NOTA KESEPAHAMAN ANTARA KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI REPUBLIK INDONESIA KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TENTANG

dokumen-dokumen yang mirip
NOTA KESEPAHAMAN ANTARA KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA DENGAN KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

NOTA KESEPAKATAN BERSAMA BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA, KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAN KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA

KESEPAKATAN BERSAMA ANTARA BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DAN KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NO. 01/KB/I-XIII.

KEPUTUSAN BERSAMA KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAN KETUA KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI

NOTA KESEPAHAMAN ANTARA KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA DENGAN KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

NOTA KESEPAHAMAN ANTARA KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA DENGAN KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA. 06/KPPU/NK/Xy2015 TENTANG

ANTARA. 1. Dr. UNIFAH ROSYIDI, U.Pd., selaku KETUA Uiiuttrt PENGURUS BE$AR PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA, dalam hal ini bertindak untuk

KESEPAKATAN BERSAMA ANTARA KEPALA KEPOLISIAN DAERAH BALI DENGAN KEPALA BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERWAKILAN PROVINSI BALI

KEPUTUSAN BERSAMA KETUA KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI DAN JAKSA AGUNG REPUBLIK INDONESIA Nomor : KEP Nomor : KEP- IAIJ.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 14 TAHUN 2016 NOMOR 01 TAHUN 2016 NOMOR 013/JA/11/2016 TENTANG

KESEPAKATAN BERSAMA BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DAN KEJAKSAAN AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 01/KB/I-VIII.

NOTA KESEPAHAMAN ANTARA SATUAN KERJA KHUSUS PELAKSANA KEGIATAN USAHA HULU MINYAK DAN GAS BUMI DENGAN KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PENEGAKAN HUKUM. Bagian Kedelapan, Permintaan Keterangan Kepada PPATK (Berdasarkan Informasi PPATK

NOTA KESEPAHAMAN ANTARA KOMISI PEMILIHAN UMUM DENGAN KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA. Nomor; 27/KB/KPU/TAHUN Nomor: B/29A/III/2015 TENTANG

NOTA KESEPAHAMAN ANTARA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DENGAN PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA

NOTA KESEPAHAMAN ANTARA KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA, KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA, DAN BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN

2017, No Negara Republik Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 2, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4

REFORMASI BIROKRASI DAN SISTEM MANAJEMEN PERKARA TERPADU

PENEGAKAN HUKUM. Bagian Keempat, Penyidikan Oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) 3.4 Penyidikan Oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)

NOTA KESEPAHAMAN ANTARA KEMENTERIAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK REPUBLIK INDONESIA DENGAN KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA,

NOTA KESEPAHAMAN ANTARA KOMISI PENYIARAN INDONESIA DENGAN KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR;.0/NK/KPW X/2O12 NOMOR: B/35/IX/2012 TENTANG

2017, No Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3852); 2. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999

NOTA KESEPAHAMAN ANTARA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DENGAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

KESEPAKATAN BERSAMA ANTARA KEMENTERIAN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA DENGAN KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme

- 2 - BAB I KETENTUAN UMUM

NOTA KESEPAHAMAN ANTARA PT. KERETA API INDONESIA (PERSERO) DENGAN KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TENTANG

NOTA KESEPAHAMAN ANTARA PT. PEGADAIAN CABANG SUMBAWA BESAR (PERSERO) DENGAN KEPOLISIAN RESORT SUMBAWA. Nomor : MoU / / II /2016 TENTANG

NOTA KESEPAHAMAN ANTARA PT. BANK BRI CABANG SUMBAWA (PERSERO) DENGAN KEPOLISIAN RESORT SUMBAWA. Nomor : MoU/ / II /2016 TENTANG

NOTA KESEPAHAMAN ANTARA PT. BANK NEGARA INDONESIA ( PERSERO ) TBK DOMPU KANTOR CABANG PEMBANTU DENGAN KEPOLISIAN RESOR DOMPU.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2002 TENTANG KOMISI PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

NOTA KESEPAHAMAN ANTARA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DENGAN BADAN PENGUSAHAAN KAWASAN PERDAGANGAN BEBAS DAN PELABUHAN BEBAS BATAM

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 53 TAHUN 2014 TENTANG MANAJEMEN PELAKSANAAN TUGAS PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2015, No Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Kor

-2- Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas UndangUndang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Lembaran Negara Republik

ANOTASI UNDANG-UNDANG BERDASARKAN PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI

NOMOR 30 TAHUN 2002 TENTANG KOMISI PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI

NOTA KESEPAHAMAN ANTARA KOMISI PEMILIHAN UMUM DENGAN KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 03 / KB / KPU / TAHUN 2013 NOMOR: B / 3 / I / 2013

PERATURAN GUBERNUR BANTEN NOMOR 60 TAHUN 2015 TENTANG LAPORAN HARTA KEKAYAAN PENYELENGGARA NEGARA DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI BANTEN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA,

2017, No d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Komunikasi dan

KESEPAKATAN BERSAMA ANTARA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DENGAN KEMENTERIAN PERHUBUNGAN NOMOR: B/45/XI/201S NOMOR: HK.201/2/15/BPSDMP-2015

NOTA KESEPAHAMAN ANTARA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DENGAN PERHIMPUNAN ADVOKAT INDONESIA NOMOR: B/4/II/2012 NOMOR: 001/PERADI-DPN/MOU/II/2012

SALINAN KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 462/KMK.09/2004 TENTANG

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotism

-2- pembangunan nasional di pusat maupun di daerah sebagaimana penjabaran dari Nawa Cita demi mewujudkan Indonesia yang berdaulat, mandiri dan berkepr

GUBERNUR BANTEN PERATURAN GUBERNUR BANTEN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG WAJIB LAPOR HARTA KEKAYAAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL,

2017, No Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia tentang Kepemilikan Barang yang Tergolong Mewah oleh Pegawai Negeri pada Kepoli

PERATURAN KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 01 TAHUN 2015 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2002 TENTANG KOMISI PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2000 TENTANG TIM GABUNGAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2000 TENTANG TIM GABUNGAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA yang. Nomor: Indonesia, dalam hal ini bertindak untuk dan atas nama KEMENTERIAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2002 TENTANG KOMISI PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI

MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA TENTANG

JA / o c/zou. t( i( Nomor : M,..I!J:.Q.8.HA4' oj. oz TaF.un?otl TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2002 TENTANG KOMISI PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2011, No b. bahwa Tindak Pidana Korupsi adalah suatu tindak pidana yang pemberantasannya perlu dilakukan secara luar biasa, namun dalam pelaksan

KESEPAKATAN BERSAMA ANTARA DENGAN TENTANG PENANGANAN MASALAH HUKUM PERDATA DAN TATA USAHA NEGARA DI PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

2017, No tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 134, Tambahan Lembaran Negara Republi

PENEGAKAN HUKUM. Bagian Kesatu, Wewenang-Wewenang Khusus Dalam UU 8/2010

2017, No Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara di Lingkungan Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi; Mengingat

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KPK. Gratifikasi. Pelaporan. Penetapan. Pedoman. Perubahan.

BAB IV PENUTUP. dalam tesis ini, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 42 TAHUN : 2004 SERI : E PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 5 TAHUN 2004 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG WAJIB LAPOR HARTA KEKAYAAN

BUPATI DEMAK PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI DEMAK NOMOR 41 TAHUN 2015 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG KOMISI KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2018, No Korupsi (KPK) dalam hal kepatuhan pelaporan laporan harta kekayaan; d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf

GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 57 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENYELENGGARAAN LAPORAN HARTA KEKAYAAN

2 Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Nomor 3851); 2. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Lembar

PEMERINTAH KABUPATEN JENEPONTO

RANCANGAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN

MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

MENTERI BADAN USAHA MILIK NEGARA REPUBLIK INDONESIA SALINAN

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 62 TAHUN 2008 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LAPORAN HARTA KEKAYAAN APARATUR SIPIL NEGERA. Deputi Bidang Reformasi Birokrasi, Akuntabilitas Aparatur dan Pengawasan

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG KOMISI KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR /PERMEN-KP/2017 TENTANG LAPORAN HARTA KEKAYAAN PENYELENGGARA NEGARA

KAITAN EFEK JERA PENINDAKAN BERAT TERHADAP KEJAHATAN KORUPSI DENGAN MINIMNYA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR DAN PENYERAPAN ANGGARAN DAERAH

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2002 TENTANG KOMISI PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

NOTA KESEPAHAMAN ANTARA SENTRA KOMUNIKASI MITRA POLRI DENGAN

!(E S EPAKATAN BERSAI'JIA KETUABADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUI3LII( Ii"IDONESIA DENGAN JAKSA AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR : C2lS/l-lll/6/2000

Nomor : 18 / MPP-PA / D.II / 05 /2011 Nomor : M.HH.04-HM Tahun 2011

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA Pusat Pelaporan Dan Analisis Transaksi Keuangan. Pertukaran. Informasi.

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepoti

Transkripsi:

NOTA KESEPAHAMAN ANTARA KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI REPUBLIK INDONESIA KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Nomor : Nomor : Nomor : TENTANG KERJA SAMA DALAM PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI Pada hari ini,... tanggal... bulan Oktober tahun dua ribu enam belas, yang bertanda tangan di bawah ini : I. AGUS RAHARDJO, selaku KETUA KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI REPUBLIK INDONESIA, dalam hal ini bertindak untuk dan atas nama KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI REPUBLIK INDONESIA, berdasarkan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor: 133/P/2015 tentang Pengangkatan Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi Republik Indonesia, berkedudukan di Jalan HR Rasuna Said Kav. C-1 Jakarta Selatan, selanjutnya disebut PIHAK PERTAMA. II. H.M. PRASETYO, selaku JAKSA AGUNG REPUBLIK INDONESIA, dalam hal ini bertindak untuk dan atas nama KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA, berdasarkan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor: 131 Tahun 2014 tanggal 20 November 2014 tentang Pengangkatan Jaksa Agung Republik Indonesia, berkedudukan di Jalan Sultan Hasanuddin Nomor 1, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, selanjutnya disebut PIHAK KEDUA. III. JENDERAL POLISI Drs. M. TITO KARNAVIAN, M.A., Ph.D, selaku KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA, dalam hal ini bertindak untuk dan atas nama KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA, berdasarkan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor: 48/Polri/2016 tanggal 01 Juli 2016 tentang Pengangkatan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia, berkedudukan di Jalan Trunujoyo No. 3, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, selanjutnya disebut PIHAK KETIGA. PIHAK... 1

PIHAK PERTAMA, PIHAK KEDUA, dan PIHAK KETIGA selanjutnya secara bersama-sama disebut PARA PIHAK terlebih dahulu menerangkan hal-hal sebagai berikut: a. Bahwa PIHAK PERTAMA adalah Lembaga Negara yang dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2015 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi menjadi Undang-Undang, yang berfungsi sebagai pemicu dan pemberdayaan institusi yang telah ada dalam pemberantasan korupsi (trigger mechanism) serta memiliki kewenangan pencegahan, monitoring, koordinasi dan supervisi termasuk melakukan penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan tindak pidana korupsi dengan tujuan meningkatkan daya guna dan hasil guna terhadap upaya pemberantasan tindak pidana korupsi. b. Bahwa PIHAK KEDUA adalah lembaga pemerintahan yang dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan Republik Indonesia yang melaksanakan kekuasaan negara dalam bidang penuntutan dan kewenangan lain berdasarkan undang-undang. c. Bahwa PIHAK KETIGA adalah alat negara yang dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia yang berperan dalam memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat, menegakkan hukum, serta memberikan perlindungan, pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka terpeliharanya keamanan dalam negeri. Dengan memperhatikan Ketentuan dan Peraturan Perundang-undangan sebagai berikut: 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3209); 2. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851; 3. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Lembaran Negara Republik Tahun 1999 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3874) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 134, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4150); 4. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 2, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4168; 5. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi ) sebagaimana diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2015 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi menjadi Undang-Undang; 6. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan Republik Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 67); 7. Peraturan... 2

7. Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 2008 tentang Tata Cara Pelaksanaan Hubungan Kerja Sama Kepolisian Negara Republik Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 158, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4910); 8. Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2014 tentang Panduan Penyusunan Kerja Sama Kepolisian Negara Republik Indonesia. BAB I MAKSUD DAN TUJUAN Pasal 1 (1) Maksud Nota Kesepahaman ini adalah sebagai pedoman kepada PARA PIHAK tentang Kerja Sama Dalam Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. (2) Tujuan Nota Kesepahaman adalah untuk meningkatkan Sinergitas Kerja Sama dan Koordinasi antara PARA PIHAK dalam Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. BAB II RUANG LINGKUP Pasal 2 Ruang lingkup Nota Kesepahaman Bersama ini meliputi: a. Sinergi Penanganan Tindak Pidana Korupsi; b. Pembinaan Aparatur Penegak Hukum c. Bantuan Narasumber/ahli, Pengamanan dan Sarana/Prasarana; d. Permintaan Data dan/atau Informasi; dan e. Peningkatan dan Pengembangan Kapasitas Kelembagaan serta Sumber Daya Manusia. BAB III PELAKSANAAN Bagian Kesatu Sinergi Penanganan Tindak Pidana Korupsi Pasal 3 (1) PARA PIHAK bersinergi dalam penanganan perkara tindak pidana korupsi yang meliputi pelaksanaan koordinasi, supervisi, pencegahan, penindakan dan pelaporan. (2) PIHAK... 3

(2) PIHAK PERTAMA membuat dan mengembangkan Sistem Pelaporan Surat Pemberitahuan Dimulainya Penyidikan secara elektronik melalui jaringan komputer dan diterapkan PARA PIHAK. (3) PARA PIHAK memprioritaskan perlindungan terhadap saksi dan pelapor dengan mendahulukan penanganan perkara tindak pidana korupsi guna penyelesaian secepatnya. (4) PARA PIHAK dalam penanganan terhadap Aparat Penegak Hukum yang pada saat melaksanakan tugas dan fungsinya diduga melakukan tindak pidana, senantiasa mengedepankan tata cara yang diatur dalam Peraturan Perundang-undangan yang berlaku. (5) Dalam hal salah satu pihak melakukan pemanggilan terhadap personil PIHAK lainnya, maka pihak yang melakukan pemanggilan tersebut memberitahukan kepada Pimpinan personil pihak yang dipanggil. (6) Dalam hal salah satu PIHAK melakukan pemeriksaan terhadap personil PIHAK lainnya, maka personil tersebut didampingi oleh fungsi hukum/bantuan advokasi para pihak dan pemeriksaan dapat dilakukan di kantor PARA PIHAK. (7) Dalam hal salah satu PIHAK melakukan tindakan penggeledahan, penyitaan atau memasuki kantor PIHAK lainnya, maka pihak yang melakukannya, memberitahukan kepada pimpinan PIHAK yang menjadi objek dilakukannya tindakan tersebut, kecuali tertangkap tangan. (8) PARA PIHAK dapat menyelenggarakan pertemuan dan dengar pendapat dalam rangka mengoptimalkan penanganan perkara tindak pidana korupsi. Bagian Kedua Pembinaan Aparat Penegak Hukum Pasal 4 (1) PARA PIHAK meningkatkan kepatuhan penyampaian Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara (LHKPN) di instansi masing-masing. (2) PARA PIHAK menjadikan hasil verifikasi LHKPN sebagai salah satu penilaian standar kepatuhan, akuntabilitas dan transparansi serta tolak ukur dalam penilaian pejabat yang diusulkan/diangkat untuk menempati posisi strategis di instansi masing-masing. (3) PARA PIHAK membangun sistem pengendalian gratifikasi di Instansi masing-masing dan mekanisme perlindungan hukum terhadap pelapor gratifikasi. (4) PARA PIHAK melaksanakan kerjasama dalam pencegahan dan penanganan praktek gratifikasi pada pelayanan publik. Bagian Ketiga Bantuan Narasumber/Ahli, Pengamanan dan Sarana/Prasarana Pasal 5 (1) PARA PIHAK dapat saling memberikan bantuan sebagai narasumber/ahli dalam melaksanakan tugas dan kewenangannya. (2) PIHAK... 4

(2) PIHAK KETIGA memberikan bantuan pengamanan personil maupun perlengkapannya atas permintaan PIHAK PERTAMA atau PIHAK KEDUA dalam pelaksanaan tugas dan kewenangan yang dilakukan masing-masing PIHAK atau secara bersama-sama. (3) PARA PIHAK dapat memberikan bantuan sarana/prasarana dalam pelaksanaan tugas dan kewenangan yang dilakukan oleh masing-masing PIHAK atau secara bersama-sama. (4) Permintaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), (2) dan (3) dilakukan secara tertulis dan ditandatangani oleh pejabat yang berwenang. (5) Permintaan bantuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), (2) dan (3) dapat disampaikan secara elektronik maupun manual (hardcopy dan softcopy) dan dikoordinasikan melalui Pejabat Penghubung masing-masing serta dilakukan sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku. Bagian Keempat Permintaan Data Dan/Atau Informasi Pasal 6 (1) PARA PIHAK dapat meminta dan/atau memberikan data dan/atau informasi yang terkait dengan pelaksanaan tugas dan kewenangan masing-masing sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku. (2) Permintaan dan/atau pemberian data dan/atau informasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan secara tertulis dan ditandatangani oleh pejabat yang berwenang disertai penjelasan mengenai maksud dan tujuan penggunaan data dan/atau informasi tersebut. (3) Permintaan dan/atau pemberian data dan/atau informasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dapat disampaikan secara elektronik maupun manual (hardcopy/softcopy) dan dikoordinasikan melalui Pejabat Penghubung masing-masing serta dilakukan sesuai Peraturan Perundang-undangan yang berlaku. Bagian Kelima Peningkatan dan Pengembangan Kapasitas Kelembagaan Serta Sumber Daya Manusia Pasal 7 (1) PARA PIHAK saling bersinergi untuk melakukan percepatan reformasi birokrasi di masing-masing lembaga. (2) PARA PIHAK dapat melakukan kerjasama dalam rangka sosialisasi, pendidikan dan pelatihan dalam upaya pemberantasan tindak pidana korupsi. (3) PARA PIHAK dapat melakukan kerjasama dalam rangka penelitian dan pengembangan dalam upaya pemberantasan tindak pidana korupsi. (4) PARA... 5

(4) PARA PIHAK saling bersinergi untuk perbaikan sistem perencanaan dan penganggaran di masing-masing lembaga. BAB IV MONITORING DAN EVALUASI Pasal 8 PARA PIHAK melakukan monitoring dan evaluasi terhadap pelaksanaan kerja sama ini paling sedikit 2 (dua) kali dalam satu tahun yang dikoordinasikan oleh Pejabat Penghubung masing-masing. BAB V KERAHASIAAN Pasal 9 (1) PARA PIHAK menentukan data dan/atau informasi yang bersifat rahasia dalam pelaksanaan Nota Kesepahaman ini sesuai Peraturan Perundang-undangan yang berlaku. (2) PARA PIHAK bertanggung jawab atas kerahasiaan, penggunaan dan keamanan data dan/atau informasi yang diterima sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku. (3) PARA PIHAK hanya dapat menggunakan data dan/atau informasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sesuai dengan maksud dan tujuan penggunaan data dan/atau informasi tersebut dan tidak diperkenankan untuk memberikan, meneruskan, dan mengungkapkan kepada pihak lain, kecuali ditentukan lain dalam Peraturan Perundang-undangan yang berlaku. BAB VI KETERPISAHAN Pasal 10 Apabila terdapat suatu ketentuan dalam Nota Kesepahaman ini yang menjadi berubah karena Peraturan Perundang-undangan yang berlaku setelah ditandatanganinya Nota Kesepahaman, maka perubahan tersebut tidak membatalkan ketentuan-ketentuan lainnya dalam Nota Kesepahaman ini dan ketentuan-ketentuan lainnya dalam Nota Kesepahaman ini tetap berlaku, kecuali salah satu PIHAK atau PARA PIHAK menentukan lain. BAB VII PEMBIAYAAN Pasal 11 (1) Segala biaya yang timbul dalam rangka pelaksanaan Nota Kesepahaman ini dibebankan pada anggaran masing-masing PARA PIHAK berdasarkan Peraturan Perundang-undangan. (2) PIHAK... 6

(2) PIHAK PERTAMA dapat memberikan bantuan pembiayaan penanganan perkara tindak pidana korupsi dalam rangka pelaksanaan koordinasi dan/atau supervisi oleh PIHAK PERTAMA atas permohonan dari PIHAK KEDUA dan/atau PIHAK KETIGA. BAB VIII PENGHUBUNG Pasal 12 (1) PARA PIHAK menunjuk Pejabat Penghubung dalam rangka pelaksanaan Nota Kesepahaman ini, yaitu : - PIHAK PERTAMA : Direktur Pembinaan Jaringan Kerja Antar Komisi dan Instansi (PJKAKI) KPK - PIHAK KEDUA : Kepala Biro Hukum dan Hubungan Luar Negeri pada Jaksa Agung Muda Bidang Pembinaan Kejaksaan RI - PIHAK KETIGA : Kepala Biro Bantuan Hukum Divisi Hukum POLRI (2) Penunjukan dan penggantian Pejabat Penghubung ditetapkan oleh Pimpinan masing-masing PIHAK dan diberitahukan kepada masing-masing PIHAK. BAB IX KETENTUAN LAIN Bagian Kesatu Amandemen Pasal 13 Setiap perubahan atau hal-hal yang tidak atau belum cukup diatur dalam Nota Kesepahaman ini akan diatur dan ditentukan kemudian oleh PARA PIHAK dalam amandemen yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Nota Kesepahaman ini. Bagian Kedua Jangka Waktu Pasal 14 (1) Nota Kesepahaman ini berlaku untuk jangka waktu 3 (tiga) tahun dan mulai berlaku sejak tanggal ditandatanganinya Nota Kesepahaman ini. (2) Nota Kesepahaman ini dapat diperpanjang/diperbaharui berdasarkan kesepakatan PARA PIHAK yang dikoordinasikan oleh Pejabat Penghubung masing-masing PIHAK paling lambat 3 (tiga) bulan sebelum Nota Kesepahaman berakhir. BAB X... 7

BAB X PENUTUP Pasal 15 (1) Hal-hal yang menyangkut teknis pelaksanaan Nota Kesepahaman ini dapat diatur lebih lanjut dalam petunjuk teknis sesuai keperluan dan kesepakatan PARA PIHAK. (2) Setelah ditandatanganinya Nota Kesepahaman ini PARA PIHAK membuat Petunjuk Teknis yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Nota Kesepahaman ini, paling lama 2 (dua) bulan. (3) Apabila petunjuk teknis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) belum disusun sampai dengan berakhirnya jangka waktu Nota Kesepahaman ini, maka hal tersebut tidak menimbulkan akibat hukum apapun bagi PARA PIHAK. (4) Nota Kesepahaman ini dibuat dalam rangkap 3 (tiga) asli, masing-masing bermaterai cukup dan untuk dipedomani oleh PARA PIHAK. PIHAK PERTAMA, PIHAK KEDUA, PIHAK KETIGA, AGUS RAHARDJO H.M. PRASETYO Drs. M.TITO KARNAVIAN, M.A., Ph.D. JENDERAL POLISI 8