KRISTANTA NIM S

dokumen-dokumen yang mirip
KRISTANTA NIM s

BAB III. Landasan Teori Standar Pelayanan Kinerja Angkutan Umum

BAB I PENDAHULUAN. sangat kompleks terhadap kehidupan masyarakat termasuk diantaranya

EVALUASI KINERJA BUS EKONOMI ANGKUTAN KOTA DALAM PROVINSI (AKDP) TRAYEK PADANG BUKITTINGGI

KINERJA LAYANAN BIS KOTA DI KOTA SURABAYA

ANALISIS KINERJA ANGKUTAN UMUM PERDESAAAN KABUPATEN SIDOARJO (Studi Kasus Trayek Sidoarjo - Krian)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tempat ke tempat lain. Tujuannya membantu orang atau kelompok orang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pengamatan Lapangan. Operasional Bus Damri Trayek Perumnas Banyumanik - Johar. Pengumpulan Data

EVALUASI KINERJA BUS PATAS ANTAR KOTA DALAM PROPINSI TRAYEK PROBOLINGGO-MALANG

Ibnu Sholichin Mahasiswa Pasca Sarjana Manajemen Rekayasa Transportasi Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

EVALUASI KINERJA BUS PATAS ANTAR KOTA DALAM PROPINSI PO. RUKUN JAYA ( STUDI KASUS TRAYEK SURABAYA - BLITAR )

BAB III LANDASAN TEORI. dan diatur dalam beberapa peraturan dan undang-undang sebagai berikut :

BAB IV DATA DAN ANALISIS. yang telah ditentukan Kementerian Perhubungan yang intinya dipengaruhi oleh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terbaru (2008) Evaluasi adalah penilaian. Prestasi yang di perlihatkan, (3) kemampuan kerja.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III LANDASAN TEORI. memenuhi kriteria-kriteria yang distandardkan. Salah satu acuan yang dapat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan Keputusan Mentri Perhubungan No. 35 tahun 2003 Tentang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tempat lain dengan mengunakan kendaraan (Munawar, 2011).

BAB III LANDASAN TEORI

BAB II. Lintas dan Angkutan Kota (1998) dapat dijabarkan sebagai berikut :

BAB III LANDASAN TEORI. mengetahui pelayanan angkutan umum sudah berjalan dengan baik/ belum, dapat

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB III LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. transportasi makro perlu dipecahkan menjadi sistem transportasi yang lebih kecil

BAB III LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. mencakup benda hidup dan benda mati dari satu tempat ke tempat lainnya.

BAB III METODE PENELITIAN

Indikator pengukuran kinerja jalan perkotaan

BAB III METODOLOGI MULAI. Studi Pustaka. Perumusan Masalah dan Tujuan. Persiapan dan Pengumpulan Data

TINJAUAN PUSTAKA Transportasi. Transportasi adalah usaha memindahkan, menggerakkan, mengangkut,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

EVALUASI OPERASIONAL ANGKUTAN UMUM PENUMPANG TRAYEK L1 KOTA BANYUWANGI

EVALUASI KINERJA ANGKUTAN UMUM PENUMPANG KOTA MATARAM (STUDI KASUS : RUTE SWETA AMPENAN)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam kurun waktu tertentu. (Hazian,2008) Transportasi dapat diartikan sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODOLOGI. Gambar 3.1 Peta Rute MPU CN

Evaluasi Kinerja Angkutan Umum (Bis) Patas dan Ekonomi Jurusan Surabaya - Malang

Nur Safitri Ruchyat Marioen NIM Program Studi Teknik Sipil - Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan Institut Teknologi Bandung ABSTRAK

KAJIAN JUMLAH ARMADA DAN JAM OPERASI ARMADA ANGKUTAN UMUM PERKOTAAN DAMRI -STUDI KASUS PADA JURUSAN KORPRI TANJUNG KARANG, BADAR LAMPUNG.

BAB III LANDASAN TEORI. a. UU No. 22 Tahun 2009 Tentang lalu Lintas dan Angkutan. b. PP No. 74 Tahun 2014 tentang Angkutan Jalan

EVALUASI KINERJA PELAYANAN DAN JUMLAH ARMADA ANGKUTAN KOTA DI KOTA TANGERANG (Studi Kasus : Trayek Angkutan Kota T.01, Terminal Poris Plawad Jatake)

Evaluasi Operasional Angkutan Umum Kota Pariaman

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut kamus besar bahasa Indonesia edisi (2005) Evaluasi adalah

BAB III LANDASAN TEORI. Untuk mengukur tingkat keberhasilan atau kinerja dari sistem operasi

penumpang yang dilakukan system sewa atau bayar. Termasuk dalam pengertian angkutan kota (bus, minibus, dsb), kereta api, angkutan air dan

A. Indicator Pelayanan Angkutan Umum 18 B. Waktu Antara {Headway) 18 C. Faktor Muat (Loadfactor) 19

EVALUASI KINERJA ANGKUTAN UMUM DI KABUPATEN SIDOARJO

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pergerakan pada suatu daerah, baik berupa transportasi barang maupun transportasi orang.

BAB III. tahapan penelitian yang dilakukan sebagai pendekatan permasalahan yang ada. MULAI SURVEY

EVALUASI KINERJA ANGKUTAN UMUM TRAYEK TERMINAL OEBOBO - TERMINAL KUPANG PP DAN TERMINAL KUPANG - TERMINAL NOELBAKI PP

Pelayanan dan Tarif Speedboat Nusa Sebayang - Ruslan Effendie

KINERJA OPERASI TRANS METRO BANDUNG KORIDOR III CICAHEUM-SARIJADI DITINJAU DARI WAKTU PERJALANAN DAN FAKTOR MUAT

EVALUASI KINERJA TRAYEK LYN BM SURABAYA JURUSAN BRATANG MENANGGAL DISUSUN OLEH : BIMA PUTRA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERENCANAAN RUTE ANGKUTAN PEDESAAN SEBAGAI PENGUMPAN (FEEDER) DARI KECAMATAN KALIDAWIR MENUJU KOTA TULUNGAGUNG

BAB III LANDASAN TEORI

1. Pendahuluan MODEL PENENTUAN JUMLAH ARMADA ANGKUTAN KOTA YANG OPTIMAL DI KOTA BANDUNG

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

EVALUASI DAN PENATAAN TRAYEK ANGKUTAN UMUM WILAYAH MANDAU DAN PINGGIR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. suatu tempat ke tempat lain dengan menggunakan kendaraan. Angkutan jalan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. barang dari suatu tempat ke tempat lain dengan menggunakan kendaraan. penumpang, bus kecil, bus sedang,dan bus besar.

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

ANALISA KINERJA PELAYANAN ANGKUTAN BUS SEDANG JURUSAN BUKIT KENCANA MANGKANG Oleh : Rudi Yuniarto Adi

BAB I PENDAHULUAN. Letak secara geografis Kabupaten Sleman yang sangat strategis yaitu

Studi Kinerja Operasional Mikro Bus Rute KPAD- Antapani ABSTRAK

PERENCANAAN ANGKUTAN UMUM (Rute, Terminal, Tempat Henti)

KINERJA TEKNIS DAN ANALISIS ATP WTP ANGKUTAN TRANS JOGJA

Pertemuan Kelima Prodi S1 TS DTSL FT UGM

gerak yang ada, keselamatan, kenyamanan, dan lain-lain.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Umum. Transportasi adalah proses memindahkan suatu benda mencakup benda hidup

Bus Sekolah Sebagai Moda Alternatif untuk Mengurangi Volume Lalulintas Harian di Kota Yogyakarta

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan barang dari suatu tempat ke tempat lain dengan mempergunakan satu sistem

BAB III LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. juga meningkat bahkan melebihi kapasitas sarana dan prasarana transportasi yang

EVALUASI KINERJA OPERASIONAL PELAYANAN TERMINAL TIPE C PADA TERMINAL PADANGAN DI KABUPATEN MOJOKERTO

yang sebenarnya dalam setiap harinya. Faktor muat (loadfactor) sangat dipengaruhi

ANALISIS TINGKAT PELAYANAN ANGKUTAN KOTA DI KOTA JAMBI STUDI KASUS : RUTE ANGKOT LINE 4C JELUTUNG-PERUMNAS

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. DAMRI rute bandara Soekarno Hatta _ Bogor, dibuat bagan alir sebagai berikut :

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. trayek Solo-Yogyakarta dapat disimpulkan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Waktu Tunggu Angkutan Antar Bis Di Terminal Leuwi Panjang Kota Bandung

TINJAUAN KINERJA OPERASI KENDARAAN ANGKUTAN UMUM DI BANDAR LAMPUNG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Peranan tersebut menjadikan angkutan umum perkotaan sebagai aspek

KINERJA OPERASI ANGKOT RUTE CIUMBULEUIT ST. HALL

ANALISIS KINERJA DAN PENETAPAN TARIF BERDASARKAN BIAYA OPERASIONAL KENDARAAN (Study Kasus Bus Po. Aneka Jaya Jurusan Pacitan-Surakarta)

EVALUASI KINERJA PELAYANAN ANGKUTAN KOTA DI KOTA CILEGON (Trayek Cilegon Merak PP)

BAB I PENDAHULUAN. sistem transportasi seimbang dan terpadu, oleh karena itu sistem perhubungan

EVALUASI KINERJA PENGOPERASIAN ANGKUTAN PENGUMPAN (FEEDER) TRANS SARBAGITA TP 02 KOTA DENPASAR

Kajian Pengelolaan dan Pelayanan Angkutan Umum Untuk Memperbaiki Kinerja Persimpangan Studi Kasus : Persimpangan Lenteng Agung, Jakarta

ANALISIS KINERJA PELAYANAN BUS RAPID TRANSIT (BRT) KORIDOR II TERBOYO-SISEMUT (Studi Kasus: Rute Terboyo Sisemut Kota Semarang)

BAB I PENDAHULUAN. aktivitas tersebut memerlukan berbagai sarana transportasi. Pelayanan transportasi

EVALUASI KINERJA ANGKUTAN UMUM PENUMPANG WILAYAH PESISIR PANTAI MORODEMAK

Transkripsi:

ARTIKEL PUBLIKASI ANALISIS KINERJA PELAYANAN ANGKUTAN UMUM DI KABUPATEN PONOROGO Diajukan Kepada Program Studi Megister Teknik Sipil Program Pascasarjana Universitas Muhamadiyah Surakarta Untuk memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Megister dalam Ilmu Teknik Sipil (Managemen Infrastruktur) KRISTANTA NIM S.100 110 007 PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS MUHAMADIYAH SURAKARTA 2013

ANALISIS KINERJA PELAYANAN ANGKUTAN UMUM DI KABUPATEN PONOROGO Kristanta, Muslich Hartadi S, Agus Riyanto Dishub Ponorogo, Jl Halim Perdana Kusuma 8 Ponorogo, Telp /fax (0352) 485015, Hp 08123433252; kristanta 72.@ yahoo.co.id Successful development gives impact on people's live such as the increased movement of people and goods, which requires the availability of good transport infrastructure. Current development should that many people switch mode of transportation to private transport / motorbike. To solotion the problems of public transport operation, with survey, data collection and analysis of data should be carried out. Quality indicators of public transport services are frequency, load factor, the distance between the public transport, vehicle speed, turn mode. Based on the results of data analysis the performance of the public transport services in Ponorogo currently not good enaugh. The indicators are be an average waiting time of 16.99 minutes. This is because the operator is to adjusting to the demand, thereby reducing the frequencyas high as of 2.8 vehicles / h. Load factor contained the greatest Slahung route by 42, 56%. Accessibility does not reach the destination journey impacted communities use private transport. Keywords: Analysis, Performance Public Service, in Ponorogo Keberhasilan pembangunan memberikan dampak terhadap kehidupan masyarakat diantaranya meningkatnya pergerakan orang dan barang. yang menuntut tersedianya sarana dan prasarana transportasi baik, perkembangan saat ini menunjukkan, masyarakat banyak beralih moda menggunakan angkutan pribadi/ sepeda motor. Untuk mengatasi permasalahan pengoperasian angkutan umum perlu dilaksanakan survai, pengumpulan data dan penganalisaan data. Indikator kwalitas pelayanan angkutan umum dapat dilihat antara lain dari frekwensi, faktor muat, jarak antara angkutan umum, kecepatan kendaraan, pergantian moda. Berdasarkan hasil analisis data bahwa kinerja pelayanan angkutan umum di Ponorogo saat ini kurang baik. Adapun indikatornya antara lain waktu tunggu rata rata angkutan umum sebesar 16,99 menit. Hal ini disebabkan karena operator menyesuaikan dengan permintaan sehingga mengurangi frekwensi beroperasinya angkutan rata rata sebesar 2,8 kendaraan/jam, load factor yang termuat paling besar pada trayek Slahung sebesar 42, 56%. Aksesbilitas tidak menjangkau tujuan perjalannya berdampak masyarakat menggunakan angkutan pribadi. Kata kunci : Analisis, Kinerja Angkutan Umum, di Ponorogo PENDAHULUAN Keberhasilan pembangunan memberikan dampak yang sangat kompleks terhadap kehidupan masyarakat diantaranya meningkatnya pergerakan orang dan barang. yang menuntut tersedianya sarana dan prasarana transportasi baik, melihat perkembangan saat ini, masyarakat banyak beralih moda menggunakan angkutan pribadi/ sepeda motor. Pelayanan angkutan umum di Kabupaten Ponorogo, yakni melayani masyarakat dari desa ke ibukota kabupaten merupakan pelayanan angkutan umum dengan kategori angkutan pedesaan karena beroperasi di dalam wilayah pemerintah Kabupaten. Dilihat perkembangan saat ini, banyak angkutan umum yang kurang baik kinerjanya, sehingga seringkali kebijaksanaan pemerintah dibidang angkutan tidak dapat diterapkan secara maksimal.masyarakat banyak beralih moda menggunakan angkutan pribadi/ sepeda motor. Pada kondisi seperti ini berdampak meningkatnya volume lalu lintas di jalan dan meningkatnya angka kecelakaan lalu lintas. Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan dari penelitian di kinerja angkutan umum di Kabupaten Ponorogo adalah untuk : a. Mengamati karakteristik angkutan umum dan mengevaluasi unjuk kerja jaringan trayek angkutan umum yang ada di Kabupaten Ponorogo, b. Mengidentifikasi permasalahan-permasalahan yang berhubungan dengan pengoperasian angkutan umum malalui pelaksanaan survai, pengumpulan data, dan penganalisaan data berdasarkan indikator-indikator yang mempengaruhinya dilihat dari segi penumpang, operator dan pemerintah. Manfaat dari penelitian adalah berguna untuk bahan evaluasi bagi pemerintah daerah dalam upaya menata sistim transportasi di Kabupaten Ponorogo.

Sehingga dapat menciptakan transportasi yang aman, selamat, lancar, cepat dan terjangkau oleh masyarakat. Rumusan Masalah Bagaimana unjuk kerja angkutan angkutan pedesaan di Kabupaten Ponorogo pada saat ini, sehingga pemerintah dapat menentukan kebijakan baru di bidang lalu lintas dan angkutan jalan. LANDASAN TEORI a. Indikator Kwalitas Pelayanan Angkutan Umum Indikator kwalitas pelayanan angkutan penumpang umum dapat dilihat dari beberapa indikator antara lain: (Abubakar,1996,179 ) 1. Frekwensi yaitu jumlah perjalanan kendaraan dalam satuan waktu tertentu yang dapat diidentifikasikan sebagai frekwensi tinggi atau rendah. 2. Headway adalah selang waktu yang diperlukan antara kendaraan yang satu dengan menyusul dibelakangnya. 3. Waktu tunggu adalah waktu yang diperlukan bagi calon penumpang untuk menunggu kendaraan yang melewati suatu jalan dapat diartikan separuh (0,5) dari frekwensi. 4. Kecepatan kendaraan adalah waktu tempuh kendaraan untuk mencapai tujuan perjalanan. 5. Load factor adalah perbandingan jumlah penumpang dengan jumlah tempat duduk. 6. Aksesbilitas adalah kemampuan pelayanan angkutan umum mencapai tujuan perjalanan. Tabel 1. Kriteria Pelayanan Angkutan Umum (Abubakar 1996) No Kriteria Ukuran 1 2. 3. 4. 5. 6. Waktu Menunggu rata- rata maksimum Jarak jalan kaki ke shelter Wilayah padat Wilayah kurang padat Jumlah pergantian moda Rata-rata maksimum Waktu perjalanan bus Rata-rata maksimum Kecepatan perjalanan bus daerah padat & mix traffic dengan lajur Khusus bus daerah kurang padat 5-10 menit 10-20 menit 300 500 m 500 1000 m 0-1 kali 2 kali 1 1,5 jam 2 3 jam 10 12 km/jam 15 18 km/jam 25 km/jam Biaya perjalan Dari pendapatan rit 10% b. Analisis Kinerja Rute dan Operasi Angkutan Umum 1. Analisis Kinerja Rute 1) Tingkat deviasi Trayek Tingkat deviasi trayek merupakan suatu perbandingan antara selisih panjang trayek sebenarnya dengan panjang trayek berdasarkan jarak lintasan terpendek yang menghubungkan asal tujuan trayek. Jarak sesungguhnya jarak lurus Tingkat Deviasi = x 100 % (1) Jarak Lurus Sumber : Giannopoulos (1989) 2) Tumpang Tindih Tingkat tumpang tindih diidentifikasikan dengan perbandingan antara panjang trayek yang mengalami tumpang tindih dengan trayek lain dan panjang trayek sebenarnya. Panjang trayek tumpang tindih Tingkat tumpang tindih = x100 % (2) Panjang trayek sebenarnya Sumber : Giannopoulos (1989) 2. Analisis Operasi Angkutan Umum a. Waktu Putar (RTT) Waktu Putar (RTT) adalah waktu perjalanan pulang pergi pada suatu trayek angkutan, yang diperhitungkan beserta dengan hambatan hambatan yang terjadi. RTT = 2 (To + Tt) (menit) (3) To = Waktu operasi (menit) Tt = Waktu berhenti di terminal untuk menurunkan/menaikkan penumpang, biasanya berupa ketentuan atau rencana yang akan ditetapkan. Sumber : Abubakar(1996) b. Kecepatan Operasi (Vo) Kecepatan Operasi (Vo) adalah kecepatan perjalanan dari titik awal ke titik akhir rute. Vo = 60 x L/To (Km/jam) (4) Sumber Abubakar,(1996) Vo = Kecepatan operasi (Km/jam) L = Jarak rute (Km)

To = Waktu operasi (menit) c. Kecepatan Komersial (Vc) Kecepatan Komersial (Vc) adalah kecepatan perjalanan dari titik awal ke titik akhir rute dan kembali ke titik awal rute. Vc =120 x L/RTT (Km/jam) (5) Sumber : Abubakar, (1996) Vc = Kecepatan komersil (Km/jam) L = Jarak rute (Km) RTT = Waktu putar (menit) Faktor Muatan (Lf) adalah perbandingan antara jumlah penumpang yang diangkut dengan jumlah kapasitas tempat duduk yang tersedia dalam suatu kendaraan pada periode waktu tertentu. P x H Lf = x 100% (9) C x 60 Sumber : Abubakar (1996) Lf = Faktor muatan P = Jumlah pnp/jam dlm kendaraan (orang) C = Kapasitas kendaraan (orang) H = Headway (menit) d. Headway (h) Headway (h) adalah selisih waktu keberangkatan atau kedatangan antara kendaraan angkutan kota dengan kendaraan angkutan kota dibelakangnya dalam satu trayek pada satu titik tertentu. 60 x Lf x C H = (menit) (6) P Sumber : Abubakar (1996) H = Headway (menit) Lf = Faktor muatan P = Jumlah pnp/jam dalam kendaraan (orang) C = Kapasitas kendaraan (orang) e. Frekuensi (f) Frekuensi (f) adalah jumlah keberangkatan atau kedatangan kendaraan angkutan umum yang melewati satu titik tertentu dalam satu trayek selama periode waktu tertentu. 60 Pnp/jam sibuk F = (kend/jam) (7) Tingkat Kemerataan = (3-8) (11) H Sumber : Abubakar,(1996) F = Frekuensi (kend/jam) H = Headway (menit) f. Waktu tunggu Waktu tunggu adalah waktu yang dibutuhkan calon penumpang untuk menunggu kendaraan yang lewat pada suatu trayek. Waktu tunggu = 1/2 Headway (8) (3-9) Sumber : Abubakar, (1996) g. Faktor Muatan (Lf) h. Jumlah Kebutuhan Angkutan (N) Jumlah Kebutuhan Angkutan (N) adalah jumlah kendaraan yang dibutuhkan untuk melayani satu lintasan tertentu. 120 x L N = (kendaraan) (10) H x Vc Sumber : Abubakar(1996) H = Headway (menit) Vc = Kecepatan komersil (Km/jam) L = Jarak rute (Km) i.tingkat Kemerataan Penumpang Tingkat kemerataan ini dapat diperoleh dari : permintaan pada jam sibuk dibagi permintan diluar jam sibuk. Hitungan diperoleh dari : Penumpang/kend = load faktor x kapasitas Penumpang/jam = pnp/kend x frekwensi Pnp/jam diluar sibuk Sumber : karyanto (2009) j. Pendapatan penumpang per kilometer. Untuk menghitung pendapatan yang berasal penumpang per kilometer yakni dengan menggunakan formula : Rata-rata pnp/km x tarif Pendapatan pnp/km = (12) Panjang trayek Sumber : Karyanto (2009)

k.tingkat operasi kendaraan Tingkat operasi kendaraan adalah untuk mengetahui berapa banyak kendaraan angkutan umum yang beroperasi jika dibandingkan dengan jumlah ijin trayek yang ada, formula yang digunakan Jml Kendaraan operasi %Tingkat operasi = x100% (13) Sumber : Karyanto (2009) Jml Kendaraan berdasarkan Ijin trayek l. Tingkat tumpang tindih trayek Tumpang tindih trayek yaitu dua atau lebih trayek yang berbeda tetapi mempunyai lintasan rute yang hampir seluruh bagian sama. Indikator ini adalah membandingkan jarak tumpang tindih yang terjadi dengan jarak lintasan rute yang ada. Formula yang digunakan Panjang tumpang tindih %Tingkat tumpang tindih = x100% (14) Sumber : Karyanto (2009) Panjang trayek Tahap 3 yaitu kegiatan yang terkait dengan pengolahan data yang telah masuk. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan formula-formula sehingga akan diketahui permasalahan yang ada pada obyek penelitian tersebut. Tahap 4 merupakan tahap kesimpulan dan memberikan rekomendasi pemecahan permasalahan yang terkait dengan pelayanan angkutan umum. TAHAP 1 SEKUNDER PETA JARIN GAN TRAYEK DATA ANGKUTAN UMUM TAHAP 2 MULAI PERSIAPAN PENGUMPULAN DATA ANALISA DATA PRIMER SURVEI : 1. INVENTARISASI AU 2. STATIS(RUAS DAN PANGKALAN) 3. DINAMIS (ON BUS) 4. WAWANCARA PENUMPANG m. Tingkat penyimpangan trayek Penyimpangan trayek yaitu penyimpangan yang dilakukan oleh suatu trayek dimana tidak mengikuti rute yang ditetapkan oleh pemerintah. Indikator ini digunakan untuk mengetahui seberapa jauh tingkat penyimpangan yang terjadi dari jarak sesungguhnya yang ditetapkan oleh pemerintah tersebut. Formula yang digunakan OPERATOR INDIKATOR : PENUMPANG RATA RATA TIAP PERJALANAN TINGKAT KEMERATAAN PENUMPANG PENDAPATAN PENUMPANG / KM TAHAP 3 PEMERINTAH INDIKATOR : TINGKAT OPERASI TRAYEK YANG BERHIMPIT PENYIMPANGAN TRAYEK USULAN PEMECAHAN MASALAH PENUMPANG INDIKATOR : FREKUENSIu FAKTOR MUAT (L/F) WAKTU TUNGGU TINGKAT PERPINDAHAN KEC RATA RATA KENDARAAN TIDAK PERLU USULAN PEMECAHAN MASALAH Panjang penyimpangan trayek %Penyimpangan trayek= x100% (15) Panjang trayek Sumber : Karyanto (2009) METODE PENELITIAN a. Kerangka Pemikiran Tahap 1 merupakan tahap persiapan dalam melakukan penelitian yakni mempersiapkan obyek sasaran yang akan dilakukan penelitian, serta permasalahan yang ada di dalam obyek tersebut dan target data yang dibutuhkan pada penelitian, dalam persiapan ini yang perlu dilakukan adalah pembuatan formulir survai, menentukan lokasi survai dan jumlah personil survai. Tahap 2 merupakan tahap melakukan pengumpulan data baik data sekunder maupun data primer yang terkait dengan sasaran penelitian. TAHAP 4 REKOMENDASI Gambar.1 Alur Pemikiran b. Metode Pengumpulan Data Data Sekunder Jumlah kendaraan menurut ijin Jaringan trayek Data Primer Survai Inventarisasi Angkutan Umum Survai Statis Survai Dinamis Survai Wawancara Penumpang c. Metode Analisis Data Dari segi penumpang Dari segi operator Dari segi pemerintah

PENDATAAN DAN ANALISIS Trayek Frekwensi Angkutan Pedesaan waktu diluar sibuk (kendaraan) waktu Sibuk pagi (kendaraan) waktu sibuk siang (kendaraan) Frekwensi Rata-Rata (Kend/Jam) Jambon 1 1 1 1 Kesugihan 1 1 1 1 Mlarak 2 2 3 2 Sumoroto 3 3 3 3 Slahung 7 6 6 6.3 Sooko 3 4 3 3.3 Bungkal 1 1 2 1.3 Ngrayun 1 2 2 1. 7 Sawoo 8 6 5 6.3 Ngebel 3 3 2 2. 7 Dari hasil survai yang dilaksanakan diperoleh data data sebagai berikut: Tabel 2 Frekuensi Statis Tabel 3 Headway (waktu antara) Panjang WAKTU TEMPUH TIAP RUTE (DETIK) Waktu Tempuh Waktu Tempuh Kecepatan Trayek Rute Periode Waktu Periode di Luar Rata-rata Rata-rata Rata-rata (KM) Sibuk Waktu Sibuk (Detik) (jam) (Km/jam) Jambon 23 3810 4410 4110 1.14 20.15 Kesugihan 25 3390 4050 3720 1.03 24.19 Mlarak 20 3270 3750 3510 0.98 20.51 Sumoroto 15 3120 3420 3270 0.91 16.51 Slahung 33 4530 4680 4605 1.28 25.80 Sooko 35 4440 5340 4890 1.36 25.77 Bungkal 23 5010 0 2505 0.70 33.05 Ngrayun 35 5970 6870 6420 1.78 19.63 Sawoo 30 4230 4890 4560 1.27 23.68 Ngebel 35 2520 3090 2805 0.78 44.92 Tabel 7 Perpindahan Moda Trayek Jumlah Tidak Total Prosentase Wawancara Pindah Pindah Perpindahan perpindahan (orang) (orang) 1 Kali 2 Kali 3 Kali Jambon 20 15 3 2 0 5 0.25 Kesugihan 16 10 5 1 0 6 0.38 Mlarak 20 10 7 3 0 10 0.50 Sumoroto 30 13 12 5 0 17 0.57 Slahung 25 15 7 3 0 10 0.40 Sooko 23 14 6 3 0 9 0.39 Bungkal 21 12 6 3 0 9 0.43 Ngrayun 30 18 6 4 2 12 0.40 Sawoo 22 10 7 2 3 12 0.55 Ngebel 24 22 3 1 0 4 0.17 PERIODE TRAYEK SIBUK PAGI DI LUAR SIBUK SIBUK SIANG HEADWAY (Menit) HEADWAY (Menit) HEADWAY (Menit) JAMBON 60 60 60 KESUGIHAN 60 60 60 MLARAK 30 30 20 SUMOROTO 20 20 20 SLAHUNG 8,57 10 10 SOOKO 20 15 20 BUNGKAL 60 60 30 NGRAYUN 60 30 30 SAWOO 7,50 10 12 NGEBEL 20 20 30 Tabel 4 Tingkat Operasi Kendaraan JUMLAH JUMLAH TRAYEK ARMADA ARMADA IZIN OPERASI Y / X (Kendaraan) (Kendaraan) X Y JAMBON 9 4 44,44% KESUGIHAN 19 5 26,32% MLARAK 13 9 69,32% SUMOROTO 49 11 22,45% SLAHUNG 20 18 90,00% SOOKO 51 19 37,25% BUNGKAL 12 8 66,67% NGRAYUN 35 8 22,86% SAWOO 58 18 31,03% NGEBEL 15 9 60,00% Tabel 5 Load Factor Rata Rata Dinamis TRAYEK SIBUK PAGI LOAD FACTOR DINAMIS DILUAR SIBUK SIBUK SIANG RATA-RATA JAMBON 25.00 19.44 25.00 23.15 KESUGIHAN 21.00 23.61 43.06 22.31 MLARAK 17.71 16.67 39.58 24.65 SUMOROTO 36.11 31.94 0.00 22.68 SLAHUNG 47.00 41.49 21.88 36.79 SOOKO 36.00 32.14 0.00 22.71 BUNGKAL 19.44 0.00 0.00 6.48 NGRAYUN 55.95 62.50 0.00 39.48 SAWOO 34.90 40.63 33.85 36.46 NGEBEL 50.00 27.08 37.50 38.19 Tabel 6 Waktu Tempuh Rata Rata Dinamis Gambar 2. grafik hubungan antar parameter 1. Analisis Kinerja Angkutan Pedesaan Dalam menganalisis kinerja angkutan pedesaan ini dengan melihat dari 3 sudut pandang, sehingga diharapkan kebijakan yang akan ditetapkan nanti dapat bermanfaat dan mengutungkan dari berbagai sisi yakni meliputi penumpang, operator dan pemerintah.

Tabel 8 Kinerja Dari Segi Penumpang Trayek Frekuensi Head way Load Tingkat Penyimpangan Trayek Waktu Tunggu Tingkat Kecepatan Trayek Rata-rata (menit) Faktor (menit) Perpindahan Rata2 (kendaraan/jam Moda Kend (KM/Jam) Jambon 1.0 60.0 25.0 30.0 16.7 20.15 Kesugihan 1.0 60.0 21.0 30.0 20.0 24.19 Mlarak 2.0 30.0 17.7 15.0 24.0 20.51 Sumoroto 3.0 20.0 36.1 10.0 34.0 16.51 Slahung 6.3 9.5 47.0 4.7 30.0 25.8 Sooko 3.3 18.0 36.0 9.0 26.0 25.77 Bungkal 1.3 45.0 5.0 22.5 23.3 33.05 Ngrayun 1.7 36.0 55.9 18.0 10.0 19.63 Sawoo 6.3 9.5 34.9 4.7 35.0 23.68 Ngebel 2.7 22.5 50.0 11.3 26.7 Tabel. 9 Analisa Kinerja Dari Segi Operator 27.66 Ruas Berhimpit Tingkat Operasi Jambon 0 50,52 44.44 Kesugihan 0 69.23 26.32 Mlarak 0 40 69.23 Sumoroto 2.3 67.24 22.45 Slahung 0 43.26 90 Sooko 0 33.89 37.25 Bungkal 0 97.09 66.67 Ngrayun 21.88 63.21 22.86 Sawoo 0 54.95 31.03 Ngebel 0 0 60 Tabel. 10 Analisa Kinerja Dari Segi Pemerintah Penumpang Load Factor Tingkat Pendptan Prosentase Trayek Rata-rata kemerataan Rata2 Tiap Ruas Tiap Perjalanan Penumpang Pnp-Km Berhimpit (orang) (Rupiah) Jambon 9.0 25.0 4.0 27.4 50.5 Kesugihan 12.0 21.0 6.2 28.9 57.2 Mlarak 8.0 17.7 4.4 23.7 40.0 Sumoroto 10.0 36.1 2.5 26.5 67.2 Slahung 18.0 47.0 1.4 13.9 43.3 Sooko 12.0 36.0 1.4 7.5 33.9 Bungkal 9.0 5.0 4.7 20.9 97.1 Ngrayun 22.0 55.9 1.2 12.3 63.2 Sawoo 17.0 34.9 1.2 12.1 55.0 Ngebel 12.0 50.0 1.8 40.4 0.0 B. Identifikasi Permasalahan Dari sudut pandang penumpang: a. Frekwensi kendaraan / jam ada 4 trayek yang hanya mempunyai rata-rata frekwensi dibawah 2,9 kendaraan / jam. Hal ini disebabkan jumlah angkutan pedesaan yang beroperasi sedikit. b. Rata-rata waktu tunggu sebesar 15,5 menit juga berdampak masyarakat memilih menggunakan sepeda motor untuk perjalanannya. c. Tingkat perpindahan moda penumpang angkutan pedesaan cukup tinggi dari total yang disurvai yakni 24.6% melakukan pergantian moda,. Sehingga didentifikasi masyarakat memilih angkutan pribadi untuk melakukan perjalanannya. d. Kecepatan perjalanan angkutan pedesaan yang ada rata-rata sebesar 23,7 km/jam. Hal ini disebabkan karena angkutan pedesaan banyak berhenti/ngetem. Dari Segi Kebutuhan Operator a. Permintaan penumpang rata-rata tiap perjalanan cukup kecil, sehingga pendapatan operator tidak bisa maksimal, b. Tingkat kemerataan penumpang antara jam sibuk dengan jam di luar sibuk tidak tinggi nilainya. masyarakat yang menggunakan angkutan pedesaan stabil diantara jam sibuk dan di luar jam sibuk. c. Rute trayek banyak yang berhimpitan yakni sebesar 50,7%, hal ini disebabkan karena masing-masing operator pada waktu penetapan jaringan trayek mempunyai pertimbangan yang tidak didukung secara teknis/ kajian, sehingga perlu diadakan peninjauan kembali peraturan daerah tentang jaringan trayek di Kabupaten Ponorogo. Dari Segi Pemerintah a. Trayek Sumoroto dan Ngrayun mengalami penyimpangan trayek masing masing sebesar 2,3 % dan 21,88 %, Hal ini disebabkan rute trayek mengikuti permintaan / tujuan penumpang. b. Rute trayek banyak yang berhimpitan, berdampak tidak/kurangnya pemerataan pelayanan angkutan pedesaan di Kabupaten Ponorogo. c. Tingkat operasi angkutan pedesaan di Kabupaten Ponorogo ada 5 trayek prosentasenya dibawah 50,7% jika dibandingkan dengan jumlah ijin trayek. Pemecahan Masalah 1. Ada Subsidi pemerintah untuk biaya operasional angkutan umum khususnya BBM dan ban. 2. Memberlakukan jadwal operasi angkutan umum 3. Penataan jaringan trayek dengan membuka trayek baru.

KESIMPULAN Dari hasil pembahasan dan penganalisaan data-data, maka dapat diambil kesimpulan bahwa karakteristik pelayanan angkutan umum di Kabupaten Ponorogo, mempunyai karakteristik sebagai berikut: a) Sistim pelayanannya tidak berjadwal, dan kepastian waktu pelayanan tidak jelas hal. b) Frekuensi pelayanan angkutan umum pada saat ini masih kurang, hal ini disebabkan jumlah angkutan yang beroperasi sedikit dan jarak tempuh angkutan cukup jauh. c) Waktu tunggu rata rata angkutan umum sebesar 16,99 menit. Hal ini disebabkan karena operator menyesuaikan dengan permintaan, load factor yang termuat paling besar pada trayek Slahung sebesar 42, 56%.. d) Kecepatan kendaraan sangat lambat hal ini disebabkan sopir/ angkutan umum banyak berhenti untuk mencari penumpang. e) Tingkat penyimpangan trayek hanya terjadi pada 2 trayek saja sebagamana Tabel V.21. akan tetapi hal ini berdampak memiliki frekuensi dan load factor yang tinggi, yakni trayek Ngrayun dan Sumoroto. 2. Pelayanan angkutan umum di Kabupaten Ponorogo, terdapat beberapa permasalahan antara lain. a) Load factor kecil rata-rata di bawah 50% masyarakat memilih angkutan pribadi/ sepeda motor b) Aksesbilitas yang tidak menjangkau tujuan perjalannya. c) Sebagian besar trayek angkutan umum di Kabupaten Ponorogo berhimpitan hanya satu trayek yang tidak berhimpitan yakni trayek Ngebel.

DAFTAR PUSTAKA Abubakar.dkk,1996, Menuju Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Yang Tertib, edisi yang disempurnakan, Jakarta, Direktur Jenderal Perhubungan Darat. E.K. Morlok, 1984. Pengantar Teknik dan Perencanaan Transportasi, Jakarta, Erlangga. S.P. Warpani, 2002, Pengendalian Lalu Lintas dan angkutan Jalan, Bandung,ITB. S.A. Adisaminta, 2011, Transportasi dan Pengembangan Wilayah,Yogyakarta, Graha Ilmu http://id.wikibooks.org/wiki/manajemen_lalu_lintas/prinsip_pengendalian_lalu_lintas,6 Juli 2012 http//id.wikipedia.org/wiki/bahasa Indonesia, 3 Nopember 2012 --------, 1999, Keputusan Menteri Perhubungan nomor: KM 84 tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Angkutan Orang di Jalan Dengan Kendaraan Umum, Jakarta, Departemen Perhubungan --------,2002, Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Darat nomor:sk.687/aj.206/drjd/2002 Tentang Pedoman Teknis Penyelenggaraan Angkutan Penumpang Umum di Wilayah Perkotaan Dalam Trayek Tetap dan Teratur. Jakarta. Departemen Perhubungan. ----------, Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Darat nomor: 274/HK.105/DRJD/96 tentang Pedoman Teknis Penyelenggaraan Angkutan Penumpang Umum di Wilayah Perkotaan Dalam Trayek Tetap dan Teratur, Jakarta, Departemen Perhubungan. ----------, Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1993 tentang Penyelenggaraan angkutan umum. Jakarta. Departemen Perhubungan. ----------. Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor PM.10 Tahun 2012 Tentang Standar Pelayanan Minimal Angkututan Massal Berbasis Jalan. Jakarta. Departemen Perhubungan. ----------, Undang Undang Nomor 22 tahun 2009 tentang Lalu lintas dan Angkutan Jalan.Jakarta. Departemen Perhubungan. ----------, 2011, Pedoman Penulisan Tesis, Surakarta, UMS.