35 PETA SOSIAL KELURAHAN CIPAGERAN Lokasi Kelurahan Cipageran merupakan salah satu kelurahan yang berada di Kecamatan Cimahi Utara Kota Cimahi. Adapun orbitasi, jarak dan waktu tempuh dengan pusat-pusat pemerintahan baik ibu kota negara, propinsi maupun kota seperti tercantum dalam Tabel 4. Tabel 4. Orbitasi, Jarak dan Waktu Tempuh di Kel. Cipageran Tahun 2005 No. Orbitasi Jarak Waktu Tempuh 1. Ibukota Kecamatan 4 Km 1,0 Jam 2. Ibukota Kota 3 Km 0,5 Jam 3. Ibukota Propinsi 15 Km 1,5 Jam 4. Ibukota Negara 220 Km 4,0 Jam Sumber : Data Monografi Kelurahan Cipageran, 2005 Berdasarkan Tabel 4, jarak dari kantor kelurahan ke pusat pemerintahan tidak terlalu jauh, maka kondisi tersebut memudahkan dalam melakukan kegiatan baik yang dilakukan perangkat kelurahan maupun masyarakat. Kondisi tersebut memudahkan masyarakat Kelurahan Cipageran dalam melakukan aktifitas maupun menerima arus informasi dan komunikasi. Jalan protokoler untuk masuk ke wilayah kelurahan adalah Jl. Kolonel Masturi yang merupakan jalur alternatif antara Kab. Bandung (Lembang) dan Kota Cimahi. Sarana prasarana jalan yang menghubungkan antar wilayah dapat dilalui dengan mudah karena jalan sudah diaspal dan dapat dijangkau dengan kendaraan pribadi maupun umum, sehingga memudahkan keluar masuk wilayah Kelurahan Cipageran. Secara geografis, Kelurahan Cipageran berbatasan dengan beberapa wilayah yang meliputi : a. Sebelah Utara : Ds. Jambudipa (Kab. Bandung) b. Sebelah Selatan : Kel. Padasuka c. Sebelah Barat : Ds. Tanimulya (Kab. Bandung) d. Sebelah Timur : Kel. Citeureup.
36 Berdasarkan wawancara dengan perangkat Kelurahan Cipageran, nama Cipageran bermula dari historis perjuangan kemerdekaan yang merupakan pager dalam melawan penjajah, maka oleh masyarakat diubah menjadi Cipageran. Sebelumnya Kelurahan Cipageran merupakan bagian dari wilayah Pemerintahan Kab. Bandung dan masih merupakan desa, kemudian pada tahun 1979 berubah menjadi kelurahan. Ketika Kota Cimahi berdiri pada tahun 2001, Kelurahan Cipageran termasuk bagian wilayah Kota Cimahi dan mengenai batasbatas wilayah sampai sekarang tidak ada perubahan. Penduduknya hampir seluruhnya berasal dari suku Sunda dengan perbandingan antara penduduk asli dan pendatang diperkirakan 75 : 25 persen. Kelurahan Cipageran merupakan kelurahan yang paling luas di Kota Cimahi dengan luas wilayah 594,317 Ha dan ketinggian dari permukaan laut 850 M yang merupakan dataran tinggi, terdiri dari 29 RW dan 146 RT. Penggunaan area tanah di wilayah ini dapat dilihat dalam Tabel 5. Tabel 5. Penggunaan Tanah di Kelurahan Cipageran Tahun 2005 No. Pengggunaan Tanah Luas (Ha) (%) 1. 2. 3. 4. 5. 6. Pemukiman Jalan Sawah, Tanah Dan Ladang Bangunan Umum Kuburan Lain-Lain 118, 265 9, 250 375, 422 54, 630 7, 330 29,420 19,89 1,55 63.16 9.19 1.23 4,95 J u m l a h 594,317 100 Sumber : Data Monografi Kelurahan Cipageran, 2005 Berdasarkan Tabel 5, area tanah yang paling luas adalah tanah tegalan, sawah dan ladang yang merupakan sumber daya lokal yang dapat dimanfaatkan oleh penduduk. Berdasarkan informasi dari perangkat kelurahan bahwa tanah tersebut merupakan tanah tegalan yang baru bisa digarap pada waktu musim hujan, sedangkan pada waktu musim kemarau hanya ditanami dengan pohonpohon yang bisa dipanen beberapa tahun kemudian. Kondisi sumber daya lokal
37 yang demikian berpengaruh pada keadaan ekonomi masyarakat, karena tanah tersebut tidak menghasilkan nilai ekonomi yang cukup bagi pemenuhan kebutuhan masyarakat. Keadaan wilayah Kelurahan Cipageran, sebelah Utara merupakan daerah landai yang luas berupa tanah tegalan, sawah dan ladang dan berbatasan dengan wilayah Kec. Ngamprah dan Kec. Cisarua (Kab. Bandung). Kelurahan Cipageran merupakan sumber daya lokal yang paling luas di Kota Cimahi, namun pada saat ini tanah di daerah tersebut sudah diperjualbelikan, sekitar 50 persen sudah dijual kepada orang-orang yang berasal dari luar Kota Cimahi. Sementara itu masyarakat hanya sebagai penggarap atau menyewa lahan. Ketika pada musim panen, petani harus memberikan hasil panennya kepada pemilik lahan untuk membayar sewa lahan, sehingga petani hanya menerima sisa dari pembayaran utang tersebut. Hal ini mengakibatkan keadaan ekonomi masyarakat menjadi rendah. Sebelah Selatan wilayah Kelurahan Cipageran merupakan daerah pemukiman terdiri dari perkampungan penduduk biasa, perumahan BTN maupun real estate, sehingga merupakan daerah padat penduduk. Hubungan antara masyarakat lokal/asli maupun pendatang sudah saling berinteraksi dan saling membutuhkan, seperti penduduk perkampungan akan menjadi pembantu rumah tangga atau tukang bangunan di komplek perumahan. Lokasi yang menjadi objek penelitian adalah RW 06 dan 07 dan terletak di sebelah Selatan kelurahan. Wilayah tersebut lebih dekat dijangkau dari Jl. Sangkuriang yang merupakan jalan alternatif menuju wilayah Kelurahan Cipageran. Sarana jalan menuju lokasi sudah diaspal meskipun jalannya sempit, namun dapat dijangkau dengan mudah baik kendaraan roda dua maupun roda empat. Sarana komunikasi yaitu jaringan telepon belum ada, sementara komplek perumahan yang bersebelahan dengan lokasi penelitian sudah ada jaringan telepon. Lokasi RW 06 dan RW 07 merupakan suatu perkampungan dengan keadaan penduduknya lebih padat dibandingkan dengan RW lain, sehingga menyebabkan daerah tersebut terlihat kumuh. Keadaan ini dipengaruhi pula oleh sumber daya lokal yang terbatas, yaitu berupa pekarangan yang tidak bisa dijadikan sumber ekonomi dalam memenuhi kebutuhan keluarga. Pada akhirnya masyarakat yang
38 bermata pencaharian sebagai buruh tani mencari pekerjaan keluar Kelurahan Cipageran dengan upah kerja berkisar Rp.15 Ribu - Rp. 20 Ribu. daerah Kependudukan Penduduk Kelurahan Cipageran pada tahun 2005 berjumlah 30.666 orang, terdiri dari 15.369 jiwa laki-laki dan 15.297 jiwa perempuan. Komposisi penduduk menurut usia dapat dilihat pada Tabel 6. No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. Tabel 6. Jumlah Penduduk Kelurahan Cipageran Berdasarkan Usia Tahun 2005 Golongan P L Jumlah % Umur (Tahun) 0-4 1.545 1.530 3.072 10,02 5-8 1.438 1.460 2.898 9,45 10-14 2.170 2.173 4.343 14,16 15-19 1.542 1.543 3.085 10,06 20-24 1.100 1.104 2.204 7,19 25-29 1.340 1.340 2.689 8,77 30-34 1.210 1.223 2.433 7,93 35-39 822 821 1.643 5,35 40-44 885 884 1.769 5,77 45-49 874 886 1.760 5,74 50-54 942 950 1.892 6,17 55-59 714 714 1.428 4,66 60 + 715 735 1.450 4,73 J u m l a h 15.297 15.369 30.666 100 Sumber : Data Profil Kelurahan Cipageran, 2005 Apabila digambarkan dalam bentuk Piramida Penduduk, maka jumlah penduduk Kelurahan Cipageran berdasarkan golongan umur adalah sebagai berikut :
39 Perempuan Kelompok Umur (Tahun) 60 + 55-59 50-54 45-49 40-44 35-39 30-34 25-29 20-24 15-19 10-14 5-9 0-4 Laki-laki 2000 1750 1500 1250 1000 750 500 250 250 500 750 1000 1250 1500 1750 2000 Jumlah Penduduk (Jiwa) Gambar 3. Piramida Penduduk Kelurahan Cipageran Tahun 2005 Berdasarkan Gambar 3, penduduk Kelurahan Cipageran merupakan penduduk muda, dimana sebagian besar penduduknya berada pada usia muda. Jumlah penduduk Kelurahan Cipageran yang termasuk penduduk golongan usia reproduksi yaitu usia 15-49 tahun, menunjukkan jumlah yang cukup besar yaitu 15.583 jiwa atau 50,81 persen, sehingga mempunyai peluang tinggi untuk menambah kelahiran. Hal ini secara jelas terlihat pada penduduk golongan umur 0-4 tahun cukup tinggi, yaitu 10,01 persen. Keadaan ini menyebabkan jumlah tanggungan keluarga cukup besar, sehingga mempengaruhi di dalam pemenuhan kebutuhan keluarga. Rasio Jenis Kelamin penduduk Kelurahan Cipageran secara keseluruhan yaitu perbandingan antara banyaknya penduduk laki-laki dan wanita adalah 99,93%. Rasio Jenis kelamin tersebut mempengaruhi stuktur penduduk Kelurahan Cipageran. Besarnya tanggungan penduduk adalah perbandingan antara banyaknya orang yang tidak produktif (usia dibawah 15 tahun dan diatas 64 tahun) dengan banyaknya orang yang termasuk usia produktif (usia 15-64 tahun)
40 adalah sebesar 62, artinya setiap 100 orang produktif menanggung 62 orang yang tidak produktif. Penduduk usia kerja yaitu 15-64 tahun, menunjukkan jumlah yang cukup besar yaitu sebanyak 18.903 jiwa atau 61,64 persen dan jumlah angkatan kerja yang bekerja sebanyak 11,565 atau sekitar 49,75 persen, sehingga sekitar 50 persen penduduk adalah pengangguran. Hal ini berarti jumlah penduduk usia kerja hanya sebagian yang bekerja dan diantara yang bekerja adalah mempunyai pekerjaan yang tidak pasti, seperti buruh tani atau tukang bangunan, sedangkan yang lainnya adalah pengganguran. Kondisi ini merupakan salah satu penyebab terjadinya masalah kemiskinan. Tabel 7. Pendidikan Komposisi penduduk berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat pada Tabel 7. Komposisi Penduduk Kel. Cipageran Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tahun 2005 No. Tingkat Pendidikan Jumlah Persen 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Belum Sekolah Tidak Pernah Sekolah Tidak Tamat SD Tamat SD SLTP SLTA Akademi/Sarjana Sarjana 4.913 12 83 6.840 6.368 6.472 790 878 18,64 0,05 0,32 25,95 24,16 24,55 03,00 03,33 J u m l a h 26.356 100 Sumber : Data Monografi Kelurahan Cipageran, 2005 Di dalam Tabel 7 menunjukkan bahwa tingkat pendidikan penduduk masih rendah yaitu jumlah penduduk yang menyelesaikan pendidikan SD (tidak melanjutkan pendidikan ke SLTP) masih tinggi yaitu 6.840 jiwa (25,95 persen). Hal ini mempengaruhi pada tingkat pengetahuan dan keterampilan penduduk,
41 sehingga mempengaruhi posisi suatu pekerjaan/mata pencaharian pokok penduduk, selanjutnya menentukan tingkat pendapatan dan keadaan ekonomi suatu keluarga. Berdasarkan wawancara dengan perangkat kelurahan bahwa sebagian penduduk kurang memperhatikan pendidikan anak-anaknya, mereka cukup menyekolahkan anaknya sampai dengan tingkat SLTA. Para orang tua beranggapan bahwa mereka masih bisa memberi makan anak-anaknya dan dapat hidup seperti anak-anak yang lain. Keadaan tersebut mengakibatkan anak putus sekolah cukup tinggi, sehingga data jumlah anak putus sekolah pada bulan Oktober tahun 2005 sebanyak 58 orang. Selain itu berdasarkan wawancara dengan salah satu anggota masyarakat bahwa menyekolahkan anak sampai dengan tingkat SLTA sudah merupakan suatu peningkatan dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Sistem Ekonomi Mata pencaharian pokok penduduk Kelurahan Cipageran sebagaimana tercantum pada Tabel 8. Tabel 8. Komposisi Penduduk Kelurahan Cipageran Berdasarkan Mata Pencaharian Tahun 2005 No. Mata Pencaharian Jumlah Persen 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Peggawai Negeri Sipil A B R I Pegawai Swasta(Buruh) Wiraswasta/Pedagang Petani Pertukangan Buruh Tani Pensiunan Jasa 1.534 345 4.657 3.678 98 156 139 864 104 13,25 2,98 40,23 31,77 0,84 1,34 1,20 7,46 0,89 J u m l a h 11.575 49,75 Sumber : Data Monografi Kelurahan Cipageran, 2005
42 Berdasarkan Tabel 8, mata pencaharian pokok penduduk paling banyak sebagai pegawai swasta yaitu buruh pabrik sebanyak 4.657 jiwa atau sekitar 40,23 persen. Hal ini dipengaruhi oleh tingkat pendidikan penduduk yang sebagian besar berpendidikan SD, sehingga pekerjaan yang diperoleh tidak menempati posisi yang penting. Keadaan tersebut menunjukkan tingkat pendapatan dan keadaan ekonomi keluarga. Di bidang pertanian, wilayah Kelurahan Cipageran mempunyai ladang dan tegalan yang cukup luas dibandingkan dengan sawah, namun tanah tersebut merupakan tanah tadah hujan sehingga kurang bisa dimanfaatkan sebagai mata pencaharian penduduk. Hal ini mengakibatkan jumlah penduduk yang mempunyai mata pencaharian petani atau buruh tani sedikit, yaitu 237 jiwa atau sekitar 2,04 persen. Kelurahan Cipageran mempunyai 24 jenis usaha ekonomi lokal, seperti konveksi, kerajinan dan makanan (kerupuk, comring, roti, keripik bawang, telur asin). Keberadaan ekonomi lokal tersebut sangat membantu penduduk sekitar karena dapat menyerap tenaga kerja meskipun jumlahnya relatif kecil dan juga sebagai sumber mata pencaharian penduduk. Pada umumnya usaha ekonomi lokal tersebut menghadapi kendala, yaitu kekurangan modal dan pemasaran. Struktur Komunitas Struktur komunitas sosial masyarakat Kelurahan Cipageran terdiri dari penduduk asli dan pendatang. Letak Kelurahan Cipageran merupakan daerah perkotaan, maka hampir setiap bulan terjadi keluar masuk penduduk dari Kelurahan Cipageran. Hal ini mengakibatkan terjadinya pelapisan sosial, lapisan sosial dibentuk baik sengaja maupun tidak sengaja dengan alasan-alasan tertentu. Terbentuknya lapisan sosial yang ada di masyarakat Kelurahan Cipageran berdasarkan faktor-faktor sebagai berikut : 1. Kekayaan yang dimiliki 2. Pendidikan formal 3. Keaktifan dalam kegiatan kemasyarakatan/keagamaan Pelapisan sosial tersebut tidak menimbulkan adanya kesenjangan yang mencolok diantara warga, sehingga interaksi sosial diantara mereka berjalan
43 sesuai dengan norma yang berlaku. Keberadaan pemimpin formal di Kelurahan Cipageran mempunyai peranan penting terutama yang menyangkut kegiatan administratif dan kegiatan pembangunan, seperti pembuatan KTP, Surat Keterangan Pindah dan mengurus PBB. Pemimpin informal yang paling banyak berperan adalah tokoh agama dan tokoh-tokoh yang aktif dalam kegiatan kemasyarakatan. Tokoh-tokoh ini biasanya sangat disegani masyarakat, selain merupakan penduduk asli juga mempunyai kelebihan baik secara materi maupun pengetahuan dan biasanya tokoh ini sifatnya turun temurun. Peranan tokoh tersebut sangat berperan dalam mensosialisasikan program pembangunan baik secara fisik maupun non fisik, sehingga mereka dapat memberikan saran dalam perencanaan maupun pelaksanaan kegiatan pembangunan. Tokoh pemuda biasanya akan berdampingan dengan tokoh agama, mereka biasanya mengarahkan generasi muda untuk meningkatkan kegiatan kepemudaan seperti karang taruna maupun kegiatan remaja mesjid (IRMA). Lembaga Kemasyarakatan Lembaga kemasyarakatan yang dibentuk secara formal oleh pemerintah, yaitu Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM), PKK, Karang Taruna, Petani Pengguna dan Pemanfaat Air (P3A), koperasi dan Pekerja Sosial Masyarakat (PSM), sedangkan lembaga kemasyarakatan yang terbentuk dari inisiatif masyarakat antara lain majelis tak lim, Ikatan Remaja Mesjid (IRMA) dan kelompok kesenian daerah. Di Kelurahan Cipageran, setiap RW mempunyai kelompok pengajian para orang tua dan pemuda yang secara rutin melakukan pertemuan satu minggu sekali. Keberadaan kelompok pengajian ditunjang dengan sarana ibadah yang terdiri dari mesjid jami sebanyak 29 buah dan mushola sebanyak 25 buah. Lembaga keagamaan mempunyai peranan cukup penting dalam mensosialisasikan program pembangunan maupun kegiatan kemasyarakatan dan merupakan salah satu sarana untuk mengadakan musyawarah antar anggota masyarakat. Di bidang kesenian terdapat kelompok kesenian daerah yang berjumlah 23 kelompok, antara lain calung, wayang, kasidah, band, orkes melayu dan paduan suara. Kelompok
44 tersebut sangat bermanfaat bagi masyarakat untuk mengembangkan kemampuan anggota masyarakat disamping sebagai mata pencaharian penduduk. Lembaga ekonomi yang ada, yaitu KBUW, usaha ekonomi desa-simpan pinjam (UED-SP), UP2K-PKK, KSM usaha ekonomis produktif bentukan P2KP. Lembaga ekonomi tersebut belum dirasakan manfaatnya oleh seluruh masyarakat karena belum mempunyai pengaruh terhadap perubahan kehidupan penduduk khususnya dalam pemenuhan kebutuhan maupun peningkatan pendapatan masyarakat. Sarana prasarana yang menunjang dalam bidang pendidikan antara lain TK delapan buah, SD 15 buah, SLTP dua buah, SLTA tiga buah, pendidikan agama (Pondok Pesantren) satu buah dan kursus bahasa satu buah. Keberadaan sarana pendidikan tersebut belum merata di setiap wilayah, hal ini merupakan salah satu faktor yang mengakibatkan terjadinya masalah putus sekolah Sekolah Dasar, sehingga pada tahun 2005 sebanyak 53 siswa mengalami putus sekolah. (Data Potensi dan Permasalahan Ekonomi, Pendidikan dan Kesehatan Kelurahan Cipageran Kecamatan Cimahi Utara Kota Cimahi, 2005) Lembaga-lembaga kemasyarakatan yang merupakan bentukan dari pemerintah mempunyai pola hubungan formal dan biasanya berjalan apabila ada suatu program atau merencanakan program pembangunan, sedangkan kelembagaan yang berasal dari masyarakat biasanya mempunyai pola hubungan yang lebih erat dan aktifitasnya berjalan secara rutin (jadwal pertemuan). Keberadaan lembaga tersebut dapat dijadikan mitra dalam pengembangan kegiatan Program P2WKSS sesuai dengan nilai/norma yang terdapat di masyarakat Kel. Cipageran, sehingga dapat mendukung keberlanjutan program tersebut. Sumberdaya Lokal Hubungan antara penduduk dengan lingkungannya cukup baik, hal ini dapat dilihat dalam mengakses sumber daya baik ekonomi, sosial maupun lembaga kemasyarakatan tidak mengalami kesulitan. Jumlah penduduk tidak terlalu berpengaruh terhadap ketersediaan sumber daya alam karena perbandingan antara jumlah penduduk dengan luas wilayah cukup besar meskipun peruntukan penggunaan lahan tidak merata.
45 Sumber daya lokal yang terdapat di Kelurahan Cipageran antara lain : a. Lahan Lahan yang dimiliki seluas 594.317 Ha, sebagian besar wilayahnya berupa sawah, tegalan dan ladang yang belum dimanfaatkan secara optimal oleh penduduk karena merupakan tanah tadah hujan. b. Tenaga kerja Jumlah angkatan kerja cukup besar dengan kualitas kerja berdasarkan pendidikan tamatan SLTP-SLTA cukup besar yaitu 48,71 persen. c. Modal Modal terkait dengan modal ekonomi dan modal sosial. Modal ekonomi menyangkut asset produktif para pelaksana ekonomi lokal, sedangkan modal sosial menyangkut kelompok-kelompok masyarakat yang terbentuk karena kepercayaan, kerja sama dan jaringan sosial antar warga masyarakat. Kondisi modal sosial di RW 06 dan 07 masih kuat, karena daerah tersebut merupakan suatu perkampungan, dimana antar anggota masyarakat bersaudara sehingga ikatan kekerabatan dan kepercayaan masih sangat kuat. d. Industri Kecil Di Kelurahan Cipageran terdapat 24 jenis industri kecil/rumah tangga. Industri tersebut merupakan salah satu sumber daya lokal dalam mengakses tenaga kerja meskipun jumlah tenaga kerja yang terserap relatif kecil, sehingga dapat mengurangi jumlah pengangguran dan merupakan salah satu mata pencaharian penduduk. Keberadaan sumber daya lokal belum dimanfaatkan secara optimal, sehingga manfaatnya belum dirasakan oleh masyarakat bagi pemenuhan kebutuhan maupun peningkatan pendapatan. Keadaan ini dipengaruhi oleh tingkat pendidikan masyarakat yang rendah dalam pemanfaatan sumber daya lokal, oleh karena itu diperlukan peningkatan pengetahuan masyarakat dalam mengelola dan memanfaatkan sumber daya lokal maupun mengakses sumber pelayanan dan program pembangunan. Sumber daya lokal yang ada dapat dimanfaatkan secara optimal dalam pengembangan maupun keberlanjutan Program P2WKSS khususnya kegiatan KBUW.