BAB II METODE MAUD}U I DAN ASBAB AL-WURUD. dipakai dalam beragam makna. Diantaranya yaitu: Turun atau merendahkan,

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II MUKHTALIF AL-HADITS. Mukhtalif al-hadits secara bahasa dapat dipahami dengan hadis-hadis

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap sampel sanad hadis,

Kata Kunci: Ajjaj al-khatib, kitab Ushul al-hadis.

BAB I PENDAHULUAN. juga karena fungsinya sebagai penjelas (bayan) bagi ungkapan-ungkapan al- Qur an yang mujmal, muthlaq, amm dan sebagainya.

Tim Penyusun MKD UIN SUNAN AMPEL SURABAYA

BAB IV KUALITAS MUFASIR DAN PENAFSIRAN TABARRUJ. DALAM SURAT al-ahzab AYAT 33

BAB I PENDAHULUAN. yang liberal. Beberapa tawaran dikemukakan oleh ulama klasik sebagai kontribusi

BAB I PENDAHULUAN. Pada zaman Rasulullah SAW, hadis belumlah dibukukan, beliau tidak sempat

MATERI UJIAN KOMPREHENSIF: KOMPETENSI DASAR

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. yang tepat untuk melakukan sesuatu; dan Logos yang artinya ilmu atau

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN. Islam telah mewajibkan bagi setiap umatnya untuk selalu bekerja keras untuk

BAB I PENDAHULUAN. hal ihwal Nabi Muhammad merupakan sumber ajaran Islam kedua setelah al-qur an.

BAB I PENDAHULUAN. dengan ibadah shalat dan haji. Tanpa bersuci orang yang berhadas tidak dapat

BAB III PROSES IJMA MENURUT ABDUL WAHAB KHALLAF DAN PROSES PENETAPAN HUKUM DALAM KOMISI FATWA MUI

HUKUM MENGENAKAN SANDAL DI PEKUBURAN

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG PERSEPSI DAN METODE PENDEKATAN HADIS

BAB I PENDAHULUAN. Allah Swt. menciptakan makhluk-nya tidak hanya wujudnya saja, tetapi

ILMU QIRO AT DAN ILMU TAFSIR Oleh: Rahmat Hanna BAB I PENDAHULUAN. Al-Qur an sebagai kalam Allah SWT yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW

TINJAUAN UMUM Tentang HUKUM ISLAM SYARIAH, FIKIH, DAN USHUL FIKIH. Dr. Marzuki, M.Ag. PKnH-FIS-UNY 2015

BAB V PENUTUP. 1. Metode yang dipergunakan dan yang dipilih dari penafsiran al-ṭabari dan al-

BAB II TINJAUAN UMUM ILMU MUKHTALIF Al- HADITS

ULUMUL HADIS ULUMUL HADIS

yang sama bahwa Allah mempunyai sifat-siafat. Allah mempunyai sifat melihat (al-sami ), tetapi Allah melihat bukan dengan dhat-nya, tapi dengan

BAB IV ANALISIS HISTORIS DAN GENERALISASI. Seteah diadakan penelusuran kitab-kitab yang membahas asba>b al-wurud

BAB I PENDAHULUAN. yang wajar dan dalam ajaran nabi, pernikahan ditradisikan menjadi sunnah beliau. dan Anas melihatnya, dan beliau bersabda:

BAB I PENDAHULUAN. Hadis merupakan sumber hukum kedua setelah Alquran, 1 sebagaimana

TAFSIR AL-QUR AN INKLUSIF

Kewajiban berdakwah. Dalil Kewajiban Dakwah

Al-Hadits Tuntunan Nabi Mengenai Islam. Presented By : Saepul Anwar, M.Ag.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. adalah jaminan pemeliharaan dari Allah atas keotentikannya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam

DAFTAR PUSTAKA. Abu Dawud, Sulaiman bin al-asy as al-sijistani H. Sunan Abu Dawud. Beirut: Dar Ibn Hazm. Juz III.

BAB I PENDAHULUAN. mengkonsumsi hasil-hasil pertanian baik sayuran dan buah-buahan, biji-bijian

BAB V PENUTUP. Berdasarkan penelitian hadits tentang Hadis-Hadis Tentang Aqiqah. Telaah Ma anil Hadits yang telah dilakukan pada bab-bab sebelumnya,

SUMBER SUMBER HUKUM ISLAM

Al Wajibu La Yutraku Illa Liwajibin

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB IV ANALISIS KETENTUAN KHI PASAL 153 AYAT (5) TENTANG IDDAH BAGI PEREMPUAN YANG BERHENTI HAID KETIKA MENJALANI MASA IDDAH KARENA MENYUSUI

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER MATA KULIAH INSTITUSIONAL

Muhammadiyah Sebagai. Gerakan Tajdid

Dari uraian di alas, ada beberapa point yang dapat disimpulkan dan sekal igus menjadi Jawaban terhadap

Berani Berdusta Atas Nama Nabi? Anda Memesan Sendiri Tempat di Neraka

KELOMPOK 1 : AHMAD AHMAD FUAD HASAN DEDDY SHOLIHIN

Adab Berfatwa dan Berijtihad

Menggapai Kejayaan Islam

Penetapan Awal Ramadhan dan Syawal

BAB III METODOLOGI TAFSIR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Alquran yang secara harfiah berarti bacaan sempurna merupakan suatu

PENGANTAR METODOLOGI STUDI ISLAM. Tabrani. ZA., S.Pd.I., M.S.I

SILABUS Pengantar Ushul Fiqh. Dibuat Oleh : Diperiksa Oleh : Disetujui Oleh :

SILABUS Pengantar Ushul Fiqh. Dibuat Oleh : Diperiksa Oleh : Disetujui Oleh :

KAIDAH FIQHIYAH. Pendahuluan

PEMBAGIAN HADITS NABI

Kerangka Dasar Agama dan Ajaran Islam

Puasa Sunah Asyura: Waktu dan Keutamaannya

A. PENDAHULUAN B. PEMBAHASAN

maksud firman-firman Allah sesuai dengan kemampuan manusia (mufasir) ", 25

BAB V PENUTUP. Berdasarkan paparan bab-bab sebelumnya dapat disimpulkan sebagai

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan

BAB IV ANALISIS PERSAMAAN DAN PERBEDAAN KETENTUAN PASAL 182 KHI DAN PERSPEKTIF HAZAIRIN TENTANG BAGIAN WARIS SAUDARA PEREMPUAN KANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam tradisi studi ushul fiqh dikenal lima macam hukum syar i yang

BAB IV ANALISIS PENDAPAT YUSUF QARDHAWI TENTANG ZAKAT INVESTASI

BAB I PENDAHULUAN. alat-alat kebutuhan jasmaniyah dengan cara yang sebaik-baiknya. 1. yang bersifat universal dan komprehensif. 2

BAB II PEMBAGIAN HADITS

BAB II KONSEPSI DASAR TENTANG JUAL BELI DALAM ISLAM.. yang berarti jual atau menjual. 1. Sedangkan kata beli berasal dari terjemahan Bahasa Arab

BAB IV ANALISIS PENDAPAT HUKUM TENTANG IDDAH WANITA KEGUGURAN DALAM KITAB MUGHNI AL-MUHTAJ

BAB V PENUTUP. 1. Pemikiran Kiai Said Aqil Siroj tidak terlepas dari Nahdltul Ulama dalam

KISI-KISI UJIAN SEKOLAH BERSTANDAR NASIONAL SEKOLAH MENENGAH ATAS / MADRASAH ALIYAH KURIKULUM 2013 TAHUN PELAJARAN 2016/2017

Pendidikan Agama Islam

Fidyah. "Dan orang-orang yang tidak mampu berpuasa hendaknya membayar fidyah, dengan memberi makanan seorang miskin." (Al Baqarah : 184)

SEBAB-SEBAB PARA ULAMA BERBEDA PENDAPAT. (Dirangkum dari kitab Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah Raf ul Malaam an Aimatil A laam )

BAB I PENDAHULUAN. Hayyie Al-Kattani, Gema Insani Press, Jakarta, cet III, 2001, h Yusuf Qardhawi, Berinteraksi dengan Al-Qur an, Terj.

BAB 1 PENDAHULUAN. Islam yang tidak terlalu penting untuk serius dipelajari dibandingkan

HADITS SUMBER AJARAN ISLAM KEDUA. Oleh Drs. H. Aceng Kosasih, M. Ag

BAB IV MUSNAD AL-SHĀFI Ī DALAM KATEGORISASI KITAB HADIS STANDAR. Ulama hadis dalam menentukan kitab-kitab hadis standar tidak membuat

BAB II KAIDAH KESAHIHAN DAN PEMAHAMAN HADIS

Etimologis: berasal dari jahada mengerahkan segenap kemampuan (satu akar kata dgn jihad)

BAB I PENDAHULUAN. hidup atau sudah meninggal, sedang hakim menetapkan kematiannya. Kajian

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai sumber ajaran Islam yang kedua setelah al-qur a>n, hadis memiliki

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB IV ANALISIS HEDGING TERHADAP KENAIKAN HARGA BAHAN BAKAR MINYAK-BBM DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

Derajat Hadits Puasa TARWIYAH

BAB I PENDAHULUAN. Agama Islam adalah sebuah konsep hidup yang. individu maupun masyarakat. Tidak ada satu perkara pun yang terlewatkan

BAB V PENUTUP. pada Surah al-baqarah dalam Tafsir al-mishbah dan Abdul Hayei A.S. dalam Tafsir

BAB IV T}ANT}A>WI> JAWHARI> hitung dan dikenal sebagai seorang sufi. Ia pengikut madzhab ahl sunnah wa aljama ah

BAB I PENDAHULUAN. hukum yang berlaku dalam Islam tidak boleh bertentangan dengan al-qur an. Di

BAB II KAIDAH KESAHIHAN DAN PEMAKNAAN HADIS

B A B I P E N D A H U L U A N. Puasa di dalam Islam disebut Al-Shiam, kata ini berasal dari bahasa Arab

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

BAB IV ANALISIS DATA. A. Kaitan Logika Formal dalam metode kebahasaan Ushul Fiqh. hukum yang terinci dalam berbagai cabangnya. Sedangkan Ushul Fiqh

UMMI> DALAM AL-QUR AN

BAB I PENDAHULUAN. 2011), hlm. 9. (Bandung: Irsyad Baitus Salam, 2007), hlm Rois Mahfud, Al-Islam Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Erlangga,

Proposal Ke-11 Permintaan Opini Dewan Pengawas Syariah (DPS) Tentang Pengolahan Daging Qurban Menjadi Sosis atau Kornet

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan Setelah menguraikan dan menuliskan sub-bab hasil penelitian dan sub-bab

BAB I PENDAHULUAN. seluruh alam, dimana didalamnya telah di tetapkan ajaran-ajaran yang sesuai

Kajian Hadis di Era Global -- M. Alfatih Suryadilaga

BAB I PENDAHULUAN. satu firman-nya yakni Q.S. at-taubah ayat 60 sebagai berikut:

Transkripsi:

13 BAB II METODE MAUD}U I DAN ASBAB AL-WURUD A. Metode Maud}u i 1. Pengertian metode maudhu i Kamus bahasa menunjukkan bahwa kata tersebut diambil dari kata yang artinya adalah meletakkan sesuatu dalam suatu tempat. Kata ini الوضع dipakai dalam beragam makna. Diantaranya yaitu: Turun atau merendahkan, melemparkan dan menetapkan dalam suatu tempat. Dalam istilah para ulama sesuai dengan spesialisasi mereka bahwa kata maudhu (tematik) mempunyai banyak makna, diantaranya: a. Penggunakan istilah hadis maudhu menurut ahli hadis adalah perkataan yang dibuat-buat, dan ia adalah kebohongan terhadap Rasulullah saw, sengaja ataupun lupa, dan ini adalah bathil. b. Menurut ahli tafsir artinya adalah urusan yang banyak jalannya dan tempatnya di dalam alquran. Ia mempunyai satu jalan yang mengumpulkannya melalui satu makna atau satu tujuan. Maka dari itu Metode maudhu i dapat didefinisikan dengan salah satu definisi berikut: a. Ia adalah mengumpulkan beberapa riwayat hadis yang berbedabeda dalam sumber hadis yang asli yang berhubungan dengan satu tema, baik lafad atau hukum dan penjelasannya adalah menurut maksud-maksud kenabian yang mulia. 13

14 b. Ia adalah penjelasan tema yang ada dalam sunnah nabi melalui sumber hadis atau banyak sumber. c. Ia adalah masalah atau urusan yang berhubungan dengan satu sisi dari banyak sisi kehidupan dalam akidah, perilaku sosial, fenomena alam yang dihadapkan pada hadis nabi. Dari Definisi-definisi diatas dapat disimpulkan bahwa metode maudhu i adalah ilmu yang membahas tema-tema yang diliputi oleh hadis nabi, dan kemudian disatukan baik makna ataupun tujuannya melalui pengumpulan hadis setema dari sumber hadis asli, atau beberapa sumber, di mana peneliti melakukan analisis teks hadis yang diterima dan membandingkannya dan mengkritiknya kemudian berusaha menghubungkannya untuk sampai pada ma na teks hadis nabi dari sisi praktisnya dalam kenyataan masa kini. Diantara hal yang penting dalam ilmu atau metode Maudhu i ini adalah: a. Bahwa ilmu ini adalah ilmu ijtihadi yang membutuhkan pembatasan metode tertentu untuk menjalankannya yang khusus baginya dan membedakannya dari yang lain dari cabang ilmu hadis. c. Ilmu ini membahas tema-tema yang dicakup oleh hadis nabi saja bukan yang lain. d. Studi tematis ini dapat diteliti dalam satu tema melalui jalur riwayat dengan mengumpulkan jalur-jalur lain, membandingkan redaksinya dan menganalisis teksnya di mana studi tersebut dimulai dengan teman hadis

15 dan berhenti dengan menghubungkan tema hadis dalam realitas yang ada untuk menyatakan tujuan studi tematis tersebut. e. Meskipun asal di dalamnya adalah penyelidikan, jika ia adalah tema studi maka pembahasannya dimungkinkan dan sampai pada hasil yang diharapkan darinya dari jumlah tertentu dari hadis atau atas jalan latihan terhadap pelajar tingkat tinggi, misalnya. f. Asal dari studi tematis adalah berpegang pada hadis-hadis yang diterima, yang shahih ataupun yang hasan, sedangkan hadis dhaif tidaklah diterima dan tidak pula dapat dijadikan hujjah. 11 2. Urgensi Metode Maudhu i Diantara pentingnya metode maudhu i ini adalah sebagai berikut: a. Bahwa studi ini cocok digunakan untuk keadaan masa kini yang di dalamnya terhadap pembaharuan kebutuhan masyarakat. Di dalamnya tampak pemikiran dan pandangan baru disertai dengan kemajuan ilmu dan tehnologi, di mana studi ini memberikan pandangan dan pemahaman yang benar. b. Studi ini juga membantu dalam menampakkan sisi-sisi lain dari i jaz dalam hadis shahih dan yang dikuatkan dengan jelas bahwa sunnah nabi adalah wahyu dari Allah, meskipun ia adalah dengan makna bukan dengan redaksinya. Karena i jaz ini tidak mudah diketahui oleh manusia selama berabad-abad kecuali melalui sumber ketuhanan. 11 Ramadhan Ishaq al-ziyyan, Jurnal Islami berjudul al-hadith al-maudhu iy Dirasah Nad}ariyyah juz 10, Palestina, 212-215.

16 c. Studi-studi ini membantu dalam meletakkan ilmu-ilmu syariat baru yang tumbuh berkembang baru-baru ini untuk menyambut kebutuhan ilmiyah ummat islam dalam berbagai bidang pengetahuan kemanusiaa, seperti ilmu jiwa islam, informasi islam, ekonomi islam dan lain sebagainya. d. Selain itu manfaat yang mulia yang diajukan oleh studi-studi ini kepada para da i dan para peneliti, bahkan individu-individu masyarakat muslim semuanya, dari penguasaan yang sempurna dengan mudah dengan segala apa yang berhubungan dengan tema studi dalam satu tempat. e. Ilmu ini juga berperan serta yang efektif dalam berbagai hadis di mana ia menghilangkan pertentangan melalui jalur mengumpulkan riwayatriwayat yang secara dhahir bertentangan. Seperti halnya ia berperan dalam penjelasan nasikh dari yang dimansukh dari sisi kedalaman pembahasan dibedakan mana hukum-hukum syariat yang terlebih dahulu dan mana yang datang kemudian. Begitu pula dapat dimungkinkan untuk membuka sebab-sebab turunnya hadis di mana terdapat penjelasan sikap yang dikatakan oleh Nabi saw yang dapat membantu memahaminya dan bagaimana cara aplikasinya. 12 3. Macam-macam metode maudhu i dan langkah-langkahnya Ada 3 macam metode Maudhu i yaitu: 1. Metode studi tematik yang menyelidiki hadis yang terdapat dalam satu kitab hadis nabi dari beberapa hadis tentang tema studi. 12 Ibid, 215-216.

17 Melalui pemeriksaan studi tematik yang para penyusunnya berpegang pada pengumpulan setiap hadis yang ada dalam kitab sunnah nabi atau mayoritasnya tentang tema studi maka jelas bahwa metode ini adalah yang paling utama diantara tiga metode yang ada, di mana penyelidikan semua yang ada dari sumber-sumber hadis asli tentang tema studi. Karena dengannyalah dimungkinkan sampai pada hasil-hasil yang lebih detail bagi tiap tema dalam kandungan hadis nabi. Langkah-langkah metode ini adalah: a. Membatasi pemikiran yang memiliki penelitian melalui studi tematiknya. b. Mengumpulkan materi hadis dari sumber-sumber aslinya yang ada di dalam kitab-kitab hadis yang diletakkan oleh para pengarangnya yang di dalamnya terdapat sanad-sanad yang mereka miliki sampai kepada Nabi saw. dengan semua jalur takhrij yang sempurna. c. Studi hadis yang dikumpulkan baik sanad ataupun matannya karena sikap terhadap hadis yang diterima menurut analogi-analogi ulama jarh wa ta dil, kemudian memilih redaksi yang paling mencakup agar materi terbentuk materi ilmiyah yang pertama dalam penelitian. d. Rumusan kosa kata penelitian sesuai kandungan hadis-hadis yang maqbu>l untuk membatasi unsur-unsur rencananya dari yang baru. e. Mengumpulkan materi ilmiah, selain hadis dari tempat dugaannya sesuai tema hadis baik syariat atau yang bukan syariat. Hal tersebut

18 agar faidah dari studi ini sempurna dan sampai pada tingkat ilmiah yang tinggi. f. Menghubungkan tema penelitian dengan realitas ummat islam hari ini adalah tujuan tercapai dari studi ini dengan berbicara dengan orang-orang yang hidup dalam waktu tertentu untuk memperbaiki kehidupan mereka dan sesuai dengan manhaj nabawi. g. Rumusan materi penelitian sesuai materi ilmiah yang dikumpulkan dan sesuai kaidah-kaidah metode penelitian ilmiah. 2. Metode studi tematik yang bersandar pada pengumpulan hadis dalam tema studi dari sumber-sumber atau kitab-kitab hadis tertentu. Setelah meneliti studi-studi tematik yang dibatasi oleh para pengarangnya terhadap sumber-sumber hadis tertentu, yang mengumpulkan hadis darinya maka ditemukan bahwa macam dari studi ini menggambarkan paling banyaknnya penelitian-penelitian dalam studistudi tinggi di universitas-universitas yang para mahasiswanya meneliti dalam tema-tema yang berhubungan dengan hadis tematis. Ditemukan juga bahwa mayoritas penelitian-penelitian ini dibatasi oleh para pengarangnya pada studi dalam kutub tis ah. Sebagian mereka pada kutub sittah. Dan sedikit sekali orang yang hanya fokus pada dua kitab shahih atau salah satunya, salah satu dari kitab hadis lainnya. Dan dari tingkatan studi-studi ini maka secara sempurna seperti tingkatan yang telah disebutkan dalam titik yang lalu dimana ia dimulai setelah pembatasan pemikiran dengan mengumpulkan hadis-hadis dari

19 sumber-sumber hadis yang ditentukan, kemudian studi hadis-hadis yang dikumpulkan baik sanad dan matannya karena ingin menguji hadis yang diterima agar terbentuk materi penelitian utama, kemudian penelitian menyusun materi hadis untuk keluar dengan catatan penelitian yang akan sempurna pengumpulan materi ilmiyah yang disempurnakan untuk tema studi, kemudian dia menghubungkan tema tersebut dengan realitas yang ada di kalangan ummat Islam, kemudian bentuk penelitian dengan perumusan penelitian dengan bentuk akhirnya. 3. Metode studi tematik yang berpedoman pada kumpulan riwayat-riwayat satu hadis disertai studi tema-temanya Bagian ini dimulai dari studi-studi dengan pilihan satu hadis yang asal dalam studi tematik tertentu di mana sumbu studi ini adalah penelitian beberapa riwayat hadis, jalurnya dari berbagai sumber-sumber sunnah nabi dari satu sisi dan dari sisi lain studi tematik yang dikandung oleh hadis tersebut. Langkah-langkah metode ini adalah: a. Membatasi hadis sebagai sumbu penelitian b. Mengumpulkan jalur-jalur hadis dari banyak sumber sunnah nabi c. Studi sanad-sanad riwayat d. Menulis pohon sanad e. Menghukumi hadis dengan semua jalurnya f. Studi redaksi hadis dikomparasikan antara riwayat-riwayat

20 g. Studi tema hadis dengan semua sisinya dengan cara mengumpulkan materi ilmiah yang bukan hadis. h. Menghubungkan tema hadis dengan realitas masa kini di kalangan ummat Islam. i. Mengurutkan materi ilmiyah dan menyusunnya dalam pembagian penelitian. j. Rumusan penelitian dengan menampilkan tema hadis pada sisi analisis teks dan kritik teks. 13 B. Fiqhul Hadis Dalam ranah studi hadis, proses memahami hadis lebih dikenal dengan istilah fiqh al hadits atau fahm al-hadits, yakni proses memahami dan menyingkap kandungan sebuah hadis. Dalam proses memahami dan menyingkap makna hadis tersebut, diperlukan suatu cara dan teknik-teknik pemahaman dan eksplorasi maksud sebuah hadis. Bertolak dari sini, muncul term ilmu fiqh al-hadits yakni ilmu yang mempelajari tata cara memahami sebuah hadis agar dapat disingkap dan diperoleh hasil kandungan makna sebuah hadis sesuai dengan maksud dan spirit kandungannya. Istilah lain yang semakna adalah ilmu ma anil al-hadits. 14 Kata fiqh, secara bahasa berarti mengetahui sesuatu dan memahaminya. Kata fiqh sudah menjadi istilah yang eksklusif dipakai untuk menunjukkan salah satu disiplin ilmu keislaman. Karena itu, dapat dilihat batasannya sebagai ilmu 13 Ibid, 226-234. 14 Kata pengantar dalam, Abdul Mustaqim, Ilmu Ma anil Hadits Paradigma Interkoneksi; Berbagai Teori dan Metode Memahami Hadits, (Yogyakarta: Idea Press, 2008), hlm. viii

21 hukum-hukum syara yang bersifat praktis yang di istinbatkan dari dalil-dalilnya yang terperinci. Tetapi kata fiqh yang dimaksudkan disini adalah kata fiqh dalam makna dasarnya. Kata ini sebanding dengan kata fahm yang juga bermakna memahami, ttapi kata yang lebih populer dipakai untuk menunjukkan kepada makna memahami secara dalam. Al-Raghib al-asfahani mengatakan fiqh adalah pemahaman yang sampai pada sesuatu yang abstrak (ilmu ghaib). Ibnu al-qayyim menyatakan bahwa kata fiqh lebih spesifik dari kata fahm, karena fiqh memahami maksud yang diinginkan pembicara. Jadi fiqh merupakan kemampuan lebih dari sekedar memahami pembicaraan secara lafadz dalam konteks kebahasaan. 15 Dengan demikian maka fiqh al-hadis dapat dikatakan sebagai salah satu aspek ilmu hadis yang mempelajari dan berupaya memahami hadis-hadis Nabi dengan baik. Dimaksudkan dengan baik adalah mampu menangkap pesan-pesan keagamaan sebagai sesuatu yang dikendaki Nabi. Pesan-pesan keagamaan tersebut terutama sekali yang tersirat baru dapat ditangkap bila dilakukan dengan usaha penggalian makna dan dilalah, karena itu mengetahui makna lahir redaksi hadis, belum tentu dapat menyampaikan seseorang kepada apa yang diinginkan oleh Nabi SAW. C. Asbab al-wurud Salah satu langkah yang ditempuh muhaddisin untuk melakukan penelitian matan hadis adalah mengetahui peristiwa yang melatar belakangi munculnya suatu hadis (asbab al-wurud). Sebenarnya asbab al-wurud hadis tidak ada 398. 15 Al-Raghib al-asfahani, Mufradad Alfadz Alquran (Beirut: Dar al-fikr, t.th),

22 pengaruhnya secara langsung dengan kualitas suatu hadis. Namun yang tepat adalah mengetahui asbab al-wurud mempermudah memahami kandungan hadis. Mengikatkan diri dengan asbab al-wurud dalam melakukan kritik hadis akan mempersempit wilayah kajian, karena sangat sedikit hadis yang diketahui memiliki asbab al-wurud. Oleh karena itu, tema pembahasan ini dinamakan pendekatan sejarah. 16 1. Pengertian Ilmu Asbab al-wurud Dalam banyak literatur dijelaskan bahwa pengertian asbab al-wurud sebenarnya tidak jauh berbeda dengan pengertian asbab al-nuzul, bedanya hanya terletak pada objeknya. Jika asbab al-nuzul objeknya alquran maka asbab al-wurud objeknya adalah hadis. Namun secara sederhana ilmu asbab al-wurud dikatakan sebagai ilmu yang menyingkap sebab-sebab timbul atau munculnya hadis. 17 Secara bahasa kata asbab adalah bentuk jama dari kata sabab, menurut ahli bahasa dimaknai dengan al-habl (tali), saluran atau bisa juga dikatakan segala sesuatu yang menghubungkan satu benda dengan benda yang lainnya. Menurut istilah adalah sesuatu yang mengantarkannya pada sebuah tujuan. 18 Sementara kata wurud secara harfiah dapat diartikan sampai atau muncul, namun disamping itu ada juga yang memaknai lain. Menurut 16 Bustamin, Isa H.A. Salam, Metodologi Kritik Hadis (Jakarta: PT Grafindo Persada, 2004), 85. 17 M.Zuhri, Hadis Nabi: Telaah Historis dan metodologis (Yogyakarta: Tiara Wacana, 2003), 143. 18 Munzier Suparta, Ilmu Hadis (Jakarta: PT Grafindo Persada, 1993), 38.

23 ahli bahasa bahwa kata ini dapat juga berarti air yang memancar atau mengalir. 19 Pada pengertian lain hampir senada dengan pengertian diatas, bahwa ilmu asbab al-wurud adalah ilmu yang menerangkan sebab-sebab Nabi SAW menuturkan sabdanya dan masa-masanya Nabi menuturkan. Ilmu asbab alwurud ini menitik beratkan pembahasannya pada latar belakang dan sebab lahirnya hadis. 20 Dari beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa pengertian ilmu asbab al-wurud Hadis adalah ilmu yang mempelajari tentang sebab-sebab atau peristiwa-peristiwa yang melatar belakangi munculnya sebuah hadis. Dengan demikian, maka urgensi ilmu ini terhadap pemahaman sebuah hadis sangatlah urgen, sebab disatu sisi akan diketahui peristiwaperistiwa yang melatar belakangi munculnya sebuah hadis, dan pada sisi lain akan mengetahui apa dan kepada siapa sebuah hadis itu ditujukan, apakah untuk manusia umum atau untuk individu. Namun senada dengan alquran, bahwa sebagian hadis ada yang dikemukakan Nabi tanpa didahului oleh sebab tertentu, dan sebagian lagi didahului oleh sebab tertentu. Oleh karenya, tidak semua hadis Nabi memiliki asbab al-wurud, sehingga tidak semua hadis Nabi dapat dipahami melalui pendekatan asbab al-wurud ini. namun demikian bukan berarti akan mengurangi ketelitian dalam memahami hadis. 19 Jalaluddin al-suyuti, proses Lahirnya Sebuah Hadis, terj. Taufiqullah dan Afif Muhammad (Bandung: Pustaka, 1985), 5. 20 Endang Soetari, Ilmu Hadis (Bandung: Amal Bakti Press, 1997), 211.

24 2. Urgensi Ilmu Asbab al-wurud Hadis Diantara urgensi ilmu asbab al-wurud adalah : a) Untuk menyibak hadis yang bermuatan norma hukum, utamanya lagi hukum sosial. Sebab, hukum dapat berubah karena perubahan atau perbedaan sebab, situasi dan illat. 21 b) Untuk mengetahui konteks sosial dan budaya atau setting sosial ketika hadis itu muncul. Hal ini sangat diperlukan sebab, dengan ini akan mampu memahami hadis Nabi secara lebih cepat. 22 c) Dalam pemahaman ulama ushul fiqih, ilmu Asbab al-wurud sangat membantu mereka dalam menentukan nash yang qath i dan yang dzanni. Sehingga nantinya mereka sampai pada kesimpulan bahwa nash-nash keagamaan atau hadis itu ada yang jelas (wadhih) dan ada juga yang tidak jelas (ghairu wadhih). 23 d) Disamping itu ilmu ini juga memiliki fungsi untuk memahami ajaran islam secara komprehensif, dan yang lebih penting adalah dengan ilmu ini akan dapat mengetahui mana yang datang lebih dahulu dari hadis yang bertentangan. Sehingga dapat dikompromikan atau menghapus yang datang lebih dahulu, atau secara sederhana dapat dikatakan ilmu ini sangat membantu dalam pemahaman tentang nasikh mansukh sebuah hadis. 24 e) Hadis secara khusus menangani berbagai persoalan yang sifatnya lokal, partikular dan temporal, didalamnya juga terdapat hal-hal yang bersifat 21 M. Zuhri, Telaah Matan Hadis: Sebuah Tawaran Metodologis (Yogyakarta: Lesfi, 2003), 63. 22 Ibid. 23 Ibid, 64. 24 M. Zuhri, Telaah Matan Hadis: Sebuah Tawaran Metodologis..., 144.

25 khusus dan terperinci. Oleh karena itu haruslah dipisahkan hal-hal yang bersifat khusus dan hal-hal yang bersifat umum, yang sementara dan abadi, serta yang partikular dan yang universal. Semua ini memiliki hukumnya masing-masing, dengan memperhatikan konteks, kondisi, lingkungan, maka akan lebih muda mencapai pemahaman yang tepat dan lurus. 25 f) Selama ini, secara umum hadis dipahami hanya dari aspek legal formalnya saja, akibatnya pesan yang diterimapun bersifat monolitik, parsial dan kontekstual. Jika dengan pendekatan asbab al-wurud Hadis maka persoalan semacam ini dapat terpecahkan. Misalkan tentang hadis yang diriwayatkan oleh bukhori dan muslim mengenai puasa Nabi pada hari senin menjadi sunnah. 26 g) Untuk memahami hikmah-hikmah ketetapan syari at. 27 25 Yusuf Qardhawi, Bagaimana Memahami Hadis Nabi SAW, terj. Muhammad al-baqir (Bandung: Karisma, 1997), 132. 26 Lukman Thahir, Studi Islam Interdisipliner: Aplikasi Pendekatan Filsafat, Sosiologi dan Sejarah (Yogyakarta: Qalam, 2004), 117. 27 Fatchur Rahman, Ikhtisar Mushthalahul Hadis (Bandung: PT al-ma arif, 1974), 327.