BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia tiga tahun terakhir lebih rendah dibandingkan Laos dan Kamboja.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. perubahan sistem ekonomi dari perekonomian tertutup menjadi perekonomian

IV. GAMBARAN UMUM HARGA MINYAK DUNIA DAN KONDISI PEREKONOMIAN NEGARA-NEGARA ASEAN+3

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tercermin dari kegiatan perdagangan antar negara. Perdagangan antar negara

BAB I PENDAHULUAN. ketimpangan dapat diatasi dengan industri. Suatu negara dengan industri yang

BAB I. PENDAHULUAN. pencaharian di sektor pertanian. Menurut BPS (2013) jumlah penduduk yang

I. PENDAHULUAN. secara umum oleh tingkat laju pertumbuhan ekonominya. Mankiw (2003)

BAB 1 PENDAHULUAN. Sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan memberikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Di era globalisasi saat ini, tingkat daya saing menjadi tolak ukur yang

BAB I PENDAHULUAN. berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, nilai serta norma masyarakat,

BAB I PENDAHULUAN. perikanan. Luas wilayah laut Indonesia sangat luas yaitu sekitar 7,9 juta km 2 dan

BAB I PENDAHULUAN. Sektor industri merupakan salah satu kegiatan ekonomi yang berperan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi yang berkelanjutan merupakan tujuan dari suatu negara

I. PENDAHULUAN. penyediaan lapangan kerja, pemenuhan kebutuhan konsumsi dalam negeri, bahan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Strategi yang pertama sering dikatakan sebagai strategi inward looking,

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan laporan WTO (World Trade Organization) tahun 2007

I. PENDAHULUAN. nasional. Badan Pusat Statistik Indonesia mencatat rata-rata penyerapan tenaga

IV. GAMBARAN UMUM INDIKATOR FUNDAMENTAL MAKRO EKONOMI NEGARA ASEAN+3

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era perdagangan bebas saat ini, telah terjadi perubahan secara

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi di suatu negara (trade as engine of growth).

BAB IV GAMBARAN UMUM PERDAGANGAN INDONESIA KE ASEAN PLUS THREE

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara agraris yang mengandalkan sektor pertanian

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN

ANALISIS DAYA SAING EKSPOR TOMAT INDONESIA DALAM MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA) PENDAHULUAN

SATU DEKADE KERJASAMA EKONOMI UNI EROPA-INDONESIA EKSPOR-IMPOR PENDORONG INVESTASI UNI EROPA DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. beberapa dekade terakhir. Pada periode tahun , harga minyak

IV. GAMBARAN UMUM. 4.1 Gambaran Umum Perekonomian di Negara-negara ASEAN+3

BAB I PENDAHULUAN. sektor nonmigas lain dan migas, yaitu sebesar 63,53 % dari total ekspor. Indonesia, seperti yang ditunjukkan pada Tabel 1.1.

BAB 1 PENDAHULUAN. populasi dan pendapatan per kapita negara-negara anggota ASEAN. Dimana, Indonesia

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi diartikan juga sebagai peningkatan output masyarakat yang

I. PENDAHULUAN. Perdagangan internasional merupakan salah satu aspek penting dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. ekonomi di setiap negara. Tujuan peningkatan penyerapan tenaga kerja sering

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan dan pariwisata atau dalam istilah tertentu pariwisata memimpin

HUBUNGAN KAUSALITAS ANTARA EKSPOR NON MIGAS TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TAHUN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Asosiasi negara- negara Asia Tenggara (ASEAN) didirikan pada tanggal 8

PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA - THAILAND PERIODE : JANUARI JULI 2014

VI. SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan suatu Negara yang mempunyai kekayaan yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. ekonomi terbesar di dunia pada tahun Tujuan pemerintah tersebut

I. PENDAHULUAN. ASEAN sebagai organisasi regional, kerjasama ekonomi dijadikan sebagai salah

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai perkebunan kelapa sawit terluas disusul Provinsi Sumatera. dan Sumatera Selatan dengan luas 1,11 juta Ha.

BAB I PENDAHULUAN. diartikan sebagai nilai tambah total yang dihasilkan oleh seluruh kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. perdebatan telah disampaikan oleh beberapa peneliti sebelumnya. Beberapa peneliti

BAB VI DAMPAK ASEAN PLUS THREE FREE TRADE AREA TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. bakat, dan IPTEK beserta barang dan jasa yang dihasilkannya dapat dengan mudah

BAB I PENDAHULUAN. sebagai alat untuk mengumpulkan dana guna membiayai kegiatan-kegiatan

2016 PENGARUH KOMPETENSI PENGUSAHA, INOVASI D AN KUALITAS PROD UK TERHAD AP D AYA SAING USAHA MIKRO KECIL MENENGAH (UMKM) D I KOTA BAND UNG

PENDAHULUAN Latar Belakang

Herdiansyah Eka Putra B

BAB I PENDAHULUAN. nasional adalah melalui perdagangan internasional. Menurut Mankiw. (2003), pendapatan nasional yang dikategorikan dalam PDB (Produk

BAB I PENDAHULUAN. saat ini. Sekalipun pengaruh aktifitas ekonomi Indonesia tidak besar terhadap

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Aliran masuk remitansi (remittance inflow) global telah mengalami pertumbuhan pesat

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak

IV. GAMBARAN UMUM NEGARA ASEAN 5+3

BAB V ALIRAN PERDAGANGAN, KONDISI TARIF DAN PERFORMA EKSPOR INDONESIA DI PASAR ASEAN PLUS THREE

BAB I PENDAHULUAN. Pengaruh bidang konstruksi pada suatu negara cukup besar. Bidang

I. PENDAHULUAN. di bidang pertanian. Dengan tersedianya lahan dan jumlah tenaga kerja yang

BAB I PENDAHULUAN. dalam Todaro dan Smith (2003:91-92) pertumbuhan ekonomi adalah kenaikan

V. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI INDONESIA. dari waktu ke waktu. Dengan kata lain pertumbuhan ekonomi merupakan proses

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. ekspor. Ekspor merupakan barang dan jasa yang diproduksi di dalam negeri dan

BAB I PENDAHULUAN. dalam suatu periode tertentu, baik atas dasar harga berlaku maupun atas

BAB I PENDAHULUAN. pesat sesuai dengan kemajuan teknologi. Dalam era globalisasi peran transportasi

BAB I PENDAHULUAN. mendorong perkembangan dan kemakmuran dunia industri modern Perdagangan

BAB I PENDAHULUAN. Pergerakan globalisasi perekonomian yang dewasa ini bergerak begitu

BAB I PENDAHULUAN. Perdagangan internasional adalah perdagangan yang dilakukan oleh suatu

I. PENDAHULUAN. Isu globalisasi sering diperbincangkan sejak awal tahun Globalisasi

PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA - THAILAND PERIODE : JANUARI MARET 2014

I. PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Neraca Perdagangan Komoditas Pertanian, Semester I 2014 Ekspor Impor Neraca

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perdagangan internasional semakin besar peranannya terhadap

BAB I PENDAHULUAN. Globalisasi bukanlah merupakan hal yang baru bagi kita. Globalisasi

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kesejahteraan sebuah negara. Hal ini serupa dengan pendapat yang

I. PENDAHULUAN. Industri tekstil bukanlah merupakan sebuah hal baru dalam sektor

I. PENDAHULUAN. Indonesia menurut lapangan usaha pada tahun 2010 menunjukkan bahwa sektor

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian memegang peran strategis dalam pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. penanaman modal. Pembentukan modal dapat dikatakan sebagai kunci utama. tergolong dalam negara maju atau negara berkembang.

BAB I PENDAHULUAN. Integrasi ekonomi merupakan kebijakan perdagangan internasional yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan internasional. Dalam situasi globalisasi ekonomi, tidak ada satupun

I. PENDAHULUAN. Daya saing Indonesia menurut World Economic Forum tahun 2008/2009 berada

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah tidak bisa berjalan sendiri karena dibutuhkan biaya yang sangat besar.

I. PENDAHULUAN. perubahan-perubahan mendasar dalam struktur sosial, tingkah laku sosial, dan

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. yang efisien demi menghasilkan rentetan kemajuan ekonomi yang benar-benar

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan serta pengentasan kemiskinan (Todaro, 1997). ekonomi. Indikator ini pada dasarnya mengukur kemampuan suatu negara untuk

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Isi pembukaan Undang-undang Dasar 1945 diantaranya menyatakan bahwa

VIII. DAYA SAING EKSPOR KARET ALAM. hanya merujuk pada ketidakmampuan individu dalam menghasilkan setiap barang

ASUMSI PERTUMBUHAN EKONOMI APBN Tabel 1. Prediksi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, 2011 dan 2012

BAB I PENDAHULUAN. pertukaran barang dan jasa antara penduduk dari negara yang berbeda dengan

BAB I PENDAHULUAN. anggota ASEAN pada ASEAN Summit di Singapura pada Juni Pertemuan tersebut mendeklarasikan pembentukan Asian Free Trade Area

BAB I PENDAHULUAN. yang harus dihadapi dan terlibat didalamnya termasuk negara-negara di kawasan

SKRIPSI ANALISIS KOMPARATIF DAYA SAING INDUSTRI MANUFAKTUR DI ASEAN OLEH. Fitria Sulistiani

BAB 1 PENDAHULUAN. ekonomi suatu Negara biasanya di barengi dengan perubahan komposisi ekspor

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Salah satu indikator kemajuan ekonomi suatu negara dapat dilihat dari

BAB I PENDAHULUAN. berisi masalah yang diangkat dalam penelitian ini. Tujuan penelitian berisi tentang

Transkripsi:

BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara berkembang di kawasan ASEAN, dengan rata-rata pertumbuhan ekonomi sejak 1980 sampai dengan 2012 (dihitung dengan persentase perubahan PDB (Produk Domestik Bruto) riil) sebesar 5,52 persen. Indonesia menduduki peringkat ke tiga dibandingkan dengan rata-rata pertumbuhan negara ASEAN yang lain. Walaupun rata-rata pertumbuhan ekonominya dalam tiga puluhan tahun terakhir cukup tinggi, namun rata-rata pertumbuhan ekonomi Indonesia tiga tahun terakhir lebih rendah dibandingkan Laos dan Kamboja. Negara Tabel 1.1 Rata-rata Pertumbuhan PDB Negara ASEAN Tahun 1980-2012 (dalam persen) Rata-rata Pertumbuhan Ekonomi 1980-1984 1985-1989 1990-1994 Periode Lima Tahunan 1995-2000- 1999 2004 2005-2009 2010-2012 Periode 1980-2012 Singapura 9,07 6,54 9,14 5,49 5,17 5,19 7,09 6,80 Malaysia 6,87 4,88 9,31 5,19 5,47 4,11 5,95 5,97 Indonesia 6,72 6,04 7,99 1,68 4,57 5,64 6,31 5,52 Thailand 5,55 9,04 9,01 1,54 5,14 2,98 4,79 5,48 Filipina 1,35 2,68 1,86 3,64 4,52 4,39 6,03 3,34 Brunei -4,35-0,43 2,49 1,68 2,57 0,25 2,32 0,54 Myanmar 5,84-1,97 5,07 7,17 12,92 n/a n/a n/a Laos n/a 4,14 6,13 6,42 5,98 7,73 8,24 n/a Kamboja n/a n/a n/a 6,88 8,47 8,20 6,76 n/a Vietnam n/a 4,54 7,32 7,51 7,18 7,35 5,92 n/a Keterangan : n/a= tidak ada data Sumber : The World Bank, 2013, diolah. Dalam perekonomian global, pertumbuhan ekonomi dipengaruhi oleh kegiatan perdagangan antarnegara melalui ekspor dan impor. Negara yang memiliki 1

2 produk berlebih pada sektor tertentu dapat menjual hasil komoditasnya ke negara lain dengan ekspor. Di sisi lain, negara yang belum mampu memproduksi barang ataupun jasa tertentu dapat terpenuhi kebutuhannya dengan melakukan impor. Pada studinya, Aboustait (2005) menyimpulkan bahwa terdapat hubungan kausalitas antara ekspor dan pertumbuhan ekonomi, di mana ekspor yang tinggi dapat memicu pertumbuhan ekonomi yang tinggi pula. Tabel 1.2 Rata-rata Ekspor Negara ASEAN Tahun 1980-2012 (nilai dalam Miliar US$) Rata-rata Ekspor Pada Periode Tahun Rata-rata Negara 1980-1984 1985-1989 1990-1994 1995-1999 2000-2004 2005-2009 2010-2012 Ekspor 1980-2012 Singapura 21,41 31,60 69,19 118,57 148,67 281,75 389,92 137,14 Malaysia 13,46 18,71 42,11 77,72 102,33 166,83 217,70 83,60 Thailand 6,71 12,66 33,21 56,42 75,68 144,53 217,88 69,69 Indonesia 21,90 18,35 33,13 49,24 61,65 110,82 183,77 61,42 Filipina 5,06 5,94 10,29 25,50 36,27 45,33 50,51 24,04 Myanmar n/a n/a 0,44 n/a n/a n/a 7,63 n/a Brunei n/a n/a 2,25 n/a n/a n/a n/a n/a Kamboja n/a n/a n/a n/a 1,95 3,89 n/a n/a Vietnam n/a n/a n/a 10,03 18,57 48,12 84,57 n/a Keterangan : n/a= tidak tersedia datanya Sumber : WITS (Software The World Bank), 2013, diolah. Secara umum, total ekspor negara ASEAN pada tahun 1980-2012 mengalami kenaikan. Dari rata-rata nilai ekspor seperti terlihat pada Tabel 1.2, posisi pertama diraih oleh Singapura dengan nilai lebih dari US$137.000.000.000,- pada periode tahun 1980 sampai dengan 2012. Sementara rata-rata ekspor Indonesia pada rentang periode yang sama hanya mencapai US$61.420.000.000,- atau tidak sampai setengah dari yang dicapai Singapura. Salah satu hal yang menarik adalah bahwa Indonesia memiliki rata-rata pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi dari pada rata-rata pertumbuhan ekonomi Thailand, meskipun rata-rata total ekspor Indonesia jauh lebih rendah dari pada rata-rata total ekspor Thailand.

3 0% 17% 19% 3% Minyak dan Gas Pertanian Industri/ Manufaktur Pertambangan Lainnya 61% Sumber : Kementerian Perdagangan Republik Indonesia, 2013, diolah. Gambar 1.1 Komposisi Ekspor Indonesia Per Sektor Tahun 2012 (dalam persen) Khusus untuk Indonesia, ekspor pada tahun 2012 didominasi dari sektor industri/manufaktur dengan persentase 61 persen (lihat Gambar 1.1). Data ini menunjukkan bahwa ekspor sektor industri/manufaktur memegang peranan penting pada pembentukan ekspor nasional dan juga memberikan kontribusi besar pada pertumbuhan ekonomi Indonesia. Dengan alasan tersebut, tidak berlebihan jika sektor industri/manufaktur menjadi salah satu sektor strategis dalam perekonomian Indonesia. Sesuai dengan teori keunggulan komparatif, sektor manufaktur dapat secara signifikan meningkatkan ekspor jika mempunyai keunggulan komparatif yang tinggi. Besarnya ekspor suatu komoditas di suatu negara akan dipengaruhi oleh ketersediaan sumber daya sebagai modal melakukan aktivitas produksi. Karena sumber daya yang tersedia di berbagai negara berbeda dan bervariasi satu dengan

4 yang lain, akibatnya timbullah spesialisasi hasil produk di tiap-tiap negara berdasar sumber daya yang tersedia tersebut. Di negara timur-tengah misalnya, mereka melakukan spesialisasi pada produk minyak dan turunannya. Negara yang melakukan spesialiasi pada sektor tertentu akan memiliki nilai keunggulan komparatif yang relatif tinggi. Keunggulan komparatif ini, menurut Kowalski (2011) dinyatakan sebagai salah satu penjelasan pokok atas terjadinya perdagangan internasional dan penjelasan paling kuat atas tingginya pendapatan dan tingkat pertumbuhan pendapatan pada perekonomian terbuka. Dari pernyataan tersebut digambarkan bahwa keunggulan komparatif juga merupakan isu yang penting dalam perekonomian negara, selain pertumbuhan ekonomi dan ekspor. Negara Tabel 1.3 Rata-rata Indeks RSCA Sektor Manufaktur Negara ASEAN* Tahun 1980-2012 Rata-rata Indeks RSCA Sektor Manufaktur Pada Periode 1980-1985- 1990-1995- 2000-2005- 2010-1984 1989 1994 1999 2004 2009 2012 Rata-rata Indeks RSCA 1980-2012 Singapura -0,34-0,18 0,05 0,26 0,32 0,18 0,07 0,05 Filipina -0,70-0,69-0,52 0,18 0,55 0,46-0,01-0,11 Thailand -0,62-0,45-0,17-0,10 0,03 0,14 0,10-0,17 Malaysia -0,71-0,60-0,23 0,03 0,13 0,00-0,07-0,22 Indonesia -0,95-0,80-0,56-0,55-0,42-0,51-0,58-0,63 Vietnam n/a n/a n/a -0,61-0,50-0,31-0,04 n/a Brunei n/a n/a -1,00 n/a n/a n/a n/a n/a Kamboja n/a n/a n/a n/a 0,80 0,85 n/a n/a Sumber : Keterangan: The World Bank, 2013, diolah. * Negara ASEAN kecuali Laos dan Brunei yang tidak tersedia datanya Nilai RSCA >0 berarti memiliki keunggulan komparatif Studi tentang keunggulan komparatif sudah sering dilaksanakan di ASEAN. Widodo (2010) pada studinya di ASEAN (termasuk Indonesia), salah satu simpulannya menyatakan bahwa semakin tinggi keunggulan komparatif pada suatu produk, semakin besar kemungkinan negara tersebut menjadi net-exporter. Jumlah

5 ekspor yang tinggi tidak menjamin suatu negara memiliki keunggulan komparatif. Indonesia yang sebagian besar ekspornya ditopang oleh sektor industri/manufaktur (lihat Gambar 1.1), ternyata tidak memiliki keunggulan komparatif pada sektor yang sama (lihat Tabel 1.3). Buktinya, indeks RSCA untuk sektor manufaktur Indonesia selalu bernilai negatif dari tahun 1980 hingga tahun 2012. Berdasarkan latar belakang di atas, penelitian ini akan menguji kointegrasi dan kausalitas antara tiga variabel, yaitu pertumbuhan ekonomi, ekspor dan keunggulan komparatif pada sektor industri manufaktur Indonesia di kawasan ASEAN. Pertumbuhan ekonomi dan ekspor yang tinggi dan berkelanjutan merupakan prioritas pemerintah Indonesia. Sektor manufaktur adalah penyumbang ekspor terbesar di Indonesia saat ini. Secara empiris terdapat pertentangan antara penelitian yang dilakukan oleh Saimul dkk (2011), Rahmaddi dan Ichihasi (2011), dan Maulana (2009) tentang apakah ekspor mendorong pertumbuhan ekonomi (ELG) ataukah pertumbuhan ekonomi mendorong ekspor (GLE). Jadi permasalahan pertama dalam penelitian ini adalah mengetahui untuk kasus sektor manufaktur Indonesia apakah mendukung hipotesis ELG atau GLE? Bagaimana juga dengan negara lain di ASEAN? Selanjutnya, penelitian mengenai keunggulan komparatif juga masih memberikan simpulan yang berbeda. Widodo (2010) dan Isogai, Morishita dan Ruffer (2002) sependapat bahwa keunggulan komparatif dapat mempengaruhi kinerja ekspor di negara Asia termasuk Indonesia. Sementara Li dan Bender (2007) menyatakan bahwa untuk kasus ASEAN (termasuk Indonesia) keunggulan kompetitif hanya memiliki pengaruh yang lemah terhadap produktivitas. Permasalahan kedua

6 dari penelitian ini adalah: Apakah keunggulan komparatif sektor manufaktur di Indonesia mempengaruhi ekspor? Terakhir, studi ini akan meneliti apakah keunggulan komparatif memiliki pengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi? 1.2 Keaslian Penelitian Penelitian mengenai pengaruh dan hubungan antarvariabel makroekonomi telah banyak dilakukan di Indonesia dan negara-negara lain di dunia. Variabel makroekonomi yang dimaksud contohnya adalah pertumbuhan ekonomi, Produk Domestik Bruto (PDB), ekspor, impor, Penanaman Modal Asing (PMA), inflasi dan lain-lain. Penelitian tersebut dilakukan dengan variabel, periode penelitian dan alat analisis yang berbeda, sehingga membuahkan hasil yang berbeda pula. Namun penelitian yang menyandingkan variabel makroekonomi dengan keunggulan komparatif masih terbatas. Sebagai acuan dan pembanding, berikut beberapa penelitian terdahulu yang menggunakan variabel makroekonomi dengan keunggulan komparatif.

7 Tabel 1.4 Penelitian Terdahulu No. Nama Peneliti Variabel Metoda Hasil Penelitian 1. Yu dan Hongwei (2010) 2. Akhtaruzzaman dan Hasanuzzaman (2012) Keunggulan komparatif dan ekspor Keunggulan komparatif dan PDB Perkapita 3. Lee (2010) Keunggulan komparatif dan pertumbuhan ekonomi 4. Lee dkk (2011) Keunggulan komparatif, RSCA (Revealed Symmetric Comparative Advantage) dan Kausalitas Granger RCA (Revealed Symmetric Comparative Advantage) dan SUR (Seemingly Unrelated Regression) RCA Quantile Regression RCA Kausalitas dan dan Terdapat hubungan kausalitas granger dari keunggulan komparatif produk teknologi menengah ke kemampuan net ekspor China. Bangladesh memiliki dominasi yang kuat sebagai eksportir pakaian dan tekstil di antara negara-negara Asia. Dari hasil regresi SUR menunjukkan bahwa sektor industri pakaian dan tekstil memberikan kontribusi positif terhadap pertumbuhan PDB per kapita pada perekonomian Bangladesh. Dari sampel 71 negara diungkap bahwa pada negara yang meningkatkan spesialisasinya pada ekspor barang berteknologi tinggi, maka perekonomian akan tumbuh lebih cepat. Terdapat mutual casuality antara penelitian dan

8 No. Nama Peneliti Variabel Metoda Hasil Penelitian pertumbuhan ekonomi dan PDB 5. Riaz (2010) Keunggulan komparatif, ekspor dan pertumbuhan ekonomi Granger pertumbuhan ekonomi di Asia, sementara di negara barat kausalitasnya lemah. RSCA, Terdapat hubungan Kointegrasi keseimbangan antara Engle-Granger keunggulan komparatif, dan VAR ekspor dan pertumbuhan (Vector ekonomi di sebagian besar Autoregressive) negara berkembang yang diteliti. Terdapat hubungan jangka panjang yang mendukung hipotesis ekspor mendorong pertumbuhan ekonomi di semua negara kecuali Malaysia, Pakistan dan Srilanka. Dalam jangka pendek ditemui kausalitas dari ekspor ke Produk Domestik Bruto (PDB). Secara keseluruhan, dalam jangka pendek disimpulkan bahwa ekspor mendorong pertumbuhan di semua kasus kecuali Malaysia, Nepal dan Srilanka. Penelitian ini berfokus pada tiga variabel yaitu pertumbuhan ekonomi, ekspor dan keunggulan komparatif, namun penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Riaz (2010). Riaz (2010) melakukan penelitian di 13 negara berkembang pada sektor unggulan di masing-masing negara, termasuk Indonesia

9 pada sektor Pertambangan dan Migas (Fuel and Mining). Sementara penelitian ini dilakukan pada sektor Manufaktur Indonesia di kawasan ASEAN. 1.3 Tujuan Dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan penelitian Tujuan penelitian ini adalah menguji kointegrasi dan kausalitas antara pertumbuhan ekonomi, ekspor dan keunggulan komparatif pada sektor industri manufaktur Indonesia di kawasan ASEAN. 1.3.2 Manfaat penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pemerintah sebagai pihak pengambil kebijakan dalam bidang ekonomi untuk dapat mengevaluasi kinerja sektor manufaktur dalam menopang pertumbuhan ekonomi dan penyumbang terbesar ekspor Indonesia. Selain itu, pemerintah dapat memanfaatkan hasil penelitian ini sebagai landasan dalam membantu menciptakan kebijakan yang mendukung sektor manufaktur. 1.4 Sistematika Penulisan Penulisan penelitian ini terdiri dari empat bagian dengan sistematika sebagai berikut. Bab I Pengantar, mencakup uraian mengenai latar belakang masalah, rumusan permasalahan, keaslian penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan. Kemudian Bab II Tinjauan Pustaka dan Alat Analisis, berisi tinjauan pustaka, landasan teori, hipotesis dan cara penelitian. Disusul Bab III Analisis Data, yang akan menjabarkan mengenai hasil penelitian beserta analisis hasil penelitian. Terakhir, Bab IV Simpulan dan Saran, yang terdiri dari simpulan hasil penelitian secara keseluruhan dan implikasinya terhadap perekonomian Indonesia.