dan wajib berpedoman pada NSPK yang telah ditetapkan oleh Pemerintah; 2. Pemda wajib menjamin terselenggaranya pelayanan publik berdasarkan Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah; 3. KDH wajib memberikan pelayanan perizinan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, melalui PTSP; 4. Daerah dapat melakukan penyederhanaan jenis dan prosedur pelayanan publik untuk meningkatkan mutu pelayanan dan daya saing Daerah ditetapkan dgn Perda. 5. Pemerintah daerah perlu melakukan pemetaan terhadap urusan pemerintahan yang perlu dikerjasamakan 6. Pemerintah daerah perlu membentuk Tim TKKSD 7. Pada prinsipnya Kemendagri mendukung program project NSLIC yang

DITJEN BINA ADMINISTRASI KEWILAYAHAN TERIMA KASIH