BAB II KAJIAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. kearah yang lebih baik. Menurut Hamalik (2004:37) belajar merupakan

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Kajian Teori. 1. Aktivitas Belajar. Anak senantiasa berinteraksi dengan sekitarnya dan selalu berusaha

II. TINJAUAN PUSTAKA. Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku siswa akibat adanya

BAB II KAJIAN TEORI Pengertian Belajar Menurut Beberapa Ahli. memperoleh pengetahuan, ketrampilan, dan nilai-nilai positif dengan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Fungsi dan Tujuan Pembelajaran Tematik Terpadu. Mudah memusatkan perhatian pada suatu tema atau topik tertentu

BAB II KAJIAN PUSTAKA

KAJIAN PUSTAKAN. yang mereka dapat dan kegiatan yang mereka lakukan. Menurut Hamalik (2001:

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pengetahuan, pemahaman, sikap dan tingkah laku kecakapan, keterampilan dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil

BAB II KAJIAN PUSTAKA

PEMBELAJARAN KOOPERATIF

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada prinsipnya proses belajar yang dialami manusia berlangsung sepanjang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Hamalik (2001, 37) belajar adalah memperoleh. pengetahuan melalui alat indra yang disampaikan dalam bentuk perangsang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Pembelajaran kooperatif merupakan bentuk pengajaran dimana para siswa bekerja

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dari kelas 1 samapai kelas 6. Adapun ruang lingkup materinya sebagai

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dasar sedangkan kegiatan psikis berupa ketrampilan terintegrasi. penelitian dan melaksanakan eksperimen.

BAB I PENDAHULUAN. motivasi yang lemah, akan malas bahkan tidak mau mengerjakan tugas-tugas. yang berhubungan dengan pelajaran tersebut.

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II. Pembelajaran kooperatif (Cooperatif Learning) adalah pendekatan. pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORI. 2.1 Kajian Teori Model Pembelajaran Kooperatif

TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian Pembelajaran Kooperatif (Cooperatif Learning) Menurut Nurhadi (2004: 112), pembelajaran kooperatif adalah pendekatan

BAB II KAJIAN TEORI Pengertian Belajar Menurut Teori Konstruktivisme. mencoba merumuskan dan membuat tafsirannya tentang belajar.

II. KAJIAN TEORI. 2.1 Belajar dan Pembelajaran Pengertian Belajar dan Pembelajaran. Belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui

BAB II KAJIAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperatif Learning) Cooperative learning atau pembelajaran kooperatif adalah suatu model

II. TINJAUAN PUSTAKA. untuk mencari sendiri materi (informasi) pelajaran yang akan dipelajari

BAB II KAJIAN PUSTAKA. berfikir, latihan atau praktek dan sebagainya.?atan atau perilaku yang terjadi selama proses belajar mengajar.

Jurnal Pendidikan dan Teknologi Informasi Vo. 3, No. 1, September 2016, Hal ISSN : Copyright 2016 by LPPM UPI YPTK Padang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT)

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Dalam proses pembelajaran siswa melakukan aktiviras belajar dan guru

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Hasil Belajar

TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran adalah kegiatan guru secara terprogram dalam desain instruksional, untuk

KAJIAN PUSTAKA. Dalam kegiatan belajar mengajar siswa melakukan aktivitas. Pengajaran yang

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN Hakikat Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)

II. TINJAUAN PUSTAKA. membujuk, menganalisis asumsi dan melakukan penelitian ilmiah. Berpikir kritis

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori Pengertian Belajar Menurut Nasution (1982 : 2) belajar adalah perubahan tingkah laku akibat pengalaman

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembukaan UUD 1945 dijelaskan bahwa salah satu tujuan dari

BAB II KAJIAN TEORETIS. pembelajaran jangka panjang), merancang bahan-bahan pembelajaran dan membimbing

BAB II KAJIAN PUSTAKA. ada di sekitar individu. Menurut Sudjana dalam Rusman. (2011: 1) Belajar

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945.

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) Pembelajaran kooperatif adalah bagian dari strategi pembelajaran yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yeni Febrianti, 2014

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan pengalamannya kepada siswa pada setiap mata pelajaran.

BAB I PENDAHULUAN. semakin tinggi pula tingkat keberhasilan pembelajaran. dasar untuk pengembangan materi lebih lanjut.

BAB II KAJIAN TEORITIK. 1. Pengertian Kemampuan Pemahaman Konsep. konsep. Menurut Sudjiono (2013) pemahaman atau comprehension dapat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI. hasil penelitian terdahulu yang pernah dilakukan oleh orang-orang yang lebih

II. TINJAUAN PUSTAKA. siswa memahami konsep-konsep yang sulit dalam pemecahan masalah.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran secara simpel dapat diartikan sebagai produk interaksi

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW PADA MATERI ARITMATIKA SOSIAL

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. rasional yang harus dibina sejak pendidikan dasar. (Hasratuddin, 2010 : 19).

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran model koooperatif tipe STAD merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pengalaman dan latihan terjadi melalui interaksi antara individual dan

BAB II PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD, PEMAHAMAN KONSEP FISIKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Game Tournament (TGT)

MODEL PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM. Oleh: Dr. Marzuki (FIS UNY)

BAB II KAJIAN TEORI. A. Kemampuan Koneksi Matematis. Sejak sekolah dasar, siswa telah diperkenalkan dengan banyak konsep

BAB I PENDAHULUAN. pelajaran ini. Meskipun dianggap penting, banyak siswa yang mengeluh kesulitan

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION (STAD)

I. PENDAHULUAN. Matematika merupakan salah satu bidang studi yang menduduki peranan penting

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif didasari oleh falsafah homo homini socius. Pembelajaran

BAB II KAJIAN PUSTAKA. aktivitas merupakan prinsip yang sangat penting di dalam interaksi belajar. aktivitas tersebut. Beberapa diantaranya ialah:

BAB II KAJIAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. mendorong terjadinya belajar. Pembelajaran dikatakan berhasil apabila tujuantujuan

II. TINJAUAN PUSTAKA. menjalankan pembelajaran di kelas. Ngalimun (2013: 28) mengatakan bahwa

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Dalam upaya menciptakan sumber daya manusia yang handal, tentunya

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Skinner dalam Dimyati dan Mujiono (2002:9) belajar adalah suatu. dalam interaksi dengan lingkungannya.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. digunakan untuk membentuk kurikulum, merancang bahan-bahan. pembelajaran (Kokom Komalasari, 2011: 57).

BAB II KAJIAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian Belajar dan Pembelajaran Matematika SMP. Dalam proses pembelajaran harus bisa membangun respon peserta didik dalam

II. KERANGKA TEORITIS. 2.1 Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) yang efektif untuk kelompok kecil. Model ini menunjukkan efektivitas untuk

Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 4 No. 9 ISSN X

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif muncul dari konsep bahwa siswa akan lebih mudah

sekolah dasar (SD/MI). IPA merupakan konsep pembelajaran alam dan Pembelajaran IPA sangat berperan dalam proses pendidikan dan juga

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pembelajaran model koooperatif tipe STAD merupakan salah satu

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORI. memeriksa informasi dengan aturan yang ada dan merevisinya bila perlu. 1

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Transkripsi:

8 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran 1. Pengertian Model Pembelajaran Model pembelajaran merupakan salah satu faktor penting dalam pembelajaran yang digunakan oleh guru demi tercapainya keberhasilan belajar siswa. Model pembelajaran yang sesuai akan sangat membantu dalam pembelajaran, sehingga tujuan pembelajaran akan lebih mudah terwujud. Soekamto, dkk. (Trianto, 2009: 22) mengemukakan bahwa model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan aktivitas pembelajaran. Senada dengan yang diutarakan oleh Komalasari (2010: 57) bahwa model pembelajaran merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata lain, model pembelajaran adalah wadah atau bungkus dari penerapan suatu pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran.

9 Berdasarkan dari beberapa uraian di atas, maka peneliti menyimpulkan bahwa model pembelajaran adalah kerangka sistematis mengenai tata cara guru dalam mengatur jalannya pembelajaran demi terwujudnya tujuan pembelajaran. 2. Jenis-jenis Model Pembelajaran Pemilihan model pembelajaran yang sesuai akan memudahkan guru dalam mencapai tujuan pembelajaran. Menurut Komalasari (2010: 58-88) terdapat beberapa jenis model pembelajaran, yaitu : a. Model Pembelajaran Berbasis Masalah b. Model Pembelajaran Kooperatif c. Model Pembelajaran Berbasis Proyek d. Model Pembelajaran Pelayanan e. Model Pembelajaran Berbasis Kerja f. Model Pembelajaran Konsep g. Model Pembelajaran Nilai Dari beberapa jenis model pembelajaran di atas, guru dapat memilih model pembelajaran yang dianggap paling sesuai dalam pembelajaran di kelas. Model pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model yang dianggap peneliti paling tepat untuk diterapkan dalam pembelajaran guna meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa, khususnya dalam pembelajaran matematika. 3. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) Pembelajaran kooperatif dikenal juga sebagai pembelajaran secara berkelompok. Menurut Slavin (2005: 10) semua metode pembelajaran kooperatif menyumbangkan ide bahwa siswa yang bekerja sama dalam belajar dan bertanggung jawab terhadap teman satu timnya mampu

10 membuat diri mereka belajar sama baiknya. Tugas-tugas yang diberikan bukan untuk melakukan sesuatu, tetapi belajar sesuatu sebagai sebuah tim. Menurut Trianto (2009: 56) pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran yang bernaung dalam teori konstruktivisme sehingga pembelajaran ini muncul dengan konsep bahwa siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami hal yang sulit jika mereka saling membantu memecahkan masalah. Jadi, hakikat sosial dan penggunaan kelompok sejawat menjadi aspek utama dalam pembelajaran kooperatif. Sama halnya Taniredja (2013: 55) mengemukakan bahwa pembelajaran kooperatif (cooperative learning) adalah suatu model pembelajaran di mana dalam sistem belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil yang berjumlah 4-6 orang secara kolaboratif sehingga dapat merangsang siswa lebih bergairah dalam belajar. Berdasarkan beberapa pendapat di atas, penulis menyimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran yang dilakukan dengan cara mengelompokkan siswa dalam jumlah kecil terdiri dari 4-6 orang yang bertujuan untuk merangsang siswa dalam belajar sehingga siswa dapat menemukan dan memahami konsep dalam pemecahan masalah. Menurut Arends (Trianto, 2009: 65) ciri-ciri pembelajaran kooperatif sebagai berikut. 1. Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi belajar. 2. Kelompok dibentuk dari siswa yang mempunyai kemampuan tinggi, sedang, dan rendah.

11 3. Bila memungkinkan, anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, jenis kelamin yang beragam. 4. Penghargaan lebih berorientasi kepada kelompok. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang memerlukan kerja sama antara siswa, saling kebergantungan dalam struktur pencapaian tugas, tujuan, dan penghargaan. Keberhasilan pembelajaran bergantung dari individu dalam kelompok. 4. Jenis-jenis Pembelajaran Kooperatif Jenis-jenis pembelajaran kooperatif menurut Slavin (2005: 11) adalah sebagai berikut. a. Student Team Achievement Division (STAD) b. Team Games Tournament (TGT) c. Jigsaw d. Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) e. Team Accelerated Instruction (TAI) Kelima jenis pembelajaran kooperatif tersebut melibatkan penghargaan tim, tanggung jawab individual, dan kesempatan sukses yang sama tetapi dengan cara yang berbeda. B. Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD 1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD STAD (Student Teams Achievement Division) adalah model pembelajaran kooperatif yang dikembangkan oleh Robert Slavin, dkk. di Universitas John Hopkins pada tahun 1995. Menurut Slavin (2005: 143), model

12 pembelajaran ini merupakan model pembelajaran yang paling sederhana dan paling tepat digunakan oleh guru yang baru mulai menggunakan pendekatan dengan pembelajaran kooperatif. Berdasarkan pernyataan Slavin (2005: 11-12) penjelasan mengenai STAD adalah sebagai berikut. Dalam STAD, para siswa dibagi dalam tim belajar yang terdiri atas empat orang yang berbeda-beda tingkat kemampuan, jenis kelamin, dan latar belakang etniknya. Guru menyampaikan pelajaran lalu siswa bekerja dalam tim mereka untuk memastikan bahwa semua mengerjakan kuis mengenai materi secara sendiri-sendiri, di mana saat itu mereka tidak diperbolehkan untuk saling bantu. Skor kuis para siswa dibandingkan dengan rata-rata pencapaian mereka sebelumnya, dan kepada masing-masing tim akan diberikan poin berdasarkan tingkat kemajuan yang diraih siswa dibandingkan dengan hasil yang mereka capai sebelumnya. Poin ini kemudian dijumlahkan untuk memperoleh skor tim, dan tim yang berhasil memenuhi kriteria tertentu akan mendapatkan sertifikat atau penghargaan lainnya. Menurut Trianto (2009: 68) pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah model pembelajaran kooperatif dengan menggunakan kelompok-kelompok kecil dengan jumlah anggota tiap kelompok 4-5 siswa secara heterogen, yang merupakan campuran menurut tingkat prestasi, jenis kelamin, dan suku. Diawali dengan penyampaian tujuan pembelajaran, penyampaian materi, kegiatan kelompok, kuis, dan penghargaan kelompok. Slavin (2005: 12-13) mengemukakan terdapat tiga konsep penting dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD yaitu : 1. Penghargaan kelompok, yang akan diberikan jika kelompok mencapai kriteria yang ditentukan. 2. Tanggung jawab individual, bermakna bahwa kesuksesan tim bergantung pada pembelajaran individual dari semua anggota tim. 3. Kesempatan sukses yang sama, bermakna bahwa semua siswa memberi kontribusi kepada timnya dengan cara meningkatkan

13 kinerja mereka dari yang sebelumnya. Ini akan memastikan bahwa siswa dengan prestasi tinggi, sedang dan rendah semuanya sama-sama ditantang untuk melakukan yang terbaik, dan bahwa kontribusi dari semua anggota tim ada nilainya. Berdasarkan uraian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa gagasan utama dari model pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah untuk memotivasi siswa supaya dapat saling mendukung dan membantu satu sama lain sehingga dapat meningkatkan aktivitas belajar, yang pada akhirnya hasil belajar pun akan meningkat. Pelaksanaannya siswa dibagi dalam kelompok-kelompok kecil bersifat heterogen yang bekerja sama saling membantu dengan tetap memperhatikan hasil kerja kelompok dan individu. Seperti halnya pembelajaran lainnya, pembelajaran kooperatif tipe STAD juga membutuhkan persiapan yang matang sebelum kegiatan pembelajaran dilaksanakan. Menurut Trianto (2009: 69) ada 5 persiapan yang harus dilakukan. Persiapan-persiapan tersebut antara lain : a. Perangkat pembelajaran Sebelum melaksanakan kegiatan pembelajaran ini perlu dipersiapkan perangkat pembelajarannya, yang meliputi rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), buku siswa, lembar kerja siswa (LKS) beserta lembar jawabannya. b. Membentuk kelompok kooperatif Menentukan anggota kelompok diusahakan agar kemampuan siswa dalam kelompok adalah heterogen dan kemampuan antarsatu kelompok dengan kelompok lainnya relatif homogen. Apabila memungkinkan kelompok kooperatif perlu memerhatikan ras, agama, jenis kelamin, dan latar belakang sosial. Apabila dalam kelas terdiri atas ras dan latar belakang yang relatif sama, maka pembentukan kelompok dapat didasarkan pada prestasi akademik. Dalam hal ini penulis menamai masing-masing kelompok dengan nama bunga agar memudahkan dalam membagi kelompok. c. Menentukan skor awal

14 Skor awal yang dapat digunakan dalam kelas kooperatif adalah nilai akhir semester sebelumnya. d. Pengaturan tempat duduk Pengaturan tempat duduk dalam kelas kooperatif perlu juga diatur dengan baik. Hal ini dilakukan untuk menunjang keberhasilan pembelajaran kooperatif apabila tidak ada pengaturan tempat duduk dapat menimbulkan kekacauan yang menyebabkan gagalnya pembelajaran pada kelas kooperatif. e. Kerja kelompok Untuk mencegah adanya hambatan pada pembelajaran kooperatif tipe STAD, terlebih dahulu diadakan latihan kerja sama kelompok. Hal ini bertujuan untuk lebih jauh mengenalkan masing-masing individu dalam kelompok. 2. Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Dalam setiap model pembelajaran terdapat langkah-langkah pembelajaran yang diterapkan dari awal sampai akhir. Slavin (2005: 147-163) menyatakan langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat disusun sebagai berikut. Tabel 2.1 Langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe STAD Fase Fase 1 Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa Fase 2 Menyajikan informasi Fase 3 Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok kooperatif. Fase 4 Membimbing kelompok bekerja dan belajar Fase 5 Evaluasi Fase 6 Memberikan penghargaan Kegiatan Guru Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar. Guru menyampaikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau lewat bacaan. Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien. Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka. Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masingmasing kelompok mempersentasikan hasil kerjanya. Guru mencari cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok.

15 Menurut Slavin (Trianto, 2009: 71-73) pemberian penghargaan atas keberhasilan kelompok dapat dilakukan oleh guru dengan melakukan tahapan-tahapan sebagai berikut. a. Menghitung skor individu Untuk memberikan skor perkembangan individu dihitung seperti berikut. Tabel 2.2 Perhitungan skor perkembangan Nilai Tes Lebih dari 10 poin di bawah skor awal 10 poin di bawah sampai 1 poin di bawah skor awal Skor awal sampai 10 poin di atas skor awal Lebih dari 10 poin di atas skor awal Nilai sempurna (tanpa memerhatikan skor awal) Skor perkembangan 0 poin 10 poin 20 poin 30 poin 30 poin b. Menghitung skor kelompok Skor kelompok ini dihitung dengan membuat rata-rata skor perkembangan anggota kelompok, yaitu dengan menjumlah semua skor perkembangan yang diperoleh anggota kelompok dibagi dengan jumlah anggota kelompok. Sesuai dengan rata-rata skor perkembangan kelompok, diperoleh kategori skor kelompok seperti tabel berikut. Tabel 2.3 Tingkat penghargaan kelompok Rata-rata Tim Predikat 0 x 5-5 < x 15 Tim Baik 15 < x 25 Tim Hebat 25 < x 30 Tim Super c. Pemberian hadiah dan pengakuan skor kelompok Setelah masing-masing kelompok memperoleh predikat, guru memberikan hadiah/penghargaan kepada masing-masing kelompok sesuai dengan predikatnya.

16 3. Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Menurut Adesanjaya (2011: 68) kelebihan dan kelemahan model pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah sebagai berikut. 1. Kelebihan model pembelajaran kooperatif tipe STAD, yaitu: 1. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk menggunakan keterampilan bertanya dan membahas suatu masalah. 2. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk lebih intensif mengadakan penyelidikan mengenai suatu masalah. 3. Mengembangkan bakat kepemimpinan dan mengajarkan keterampilan berdiskusi. 4. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan rasa menghargai, menghormati pribadi temannya, dan menghargai pendapat orang lain. 2. Kelemahan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD, yaitu: Kerja kelompok hanya melibatkan mereka yang mampu memimpin dan mengarahkan mereka yang kurang pandai dan kadang-kadang menuntut tempat yang berbeda dan gaya-gaya mengajar berbeda. Untuk mengatasi hal tersebut diperlukannya keterampilan guru dalam manajemen kelasnya, guru mampu menyatukan siswa dengan berbagai keanekaragamannya dalam kelompok-kelompok kecil sehingga dapat mengatasi kelemahan dalam penggunaan model pembelajaran ini. C. Pengertian Aktivitas Belajar Pembelajaran aktif adalah segala bentuk pembelajaran yang memungkinkan siswa berperan secara aktif dalam proses pembelajaran baik bentuk interaksi siswa dengan guru. Menurut Sriyono (2008: 14) aktivitas belajar adalah segala kegiatan yang dilaksanakan baik secara jasmani atau rohani. Aktivitas siswa selama proses pembelajaran merupakan salah satu indikator adanya keinginan siswa untuk belajar. Aktivitas merupakan kegiatan atau perilaku yang terjadi selama proses pembelajaran. Kegiatan pembelajaran yang dimaksud adalah kegiatan yang mengarah pada proses pembelajaran seperti bertanya, mengajukan pendapat, mengerjakan tugas-tugas, dapat menjawab pertanyaan

17 guru dan bisa bekerja sama dengan siswa lain, serta bertanggung jawab terhadap tugas yang diberikan. Aktivitas belajar adalah proses mental, emosional atau proses berpikir dan merasakan. Aktivitas pikiran dan perasaan itu sendiri tidak dapat diamati orang lain, akan tetapi terasa oleh yang bersangkutan (orang yang belajar). Guru tidak dapat melihat aktivitas pikiran dan perasaan siswa, yang dapat diamati guru ialah manifestasinya, yaitu siswa sebagai akibat adanya aktivitas pikiran dan perasaan pada diri siswa tersebut (Winataputra, 2007: 2.4). Aktivitas belajar adalah proses perubahan perilaku berkat pengalaman dan latihan, yang tujuan kegiatannya adalah perubahan tingkah laku, baik menyangkut pengetahuan, keterampilan maupun sikap bahkan meliputi segenap aspek organisme atau pribadi (Djamarah, 2000: 11). Berdasarkan uraian di atas peneliti menyimpulkan bahwa yang dimaksud aktivitas belajar adalah segala kegiatan yang dilaksanakan baik secara jasmani maupun rohani, yang mengarah pada proses pembelajaran seperti memperhatikan penjelasan guru tentang model pembelajaran tipe STAD, merespon aktif arahan guru tentang pembagian kelompok STAD, kesungguhan dalam mengerjakan tugas dalam kelompok STAD, aktif berdiskusi antaranggota dalam kelompok STAD, serta bertanggung jawab terhadap tugas yang diberikan dalam model pembelajaran tipe STAD. D. Hasil Belajar Setiap pembelajaran yang dilakukan siswa pada akhirnya akan menghasilkan hasil belajar. Setiap guru pasti menginginkan hasil belajar yang terbaik bagi siswanya. Adapun pengertian hasil belajar sangat beragam.

18 Menurut Djamarah (2000: 45), hasil adalah prestasi dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan, baik secara individu maupun kelompok. Hasil tidak akan pernah dihasilkan selama orang tidak melakukan sesuatu. Untuk menghasilkan sebuah prestasi dibutuhkan perjuangan dan pengorbanan yang sangat besar. Hanya dengan keuletan, sungguhsungguh, kemauan yang tinggi dan rasa optimisme dirilah yang mampu untuk mancapainya. Noehi (2007: 25) mengemukakan bahwa hasil adalah suatu perubahan pada diri individu. Perubahan yang dimaksud tidak hanya perubahan pengetahuan, tetapi juga meliputi perubahan kecakapan, sikap, pengertian, dan penghargaan individu tersebut. Menurut Bloom dalam Agus (2010: 6) hasil belajar mencakup kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik, yang didukung dengan perubahan perilaku secara keseluruhan bukan hanya salah satu aspek potensi manusia saja. Berdasarkan paparan di atas peneliti menyimpulkan bahwa yang dimaksud hasil belajar adalah suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan, baik secara individu maupun kelompok, untuk mengukur kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor. E. Pembelajaran Matematika Matematika sudah tidak asing lagi bagi kita, matematika merupakan pengetahuan, di mana matematika diperlukan dalam kehidupan sehari-hari, menghitung dan mengukur. Matematika juga berfungsi mengembangkan kemampuan mengomunikasikan gagasan melalui model matematika yang dapat berupa kalimat matematika dan persamaan matematika, grafik, diagram atau tabel (Suherman, 2003: 16).

19 Menurut Dienes (Karso, 2007: 1.17) matematika sebagai pelajaran struktur, klasifikasi struktur. Relasi-relasi dalam struktur, dan mengklasifikasikan relasi-relasi antara struktur. Ia percaya matematika dapat dipahami dengan baik oleh siswa apabila matematika disajikan dalam bentuk konkret. Johonson dan Rising (Budi, 2010: 8) mendefinisikan matematika sebagai berikut. 1. Matematika adalah pola berpikir dan pola mengorganisasikan pembuktian yang logis. 2. Matematika semacam bahasa, yaitu bahasa yang menggunakan simbol-simbol dan lambang-lambang yang didefinisikan dengan padat, cermat, jelas dan akurat. 3. Matematika adalah pengetahuan struktur yang terorganisasi, sifat-sifat atau teorinya dibuat secara deduktif berdasarkan unsur-unsur yang didefinisikan atau tidak, aksioma-aksioma, sifat dan teori-teori yang telah dibuktikan kebenarannya. 4. Matematika adalah ilmu tentang pola dan keteraturan pola. 5. Matematika adalah suatu seni, keindahan di mana keteruntutannya, keharmonisannya, keteraturan cara berpikir dan cara uraiaan pembahasannya. Budi (2010: 5) menyatakan bahwa matematika memiliki tujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut. 1. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika. 2. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh. 3. Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, grafik, diagram atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah. Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa matematika adalah telaah tentang pola dan hubungan, seni, bahasa dan suatu alat, mengenai bentuk, susunan, besaran, dan konsep-konsep yang berhubungan

20 satu dengan yang lain dengan jumlah yang banyak yang terbagi dalam tiga bidang, yaitu aljabar, analisis dan geometri. F. Hipotesis Tindakan Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap masalah yang masih bersifat praduga karena masih harus dibuktikan kebenarannya. Hipotesis menjadi teruji apabila semua gejala-gejala yang timbul tidak bertentangan dengan hipotesis tersebut (Noehi, 2007: 26). Hipotesis yang diharapkan dalam penelitian ini adalah: Apabila dalam pembelajaran matematika guru menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan langkah-langkah yang tepat maka aktivitas dan hasil belajar matematika siswa kelas IV SD Negeri 2 Karanganyar Gedongtataan Pesawaran dapat meningkat.