BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Analisis dampak..., Wawan Setiawan..., FE UI, 2010.

dokumen-dokumen yang mirip
Indeks Nilai Tukar Rupiah 2000 = 100 BAB 1 PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan perkembangan ekonomi, baik perkembangan ekonomi domestik

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan tingginya ketidakpastian perekonomian global, nilai tukar

I. PENDAHULUAN. Pergerakan nilai tukar rupiah terhadap mata uang dollar Amerika setelah

BAB 1 PENDAHULUAN. Grafik 1.1 Perkembangan NFA periode 1997 s.d 2009 (sumber : International Financial Statistics, IMF, diolah)

UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS DAMPAK FLUKTUASI PEREKONOMIAN DUNIA TERHADAP EFEKTIFITAS KEBIJAKAN MONETER

Skripsi ANALISA PENGARUH CAPITAL INFLOW DAN VOLATILITASNYA TERHADAP NILAI TUKAR DI INDONESIA OLEH : MURTINI

BAB I PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya sistem nilai tukar mengambang penuh/ bebas

I. PENDAHULUAN. Kebijaksanan moneter mempunyai peranan yang sangat menentukan dalam

I. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi ekonomi telah membawa pembaharuan yang

I. PENDAHULUAN. jasa. Oleh karena itu, sektor riil ini disebut juga dengan istilah pasar barang. Sisi

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat. Hal ini sangat mempengaruhi negara-negara lain karena

IV. FLUKTUASI MAKROEKONOMI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. semakin bertambah tinggi dalam kondisi perekonomian global seperti yang

BAB I PENDAHULUAN. Sehubungan dengan fenomena shock ini adalah sangat menarik berbicara tentang

BAB 1 PENDAHULUAN. salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kinerja perekonomian secara umum.

BAB I PENDAHULUAN. fiskal maupun moneter. Pada skala mikro, rumah tangga/masyarakat misalnya,

I.PENDAHULUAN. Meningkatnya peran perdagangan internasional dibandingkan dengan. perdagangan domestik merupakan salah satu ciri yang menandai semakin

BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA. negara selain faktor-faktor lainnya seperti PDB per kapita, pertumbuhan ekonomi,

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi aktivitas perekonomian ditransmisikan melalui pasar keuangan.

I. PENDAHULUAN. kebijakan moneter Bank Indonesia (BI) untuk mencapai tujuannya yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Monetaris berpendapat bahwa inflasi merupakan fenomena moneter. Artinya,

BAB I PENDAHULUAN. sektor utama dalam perekonomian Negara tersebut. Peran kurs terletak pada nilai mata

BAB I PENDAHULUAN. inflasi yang rendah dan stabil. Sesuai dengan UU No. 3 Tahun 2004 Pasal 7,

VII. DAMPAK GUNCANGAN DOMESTIK TERHADAP MAKROEKONOMI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan industri perbankannya, karena kinerja dari perekonomian

VII. SIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN. Penelitian ini menyajikan faktor faktor ekonomi yang mempengaruhi

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian Indonesia di tengah perekonomian global semakin

BAB I PENDAHULUAN. motor penggerak perekonomian nasional. Perdagangan internasional dapat

BAB I PENDAHULUAN. R Serfianto D. Purnomo et al. Buku Pintar Pasar Uang & Pasar Valas (Jakarta, Gramedia 2013), h. 98.

BAB I PENDAHULUAN. cenderung mengakibatkan gejolak ekonomi moneter karena inflasi akan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. LATAR BELAKANG Permintaan uang mempunyai peranan yang sangat penting bagi

BAB I PENDAHULUAN. saat ini. Sekalipun pengaruh aktifitas ekonomi Indonesia tidak besar terhadap

BAB 1 PENDAHULUAN. cepat dan terintegrasi dengan adanya teknologi canggih. Perkembangan teknologi

INDONESIA PADA GUBERNUR BANK PANITIA ANGGARAN SEMESTER

BAB I PENDAHULUAN. lebih terbuka (openness). Perekonomian terbuka dalam arti dimana terdapat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

I.PENDAHULUAN. antar negara. Nilai tukar memainkan peran vital dalam tingkat perdagangan

I. PENDAHULUAN. makro, yaitu pertumbuhan ekonomi yang tinggi, stabilitas harga, pemerataan

BAB I PENDAHULUAN. fungsi sebagai penyimpan nilai, unit hitung, dan media pertukaran.

I. PENDAHULUAN. Uang merupakan alat pembayaran yang secara umum dapat diterima oleh

VI. DAMPAK GUNCANGAN EKSTERNAL TERHADAP MAKROEKONOMI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. pengendalian besaran moneter untuk mencapai perkembangan kegiatan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. Nilai tukar sering digunakan untuk mengukur tingkat perekonomian suatu

I. PENDAHULUAN. aspek yang tidak terpisahkan dari perkembangan ekonomi negara terbuka. Keterbukaan ekonomi Indonesia akan membawa konsekuensi pada

V. SIMPULAN DAN SARAN. 1. Hasil yang diperoleh dari estimasi VECM pada periode penerapan base

BAB I PENDAHULUAN. dan mengatur kegiatan perekonomian suatu negara, termasuk pemerintah

I. PENDAHULUAN. berhasil menerapkan kebijakan dalam ekonomi. Pendapatan nasional yang

BAB I PENDAHULUAN. kelebihan dana dan kekurangan dana (Mishkin, 2009). Bank memiliki peranan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan) dan keseimbangan eksternal (keseimbangan neraca pembayaran) demi

BAB I PENDAHULUAN. makro adalah pandangan bahwa sistem pasar bebas tidak dapat mewujudkan

I. PENDAHULUAN. Mata uang asing (valuta asing) merupakan suatu komoditas yang memiliki nilai

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi yang telah berlangsung cukup lama di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan sektor properti dan real estat yang ditandai dengan kenaikan

BAB I PENDAHULUAN. diakibatkan oleh adanya currency turmoil, yang melanda Thailand dan menyebar

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Sektor Properti

BAB I PENDAHULUAN. Peranan uang dalam peradaban manusia hingga saat ini dirasakan sangat

BAB 1 PENDAHULUAN. riil, dan meningkatnya lapangan kerja sehingga mengurangi pengangguran.

I. PENDAHULUAN. sembilan persen pertahun hingga disebut sebagai salah satu the Asian miracle

BAB I PENDAHULUAN. seberapa besar kontribusi perdagangan internasional yang telah dilakukan bangsa

IV. KINERJA MONETER DAN SEKTOR RIIL DI INDONESIA Kinerja Moneter dan Perekonomian Indonesia

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. dan nilai tukar mengambang, tentu saja Indonesia menjadi sangat rentan terhadap

I. PENDAHULUAN. Bank Indonesia sebagai otoritas moneter atau bank sentral mempunyai tujuan

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, perekonomian Indonesia diliput banyak masalah. Permasalahan

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 merupakan. dampak lemahnya fundamental perekonomian Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. diartikan sebagai nilai tambah total yang dihasilkan oleh seluruh kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. kali lelang SBI tidak lagi diinterpretasikan oleh stakeholders sebagai sinyal

BAB I PENDAHULUAN. melalui pengaturan jumlah uang yang beredar dalam perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. Krisis mata uang di Amerika Latin, Asia Tenggara dan di banyak negara

I. PENDAHULUAN. Kebijakan moneter pada dasarnya merupakan suatu kebijakan Bank Sentral,

BAB I PENDAHULUAN. Globalisasi ekonomi mendorong perekonomian suatu negara kearah yang

1. Tinjauan Umum

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. negara. Saat jumlah uang beredar tidak mencukupi kegiatan transaksi pada satu

IV. GAMBARAN UMUM 4.1 Gambaran Umum Inflasi di Pulau Jawa

BAB I PENDAHULUAN. di Amerika Serikat merupakan topik pembicaraan yang menarik hampir di

BAB 1 PENDAHULUAN. Liberalisasi dan globalisasi membawa konsekuensi pada fundamental

BAB I PENDAHULUAN. Permintaan energi di Asia Tenggara terus meningkat dan laju

BAB I PENDAHULUAN. terbuka. Hal ini mengakibatkan arus keluar masuk barang, jasa dan modal

BAB I PENDAHULUAN. tersebut di banding dengan mata uang negara lain. Semakin tinggi nilai tukar mata

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian di Indonesia. Fluktuasi kurs rupiah yang. faktor non ekonomi. Banyak kalangan maupun Bank Indonesia sendiri yang

I. PENDAHULUAN. Kebijakan moneter memiliki pengaruh yang cukup besar terhadap suatu perekonomian,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kebutuhan manusia sangat tidak terbatas sedangkan alat pemenuh kebutuhan

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan indikator yang lazim digunakan untuk

KAUSALITAS INFLASI DAN KURS DI INDONESIA Mirza Winanda 1, Chenny Seftarita 2* Abstract

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan negara yang menganut sistem perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. berbagai bidang, termasuk di dalam perdagangan internasional. Pemenuhan

BAB I PENDAHULUAN. panjang dari masyarakat untuk disalurakan ke sektor-sektor produktif. Apabila

BAB I PENDAHULUAN. negara karena pasar modal menjalankan dua fungsi, yaitu fungsi ekonomi dan

BAB 1 PENDAHULUAN. negeri, seperti tercermin dari terdapatnya kegiatan ekspor dan impor (Simorangkir dan Suseno, 2004, p.1)

BAB I PENDAHULUAN. dalam suatu periode tertentu, baik atas dasar harga berlaku maupun atas

BAB I PENDAHULUAN. Uang merupakan suatu alat tukar yang memiliki peranan penting dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Universitas Indonesia

BAB 5 PENUTUP. moneter melalui jalur harga aset finansial di Indonesia periode 2005: :12.

BAB 1 PENDAHULUAN. dan liberalisasi perdagangan barang dan jasa semakin tinggi intensitasnya sehingga

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pesatnya perkembangan ekonomi dunia dewasa ini berimplikasi pada eratnya hubungan satu negara dengan negara yang lain. Arus globalisasi ekonomi ditandai dengan semakin menipisnya batasan geografis dari kegiatan ekonomi secara nasional, regional dan semakin terintegrasi menjadi satu proses yang melibatkan banyak negara. Karakteristik perekonomian yang dianut suatu negara akan mempengaruhi prinsip perekonomian dan perdagangan negara tersebut. Indonesia yang menganut prinsip perekonomian terbuka kecil (small open economy) dan sistem nilai tukar yang mengambang bebas (floating exchange rate), tidak akan lepas dari prinsip perekonomian global dan prinsip liberalisasi perdagangan, dimana semakin besar transaksi perdagangan dan keuangan internasional akan berpengaruh pada besaran aliran dana dari luar negeri yang masuk (capital inflow) dan keluar (capital outflow). Aliran dana tersebut selanjutnya akan membawa implikasi pada indikator makroekonomi Indonesia yang antara lain jumlah uang beredar, suku bunga, serta nilai tukar yang pada akhirnya akan mempengaruhi inflasi dan pertumbuhan ekonomi. Kejadian ekonomi yang terjadi secara global, baik secara langsung maupun tidak langsung, akan memberikan pengaruh terhadap perekonomian Indonesia. Guncangan ekonomi yang berasal dari luar (external shock) yang disebabkan oleh perubahan penawaran agregat (supply shock) seperti meningkatnya harga minyak dunia serta perubahan permintaan agregat (demand shock) seperti siklus pengetatan kebijakan moneter global, keduanya akan dan berdampak pada stabilitas ekonomi makro Indonesia. Selain itu, guncangan ekonomi dari dalam negeri (internal shock) juga akan berdampak pada stabilitas ekonomimakro. Bahkan apabila terdapat guncangan penawaran yang memburuk (adverse supply shock) tanpa diimbangi oleh peningkatan permintaan agregat, akan menyebabkan suatu kondisi stagflasi. Oleh karena itu, untuk menjaga stabilitas perekonomian menjadi tidak mudah. Untuk mengurangi dampak guncangan ekonomi tersebut diperlukan suatu kebijakan makro yang efektif dan efisien untuk mendorong pertumbuhan ekonomi 1

2 yang kondusif dalam rangka pencapaian kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat. Selain kebijakan fiskal, kebijakan moneter merupakan salah satu bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kebijakan makro. Dalam hal ini, kebijakan moneter diharapkan dapat meredam guncangan negatif serta mendorong guncangan positif yang akhirnya dapat mencapai perkembangan perekonomian yang diharapkan. Respon kebijakan moneter dalam menghadapi shock tersebut dewasa ini sangat menarik untuk disimak, terlebih saat krisis finansial global 28. Pertama, faktor ketidakstabilan harga minyak dunia. Permasalahan ini terutama disebabkan oleh ketidakstabilan penawaran dan permintaan minyak dunia. Selain itu, adanya faktor spekulasi harga oleh perusahaan minyak khususnya perusahaan minyak Amerika Serikat serta rencana pengembangan energi alternatif oleh negara-negara barat menyebabkan hal ini terjadi. Sebagaimana tampak dalam grafik 1.1, selama 2-29 secara relatif dikatakan bahwa total permintaan (konsumsi) lebih besar daripada total penawaran (produksi) serta tren kedepan menunjukan hal yang serupa. Hal ini dikarenakan laju pertumbuhan produksi minyak mentah dan bahan bakar cair dunia yang secara rata-rata sebesar 1,1% lebih kecil dari laju pertumbuhan konsumsi yaitu sebesar 1,16%. Dengan kata lain, diindikasikan terjadi peningkatan harga minyak yang mencapai puncaknya pada level $134 per Barrel di bulan Juni 28. 11 Million Barrels per Day 15 1 95 9 85 Total Produksi Dunia Total Konsumsi Dunia Sumber : Energy Information Administration (data diolah) *) Angka Perkiraan Grafik 1.1. Perbandingan Total Penawaran, Permintaan Minyak Mentah Dunia dan Bahan Bakar Cair Dunia Secara umum, kenaikan harga minyak dunia berdampak positif terhadap perkembangan inflasi Indonesia. Hal ini dikarenakan kenaikan harga minyak

3 dunia yang ditransformasikan dalam kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) akan mempengaruhi konsumsi minyak untuk produksi barang dalam negeri sehingga harga barang produksi dalam negeri meningkat dan mengakibatkan penurunan daya beli masyarakat. Selain itu, tingginya inflasi dalam jangka pendek dapat menghambat investasi produktif karena tingginya ketidakpastian dan menghambat pertumbuhan ekonomi dalam jangka panjang. Lebih lanjut, kenaikan harga minyak dunia juga akan memberikan tekanan pada nilai tukar sebagai akibat dari peningkatan permintaan atas mata uang asing dari para pelaku ekonomi untuk memenuhi kebutuhan impor. Secara statistik sebagaimana tampak dalam grafik 1.2 dan grafik 1.3 menunjukan bahwa kenaikan harga minyak dunia yang mencapai puncaknya pada Juni 28 menyebabkan kenaikan inflasi IHK sebesar 12,8% dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya dan depresiasi nilai tukar pada level Rp 9.295 per dollar. Sebagai akibat dari kenaikan inflasi ini, pertumbuhan GDP riil mengalami penurunan hingga mencapai -3% pada bulan Oktober 28. 16 9. 16 14 14 12 1 8 6 4 2 8. 7. 6. 5. 4. 3. 2. 1.. -1. 12-24 9-25 6-26 3-27 12-27 9-28 $US/Barrel 6-29 % $US/Barrel 14 12 1 8 6 4 2 12 1 8 6 4 2 Rp/US$ 12-24 9-25 6-26 3-27 12-27 9-28 6-29 WOP MoM Inflasi IHK WOP ER Grafik 1.2 Perkembangan WOP dan Inflasi IHK (MoM) Periode 24:12-29:12 Grafik 1.3 Perkembangan WOP dan Nilai Tukar Periode 24:12-29:12 Sumber : Energy Information Administration, BPS, BI (data diolah) Kedua, faktor siklus kebijakan moneter global yang direpresetasikan oleh suku bunga Amerika Serikat (Fed Fund Rate). Kebijakan moneter longgar yang

4 diterapkan oleh bank sentral Amerika Serikat pada periode 22-24 dengan mematok suku bunga pada kisaran,98%-2,16% disatu sisi menyebabkan peningkatan sektor riil akan tetapi di sisi lain ditenggarai merupakan akar permasalahan krisis finansial global. Kebijakan moneter yang ditempuh menyebabkan lonjakan kredit perumahan 1. Secara empiris, kontribusi kebijakan moneter dalam lonjakan permintaan kredit perumahan di Amerika Serikat telah dibuktikan antara lain oleh Taylor 2. Hasil pengujian Taylor menunjukkan besarnya periode boom-bust dalam permintaan rumah di Amerika Serikat tidak akan terlalu besar apabila bank sentral tidak menerapkan kebijakan moneter yang longgar. Kebijakan moneter domestik yang dijalankan oleh Bank Indonesia dalam hal ini sangat terpengaruh oleh siklus kebijakan moneter global yang direpresetasikan oleh Fed Fund Rate (FFR). Sebagaimana tampak dalam grafik 1.4 Perkembangan BI rate mengikuti pola FFR dengan spread imbal hasil berupa perbedaan suku bunga (interest rate differential) positif antara 3%-9% selama periode 25-29. Keterkaitan ini disebabkan adanya hubungan positif antara Fed Fund Rate dengan perkembangan nilai tukar di Indonesia. Grafik 1.5 menunjukan bahwa pada periode krisis finansial global tahun 28 kebijakan moneter yang ditempuh bank sentral Amerika Serikat adalah kebijakan moneter yang ekspansif, berupa penurunan Fed Fund Rate dari 5,2% pada Agustus 27 secara bertahap hingga menjadi,16% pada Desember 28. Pada kurun waktu tersebut bank sentral Indonesia merespon dengan menurunkan BI rate dari 8,25% menjadi 8% sampai dengan April 28 serta meningkatkan BI rate kembali hingga menjadi 9,25% pada akhir 28 untuk menahan tekanan depresiasi nilai tukar sebagai akibat dari pengetatan likuiditas negara-negara maju, penurunan ekspor seiring dengan melambatnya permintaan ekspor dari negara maju yang mengalami resesi sehingga neraca pembayaran memburuk, serta meningkatnya capital flight yang sejalan dengan risk aversion investor asing 3. 1 Krisis Ekonomi Global dan Dampaknya terhadap Perekonomian Indonesia, Outlook Ekonomi Indonesia 29-214, Bab 3 Halaman 47, Bank Indonesia, Edisi Januari 29. 2 Taylor, John B., The Financial Crisis and The Policy Responses: An Empirical Analysis of What Went Wrong, NBER Working Paper 29. 3 Laporan Kebijakan Moneter Triwulan IV-28, Bank Indonesia

5 % 14 12 1 8 6 4 2 12-24 7-25 2-26 9-26 4-27 11-27 6-28 1-29 8-29 % 6 5 4 3 2 1 12-24 8-25 4-26 12-26 8-27 4-28 12-28 8-29 14 12 1 8 6 4 2 Rp/ $US FFR BI RATE FFR Nilai Tukar Grafik 1.4 Perkembangan FFR dan BI Rate Periode 24:12-29:12 Sumber : IFS, BI (data diolah) Grafik 1.5 Perkembangan FFR dan Nilai Tukar Periode 24:12-29:12 1.2 Perumusan Masalah Kebijakan moneter yang efektif dalam merespon flukutasi ekonomi dunia sangat penting untuk menciptakan stabilitas makroekonomi. Untuk memudahkan pemahaman mengenai respon kebijakan moneter terhadap fluktuasi perekonomian dunia dalam menjaga stabilitas makroekonomi, maka penelitian ini akan difokuskan pada pemecahan sejumlah masalah sebagai berikut: 1. bagaimana dampak guncangan harga minyak dunia (WOP) terhadap perkembangan indikator makroekonomi (inflasi, GDP dan nilai tukar riil efektif); 2. bagaimana dampak guncangan siklus kebijakan moneter dunia (Fed Fund Rate) terhadap perkembangan indikator makroekonomi (inflasi, GDP dan nilai tukar riil efektif); 3. bagaimana respon suku bunga domestik (BI Rate) terhadap perkembangan indikator makroekonomi (inflasi, GDP dan nilai tukar riil efektif); 4. bagaimana efektivitas kebijakan moneter yang diterapkan Bank Indonesia sebagai otoritas moneter dalam merespon fluktuasi ekonomi makro Indonesia dan

6 5. seberapa besar dampak guncangan harga minyak dunia dan siklus kebijakan moneter dunia (Fed Fund Rate) serta guncangan indikator makroekonomi domestik dalam menjelaskan perkembangan indikator utama makroekonomi domestik (inflasi, GDP, suku bunga domestik dan nilai tukar riil efektif). 1.3 Tujuan Penelitian Dengan menggunakan metode Structural VAR dan data periode Desember 24 sampai dengan Desember 29, maka penelitian ini bertujuan untuk: 1. menganalisa dampak guncangan harga minyak dunia terhadap perkembangan indikator makroekonomi (inflasi, GDP dan nilai tukar riil efektif); 2. menganalisa dampak siklus kebijakan moneter dunia (Fed Fund Rate) terhadap perkembangan indikator makroekonomi (inflasi, GDP dan nilai tukar riil efektif); 3. menganalisa respon suku bunga domestik (BI Rate) terhadap perkembangan indikator makroekonomi (inflasi, GDP dan nilai tukar riil efektif); 4. menganalisa efektivitas kebijakan moneter yang diterapkan Bank Indonesia sebagai otoritas moneter dalam merespon fluktuasi ekonomi makro Indonesia dan 5. menganalisa seberapa besar dampak guncangan harga minyak dunia dan siklus kebijakan moneter dunia (Fed Fund Rate) serta guncangan indikator makroekonomi domestik dalam menjelaskan perkembangan indikator utama makroekonomi domestik (inflasi, GDP, nilai tukar riil efektif dan suku bunga domestik). 1.4 Hipotesis Hipotesis yang dibangun dalam penelitian ini adalah: 1. guncangan harga minyak dunia (WOP) dan suku bunga dunia (FFR) mempunyai dampak negatif terhadap perkembangan GDP riil dan nilai tukar riil efektif (ER) serta berdampak positif terhadap perkembangan Inflasi; 2. suku bunga domestik mempunyai dampak positif terhadap nilal tukar (ER), dan inflasi dan negatif terhadap GDP riil dalam jangka pendek serta

7 3. selain guncangan perekonomian dunia (WOP dan FFR), guncangan indikator utama makroekonomi domestik (GDP, inflasi, suku bunga domestik dan nilai tukar riil efektif) juga mempengaruhi perkembangan indikator utama makroekonomi domestik (GDP, inflasi, suku bunga domestik dan nilai tukar riil efektif). 1.5 Sistematika Penulisan Sistematika penulisan dalam tesis ini adalah sebagai berikut: Bab I Pendahuluan, terdiri dari latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian, hipotesis penelitian, dan sistematika penulisan. Bab II Landasan Teori, terdiri dari kebijakan moneter dalam perekonomian terbuka kecil dengan kurs mengambang bebas, dampak kebijakan moneter terhadap harga dalam rezim nilai tukar mengambang, guncangan penawaran (supply shock) dalam perekonomian terbuka, mekanisme kebijakan moneter, inflation targeting framework serta penelitian terkait sebelumnya. Bab III Metodelogi Penelitian, terdiri dari identifikasi variabel, data dan sumber data, pengujian pra-estimasi meliputi pengujian stasioneritas data dan penentuan panjang lag, estimasi Structural VAR (SVAR), uji stabilitas, Innovation Accounting terdiri dari Impulse Reponse Function (IRF) dan Forecast Error Variance Decomposition (FEVD) serta Indeks Kondisi Moneter (Monetary Condition Index). Bab IV Hasil dan Analisis Data, terdiri dari analisis hasil pengujian stasionaritas data, hasil pengujian panjang lag optimum, hasil pengujian stabilitas model, analisis Structural VAR (SVAR), analisis Impulse Response Fucntion (IRF), analisis Forecast Error Variance Decomposition (FEVD), serta analisis efektivitas kebijakan moneter. Bab V Kesimpulan dan Saran, kesimpulan serta saran bagi penelitian selanjutnya.