Berdasarkan data hasil pengamatan daya pada poros roda menggunakan roller CVT diameter 15 mm diperoleh daya tertinggi pada putaran mesin 8000 rpm yait

dokumen-dokumen yang mirip
PENGARUH DIAMETER ROLLER CVT (CONTINUOUSLY VARIABLE TRANSMISSION) DAN VARIASI PUTARAN MESIN TERHADAP DAYA PADA YAMAHA MIO SPORTY TAHUN 2007

BAB IV PEMBAHASAN Komponen yang terdapat pada transmisi otomatis Yamaha Mio. Sistem Transmisi otomatis terdiri dari dua bagian yaitu :

BAB III ANALISA DATA

Pengaruh Variasi Konstanta Pegas dan Massa Roller CVT Terhadap Performa Honda Vario 150 cc

BAB II LANDASAN TEORI

3.2 Tempat Penelitian 1. Mototech Yogyakarta 2. Laboratorium Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

BAB II LANDASAN TEORI

Priya Adityas - Pengaruh Berat Roller CVT (Continuously Variable Transmission) dan...

Gambar 2.1 Motor Matic Yamaha Mio Soul (Sumber S : Dokumen Pribadi) 2.2 PENGERTIAN CVT Sistem CVT (Continously Variable Transmission), adalah sistem o

3.2. Prosedur pengujian Untuk mengetahui pengaruhnya perbanding diameter roller CVT Yamaha mio Soul, maka perlu melakukan suatu percobaan. Dalam hal i

: Memperbaiki transmisi otomatis

PENGARUH PENGGUNAAN JENIS PEMBERAT (ROLLER) TERHADAP PERFORMA MESIN YAMAHA MIO SOUL TAHUN 2010

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ARTIKEL. Analisa Pengaruh Jenis Pegas, Roller Terhadap Torsi Dan Konsumsi Bahan Bakar Pada Sepeda Motor Matic

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA. 4.1 Pengujian Torsi Mesin Motor Supra-X 125 cc

Tugas Akhir TM

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. yang masuk melalui lubang intake dengan 7 variabel bukaan klep in saat

PENGARUH PEMAKAIAN VARIASI PEGAS SLIDING SHEAVE TERHADAP PERFORMANCE MOTOR HONDA BEAT 2011

JURNAL. Oleh: MECKY JUNELIS Dibimbing oleh : 1. Irwan Setyowidodo, S.Pd., M.Si. 2. Ali Akbar, M.T

BAB I PENDAHULUAN. Sekarang ini perkembangan teknologi semakin pesat diberbagai Negara

Edi Sarwono, Toni Dwi Putra, Agus Suyatno (2013), PROTON, Vol. 5 No. 1/Hal

DISUS O L E H. Nama:Hariadi.T Kelas: X Otomotif A

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Honda Beat PGM-FI Komponen tersebut adalah drive belt, boss movable

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Konstruksi Mesin Pengupas Kulit Kentang

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB III METODE PENELITIAN

Andik Irawan, Karakteristik Unjuk Kerja Motor Bensin 4 Langkah Dengan Variasi Volume Silinder Dan Perbandingan Kompresi

BAB II LANDASAN TEORI

VARIASI KONSTANTA BERAT ROLLER SENTRIFUGAL TERHADAP DAYA DAN TORSI MESIN PADA MOTOR GOKART MATIC

Dosen Pembimbing: Ir. Suhariyanto, MSc Oleh : Alessandro Eranto Bais

Presentasi Tugas Akhir

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. Observasi terhadap sistem kerja CVT, dan troubeshooting serta mencari

BAB II LANDASAN TEORI

ANALISIS PERFORMANCE CONTINUOSLY VARIABLE TRANSMISSION (CVT) PADA MOTOR BEBEK MATIC HONDA BEAT MENGGUNAKAN DYNO ABD. Gatot Budy Prasetiyo*)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Konstruksi CVT. Parts name

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Berikut ini tabel hasil pemeriksaan dan pengukuran komponen cylinder. Tabel 4.1. Hasil Identifikasi Mekanisme Katup

BAB I PENDAHULUAN. memindahkan suatu benda dari tempat kesuatu tempat. Transportasi sangat dibutuhkan manusia untuk kebutuhan aktivitas

Konstruksi CVT. Parts name. A. Crankshaft F. Primary drive gear shaft. C. Weight / Pemberat

SISTEM TRANSMISI OTOMATIS SEPEDA MOTOR

BAB III PERENCAAN DAN GAMBAR

UJI PERFORMA PENGARUH IGNITION TIMING TERHADAP KINERJA MOTOR BENSIN BERBAHAN BAKAR LPG

BAB II KAJIAN TEORI. Gambar 2.1. Transmisi Otomatis Yamaha Mio. (duniamotormatic,2010)

PENGGUNAAN IGNITION BOOSTER

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

PENGARUH VARIASI BAHAN DAN JUMLAH LILITAN GROUNDSTRAP TERHADAP MEDAN MAGNET PADA KABEL BUSI SEPEDA MOTOR

BAB III PROSES MODIFIKASI DAN PENGUJIAN. Mulai. Identifikasi Sebelum Modifikasi: Identifikasi Teoritis Kapasitas Engine Yamaha jupiter z.

PENGARUH FILTER UDARA PADA KARBURATOR TERHADAP UNJUK KERJA MESIN SEPEDA MOTOR

PERHITUNGAN DAYA DAN KAPASITAS MESIN PRESS SERBUK KAYU SEBAGAI MEDIA PENANAMAN JAMUR TIRAM PUTIH RIKO PRIANDHANY


BAB IV ANALISA PERBANDINGAN DAN PERHITUNGAN DAYA

BAB III METODOLOGI PENGUJIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III PERANCANGAN DAN PERHITUNGAN. Mulai

BAB III METODE PENELITIAN

TUGAS AKHIR RANCANG BANGUN MESIN PENCACAH GELAS PLASTIK. Oleh : RAHMA GRESYANANTA FABIAN SURYO S Pembimbing

KAJIAN EKSPERIMENTAL PENGARUH PENGGUNAAN KARBURATOR RACING TERHADAP KINERJA MOTOR 2-LANGKAH 150 CC Andriansyah Teknik Mesin, Fakultas Teknik,

BAB III METODE PENELITIAN

PENGUJIAN TRANSMISI OTOMATIS CVT MESIN SEPEDA MOTOR SUZUKI SKYDRIVE TAHUN 2010

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL UJI DAN PERHITUNGAN MENGETAHUI KINERJA MESIN MOTOR PADA KENDARAAN GOKART

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA

BAB II DASAR TEORI. c) Untuk mencari torsi dapat dirumuskan sebagai berikut:

BAB III PENGUJIAN DAN ANALISA UNJUK KERJA

BAB II DASAR TEORI Sistem Transmisi

Pengaruh modifikasi diameter venturi dan pemasangan turbo cyclone terhadap daya mesin pada sepeda motor FIZR 2003

Variasi berat roller sentrifugal Pada continuosly variable transmission (CTV) terhadap kinerja traksi sepeda motor

Studi Eksperimental Kinerja Mesin Kompresi Udara Satu Langkah Dengan Variasi Sudut Pembukaan Selenoid

PENGARUH PORTING SALURAN INTAKE DAN EXHAUST TERHADAP KINERJA MOTOR 4 LANGKAH 200 cc BERBAHAN BAKAR PREMIUM DAN PERTAMAX

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

Jurnal Teknik Mesin UMY

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: ( Print) A-947

RANCANG BANGUN MESIN PERAJANG TEMBAKAU

PENGARUH PENGGUNAAN VARIASI BUSI TERHADAP KARAKTERISTIK PERCIKAN BUNGA API DAN KINERJA MOTOR HONDA BLADE 110 CC

BAB II DASAR TEORI 2.1 Sistem Transmisi 2.2 Motor Listrik

PENGARUH PERUBAHAN SAAT PENYALAAN (IGNITION TIMING) TERHADAP PRESTASI MESIN PADA SEPEDA MOTOR 4 LANGKAH DENGAN BAHAN BAKAR LPG

RANCANG BANGUN MESIN PEMBELAH BAMBU UNTUK PRODUKSI JERUJI SANGKAR BURUNG

ANALISA VARIASI BAHAN BAKAR TERHADAP PERFORMA MOTOR BENSIN 4 LANGKAH

UPAYA PENINGKATAN DAYA MOTOR DENGAN MERUBAH BESARNYA LUBANG KELUARAN GAS BUANG

III. METODE PENELITIAN. : Motor Bensin 4 langkah, 1 silinder Volume Langkah Torak : 199,6 cm3

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III METODE PENELITIAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik Traksi Sepeda Motor dengan Continuose Variable Transmission System

Perawatan System C V T

BAB III PEMBAHASAN, PERHITUNGAN DAN ANALISA

BAB III PERANCANGAN ALAT DAN MESIN. Start. Motor Tersedia. Pemilihan Jenis Mesin Motor Daya. Daya Maksimum Tidak Ya

PENGARUH PEMASANGAN SUPERCHARGER TERHADAP UNJUK KERJA PADA MOTOR BENSIN SATU SILINDER

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PERHITUNGAN DAYA DAN PENGUJIAN MESIN PENGEPRESS SANDAL

PENGARUH VARIASI SUDUT BUTTERFLY VALVE PADA PIPA GAS BUANG TERHADAP UNJUK KERJA MOTOR BENSIN 4 LANGKAH

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

IMPLEMENTASI KONTROL RPM UNTUK MENGHASILKAN PERUBAHAN RASIO SECARA OTOMATIS PADA ELECTRICAL CONTINUOUSLY VARIABLE TRANSMISSION (ECVT)

Simulation Characteristics Continous Variable Transmission of Motor Cycle using Torque Control Based Fuzzy Logic

ARTIKEL ANALISA VARIASI KERENGGANGAN CELAH ELEKTRODA BUSI TERHADAP TORSI DAN DAYA MOTOR SUPRA X 125

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Transkripsi:

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Data Dalam pengujian pengaruh variasi putaran mesin terhadap daya mesin yang diujikan menggunakan roller CVT (Continously Variable Transmision) berdiameter 15 mm (Standar Pabrik), 16 mm, dan 17 mm pada sepeda motor Yamaha Mio Soul tahun 2007 yang dilakukan dengan alat DYNOJET tipe 250i dapat menghasilkan keluaran berupa daya pada poros roda. 1. Daya pada Poros Roda Tabel 4.1. Hasil pengamatan daya pada poros roda menggunakan roller CVT diameter er 15 mm. Daya Pada Poros Roda Putaran Mesin (Hp) (rpm) 1 2 3 Rata-Rata (Hp) 5000 2.9 2.88 2.86 2.88 5500 3.91 3.89 3.89 3.90 6000 4.07 4.06 4.05 4.06 6500 4.24 4.23 4.25 4.24 7000 4.45 4.43 4.44 4.44 7500 4.44 4.46 4.44 4.45 8000 4.47 4.45 4.46 4.46 8500 4.16 4.17 4.16 4.16 9000 3.79 3.77 3.77 3.78 39

Berdasarkan data hasil pengamatan daya pada poros roda menggunakan roller CVT diameter 15 mm diperoleh daya tertinggi pada putaran mesin 8000 rpm yaitu sebesar 4,46 Hp dan terendah pada putaran 5000 rpm yaitu sebesar 2,88 Hp. Tabel 4.2. Hasil pengamatan daya pada poros roda menggunakan roller CVT diameter 16 mm Putaran Mesin (rpm) Daya Pada Poros Roda (Hp) 1 2 3 Rata-Rata (Hp) 5000 3.54 3.53 3.55 3.54 5500 3.92 3.94 3.92 3.93 6000 4.13 4.11 4.12 4.12 6500 4.33 4.31 4.32 4.32 7000 4.41 4.4 4.42 4.41 7500 4.54 4.55 4.53 4.54 8000 4.47 4.46 4.47 4.47 8500 4.24 4.22 4.22 4.23 9000 3.76 3.75 3.77 3.76 Berdasarkan ar data hasil pengamatan daya pada poros roda menggunakan roller CVT diameter 16 mm diperoleh daya tertinggi pada putaran mesin 7500 rpm yaitu sebesar 4,54 Hp dan terendah pada putaran 5000 rpm yaitu 3,54 Hp Tabel 4.3. Hasil pengamatan daya pada poros roda menggunakan roller CVT diameter 17 mm Putaran Mesin (rpm) Daya Pada Poros Roda (Hp) 1 2 3 Rata-Rata (Hp) 5000 3.35 3.35 3.35 3.35 5500 3.84 3.83 3.82 3.83 6000 4.3 4.1 4.2 4.20 6500 4.29 4.27 4.26 4.27 7000 4.34 4.33 4.32 4.33 7500 4.3 4.1 4.4 4.27 40

8000 4.25 4.23 4.22 4.23 8500 4.07 4.06 4.05 4.06 9000 3.7 3.5 3.6 3.60 Berdasarkan data hasil pengamatan tabel 4.3 dapat dijelaskan bahwa hasil daya mesin dengan menggunakan roller CVT diameter 17 mm diperoleh daya mesin tertinggi pada putaran mesin 7000 rpm yaitu sebesar 4,33 hp dan terendah pada putaran 5000 rpm yaitu sebesar 3,35 Hp. 4.2 Pembahasan Dari deskripsi data diatas dapat dijelaskan sebagai berikut: Hasil pengujian menggunakan alat DYNOJET 250i menghasilkan keluaran berupa grafik. Grafik tersebut menunjukkan besarnya daya yang terjadi pada poros roda. a) Daya pada Poros Roda Menggunakan Roller CVT Diameter 15 mm Berikut ini merupakan grafik daya pada poros roda ketika menggunakan roller CVT diameter 15 mm. Gambar 4.1. Grafik daya pada poros roda ketika menggunakan roller CVT diameter 15 mm. 41

Dari gambar 4.1 dapat dilihat bahwa, pada putaran 5000 rpm-5550 rpm grafik daya pada poros roda menanjak sangat tinggi. Hal tersebut terjadi karena pembukaan katup gas yang spontan mengakibatkan putaran mesin meningkat dengan cepat sehingga dalam kondisi ini menunjukkan bahwa roller CVT yang terletak didalam pulley primer bergerak cepat untuk dapat mencapai puncak teratas jalur gerak roller CVT. Pada putaran 5550 rpm 6050 rpm grafik daya terus mengalami peningkatan dengan tidak teratur dan tidak setinggi sebelumnya, hal ini menunjukkan bahwa dalam kondisi ini roller CVT sudah menekan pulley primer untuk mencapai titik maksimal dalam mengikat V-belt namun gaya sentrifugal yang dihasilkan masih cenderung lemah, hal ini disebabkan putaran mesin belum mampu mengimbangi kinerja roller CVT. Pada putaran mesin 6100 rpm - 7800 rpm grafik daya menunjukkan peningkatan yang lebih halus. Hal ini terjadi karena roller CVT sudah berada pada posisi puncak jalur roller CVT telah mampu mengimbangi kerja putaran mesin yang tinggi. Sehingga pada posisi ini roller CVT menggunakan gaya sentrifugal yang didapat dari putaran mesin yang tinggi untuk bekerja mendorong pulley primer dalam mengikat V-belt hingga kekuatan maksimal sehingga mampu menyalurkan daya dari mesin ke poros roda lebih optimal. Daya poros roda maksimal tercapai pada putaran 7800 rpm yaitu sebesar 4,45 hp. Daya poros maksimal terjadi hanya sesaat karena pada putaran mesin diatas 7800 rpm daya poros sudah mulai turun, hal ini terjadi karena semakin tinggi putaran mesin akan mengakibatkan gaya sentrifugal yang dihasilkan roller CVT semakin kuat mendorong pulley primer sehingga semakin kuat dalam mengikat V-belt akibatnya radius Vbelt pada pulley primer menjadi semakin besar dan radius V-belt pada pulley 42

sekunder mengecil. Sehingga efek yang terjadi adalah putaran pulley primer menjadi lebih lama daripada perputaran pulley sekunder dan kinerja roller CVT semakin berat dalam menekan pulley primer. Dari gambar 4.1 dapat kita lihat grafik daya yang dihasilkan pada poros roda cenderung membentuk gelombang. Gelombang tersebut menunjukkan bahwa daya yang terjadi pada poros roda cenderung tidak stabil. Hal ini terjadi karena pada sepeda motor Mio Soul Tahun 2007 hanya mempuyai satu buah torak dimana dalam dua kali putaran poros engkol hanya dihasilkan satu kali tenaga atau langkah usaha. Dari gambar 4.1 yang berupa grafik daya pada Yamaha Mio Soul Tahun 2007 dengan menggunakan roller CVT diameter 15 mm dapat dihitung secara teoritis dalam pencapaian aian daya dengan menggunakan rumus daya efektif sebagai berikut : Torsi dan putaran mesin sudah diketahui karena dengan penggunaan dynamometer dengan tipe Dynojet 250i data-data tersebut dapat terbaca (besarnya torsi per putaran mesin terdata). Dalam perhitungan teoritis pencapaian daya menggunakan roller CVT diameter er 15 mm dengan data sebagai berikut maka akan dapat dibuktikan besarnya daya yang sama dengan pembacaan data menggunakan dynamometer tipe Dynojet 250i. T = 3,33 lbs.ft n = 7000 rpm N = 3,33 x 7000 / 5252 N = 4,44 Hp b) Daya pada Poros Roda Menggunakan Roller CVT diameter 16 mm 43

Berikut ini merupakan grafik daya pada poros roda ketika menggunakan roller CVT diameter 16 mm Gambar 4.2 Grafik daya pada poros roda saat menggunakan roller CVT diameter 16 mm Dari gambar 4.2 dapat dilihat bahwa, pada putaran 5000 rpm-5350 rpm grafik daya pada poros roda terus menunjukkan peningkatan yang tinggi. Hal tersebut terjadi karena pembukaan katup gas yang spontan mengakibatkan putaran mesin meningkat dengan cepat sehingga dalam kondisi ini menunjukkan bahwa roller CVT yang terletak didalam pulley 41 primer bergerak cepat untuk dapat mencapai puncak teratas jalur gerak roller CVT. Pada putaran mesin 5400 rpm 5800 rpm grafik daya terus menunjukkan kenaikan namun tidak setinggi sebelumnya, hal ini menunjukkan bahwa dalam kondisi ini roller CVT sudah menekan pulley primer untuk mencapai titik maksimal dalam mengikat V-belt namun gaya sentrifugal yang dihasilkan masih cenderung lemah, hal ini disebabkan putaran mesin belum mampu mengimbangi kinerja roller CVT. Pada putaran mesin 5900 rpm-7500 rpm grafik daya menunjukkan peningkatan yang lebih halus. Hal ini terjadi karena roller CVT sudah berada pada posisi puncak 44

jalur roller CVT telah mampu mengimbangi kerja putaran mesin yang tinggi. Sehingga pada posisi ini roller CVT menggunakan gaya sentrifugal yang didapat dari putaran mesin yang tinggi untuk bekerja mendorong pulley primer dalam mengikat V-belt hingga kekuatan maksimal sehingga mampu menyalurkan daya dari mesin ke poros roda lebih optimal. Pada putaran mesin 7500 rpm 8000 rpm grafik daya cenderung stabil walaupun bergelombang. Dalam kondisi ini menunjukkan bahwa roller CVT diameter 16 mm pada putaran mesin 7500 rpm 8000 rpm menghasilkan gaya sentrifugal yang paling maksimal sekaligus stabil dalam menekan pulley primer dalam mengikat V-belt. Daya poros maksimal tercapai pada putaran 7500 rpm yaitu sebesar 4,54 hp. Daya poros maksimal terjadi hanya sesaat karena pada putaran mesin diatas 7500 rpm daya poros dengan menggunakan roller CVT diameter 16 mm menunjukkan grafik yang sudah mulai turun lalu stabil hingga putaran mesin 8000 rpm, dan sesaat kemudian daya mulai turun, hal ini terjadi karena semakin tinggi putaran mesin akan mengakibatkan gaya sentrifugal yang dihasilkan roller CVT semakin kuat mendorong pulley primer sehingga semakin kuat dalam mengikat V-belt akibatnya radius V-belt pada pulley primer menjadi semakin besar dan radius V-belt pada pulley sekunder mengecil. Sehingga efek yang terjadi adalah putaran pulley primer menjadi lebih lama daripada perputaran pulley sekunder dan kinerja roller CVT semakin berat dalam menekan pulley primer. Dari gambar 4.2 dapat kita lihat grafik daya yang dihasilkan pada poros roda cenderung membentuk gelombang. Gelombang tersebut menunjukkan bahwa daya yang terjadi pada poros roda cenderung tidak stabil. Hal ini terjadi karena pada sepeda motor 45

Mio Soul Tahun 2007 hanya mempuyai satu buah torak dimana dalam dua kali putaran poros engkol hanya dihasilkan satu kali tenaga atau langkah usaha. Dari gambar 4.2 yang berupa grafik daya pada Yamaha Mio Soul Tahun 2007 dengan menggunakan roller CVT diameter 16 mm dapat dihitung secara teoritis dalam pencapaian daya dengan menggunakan rumus daya efektif sebagai berikut : Torsi dan putaran mesin sudah diketahui karena dengan penggunaan dynamometer dengan tipe Dynojet 250i data-data tersebut dapat terbaca ( besarnya torsi per putaran mesin terdata). Dalam perhitungan teoritis pencapaian daya menggunakan roller CVT diameter er 16 mm dengan data sebagai berikut maka akan dapat dibuktikan besarnya daya yang sama dengan pembacaan data menggunakan dynamometer tipe Dynojet 250i. T = 3,308 lbs.ft n = 7000 rpm N = 3,308 x 7000 / 5252 N = 4,41 Hp c) Daya pada Poros Roda Menggunakan Roller CVT Diameter 17 mm Berikut ini merupakan grafik daya pada poros roda ketika menggunakan roller CVT diameter 17 mm. 46

Gambar 4.3. Grafik daya pada poros roda ketika menggunakan roller CVT diameter 17 mm Dari gambar 4.3 dapat dilihat bahwa, pada putaran 5000 rpm-5300 rpm grafik daya pada poros roda menunjukkan peningkatan yang tinggi. Hal tersebut terjadi karena pembukaan katup gas yang spontan mengakibatkan rpm meningkat dengan cepat sehingga ga dalam kondisi ini menunjukkan bahwa roller CVT yang terletak didalam pulley primer bergerak cepat untuk dapat mencapai puncak teratas jalur gerak roller CVT. Pada putaran mesin 5350 rpm 5600 rpm grafik daya terus menunjukkan kenaikan an namun tidak setinggi sebelumnya, hal ini menunjukkan bahwa dalam kondisi ini roller CVT sudah menekan pulley primer untuk mencapai titik maksimal dalam mengikat V-belt namun gaya sentrifugal yang dihasilkan masih cenderung lemah, hal ini disebabkan putaran mesin belum mampu mengimbangi kinerja roller CVT. Pada putaran mesin 5600 rpm-7850 rpm grafik masih meningkat dan pergerakkan peningkatan cenderung lebih halus. Hal ini disebabkan karena roller CVT mampu berimbang dengan kinerja putaran mesin sehingga gaya sentrifugal yang dihasilkan mampu menekan pulley primer dalam mengikat V-belt dengan maksimal sehingga daya dari mesin menuju poros roda dapat tercapai secara optimal. 47

Daya poros maksimal tercapai pada putaran 7700 rpm yaitu sebesar 4,48 hp. Daya poros maksimal terjadi hanya sesaat karena pada putaran mesin diatas 7700 rpm daya poros dengan menggunakan roller CVT diameter 17 mm menunjukkan grafik yang sudah mulai turun lalu stabil hingga putaran mesin 7900 rpm, dan sesaat kemudian daya mulai turun, hal ini terjadi karena semakin tinggi putaran mesin akan mengakibatkan gaya sentrifugal yang dihasilkan roller CVT semakin kuat mendorong pulley primer sehingga semakin kuat dalam mengikat V-belt akibatnya radius V-belt pada pulley primer menjadi semakin besar dan radius V-belt pada pulley sekunder mengecil. Sehingga efek yang terjadi adalah putaran pulley primer menjadi lebih lama daripada perputaran pulley sekunder dan kinerja roller CVT semakin berat dalam menekan pulley primer. Dari gambar 4.3 dapat kita lihat grafik daya yang dihasilkan pada poros roda cenderung membentuk gelombang. Gelombang tersebut menunjukkan bahwa daya yang terjadi pada poros roda cenderung tidak stabil. Hal ini terjadi karena pada sepeda motor Mio Soul Tahun 2007 hanya mempuyai satu buah torak dimana dalam dua kali putaran poros engkol hanya dihasilkan satu kali tenaga atau langkah usaha. Dari gambar 4.3 yang berupa grafik daya pada Yamaha Mio Soul Tahun 2007 dengan menggunakan roller CVT diameter 17 mm dapat dihitung secara teoritis dalam pencapaian daya dengan menggunakan rumus daya efektif sebagai berikut : Torsi dan putaran mesin sudah diketahui karena dengan penggunaan dynamometer dengan tipe Dynojet 250i data-data tersebut dapat terbaca ( besarnya torsi per putaran mesin terdata). Dalam perhitungan teoritis pencapaian daya menggunakan roller CVT 48

diameter 17 mm dengan data sebagai berikut maka akan dapat dibuktikan besarnya 45 daya yang sama dengan pembacaan data menggunakan dynamometer tipe Dynojet 250i. T = 3,24 lbs.ft n = 7000 rpm N = 3,24 x 7000/ 5252 N = 4,3 Hp d) Perbandingan Daya pada Poros Roda Menggunakan Roller CVT Diameter 15 mm, 16 mm, dan 17 mm. Tabel 4.4. Hasil pengamatan perbandingan daya pada poros roda dengan menggunakan Roller CVT diameter 15 mm,16 mm,dan 17 mm Daya Pada Poros Roda (Hp) Putaran Mesin (rpm) Roller CVT 15mm Roller CVT 16mm Roller CVT 17mm Rata-Rata (Hp) 5000 2.88 3.54 3.35 3.26 5500 3.9 3.93 3.83 3.89 6000 4.06 4.12 4.2 4.13 6500 4.24 4.32 4.27 4.28 7000 4.44 4.41 4.33 4.39 7500 4.45 4.54 4.27 4.42 8000 4.46 4.47 4.23 4.39 8500 4.16 4.23 4.06 4.15 9000 3.78 3.76 3.6 3.71 Tabel diatas merupakan hasil pengamatan perbandingan daya pada poros roda dengan menggunakan roller CVT diameter 15 mm (standar pabrik), 16 mm, dan 17 mm. Agar penyajian data lebih jelas, data diatas akan disajikan dalam grafik seperti pada gambar 4.4 49

Gambar 4.4. Grafik Perbandingan daya pada poros roda ketika menggunakan Roller CVT diameter 15 mm, 16 mm, dan 17 mm Dari gambar 4.4 dapat dilihat bahwa, pada putaran mesin 5000 rpm-5500 rpm grafik daya poros roda yang terjadi ketika menggunakan roller CVT diameter 15 mm, 16 mm, dan 17 mm menunjukkan peningkatan yang tidak sama. Pada putaran mesin 5000 rpm-5500 rpm ini pergerakkan roller CVT 15 mm adalah menuju pada pucak jalur roller CVT yang terletak didalam pulley primer. Dimana dalam hal ini, roller r CVT 15 mm menunujukkan grafik peningkatan yang paling tinggi, namun daya yang dihasilkan paling rendah yaitu pada putaran mesin 5000 rpm menghasilkan daya 2.88 Hp dan pada putaran mesin 5500 rpm menghasilkan daya 3.90 Hp. Rendahnya daya yang dihasilkan roller CVT 15 mm ini karena pergerakkannya cenderung agak lambat dalam mencapai jalur puncak roller CVT sehingga gaya sentrifugal yang dihasilkan tidak dapat digunakan untuk bekerja dengan baik. Sedangkan untuk peningkatan grafiknya yang paling tinggi disebabkan lamanya roller CVT 15 mm mencapai puncak jalur roller CVT sehingga roller CVT 15 mm 50

yang menerima gaya sentrifugal dari putaran mesin melalui perputaran pulley primer akan menahan gaya sentrifugal yang diterimanya hingga mencapai jalur puncak roller CVT untuk digunakan mendorong pulley primer mengikat V-belt sehingga mampu menyalurkan daya dari mesin menuju ke poros roda. Untuk penggunaan roller CVT diameter 16 mm pada putaran mesin 5000 rpm- 5500 rpm menghasilkan daya yang lebih baik dari pada roller CVT diameter 15 mm namun peningkatan grafiknya tidak terlalu tinggi. Pada putaran mesin 5000 rpm daya yang dihasilkan yaitu 3.54 Hp dan pada putaran mesin 5500 rpm 3.93 Hp. Dalam penggunaan naan roller r CVT 16 mm ini grafik menunjukkkan bahwa gerak bebas roller terjadi lebih singkat daripada roller CVT diameter 15 mm yaitu dari putaran mesin 5000 rpm-5350 50 rpm. Meningkatnya daya yang dihasilkan roller r CVT diameter 16 mm dibandingkan dengan roller CVT 15 mm dikarenakan pergerakkan roller CVT 16 mm lebih cepat menuju u puncak jalur roller CVT karena diameternya lebih besar, sehingga putaran mesin dapat diimbangi oleh kinerja gerak roller yang lebih cepat efeknya gaya sentrifugal dapat bekerja dengan maksimal. Sedangkan untuk penggunaan roller CVT diameter er 17 mm menghasilkan daya sebesar 3.35 Hp pada putaran mesin 5000 rpm dan daya sebesar 3.83 Hp pada putaran mesin 5500 rpm. Dalam penggunaan roller CVT 17 mm ini grafik menunjukkkan bahwa gerak bebas roller terjadi lebih singkat dari pada roller CVT diameter 16 mm yaitu dari putaran mesin 5000 rpm-5300 rpm.dalam hal ini grafik maupun peningkatan daya yang dihasilkan tidak lebih bagus atau menurun daripada penggunaan roller CVT diameter 16 mm dan 15 mm. Dengan menggunakan roller CVT 17 mm maka gerak roller 51

didalam jalur roller akan semakin cepat mencapai jalur puncak roller CVT, sehingga mempercepat roller CVT menekan pulley primer. Namun dalan hal ini menyebabkan putaran mesin yang belum optimal harus memberikan gaya sentifugal yang besar terhadap roller CVT 17 mm, sehingga mengakibatkan pencapaian daya tidak optimal. Pada putaran mesin 5500 rpm grafik daya pada poros roda ketika menggunakan roller CVT diameter 15 mm, 16 mm, ataupun 17 mm tetap mengalami peningkatan dengan grafik yang lebih halus peningkatnya. Hal ini dikarena roller CVT mulai mampu mengimbangi mbangi secara perlahan dengan baik beban kerja dari putaran mesin sehingga mampu mendorong pulley primer hingga mencapai kekuatan maksimal untuk mengikat V-belt yang akan menyalurkan daya dari mesin ke poros roda. Dalam penggunaan roller CVT diameter 15 mm menunjukkan grafik yang meningkat hingga sampai mencapai daya maksimal pada putaran mesin 7800 rpm yaitu sebesar 4,46 Hp. Pada penggunaan roller CVT diameter 16 mm menunjukkan grafik yang lebih baik dari roller CVT diameter 15 mm, dimana dalam penggunaan roller CVT 16 mm mampu menghasilkkan daya yang lebih besar pada putaran mesin yang sama apabila dibandingkan ingkan dengan penggunaan roller CVT diameter 15 mm Sehingga dengan penggunaan naan roler CVT 16 mm mampu menghasilkan daya maksimal mesin yang lebih cepat yaitu sebesar 4,54 Hp pada putaran mesin 7500 rpm. Sedangkan untuk penggunnaan roller CVT diameter 17 mm menunjukkan grafik yang tidak lebih baik dari roller CVT diameter 15 mm ataupun 16 mm, hal ini dikarenakan terlalu cepatnya gerak roller CVT sehingga terlalu memaksakan kinerja mesin yang tidak disesuaikan dengan beban kerjanya, sehingga pada penggunaan roller 52

CVT 17 mm menghasilkan daya maksimal pada putaran mesin 7700 rpm yaitu sebesar 4,28 Hp. Perbedaaan pencapaian daya maksimal dari setiap roller CVT disebabkan karena ukuran diameter roller CVT yang tidak sama mengakibatkan kinerja putaran mesin terhadap setiap roller CVT berbeda pula sehingga gaya sentrifugal yang dihasilkan pada tiap putaran mesin masing-masing roller CVT juga berbeda Grafik daya poros roda pada penggunaan roller CVT diameter 15 mm, 16 mm, dan 17 mm akan turun setelah mencapai daya poros maksimal. Grafik yang ditunjukkan tiap roller pun menunjukkan penurunan yang tidak sama. Dimana dalam gambar 15 ditunjukkan bahwa roller CVT diameter 15 mm setelah mencapai daya maksimal langsung menunjukkan penurunan grafik yang cepat, sedangkan untuk roller CVT diameter 16 mm setelah mencapai daya maksimal tidak langsung turun namun menunjukan grafik yang stabil baru kemudian turun setelah mencapai 8000 rpm. Begitu juga dengan penggunaan roller CVT diameter 17 mm setelah mencapai daya maksimal tidal langsung turun namun menunjukkan grafik yang stabil hingga 7850 rpm, walaupun tidak selama roller CVT diameter 16 mm dalam kestabilan daya setelah mengalami ami daya maksimal. Hal ini dikarenakan ukuran dari diameter roller CVT, dimana semakin besar ukuran diameter roller CVT maka permukaan roller CVT yang digunakan untuk mendorong pulley primer semakin besar sehingga gaya sentrifugal yang dihasilkan roller CVT akan lebih maksimal dalam menyalurkan daya dari mesin menuju poros roda. Dengan berdasar pada perbandingan grafik daya diatas, dapat dijelaskan bahwa 53

roller CVT diameter 17 terlalu cepat pergerakannya sehingga terlalu memaksakan beban kerja akibatnya daya maksimal yang dihasilkan paling rendah dan kestabilan daya setelah mencapai daya maksimal tidak terlalu lama. Untuk roller CVT diameter 15 tidak adanya kestabilan daya seusai mengalami pencapaian daya maksimal dikarenakan kekuatan tekan dari gaya sentrifugal diameter roller CVT 15 mm cenderung lemah karena ukurannya yang lebih kecil dibanding ukuran roller CVT diameter 16 mm dan 17 mm sehingga permukaan kerja roller tidak terlalu lebar akibatnya gaya sentrifugal yang dihasilkan tidak bekerja secara optimal. Sedangkan pada roller CVT 16 mm mampu menyetabilkan daya paling lama seusai pencapaian daya maksimal hingga putaran mesin 8000 rpm. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja roller CVT diameter 16 mm mampu mengimbangi kinerja putaran mesin dan menyalurkan gaya sentrifugal dengan maksimal sehingga pencapian daya bisa optimal. Dari gambar 4.4 dapat dilihat bahwa bentuk grafik dengan berdasar pada bentuk gelombang menunjukkan perbedaan pada masing-masing roller CVT, dimana bentuk gelombang pada grafik daya penggunaan roller CVT diameter 15 mm menunjukkan grafik yang paling tidak teratur gelombangnya. Untuk grafik daya penggunaan roller CVT diameter 16 mm menunjukkan grafik yang lebih teratur dibanding roller CVT diameter 15 mm. Hal ini dikarenakan ukuran diameter roller CVT yang semakin besar akan membuat pergerakan roller CVT semakin cepat sehingga putaran mesin dapat meningkat lebih cepat. Sedangkan untuk penggunaan roller CVT diameter 17 mm grafik daya semakin teratur atau semakin sedikit grafik yang berbentuk gelombang karena ukuran diameter yang semakin besar. 54

d) Jawaban Pertanyaan Penelitian Dengan berdasar pada hasil pembahasan antar kinerja roller CVT diameter 15 mm, 16 mm, 17 mm dan perbandingan antara ketiganya, maka dapat disimpulkan bahwa jawaban terhadap pertanyaan penelitian adalah : 1. Pengaruh diameter roller CVT terhadap daya yang dihasilkan pada poros roda menunjukkan bahwa diameter roller CVT dapat mempengaruhi besar kecilnya daya. Hal ini juga harus disesuaikan dengan jarak lintasan roller CVT. Sebab dalam eksperimen ini menunjukkan bahwa roller CVT diameter 16 mm menghasilkan daya yang lebih baik daripada roller CVT diameter 15 mm, akan tetapi roller CVT diameter 17 mm menghasilkan daya yang paling rendah karena pergerakkan roller CVT yang terlalu cepat menekan pulley primer. 2. Penggaruh variasi putaran mesin terhadap daya yang dihasilkan pada poros roda menunjukkan bahwa kenaikan putaran mesin dapat menaikkan daya yang dihasilkan pada poros roda hingga daya maksimal karena semakin besar putaran mesin akan menyebabkan gaya sentrifugal yang dihasilkan roller CVT semakin besar sehingga daya dari mesin dapat disalurkan dengan maksimal menuju poros roda. Kenaikan putaran mesin setelah mencapai daya maksimal membuat daya yang dihasilkan pada poros roda menurun. 3. Interaksi diameter roller CVT dan variasi putaran mesin terhadap daya yang dihasilkan pada poros roda menunjukkan bahwa perubahan diameter roller CVT mengakibatkan puncak maksimal daya dapat digapai pada putaran mesin lebih awal sehingga mampu menghasilkan putaran bawah dengan daya yang lebih bertenaga Sedangkan putaran 51 mesin menyebabkan perubahan gaya sentifugal 55

yang terjadi pada roller CVT menjadi lebih besar sehingga diameter pulley primer akan membesar dan daya pada roda akan naik f) Temuan Penelitian Penggunaan Roller CVT Diameter 16 mm dan 17 mm Dari penelitian yang telah dilakukan, ditemukan bahwa penggunaan roller CVT dengan memperbesar ukuran diameter harus disesuaikan dengan sistem CVT terutama jalur gerak/lintasan kerja roller r serta kapasitas mesin sehingga dengan penggunan roller CVT dengan diameter yang lebih besar dapat meningkatan performa motor dengan lebih baik. Dalam kasus eksperimen penggunaan diameter roller CVT diameter 15 mm ( standar pabrik ), 16 mm, dan 17 mm terhadap daya pada sepeda motor Yamaha Mio Soul Tahun 2007 menunjukkan bahwa pemakaian roller CVT 16 mm menunjukkan peningkatan performa yang lebih baik daripada penggunaan roller CVT 15 mm yang mengacu pada standar pabrik. Dalam eksperimen ini dapat disimpulkan bahwa penggunaan roller CVT diameter 16 mm mampu menghasilkan puncak daya maksimal pada putaran mesin lebih awal sehingga mampu menghasikan putaran bawah dengan daya yang lebih bertenaga. Sedangkan untuk penggunaan roller CVT diameter 17 mm menghasilkan daya yang menurun oleh karena terlalu cepatnya gerak roller yang tidak sesuai dengan putaran mesin sehingga terlalu memaksakan beban kerja yang diterima roller CVT. 56