PROFIL USAHATANI UNGGAS DI KABUPATEN BREBES (STUDI KASUS) A. PRASETYO dan MURYANTO Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Tengah Bukit Tegalepek, Sidomulyo PO. Box 101, Ungaran ABSTRAK Kabupaten Brebes mempunyai potensi sumber daya alam dan letak yang strategis dalam pengembangan agribisnis perunggasan. Untuk wilayah Brebes Utara berpotensi dalam pengembangan ternak Itik Tegal dan ayam ras pedaging, sedangkan wilayah Brebes bagian Selatan berpotensi dalam pengembangan ternak ayam ras petelur dan ayam buras. Usahatani Itik Tegal yang dilakukan petani di Kabupaten Brebes masih menguntungkan apabila tidak menghitung biaya tenaga kerja keluarga, dengan nilai R/C 1,42 dan analisa usahatani ayam Bangkok di Kecamatan Tanjung, Kabupaten Brebes mempunyai nilai R/C 1,73. Analisa usahatani yang sudah menghitung biaya tenaga kerja adalah usaha ayam Arab di Kecamatan Bumiayu dengan nilai R/C 1,13 sedangkan usaha ayam ras petelur di Kecamatan Paguyangan mempunyai nilai R/C 1,07 dan usaha ayam pedaging di Kecamatan Kersana mempunyai nilai R/C 1,14. Usahatani unggas di Kabupaten Brebes masih dikategorikan menguntungkan dilihat dari nilai R/C rasio yang lebih dari satu. Kata kunci: Usahatani, itik, ayam Arab, ayam Bangkok, ayam pedaging, ayam petelur PENDAHULUAN Kabupaten Brebes mempunyai potensi sumber daya alam dan letak yang strategis dalam pengembangan agribisnis perunggasan. Untuk wilayah Brebes Utara berpotensi dalam pengembangan ternak itik Tegal dan ayam ras pedaging, sedangkan wilayah Brebes bagian Selatan berpotensi dalam pengembangan ternak ayam ras petelur dan ayam buras. Salah satu unggas yang banyak diminati selain ayam adalah, usahatani itik baik sebagai petelur maupun pedaging karena mempunyai konsumen yang banyak dan membutuhkan modal usaha yang relatif tidak tinggi. Ayam arab termasuk salah satu jenis ayam buras penghasil telur yang cukup potensial. Produktivitas bertelur ayam Arab cukup tinggi yaitu 60 70%. Disamping itu juga sebagai penghasil daging yang berasal dari ayam jantan muda dan betina afkir. Banyak peternak ayam Bangkok yang memelihara ke arah usaha budidaya, sehingga sistem pemeliharaan sudah semi intensif. Tujuan peternak memelihara ayam bangkok memang berbeda dengan memelihara ayam ras maupun buras. Peternak sengaja tidak memanfaatkan hasil untuk dijual, mereka hanya ingin menjual ayam Bangkok, khususnya yang mempunyai jenis kelamin jantan dewasa dengan harga yang tinggi. Ayam ras pedaging (broiler) banyak dipelihara oleh peternak dengan sistem kemitraan. Dimana pihak inti menanggung biaya bibit, biaya produksi, sedangkan plasma menyediakan tempat dan tenaga kerja, penjualan ayam ditanggung inti dengan harga kontrak. Ayam ras petelur dipelihara peternak dengan sistem mandiri atau modal sendiri, sehingga memerlukan jumlah permodalan yang besar. Di Kabupaten Brebes usahatani ayam petelur tumbuh dengan baik dalam kawasan tertentu di suatu daerah yang berudara sejuk, sehingga menumbuhkan simpul-simpul agribisnis baru di kawasan tersebut baik sebagai penyedia sarana produksi maupun dibidang penjualan hasil produksi. Tujuan dari pengkajian ini adalah untuk mengetahui profil usaha perunggasan di Kabupaten Brebes, yang menjadi usahatani pokok sebagian peternak di daerah sentra ternak unggas pada masing-masing daerah. MATERI DAN METODE Pengkajian dilaksanakan di Kabupaten Brebes pada tahun 2006, dengan cara survei 40
secara langsung di lapangan menggunakan alat bantu kuisioner untuk mendapatkan data primer. Penentuan lokasi responden di tiap kecamatan Kabupaten Brebes sebanyak 17 kecamatan, pengambilan sampel di tiap kecamatan berdasarkan desa sentra ternak sebanyak tiga desa dan masing-masing desa tiga peternak yang sudah berpengalaman dalam beternak unggas. Data dianalisa secara ekonomi usahatani. HASIL DAN PEMBAHASAN Usahatani itik Tegal Ternak itik Tegal di Kabupaten Brebes merupakan ternak unggulan yang banyak dibudidayakan di daerah kawasan pantai Utara. Sehingga Kabupaten Brebes terkenal dengan telur asin sampai tingkat nasional. Sistem pemeliharaan ternak itik pada umumnya masih tradisional, dalam kandang kering tanpa digembala dengan lokasi kandang di tepi-tepi sungai. Pakan yang digunakan masih berasal dari bahan baku alami atau belum dibuat dalam bentuk konsentrat jadi dan diberikan dalam bentuk segar. Komposisi pakan masih seragam yang terdiri dari (ikan pirik segar, nasi aking, bekatul dan ece/sumpil). Biaya pakan per ekor per harinya sekitar Rp 200,-. Skala kepemilikan ternak rata-rata 400 ekor. Menurut PRASETYO et al. (2005) melaporkan bahwa kepadatan wilayah ternak itik tiap kecamatan di Kabupaten Brebes yang masih dalam kategori sedang adalah Kecamatan Bulakamba dengan nilai 410.655 ekor/km 2, Losari 385.832 ekor/km 2 dan Brebes 243.329 ekor/km 2. Sedangkan kepadatan ekonomi ternak itik di Kecamatan Bulakamba dengan nilai 268.020 ekor/1000 jiwa, Losari dengan nilai 282.988 ekor/1000 jiwa dan Brebes 128.398 ekor/1000 jiwa. Usahatani itik Tegal yang dilakukan petani di Kabupaten Brebes masih menguntungkan apabila tidak menghitung biaya tenaga kerja keluarga, dengan nilai R/C 1,42 seperti yang terlihat pada Tabel 1 petani dalam menjual produksi telur itik sudah diolah menjadi telur asin sehingga meningkatkan nilai tambah, baik dijual langsung ke pasar maupun pedagang pengepul dan koperasi. Disamping pendapatan dari menjual telur asin peternak masih mendapatkan tambahan pendapatan dari penjualan ikan bandeng yang dipanen tiap tahun, yang ditebar pada kolam umbaran terbatas itik. Tabel 1. Analisa usaha itik Tegal di Kecamatan Tanjung, Kabupaten Brebes periode satu tahun, pada tahun 2006 Uraian (Rp) unit Butir Bulan Jumlah Pembelian bayah (grower) 20000 200 4.000.000 Itik produksi 400 ekor @ 17.000 17000 400 6.800.000 Biaya pakan itik dan bayah 120.000/hari 120000 360 43.200.000 Obat dan vaksin 200.000 Tenaga kerja luar keluarga 500.000 Listrik 20000 12 240.000 Biaya buat telur asin 10.000/hari 10000 360 3.600.000 Total input 58.540.000 Produksi telur 300/hari bertelur selama 8 bulan 300 0 Jual telur asin Rp 1000/butir 300 1000 240 72.000.000 Penjualan itik afkir 20 ekor/tahun 20 15000 300.000 Nilai itik produksi 400 ekor @ 17.000 400 17000 6.800.000 Nilai itik bayah 200 ekor @ 20.000 200 20000 4.000.000 Total output 83.100.000 Pendapatan/tahun 24.560.000 Pendapatan/bulan 12 2.046.667 R/C 1,42 41
Untuk menyusun ransum ternak itik harus memperhatikan kebutuhan gizi, terutama saat itik berproduksi telur sehingga tidak terjadi penurunan produksi telur pada periode bertelur. Pada Tabel 2. dapat dilihat kebutuhan nilai gizi itik petelur sesuai dengan fase pertumbuhan dan fase produksinya. Tabel 2. Persyaratan kebutuhan gizi untuk itik pada fase pemeliharaan Zat gizi Umur itik (minggu) 0 4 4 8 8 16 > 16 ME (kcal/kg) 2.900 3.000 2.900 3.000 2.800 2.800 Protein (%) 20 18 15 20 Serat kasar (%) 5 5 6 8 Ca (%) 0,9 1,2 0,9 1,2 0,9 1,2 3,5-4 P (%) 0,7 0,9 0,7 0,9 0,7 0,9 0,7 0,9 Sumber: FARREL, 1995 disitasi PENI dan RUKMIASIH, 2005 USAHATANI AYAM BANGKOK Ayam buras jenis Bangkok, banyak dibudidayakan namun belum secara intensif. Tujuan dari memelihara ayam Bangkok disamping bisa diambil telur dan dagingnya yang mempunyai cita rasa ayam buras, namun lebih cenderung ke arah hobi atau kegemaran sehingga memiliki nilai jual yang lebih tinggi dari ayam buras biasa. Petani yang membudidayakan hanya kalangan masyarakat tertentu, tidak secara merata. Hasil analisa usahatani ayam Bangkok di Kecamatan Tanjung, Kabupaten Brebes masih menguntungkan dilihat dari nilai R/C 1,73. Perhitungan ini masih mengabaikan biaya tenaga kerja keluarga, seperti terlihat pada Tabel 3. Tabel 3. Analisa usahatani ayam Bangkok di Kecamatan Tanjung, Kabupaten Brebes (skala 128 ekor) Uraian unit/kg @ Rp Jumlah Pembuatan kandang 5.000.000 Anak ayam (umur 2 bulan) 60 20000 1.200.000 Pakan 12 kg/hari Rp 6200 360 6200 2.232.000 Obat dan vaksin 450.000 Listrik 12 15000 180.000 Total input 9.062.000 Produksi telur 35 butir/bulan @ Rp 1000 12 35000 420.000 Penjualan ayam umur 2 bulan (5/hari @ 10000) 180 50000 9.000.000 Ayam jantan (janggar 34 ekor @ 50000) 34 50000 1.700.000 Ayam jantan dewasa (29 ekor @ 150000) 29 150000 4.350.000 Indukan 6 ekor @ 50000 5 50000 250.000 Total output 15.720.000 Pendapatan/tahun 6.658.000 Pendapatan/bulan 12 554.833 R/C 1,73 42
Konsumsi pakan anakan ayam umur 0 2 bulan sebanyak 100 ekor adalah 3,34 kg/hari atau 33,4 gram/hari/ekor. Berdasarkan tersebut diatas maka kebutuhan pakan dapat dihitung berdasarkan fase pemeliharaan. o Umur (0 2 bulan) = 1,60 kg/hari/48 ekor o Umur (3 4 bulan) = 3,05/hari/46 ekor o Umur (4 7 bulan) = 3,68 kg/hari/46 ekor o Dewasa (7 bulan lebih) = 3,60 kg/hari/45 ekor o Induk = 1,92 kg/hari/24 ekor Tabel 4. Kebutuhan zat gizi ayam Bangkok pada fase pemeliharaan Zat gizi Umur (bulan) 0 2 2 7 > 7 Protein (%) 22 24 16 18 14 16 Lemak (%) 3 4 5 7 7 9 Karbohidrat (%) 40 45 43 47 45 51 Serat kasar (%) 4 6 5 7 5 9 Ca (%) 3,5 3,5 3,5 P (%) 0,5 0,5 0,5 Sumber: DUDUNG, 1993 USAHATANI AYAM ARAB Ayam arab lebih disukai dalam usahatani karena mempunyai produksi telur yang tinggi yaitu 52,41% dan daya tetas lebih dari 70%, sehingga bisa mempunyai fungsi dwiguna yaitu sebagai penghasil telur dan daging. Kabupaten Brebes yang mempunyai kelompok ternak ayam Arab terbanyak yaitu 10 kelompok tani ayam Arab adalah Kecamatan Bumiayu. Usahatani ayam Arab di daerah tersebut sudah sebagai usaha pokok, yang meliputi tiga unit usaha yaitu usaha telur untuk konsumsi, usaha pembibitan ayam Arab dan usaha daging ayam dengan menjual ayam Arab muda yang berjenis kelamin jantan serta betina afkir. Perbedaan ayam kampung dengan ayam arab secara ekonomi dan produkstivitasnya, dapat dilihat dalam Tabel 5. Tabel 5. Perbedaan ayam kampung dengan ayam Arab secara ekonomi dan produktivitas Uraian Ayam Kampung Ayam Arab Harga DOC 7.500 5.000 7.500 (Rp/ekor) Harga pullet 20.000 45.000 50.000 (Rp/ekor) Produksi telur 150 170 200 260 (butir/th/ekor) Masa bertelur 8 bl 2 th 5 bl 2 th Untuk menyusun sebuah formula ransum ayam Arab harus mengetahui kebutuhan nilai gizi ayam Arab pada fase pemeliharaan. Pada Tabel 6. dapat dilihat kebutuhan gizi ayam Arab pada masing-masing fase pemeliharaan, baru kemudian menentukan bahan baku yang mempunyai nilai gizi sesuai dengan kebutuhan tersebut baik sebagai sumber protein atau energi dan yang penting formula ransum tersebut harganya termurah. Tabel 6. Kebutuhan zat gizi ayam Arab pada fase pemeliharaan Zat gizi Umur (minggu) 0 2 12 22 > 22 (dewasa) ME (kkal/kg) 2.600 2.400 2.400 2.600 Protein (%) 15 17 14 14 15 Lemak (%) 10 7 4 Karbohidrat (%) 60 45 55 Ca (%) 0,9 1,0 3,4 P (%) 0,45 0,40 0,34 Methionin 0,37 0,21 0,22 0,30 Lisin 0,87 0,45 0,68 Sumber: DARMAWAN, 2004 43
Komposisi pakan: Starter Tepung jagung kuning: 30% Bekatul: 20% Konsentrat starter: 50% Ayam Arab dara (grower) Tepung jagung kuning: 45% Bekatul: 30% Konsentrat grower: 25% Ayam Arab petelur (layer) Jagung kuning: 40% Bekatul: 23% Konsentrat layer: 30% Grit: 7% Tabel 7. Analisa usahatani ayam Arab periode satu tahun di Kecamatan Bumiayu, Kabupaten Brebes pada Tahun 2005 Uraian Unit (Rp/unit) Jumlah Kandang bateri (1000 ekor) 15.000.000 Mesin tetas 15 1.500.000 22.500.000 Nilai ayam pullet 400 25.000 10.000.000 Biaya pakan DOC 1 8 mg (Rp/bulan) 2 1.507.000 3.014.000 Biaya pakan pullet (ekor/hari) 365 7.6275 27.840.375 Pemanas DOC (20 hari/tahun) 12 288.000 3.456.000 Vaksin, obat dan vitamin 558.000 Penyusutan kandang (2%/tahun) 300.000 Tenaga penetasan (Rp/bulan) 12 500.000 6.000.000 Tenaga pemeliharaan (Rp/bulan) 12 300.000 3.600.000 Biaya listrik mesin tetas (Rp/bulan) 12 300.000 3.600.000 Total input 58.368.375 Produksi telur (250 butir/hari) 91.250 450 41.062.500 Penjualan DOC umur 2 minggu (Rp/tahun) 500 5000 2.500.000 Penjualan dara umur 8 minggu (Rp/tahun) 200 25.000 5.000.000 Penjualan ayam jantan umur 8 minggu (Rp/tahun) 2000 5.500 11.000.000 Penjualan betina afkir (Rp/tahun) 500 12.500 6.250.000 Total output 65.812.500 Pendapatan 7.444.125 R/C 1,13 Dari analisa usahatani tersebut diperoleh pendapatan bersih dalam pemeliharaan ayam arab selama setahun yang meliputi tiga bidang usaha baik sebagai penjual telur konsumsi, DOC dan daging ayam yaitu Rp. 7.444.125,- dengan nilai R/C 1,13 (Tabel 7). Namun nilai ini sudah memperhitungkan biaya tenaga kerja, sehingga secara ekonomi masih menguntungkan. USAHATANI AYAM RAS PETELUR Usahatani ayam ras petelur membutuhkan lingkungan kandang yang berudara sejuk dan suasana yang tenang, kondisi ini sangat berpengaruh terhadap produktivitas ternak disamping faktor dari genetik ternak, pakan dan manajemen pemeliharaan. Namun disamping faktor tersebut diatas untuk menunjang kesinambungan usaha faktor sosial ekonomi juga sangat penting, letak geografis yang menunjang sarana produksi dan pemasaran hasil juga menentukan suatu prospek usahatani. Dalam beternak ayam ras petelur pada kondisi harga pakan pabrik (konsentrat) yang serba mahal, harus bisa memanipulasi formulasi pakan ayam ras petelur sehingga biaya pakan tidak lebih besar dari penjualan telur, sehingga peternak tidak merugi dalam beternak. Biasanya peternak tidak memberikan pakan dari pabrik seluruhnya 100% kepada ayam petelurnya namun masih dicampur lagi dengan bahan pakan lokal misalnya tepung jagung kuning dan bekatul dengan perbandingan tertentu asalkan tidak menurunkan produksi telur secara drastis. 44
Sebagai standar pada ayam petelur, setiap 175 180 kkal Metabolisme Energi (ME) dalam ransum harus mengandung 1% protein. Sebagai contoh: kandungan energi 2.700 kkal/kg dengan protein 16%, bila energi pakan dinaikan menjadi 2.800 kkal/kg, maka proteinnya harus menjadi 16,7, untuk mencukupi kebutuhan protein sebaiknya tidak kurang dari 16%. Tabel 8. Analisa ekonomi usaha ternak ayam ras petelur di Kecamatan Paguyangan, Kabupaten Brebes Tahun 2005 Uraian Unit Jumlah Biaya produksi untuk 80.000 ekor Biaya pembuatan kandang 15 juta/1000 ekor 15.000.000 80 = 1.200.000.000 Biaya pakan untuk ayam 80.000/bulan 18.240.000 30 547.200.000 Upah tenaga kerja 70 orang per bulan 32.000.000 Biaya vaksin dan vitamin per bulan 30.000.000 Total input 609.200.000 Pendapatan per bulan: Penjualan telur per hari 3300 kg, harga 6500/kg 21.450.000 30 = 643.500.000 Penjualan manure/faeces per bulan 6.000.000 Total output 649.500.000 Keuntungan per bulan 40.300.000 R/C 1,07 Dari analisa usahatani pada Tabel 8. diperoleh keuntungan bersih selama sebulan, tanpa menghitung biaya pembuatan kandang, karena termasuk investasi jangka panjang yaitu Rp. 40.300.000,- walaupun nilai R/C 1,07 namun masih dikategorikan menguntungkan. USAHATANI AYAM PEDAGING Usahatani ayam pedaging ini banyak terdapat di Kabupaten Brebes bagian Utara dan Tengah yaitu Kecamatan Bulakamba, Brebes, Losari, Kersana dan Banjarharjo. Secara agroekosistem usatani ayam pedaging di lokasi tersebut tidak memenuhi syarat karena daerah tersebut mempunyai temperatur udara yang panas yaitu diatas 30 0 C. Namun secara sosial ekonomi mendukung prospek perkembangannya, dimana sistem usaha mayoritas dengan kemitraan, sementara pihak mitra berlokasi di Kota Cirebon, segi pemasaran memudahkan karena terletak dengan jalan raya jalur pantai Utara. Model usahatani ayam pedaging secara kemitraan banyak dilakukan karena memberi kemudahan dalam memperoleh sarana produksi dan pemasaran yang pasti dengan harga kontrak, serta resiko kerugian dipihak peternak kecil. Beresiko kecil karena semua biaya bibit DOC, pakan, obat-obatan dan vaksin serta kematian ditangguh pihak inti (perusahaan mitra) sementara peternak hanya menyediakan fasilitas kandang dan perlengkapannya serta tenaga kerja. Keuntungan diperoleh apabila bobot ayam rata-rata melebihan strandar, nilai kematian kecil sehingga diperoleh insentif dari mitra (Tabel 9). 45
Tabel 9. Analisa usahatani ayam pedaging di Kecamatan Kersana, Kabupaten Brebes pada Tahun 2006 Uraian unit/kg/ekor (Rp) Jumlah Ayam pedaging skala 27.000 ekor Biaya pembuatan kandang 75.000.000 Anak ayam (DOC) CP 707 27000 2600 70.200.000 Pakan sampai umur 38 hari 94920 2772.12 263.129.630 Obat dan vaksin 7.458.213 Biaya pemeliharaan dan listrik 27000 500 13.500.000 Tenaga kerja 7 600000 4.200.000 Total input 358.487.843 produksi ayam siap potong 26300 55545.5 7320 406.593.060 Jual kotoran ayam 1.000.000 Total output 407.593.060 Pendapatan/periode 49.105.217 R/C 1,14 Kematian 2,59% Bobot rata-rata/ekor 2,11 kg Feed konfersi 1,7 KESIMPULAN Usahatani unggas yang dilakukan peternak di Kabupaten Brebes masih dikategorikan menguntungkan, karena hasil analisa usahatani nilai R/C di atas satu. Sistem pemeliharaan untuk ternak ayam Arab, Bangkok dan itik masih tradisional sedangkan untuk ayam ras petelur dan pedaging sudah intensif, namun masih menggunakan kandang terbuka dengan bahan dari bambu. DAFTAR PUSTAKA DUDUNG ABDUL MUSLIM. 1993. Budidaya Ayam Bangkok. Penerbit Kanisius, Yogyakarta. PENI HARDJOSWORO dan RUKMIASIH. 2005. Itik Permasalahan dan Pemecahannya. Penebar Swadaya, angota IKAPI. Cetakan ke-10, Jakarta. WAWAN DARMAWAN dan MALOEDYN SITANGGANG. 2004. Meningkatkan Produktivitas Ayam Arab Petelur. Agromedia Pustaka. Cetakan Ketiga, Jakarta. PRASETYO, A., T. HERAWATI dan MURYANTO. 2005. Profil Usaha Ternak Itik di Kabupaten Brebes. Jurnal Pengembangan Peternakan Tropis. Spesial Edition. Book 2. hlm. 187 191. 46