STUDI DINAMIKA POPULASI KELELAWAR KUBAR JANGGUT-HITAM (Taphozous melanopogon Temminck, 1841) DI GUA SRUNGGO DI KAWASAN KARST TUBAN

dokumen-dokumen yang mirip
Biologi, FMIPA, Universitas Negeri Yogyakarta ABSTRAK

Gambar 29. Cynopterus brachyotis sunda Lineage

Kekayaan Jenis Kelelawar (Chiroptera) di Kawasan Gua Lawa Karst Dander Kabupaten Bojonegoro

I. PENDAHULUAN. berbagai tipe vegetasi dan ekosistem hutan hujan tropis yang tersebar di

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. secara lokal yang menyebabkan terbentuknya ruangan-ruangan dan lorong-lorong

PENGENALAN KUCING CONGKOK (Prionailurus bengalensis) BERDASARKAN JEBAKAN KAMERA di TAMAN NASIONAL WAY KAMBAS (TNWK)

KEANEKARAGAMAN JENIS KANTONG SEMAR (Nepenthes SPP) DALAM KAWASAN HUTAN LINDUNG GUNUNG SEMAHUNG DESA SAHAM KECAMATAN SENGAH TEMILA KABUPATEN LANDAK

KEANEKARAGAMAN JENIS KELELAWAR (CHIROPTERA) DALAM KAWASAN HUTAN LINDUNG GUNUNG AMBAWANG KECAMATAN KUBU KABUPATEN KUBU RAYA

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENYUSUNAN MODUL PENGAYAAN KEANEKARAGAMAN JENIS KELELAWAR Subordo Microchiroptera DI GUNUNGKIDUL BAGI SISWA SMA

BIRD PREFERENCE HABITATS AROUND SERAYU DAM BANYUMAS CENTRAL JAVA

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... LEMBAR PENGESAHAN... PERNYATAAN ORISINALITAS KARYA DAN LAPORAN... PERNYATAAN PUBLIKASI LAPORAN PENELITIAN...

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Siamang (Hylobates syndactylus) merupakan salah satu jenis primata penghuni

BAB I PENDAHULUAN. antara Yugoslavia dengan Italia Utara, dekat kota Trieste. Karst merupakan. saluran bawah permukaan (Setiawan et al., 2008).

DAFTAR PUSTAKA. Brower JE, Zar JH Field dan Laboratory Methods for General Ecology. Third Editon. Dubuque, Lowa: C. Brown Publisher.

Tugas Portofolio Pelestarian Hewan Langka. Burung Jalak Bali

I. PENDAHULUAN. Primata merupakan salah satu satwa yang memiliki peranan penting di alam

Jenis Satwa Liar dan Pemanfaatnya Di Pasar Beriman, Kota Tomohon, Sulawesi Utara

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Juli sampai dengan bulan Agustus

Kelimpahan Spesies Kelelawar Ordo Chiroptera di Gua Wilayah Selatan Pulau Lombok NTB

I. PENDAHULUAN. yang dimanfaatkan bagi kepentingan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan,

POLA PENGGUNAAN RUANG BERTENGGER KELELAWAR DI GUA PUTIH HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI JAWA BARAT RIYANDA YUSFIDIYAGA

III. METODE PENELITIAN

V. KESIMPULAN DAN SARAN. Penelitian ini menemukan empat jenis burung madu marga Aethopyga di

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan berupa penelitian dasar atau basic research yang

KEPADATAN INDIVIDU KLAMPIAU (Hylobates muelleri) DI JALUR INTERPRETASI BUKIT BAKA DALAM KAWASAN TAMAN NASIONAL BUKIT BAKA BUKIT RAYA KABUPATEN MELAWI

I. PENDAHULUAN. tinggi adalah Taman Hutan Raya Wan Abdurahman. (Tahura WAR), merupakan

Asrianny, Arghatama Djuan. Laboratorium Konservasi Biologi dan Ekowisata Unhas. Abstrak

I. PENDAHULUAN. Salah satu primata arboreal pemakan daun yang di temukan di Sumatera adalah

BAB III METODE PENELITIAN. Jawa Timur, dilaksanakan pada bulan November sampai dengan bulan Desember

PENDAHULUAN Latar Belakang

POPULASI BEKANTAN Nasalis larvatus, WURM DI KAWASAN HUTAN SUNGAI KEPULUK DESA PEMATANG GADUNG KABUPATEN KETAPANG KALIMANTAN BARAT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Sumatera Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang kaya dengan

BAB III METODE PENELITIAN

STRUKTUR POPULASI BEKANTAN (Nasalis larvatus) DI PULAU CURIAK KABUPATEN BARITO KUALA KALIMANTAN SELATAN

I. PENDAHULUAN. Kawasan lahan basah Bujung Raman yang terletak di Kampung Bujung Dewa

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret Mei 2011 di Stasiun Penelitian

KOMUNITAS KELELAWAR MICROCHIROPTERA DI KAWASAN PERKEBUNAN KELAPA SAWIT PT. KENCANAA SAWIT INDONESIA (KSI) SOLOK SELATAN TESIS.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. terancam sebagai akibat kerusakan dan fragmentasi hutan (Snyder et al., 2000).

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Catecholamine mesolimbic pathway (CMP) merupakan jalur dopamin

KAJIAN KEBERADAAN TAPIR (Tapirus indicus) DI TAMAN NASIONAL WAY KAMBAS BERDASARKAN JEBAKAN KAMERA. Surel :

PENDAHULUAN. Perdagangan satwa liar mungkin terdengar asing bagi kita. Kita mungkin

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan di perkebunan kopi Sumber Rejo Way Heni

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

III. METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. udara yang masih mempunyai sifat-sifat liar, baik yang hidup bebas maupun yang

KOMUNITAS KELELAWAR DI GUA PUTRI DAN GUA SELABE KAWASAN KARST DESA PADANG BINDU KECAMATAN SEMIDANG AJI KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SUMATERA SELATAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kelelawar masuk ke dalam ordo Chiroptera yang berarti mempunyai sayap

Sistem Populasi Hama. Sistem Kehidupan (Life System)

SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 4. KEANEKARAGAMAN MAKHLUK HIDUP DALAM PELESTARIAN EKOSISTEMLatihan Soal 4.3

II. TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi kelelawar menurut Corbet and Hill ( 1992) Kelelawar memiliki keanekaragaman spesies yang tinggi dan menempati

Keanekaragaman Parasitoid dan Parasitisasinya pada Pertanaman Padi di Kawasan Taman Nasional Gunung Halimun

SEMINAR NASIONAL SAINS DAN TEKNOLOGI IV Hotel Marcopolo, Bandar Lampung, November 2011

I. PENDAHULUAN. adanya berbagai nama. Di Indonesia bagian timur kelelawar disebut dengan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan September 2014 di Kawasan Budidaya

Tugas Akhir. Kajian Bioekologi Famili Ardeidae di Wonorejo, Surabaya. Anindyah Tri A /

PENDAHULUAN. Gambar 1 Bange (Macaca tonkeana) (Sumber: Rowe 1996)

Diversitas Arthropoda Gua di kawasan Karst Gunung Sewu, Studi gua-gua di Kabupaten Wonogiri

Tiger (Panthera tigris) Harimau Cina Selatan (Panthera tigris amoyensis) Harimau Indochina (Panthera tigris corbetti)

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki keanekaragaman hayati

Gambar 4. Aktivitas nelayan dan berbagai produk perikanan yang dihasilkan dari perairan ekosistem mangrove (Foto oleh Onrizal)

MORFOMETRI BURUNG DIURNAL DI KAWASAN HUTAN LINDUNG DESA SEKENDAL KECAMATAN AIR BESAR KABUPATEN LANDAK KALIMANTAN BARAT

PEMBAHASAN UMUM. Tabel 20 Status konservasi kelelawar berdasarkan Red List IUCN versi 3.1 (IUCN 2001) Status Konservasi

BAB I PENDAHULUAN. dan satwa yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Menurut rilis terakhir dari

SUAKA ELANG: PUSAT PENDIDIKAN BERBASIS KONSERVASI BURUNG PEMANGSA

I. PENDAHULUAN. Seluruh jenis rangkong (Bucerotidae) di Indonesia merupakan satwa yang

III. METODE PENELITIAN

ABSTRACT STRUCTURE AND COMPOSITION OF THE VEGETATION IN HEPANGAN AGROFORESTRY SYSTEM AT GUMAY ULU AREA LAHAT DISTRICT SOUTH SUMATERA

KONTRAK PEMBELAJARAN (KP) MATA KULIAH BIODIVERSITAS

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada usia dini anak mengalami masa keemasan yang merupakan masa dimana

ABSTRAK. Kata kunci : kuntul kecil, pulau serangan, aktivitas harian, habitat, Bali

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dijadikan sebagai daya tarik wisata, seperti contoh wisata di Taman Nasional Way

3. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus 2015 di Hutan Mangrove KPHL Gunung

KARAKTERISTIK FISIK SARANG BURUNG MALEO (Macrocephalon maleo) DI SUAKA MARGASATWA PINJAN-TANJUNG MATOP, SULAWESI TENGAH

3. METODOLOGI PENELITIAN. Rajawali Kecamatan Bandar Surabaya Kabupaten Lampung Tengah.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia adalah negara kepulauan yang mencapai sekitar pulau. Perbedaan karakteristik antar pulau

TINGKAH LAKU MAKAN ELANG LAUT PERUT PUTIH (Haliaeetus leucogaster) DI PUSAT PENYELAMATAN SATWA TASIK OKI SULAWESI UTARA

I. PENDAHULUAN. mengkhawatirkan. Dalam kurun waktu laju kerusakan hutan tercatat

APLIKASI KONSEP EKOWISATA DALAM PERENCANAAN ZONA PEMANFAATAN TAMAN NASIONAL UNTUK PARIWISATA DENGAN PENDEKATAN RUANG

BIODIVERSITAS 3/31/2014. Keanekaragaman Hayati (Biodiversity) "Ragam spesies yang berbeda (species diversity),

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Menurut Napier dan Napier (1985) monyet ekor panjang dapat. Superfamili : Cercopithecoidea

BAB I PENDAHULUAN. Macan tutul (Panthera pardus) adalah satwa yang mempunyai daya adaptasi

ANALISIS MORFOMETRIK KANTONG SEMAR (Nepenthes) DI KAWASAN CAGAR ALAM LEMBAH HARAU KABUPATEN LIMA PULUH KOTA SUMATERA BARAT E-JURNAL

III. METODE PENELITIAN. dilakukan pada bulan Desember Maret Penelitian dilaksanakan di

BAB I PENDAHULUAN. Dalam artikel Konflik Manusia Satwa Liar, Mengapa Terjadi? yang ditulis

Kritis. Genting. Rentan. A: Penurunan tajam

Konservasi Biodiversitas Indonesia

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB IV METODE PENELITIAN

sebagai Kawasan Ekosistem Esensial)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

SIKAP MASYARAKAT TERHADAP PERBURUAN DAN PERDAGANGAN ORANGUTAN (Pongo pygmaeus) DI DESA KEPARI KECAMATAN SUNGAI LAUR KABUPATEN KETAPANG

PENELITIAN EKOLOGI NEPENTHES DI LABORATORIUM ALAM HUTAN GAMBUT SABANGAU KERENG BANGKIRAI KALIMANTAN TENGAH

Burung Kakaktua. Kakatua

BAB I PENDAHULUAN. negara kepulauan yang terdiri dari tujuh belas ribu pulau. Pulau yang satu dengan

Transkripsi:

9-073 STUDI DINAMIKA POPULASI KELELAWAR KUBAR JANGGUT-HITAM (Taphozous melanopogon Temminck, 1841) DI GUA SRUNGGO DI KAWASAN KARST TUBAN Dinamics Population Study of Black-Bearded Tomb Bat (Taphozous Melanopogon Temminck, 1841) in Srunggo Cave In Tuban Karstic Area Tatag Bagus Putra Prakarsa 1, Kurnia Ahmadin 2 1 P.Biologi, FKIP, Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta 2 BSG, Biospeleology Studien Gruppen, Kelompok Studi Biospeleologi Biologi, FMIPA, Universitas Negeri Yogyakarta E-mail: b46us_moslem@yahoo.co.id Abstract- This research was aimed to determine fluctuation of Taphozous melanopogon population in Srunggo cave in Tuban karstic area. The research began in 2010 until 2012 in Srunggo cave in Tuban karstic area of eastern Java. This research is ecological research with this type of research, Natural Trajectory Experimment (NTE), population-local spatial scale, and one-generation temporal scale. Data was taked by line potret method (evening emergence count modification), twice in dry monsoon and rainy season everi years. Research data analysed by descriptive. Srunggo cave is a cave with single population of Taphozous melanopogon. Population fluctuation this species between 2010 until 2012 that are 2126, 1946, and 1832 individu. The Population trend is decrease. That caused by human disturbance in habitat and illegal hunting by local people. The population during the rainy season in three years is likely to decrease, compared to the dry season. It is possible that the species population is metapopulasi. Keywords: Population, Bat, Taphozous melanopogon, Karst, Biospeleology PENDAHULUAN Kelelawar adalah salah satu bagian penting dalam biodiversitas di Indonesia. Mengingat distribusinya diberbagai habitat dan perananya sebagai predator alami serangga hama pertanian, pollinator, dan indikator kerusakan hutan (Geiser et al., 2001; Medellin et al., 2000). Namun, pengetahuan tentang kelelawar khususnya ekologinya masih sangat minim, baik dikalangan masyarakat umum maupun dikalangan akademisi. Sehingga cenderung tidak diperhatikan kelestarianya. Secara sistematika penyebutan kelelawar sebenarnya adalah Chiroptera, yang merupakan takson tingkat ordo dari kelas Mamalia. Sebanyak 21% spesies kelelawar di dunia terdapat di Indonesia, baik dari Subordo Microchiroptera dan Megachiroptera (Suyanto, 2001). Salah satu spesies kelelawar anggota Subordo Microchiroptera adalah Taphozous melanopogon. Spesies ini bukan merupakan spesies endemik di Indonesia yang umumnya roosting di dalam gua. Meskipun dapat dijumpai di berbagai daerah di Indonesa, spesies ini hanya dijumpai di satu atau dua habitat saja pada suatu kawasan karst. Sehingga rentan mengalami kepunahan lokal. Misalnya di kawasan karst Tuban, spesies ini hanya dijumpai di tigia gua saja salah satunya di gua Srunggo (Prakarsa dkk, 2010). Disamping itu, ancaman kepunahan spesies ini di kawasan karst Tuban semakin nyata yang disebabkan aktivitas penambangan batu kapur dan perburuan. T. melanopogon memiliki ciri adanya kantung radio-metacarpal yang berkembang baik, jantan dewasa memili jenggot hitam, dan saat terbang sayap berwarna putih. Panjang lengan bawah sayap (Fore arm) spesies yang ditemukan di karst Tuban antara 51,5 65,0 mm (Prakarsa, 2013). Persebaran global spesies ini meliputi India, Srilangka, Cina bagian selatan, Thailand, Malaysia, dan Filipina. Di Indonesia terdapat di Sumatera, Seminar Nasional XI Pendidikan Biologi FKIP UNS 437

Kalimantan, Jawa, Sulawesi, dan Nusa Tenggara.(Payne et al.,2000; Suyanto, 2001). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui fluktuasi populasi kelelawar Kubar janggut - hitam (Taphozous melanopogon) di gua Srunggo di kawasan karst Tuban Jawa Timur. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan data dalam upaya konservasi kelelawar dan habitatnya di kawasan setempat (lokasi penelitian METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan mulai 2010 2012 di gua Srunggo (koordinar geografis 06 o 53 24,4 LS dan 111 o 58 47,7 BT), desa Tuwiri Wetan, kecamatan Merakurak, kabupaten Tuban, Jawa Timur. di kawasan karst Tuban Jawa Timur. Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian ekologi dengan jenis penelitian Natural Trajectory Experiment (NTE). Skala spasial yang digunakan adalah skala populasi lokal dan skala temporal yang digunakan adalah skala satu generasi (Diamond, 1986). Alat dan bahan yang digunakan antara lain: GPS Garmin 76 CSX, Handnet, Mistnet, Peralatan standar penelusuran gua, Termometer, Higrometer Soil tester, Lux meter, Caliper, Pisau scalpel, Kamera DSLR Nikkon D3000, lensa 18 55 mm dan lensa 70 300 mm, Syring, Neraca digital, Kantong blacu, Kelelawar, Formalin 8 %, Alkohol 70 %, dan Kloroform. Pengambilan data dengan menggunakan metode line potret yang merupakan modifikasi dari metode evening emergence count (Prakarsa, 2013). Penghitungan populasi kelelawar dengan metode dasar evening emergence count dapat dilakukan pada lokasi yang relatif sulit dijangkau. Keberhasilan metode ini tergantung pada ukuran dan lokasi roosting kelelawar, jumlah dan ukuran mulut gua tempat kelelawar keluar (Kunz and Anthony, 1996). Teknik pengambilan data metode line potret dilakukan dengan memotret mulut gua secara tegak lurus dari arah depan gua. Pengambil gambar berada tepat di depan mulut gua dengan kamera yang terpasang dengan tripod sehingga meminimalisir gerakan. Dengan cara ini akan diperoleh gambar dengan frame yang sama. Pemotretan dilakukan setiap 30 detik pada saat kelelawar mulai keluar gua pertama kali hingga kelelawar terakhir keluar gua.penghitungan populasi dilakukan secara manual berdasarkan gambar yang telah di dapat pada metode line potret. Pengambilan data dilakukan 2 kali dalam satu tahun pada musim kemarau dan musim penghujan. Seluruh data penelitian dianalisis secara deskriptif. HASIL DAN PEMBAHASAN Gua Srunggo merupakan gua dengan populasi kelelawar tunggal di 438 Biologi, Sains, Lingkungan, dan Pembelajarannya_

kawasan karst Tuban. Spesies Kelelawar Kubar Janggut - hitam (Taphozous melanopogon) adalah populasi penghuni gua tersebut. Spesies T. melanopogon adalah anggota Famili Emballonuridae, Subrodo Microchiroptera (Nowak, 1999; Payne et al, 2000; Suyanto, 2001). Spesies ini merupakan spesies pemangsa serangga hama di kawasan karst Tuban (Prakarsa, 2013). Di gua Srunggo kelelawar ini roosting di zona terang, peralihan, dan zona gelap total. Kemampuan semacam ini sangat jarang dijumpai pada kelelawar penghuni gua. Gambar 2. Kelelawar Kubar Janggut-hitam (Taphozous melanopogon) (Dok. Prakarsa,2011) Fluktuasi populasi kelelawar Kubar Janggut-hitam (Taphozous melanopogon) dalam 3 tahun antara 2010 2012 di gua Srunggo, disajikan dalam Gambar 3. Gambar 3. Grafik fluktuasi tahunan populasi Kelelawar Kubar Janggut-hitam (Taphozous melanopogon) di gua Srunggo Besarnya populasi kelelawar T.melanopogon di Gua Srunggo dari tahun 2010 2012 berturut-turut adalah 2126, 1945, dan 1832 ekor. Jika diperhatikan, tren dari populasi spesies kelelawar ini cenderung menurun dari tahun ketahun. Hal ini terjadi karena terjadi gangguan manusia yang semakin masif di habitatnya. Penangkapan/perburuan terhadap spesies ini juga terus terjadi dengan alasan digunakan sebagai obat. Kedua sebab ini menjadi faktor utama menurunya populasi T.melanopogon, mengingat di kawasan karst Tuban tidak dijumpai elang sebagai predator utama kelelawar. Beberapa spesies ular yang menjadi predator Seminar Nasional XI Pendidikan Biologi FKIP UNS 439

kelelawar ini juga tidak dijumpai di kawasan ini. Dengan demikian, posisi T.melanopogon di dalam ekosistem setempat adalah sebagai top predator. Fluktuasi unik dari populasi T.melanopogon terjadi jika data hasil penelitian pada musim kemarau dan penghujan disajikan seluruhnya. Fluktuasi tersebut disajikan dalam gambar 4. Gambar 4. Grafik fluktuasi populasi Kelelawar Kubar Janggut-hitam (Taphozous melanopogon) di gua Srunggo pada musim penghujan dan kemarau Pada gambar 4 di atas, fluktuasi populasi terjadi dalam satu tahun antara musim penghujan dan musim kemarau. Meskipun secara umum, tren dari populasi T.melanoogon cenderung menurun dari tahun ketahun pada setiap musimnya. Pada musim kemarau populasi kelelawar ini naik dibandingkan pada musim penghujan. Kenaikan anggota populasi dari musim penghujan ke musim kemarau mencapai rata-rata 454 ekor kelelawar setiap tahunya. Pola kenaikan populasi dari musim penghujan ke kemarau ini berulang pada tahun-tahun berikutnya. Pola fluktuasi populasi yang demikian pada suatu habitat dimungkinkan karena populasi T.melanoogon merupakan metapopulasi. Metapopulasi adalah populasi yang terdiri dari satu poulasi utama dan satu atau lebih populasi satelit. Gua Srunggo menjadi salah satu habitat spesies ini yang tidak terpisahkan dari gua-gua lain disekitarnya. Artinya pada musim penghujan yang merupakan musim kawin sampai melahirkan bagi kelelawar, sebagian individu akan berpindah pada habitat (gua) lain dengan populasi yang sama untuk kawin dan mengasuh anaknya sementara. Setelah masa ini selesai individu-individu tersebut akan kembali ke habitat asalnya (Kunz and Lumsden, 2003). Ancaman kepunahan spesies T.melanoogon yang merupakan metapopulasi lebih kecil dibandingkan dengan spesies dengan populasi tunggal. Hal ini karena, jika habitat spesies T.melanoogon terganggu maka masih dapat berpindah pada habitat metapopulasinya. Namun, metapopulasi tidak membuat spesies ini terbebas dari ancaman sepenuhnya. Belum adanya payung hukum perlindungan spesies ini di Indonesia dan status Least Concern ver 3.1 IUCN membuat status konservasi spesies ini lemah, sehingga sangat memungkinkan perburuan dan pengrusakan habitat akan terus terjadi. KESIMPULAN Fluktuasi besarnya populasi T.melanoogon antara tahun 2010 2012 memiliki tren yang cenderung menurun. Hal 440 Biologi, Sains, Lingkungan, dan Pembelajarannya_

ini disebabkan semakin masifnya gangguan terhadap habitat dan perburuan kelelawar oleh masyarakat setempat. Pola fluktuasi populasi pada musim penghujan dan kemarau terus berulang dalam tahun-tahun berikutnya. Hal ini dimungkinkan populasi spesies tersebut merupakan metapopulasi. DAFTAR PUSTAKA Diamond, J. 1986. Overview: Laboratory Experiment, Field Experiments, and Natural Experiment. In Diamond, J. and T.J. Case (eds). Community Ecology. Harper and Row Publisher Inc, New York. Geiser F., Stawski, C., Bondarenco, A., and C.R. Pavey. 2011. Torpor and activity in a free-ranging tripocal bat: implication for the distribution and concervation of mammals?. Naturwissenschaften. 98: 477-452. IUCN. 2013. IUCN Red List of Threatened Species. Version 2013.2. <www.iucnredlist.org>. Downloaded on 26 May 2014. Kunz, T.H., and E.L.P. Anthony. 1996. Variation in the Time of Nightly Emergence Behavior in the Little Brown Bat, Myotis lucifugus (Chiroptera : Vespertilionidae). Pp. 225-235, In : Contributions in Mammalogy : A Memorial Volume Honoring Dr. J. Knox Jones, Jr. (H. H. Genoways and R. J. Baker, eds.). Museum of Texas Tech University, Lubbock, Texas. Kunz, T.H. and L.F. Lumsden. 2003. Roosting Ecology. In Kunz, T.H and M.B. Fenton (eds). Bat Ecology. The University of Chicago Press, Chicago. Medellin, R.H., Equihua, M., and M.A Amin. 2000. Bats diversity and abundance as indicators of disturbance in neotropical rainforest. Conservation Biology. 14: 1666-1675. Nowak, R.M. 1999. Walker s Mammals of the World, Vol.1. John Hopkins University Press, Baltimore and London. Payne, J, Francis, C.M, Phillips, K, and, S.N. Kartikasari. 2000. Panduan Lapangan Mamalia di Kalimantan, Sabah, Serawak, & Brunei Darussalam. Sabah Sociaty and Wild life Concervation, Jakarta. Prakarsa, TBP., Satino, and MF. Rohmad. 2010. The Diversity and Role of Cave-Dweller Bat Species in Tuban s Karst Area of Eastern Java. Paper on presented to The 2010 International Meeting of the Association for Tropical Biology and Conservation. Bali, Indonesia 19 23 Juli. Prakarsa, T.B.P. 2013. Diversitas, Karakteristik Habitat Roosting, dan Analisis Mangsa Alami Kelelawar Subordo Microchiroptera Penghuni Gua di Kawasan Karst Tuban dan Karst Menoreh. Tesis. Fakultas Biologi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Suyanto, A. 2001. Seri Panduan Lapangan: Kelelawar di Indonesia.Pusat Penelitian dan Pengembangan Biologi-LIPI, Bogor. Seminar Nasional XI Pendidikan Biologi FKIP UNS 441