M. Datta H. Wiradisastra Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran Jatinangor, Bandung ABSTRAK

dokumen-dokumen yang mirip
Pengaruh Imbangan Energi dan Protein Ransum terhadap Energi Metabolis dan Retensi Nitrogen Ayam Broiler

Yunilas* *) Staf Pengajar Prog. Studi Peternakan, FP USU.

EFEK PENGGUNAAN KONSENTRAT PABRIKAN DAN BUATAN SENDIRI DALAM RANSUM BABI STARTER TERHADAP EFISIENSI PENGGUNAAN RANSUM. S.N.

Lokakarya Nasional Inovasi Teknologi Pengembangan Ayam Lokal

PengaruhImbanganEnergidan Protein RansumterhadapKecernaanBahanKeringdan Protein KasarpadaAyam Broiler. Oleh

Pengaruh Lanjutan Substitusi Ampas Tahu pada Pakan Basal (BR-2) Terhadap Penampilan Ayam Broiler Umur 4-6 Minggu (Fase Finisher)

Nilai Kecernaan Protein Ransum yang Mengandung Bungkil Biji Jarak (Ricinus communis, Linn) Terfermentasi pada Ayam Broiler (Tjitjah Aisjah)

Animal Agriculture Journal 3(3): , Oktober 2014 On Line at :

THE EFFECT OF METHIONINE LEVEL IN THE RATION ON PERFORMANCE OF BROILER CHICKEN 3 6 WEEKS OF AGE

PENGARUH PEMBERIAN TEPUNG AMPAS TAHU DI DALAM RANSUM TERHADAP BOBOT POTONG, BOBOT KARKAS DAN INCOME OVER FEED COST AYAM SENTUL

Tepung Ampas Tahu Dalam Ransum, Performa Ayam Sentul... Dede Yusuf Kadasyah

Pengaruh Penggunaan...Trisno Marojahan Aruan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pakan Penelitian

PENGARUH TINGKAT PROTEIN RANSUM TERHADAP BOBOT POTONG, PERSENTASE KARKAS DAN LEMAK ABDOMINAL PUYUH JANTAN

PENGARUH PERENDAMAN NaOH DAN PEREBUSAN BIJI SORGHUM TERHADAP KINERJA BROILER

Pengaruh Pemberian Tepung Buah Mengkudu Rizki

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian tentang pemanfaatan tepung olahan biji alpukat sebagai

Pengaruh Tingkat Penambahan Tepung Daun Singkong dalam Ransum Komersial terhadap Performa Broiler Strain CP 707

PEMANFAATAN TEPUNG LIMBAH ROTI DALAM RANSUM AYAM BROILER DAN IMPLIKASINYA TERHADAP EFISIENSI RANSUM SERTA

SUPLEMENTASI METIONIN DALAM RANSUM BERBASIS LOKAL TERHADAP IMBANGAN EFISIENSI PROTEIN PADA AYAM PEDAGING

Ade Trisna*), Nuraini**)

KOMBINASI AZOLLA MICROPHYLLA DENGAN DEDAK PADI SEBAGAI ALTERNATIF SUMBER BAHAN PAKAN LOKAL AYAM PEDAGING

III BAHAN DAN METODE. dan masing-masing unit percobaan adalah lima ekor puyuh betina fase produksi.

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada bulan November sampai Desember 2013 di

BAB III METODE PENELITIAN. selatan kota Gorontalo. Penelitian berlangsung selama dua bulan mulai dari bulan

SUBSITUSI DEDAK DENGAN POD KAKAO YANG DIFERMENTASI DENGAN Aspergillus niger TERHADAP PERFORMANS BROILER UMUR 6 MINGGU

PENGARUH PENGGANTIAN DEDAK HALUS DENGAN KULIT KOPI TERHADAP PERSENTASE KARKAS DAN LEMAK ABDOMEN BROILER

Tingkat Penggunaan Limbah Laju Pertumbuhan %

PENAMPILAN PRODUKSI AYAM BROILER YANG DIBERI TEPUNG GAMBIR (Uncaria Gambir Roxb) SEBAGAI FEED ADDITIVE DALAM PAKAN.

LAPORAN PRAKTIKUM NUTRISI TERNAK UNGGAS DAN NON RUMINANSIA. Penyusunan Ransum dan Pemberian Pakan Pada Broiler Fase Finisher

NILAI ENERGI METABOLIS RANSUM AYAM BROILER PERIODE FINISHER YANG DISUPLEMENTASI DENGAN DL-METIONIN SKRIPSI JULIAN ADITYA PRATAMA

PENGGUNAAN TEPUNG LIMBAH PENGALENGAN IKAN DALAM RANSUM TERHADAP PERFORMA BROILER. Arnold Baye*, F. N. Sompie**, Betty Bagau**, Mursye Regar**

Denny Rusmana Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran, Bandung

MATERI DAN METODE. Materi

PEMBERIAN PAKAN TERBATAS DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PERFORMA AYAM PETELUR TIPE MEDIUM PADA FASE PRODUKSI KEDUA

Mairizal 1. Intisari. Kata Kunci : Fermentasi, Kulit Ari Biji Kedelai, Aspergillus Niger, Ayam Pedaging.

Pengaruh Penambahan Tepung Kunyit...Rafinzyah Umay Adha

PENGARUH SUBTITUSI MINYAK SAWIT OLEH MINYAK IKAN LEMURU DAN SUPLEMENTASI VITAMIN E DALAM RANSUM AYAM BROILER TERHADAP PERFORMANS.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam lokal persilangan merupakan ayam lokal yang telah mengalami

PENGARUH TINGKAT PEMBERIAN AMPAS TAHU DALAM RANSUM TERHADAP PERFORMANS ENTOK (Muscovy duck) PADA PERIODE PERTUMBUHAN

Afriansyah Nugraha*, Yuli Andriani**, Yuniar Mulyani**

KAJIAN PENAMBAHAN TETES SEBAGAI ADITIF TERHADAP KUALITAS ORGANOLEPTIK DAN NUTRISI SILASE KULIT PISANG

PERFORMA PRODUKSI TELUR PUYUH (Coturnix coturnix japonica) YANG DI PELIHARA PADA FLOCK SIZE YANG BERBEDA

Respon Broiler terhadap Pemberian Ransum yang Mengandung Lumpur Sawit Fermentasi pada Berbagai Lama Penyimpanan

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. kelompok perlakuan dan setiap kelompok diulang sebanyak 5 kali sehingga setiap

Pengaruh Penambahan Lisin dalam Ransum terhadap Berat Hidup, Karkas dan Potongan Karkas Ayam Kampung

Pengaruh Pemberian Ampas Teh (Camellia sinensis) Fermentasi dengan Aspergillus niger pada Ayam Broiler

BAB III MATERI DAN METODE. Laut (Gracilaria verrucosa) terhadapproduksi Karkas Puyuh (Cotunix cotunix

III. MATERI DAN METODE

PENGARUH TINGKAT PEMBERIAN AMPAS TAHU DALAM RANSUM TERHADAP PERFORMAN ENTOK (MUSCOVY DUCK) PADA PERIODE PERTUMBUHAN

PERFORMA AYAM BROILER YANG DIBERI RANSUM BERBASIS JAGUNG DAN BUNGKIL KEDELAI DENGAN SUPLEMENTASI DL-METIONIN SKRIPSI HANI AH

Animal Agriculture Journal, Vol. 2. No. 1, 2013, p Online at :

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian tentang Penggunaan Tepung Daun Mengkudu (Morinda

BAB III MATERI DAN METODE. 10 minggu dilaksanakan pada bulan November 2016 Januari 2017 di kandang

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian tentang pengaruh penggunaan tepung daun katuk (Sauropus

PEMAKAIAN ONGGOK FERMENTASI DALAM RANSUM TERHADAP PERFORMA AYAM BURAS PERIODE PERTUMBUHAN

PENGARUH IMBANGAN ENERGI DAN PROTEIN RANSUM TERHADAP BOBOT KARKAS DAN BOBOT LEMAK ABDOMINAL AYAM BROILER UMUR 3-5 MINGGU

BAB III MATERI DAN METODE. hijau terhadap bobot relatif dan panjang organ pencernaan itik Magelang jantan

PENGARUH PENGGUNAAN DAUN MURBEI (Morus alba) SEGAR SEBAGAI PENGGANTI SEBAGIAN RANSUM TERHADAP PERFORMANS BROILER

MATERI DAN METODE. Materi

BAB III MATERI DAN METODE. protein berbeda pada ayam lokal persilangan selama 2 10 minggu dilaksanakan

Nelwida 1. Intisari. Kata Kunci : Broiler, Retensi, Biji Alpukat, Jagung

BAB III MATERI DAN METODE. Merah (Hylocereus polyrhizus) terhadap Performa Burung Puyuh Betina Umur 16

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Ayam petelur yang digunakan adalah ayam petelur yang berumur 27

Pengaruh Pemberian Kulit Ari Biji Kedelai Hasil Fermentasi dengan Aspergillus niger dalam Ransum terhadap Bobot Karkas Ayam Pedaging

PENGARUH TINGKAT PENGGUNAAN CAMPURAN BUNGKIL INTI SAWIT DAN ONGGOK TERFERMENTASI OLEH

ENERGI METABOLIS DAN DAYA CERNA BAHAN KERING RANSUM YANG MENGANDUNG BERBAGAI PENGOLAHAN DAN LEVEL CACING TANAH (LUMBRICUS RUBELLUS)

PENGARUH PEMBERIAN PAKAN BEBAS PILIH (Free choice feeding) TERHADAP PERFORMANS PRODUKSI TELUR BURUNG PUYUH (Coturnix coturnix japonica)

PENGARUH PEMBERIAN PAKAN BEBAS PILIH (Free choice feeding) TERHADAP PERFORMANS AWAL PENELURAN BURUNG PUYUH (Coturnix coturnix japonica)

Pengaruh Imbangan Hijauan-Konsentrat dan Waktu Pemberian Ransum terhadap Produktivitas Kelinci Lokal Jantan

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Ternak yang digunakan dalam penelitian adalah ayam kampung jenis sentul

Jurnal Zootek ( Zootek Journal ) Vol. 37 No. 1 : (Januari 2017) ISSN

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Kabupaten Bogor. Pada umur 0-14 hari ayam diberi ransum yang sama yaitu

BAB I PENDAHULUAN. produktivitas ayam buras salah satunya dapat dilakukan melalui perbaikan

BAB 1V HASIL DAN PEMBAHASAN. Rataan kecernaan protein ransum puyuh yang mengandung tepung daun lamtoro dapat dilihat pada Tabel 7.

PENGARUH PENGGUNAAN TEPUNG KETELA RAMBAT (Ipomea Batatas L) SEBAGAI SUMBER ENERGI TERHADAP PENAMPILAN PRODUKSI AYAM PEDAGING FASE FINISHER

PROSIDING SEMINAR NASIONAL INOVASI PERKEBUNAN

I. Mangisah, Tristiarti, W. Murningsih, M.H. Nasoetion, E.S. Jayanti, dan Y. Astuti Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro, Semarang ABSTRAK

PENGARUH TINGKAT PROTEIN DALAM RANSUM TERHADAP PERFORMAN ENTOK LOKAL (Muscovy Duck) PADA PERIODE PERTUMBUHAN. W. Tanwiriah, D.Garnida dan I.Y.

Pengaruh Penggunaan Zeolit dalam Ransum terhadap Konsumsi Ransum, Pertumbuhan, dan Persentase Karkas Kelinci Lokal Jantan

PENGARUH LEVEL LIMBAH UDANG PRODUK FERMENTASI DALAM RANSUM TERHADAP BIOLOGICAL VALUE PADA AYAM KAMPUNG

MATERI DAN METODE. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Februari-Maret 2015 di Kandang

BAB III MATERI DAN METODE. November 2015 di Kandang Ayam Fakultas Peternakan dan Pertanian,

BAB III MATERI DAN METODE. Pertanian, Universitas Diponegoro pada tanggal 22 Oktober 31 Desember 2013.

PENDAHULUAN. Domba adalah salah satu ternak ruminansia kecil yang banyak. Indonesia populasi domba pada tahun 2015 yaitu ekor, dan populasi

BAB III MATERI DAN METODE. periode starter terhadap performans pada Ayam Kedu Hitam umur 0-10 Minggu.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang Pengaruh Penggunaan Limbah Ikan Bandeng (Chanos

PENGARUH PENGGUNAAN POLLARD DAN ASAM AMINO SINTETIS DALAM PAKAN AYAM PETELUR TERHADAP KONSUMSI PAKAN, KONVERSI PAKAN, DAN PRODUKSI TELUR

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Energi Metabolis. makanan dalam tubuh, satuan energi metabolis yaitu kkal/kg.

PEMANFAATAN STARBIO TERHADAP KINERJA PRODUKSI PADA AYAM PEDAGING FASE STARTER

PENGETAHUAN BAHAN PAKAN. Oleh : Muhammad Fakhri, S.Pi, MP, M.Sc

PENGARUH LAMA PEMBERIAN BUNGKIL INTI SAWIT (BIS) DALAM RANSUM TERHADAP PENDAPATAN PETERNAK BABI LANDRACE

Penampilan Kelinci Persilangan Lepas Sapih yang Mendapat Ransum dengan Beberapa Tingkat Penggunaan Ampas Teh

Animal Agriculture Journal 3(2): , Juli 2014 On Line at :

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. starter sampai finisher (1-35 hari) sebanyak 100 ekor dan koefisien variasi kurang

BAB III METODE PENELITIAN. energi metabolis dilakukan pada bulan Juli Agustus 2012 di Laboratorium Ilmu

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. hidup sampai penelitian berakhir adalah 13 ekor jantan dan 10 ekor betina Itik

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. minggu dengan bobot badan rata-rata gram dan koefisien variasi 9.05%

BAB I PENDAHULUAN. mengandung protein dan zat-zat lainnya seperti lemak, mineral, vitamin yang

Transkripsi:

Pengaruh Penggantian Campuran Bungkil Kacang Kedelai dan Dedak oleh Bungkil Biji Kapok terhadap Konsumsi Protein dan Imbangan Efesiensi Protein pada Ayam Broiler Umur 4 8 Minggu (M. Datta H. Wiradisastra) PENGARUH PENGGANTIAN CAMPURAN BUNGKIL KACANG KEDELAI DAN DEDAK OLEH BUNGKIL BIJI KAPOK TERHADAP KONSUMSI PROTEIN DAN IMBANGAN EFESIENSI PROTEIN PADA AYAM BROILER UMUR 4 8 MINGGU ABSTRAK M. Datta H. Wiradisastra Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran Jatinangor, Bandung 40600 Penelitian telah dilakukan selama 4 minggu di Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran, Jatinangor, Sumedang. Rancangan acak lengkap dengan perlakuan 6 tingkat penggantian campuran bungkil kedelai dan dedak oleh bungkil biji kapok, yaitu R 0 (0% bungkil biji kapok), R 1 (2.5% bungkil biji kapok), R 2 (5% bungkil biji kapok), R 3 (7.5% bungkil biji kapok), R 4 (10% bungkil biji kapok), R 5 (12.5% bungkil biji kapok) dalam ransum dari tiap perlakuan diulang 5 kali. Dalam penelitian ini digunakan 120 ekor ayam broiler umur 4 minggu, yang dtempatkan dalam 30 petak kandang secara acak. Peubah yang diukur adalah : konsumsi protein dan imbangan efisiensi protein. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggantian campuran bungkil kedelai dan dedak sampai 7.5% dalam ransum oleh bungkil biji kapok tidak memberi pengaruh yang berbeda nyata terhadap konsumsi dan imbangan efisiensi protein dengan R 0 (ransum mengandung 0% bungkil biji kapok). Kata kunci : Broiler, bungkil kacang kedelai, dedak, konsumsi protein, imbangan efisiensi protein. THE EFFECT OF THE SUBSTITUTION OF SOYBEAN OIL MEAL AND RICE BRAN MIXTURE BY KAPOK OIL MEAL IN RATION ON PROTEIN CONSUMPTION AND PROTEIN EFFICIENCY RATIO IN BROILER OF 4 TO 8 WEEKS AGE ABSTRACT The study was conducted at Faculty of Animal Husbandry, Jatinangor, Sumedang. Completely Randomized Design was used with 6 treatments of substitution level of soybean oil meal and rice bran by kapok oil meal in ration (R 0 = 0%, R 1 = 2.5%, R 2 = 5%, R 3 = 7.5%, R 4 = 10%, and R 5 = 12.5% kapok oil meal), each treatment was replicated 5 times. One hundred and twenty broilers of four weeks of age were assigned to six rations for four weeks. Parameters measured were protein consumption and protein efficiency ratio. Results of study showed that the substitution of soybean oil meal mixture up to 7.5% in ration by kapok oil meal had no significant effect on protein consumption and protein efficiency ratio of broiler s. Keywords : Broiler, soybean oil meal, rice bran, kapok oil meal, protein and consumption, protein efficiency ratio. 50

Jurnal Bionatura, Vol. 4, No. 1, Maret 2002 : 50-57 PENDAHULUAN Bungkil biji kapok adalah hasil ikutan proses pembuatan minyak biji kapok. menurut Direktorat Jendral Perkebunan (1986), potensinya sekitar 30.000 ton/ tahun (dari produksi biji kapok sekitar 83.000 ton pada tahun 1985). Dengan demikian potensi yang cukup tinggi ini sayang kalau tidak dimanfaatkan, karena bungkil biji kapok bernilai gizi cukup tinggi, yaitu mengandung protein kasar berkisar antara 26.9 sampai dengan 29.7 persen. Maka bungkil biji kapok dapat dimanfaatkan sebagai bahan pakan sumber protein nabati (Sulistyono, 1978), sesuai dengan pernyataan Wahju (1997), bahan pakan yang mengandung protein 20 persen adalah bahan pakan sumber protein untuk ternak. Sampai saat ini, bahan pakan sumber protein nabati yang sering digunakan untuk penyusunan ransum ayam khususnya ternak unggas umumnya adalah bungkil kacang kedelai dan atau bungkil kelapa. Fakta di lapangan menunjukkan bahwa bungkil kacang kedelai yang digunakan dalam penyusunan ransum unggas ternyata sebagian besar masih mengandalkan dari hasil impor, karena produksi bungkil kacang kedelai di dalam negeri belum mencukupi kebutuhan, karena itu selain harganya selalu berubah naik, persediaannyapun kadang-kadang sangat tidak mencukupi kebutuhan, sebagai akibatnya harga ransum ayam makin membumbung tinggi. Dilain fihak pemanfaatan bungkil biji kapok sebagai bahan pakan sumber protein belum secara luas dilakukan, baik oleh para peternak, maupun oleh perusahaan yang berkecimpung di industri makanan ternak (pakan) unggas. Hal ini berkaitan dengan adanya zat anti nutrisi yang dikandung bungkil biji kapok, yaitu asam siklopropenoat, yang diduga dapat menurunkan daya cerna ransum (Tangendjaja, 1987). BAHAN DAN METODE Ayam broiler umur 4 minggu sebanyak 120 ekor galur Indian River dengan berat badan rata-rata 900 gram dengan koofisien variasi 5.3%, digunakan dalam penelitian ini. Ayam-ayam tersebut ditempatkan secara acak ke dalam 30 petak kandang berukuran panjang 100 cm, lebar 50 cm dan tinggi 50 cm, setiap petak kandang dihuni 4 ekor ayam. Kandang terbuat dari besi sebagai kerangka dan kawat kasa sebagai dinding dan alas kandang dan penutup bagian atas. Kesemua petak kandang ditempatkan dalam suatu ruangan berukuran 8 x 8 m 2 dan tinggi dinding 2.5 m. Sebagai alat penerangan di waktu malam hari, pada ruangan tersebut dilengkapi dengan 2 lampu pijar berkekuatan masing-masing 60 watt. Bahan pakan penyusun ransum terdiri atas jagung kuning, dedak halus, bungkil kedelai, tepung ikan, bungkil biji kapok, minyak kepala, tepung tulang, 51

Pengaruh Penggantian Campuran Bungkil Kacang Kedelai dan Dedak oleh Bungkil Biji Kapok terhadap Konsumsi Protein dan Imbangan Efesiensi Protein pada Ayam Broiler Umur 4 8 Minggu (M. Datta H. Wiradisastra) tepung kerang dan top mix. Komposisi bungkil biji kapok dicantumkan pada Tabel 1. Susunan ransum penelitian dan komposisinya dicantumkan pada Tabel 2. Tabel 1. Komposisi Bungkil Biji Kapok Zat Makanan (*) Protein Kasar (%) Lemak Kasar (%) Serat Kasar (%) Abu (%) BETN Energi Metabolis (kkal/kg)* Asam Amino :** Arginin (%) Lisin (%) Metionin (%) 29.60 6.71 30.24 7.70 27.75 2430 3.11 1.17 0.29 Keterangan : * Hasil Penelitian Pendahuluan (1996) ** Sihombing (1974) (*) Hasil Analisa Lab. Makanan Ternak Fapet Unpad (1996) Tabel 2. Susunan dan Komposisi Ransum Penelitian Banyaknya Dalam Ransum Bahan Pakan R 0 R 1 R 2 R 3 R 4 R 5..% Jagung Kuning 55.5 55.5 55.5 55.5 55.5 55.5 Dedak Halus 11.0 9.8 8.6 7.4 6.2 5.0 Bungkil Kedelai 16.0 14.7 13.4 12.1 10.8 9.5 Bungkil Biji Kapok 0.0 2.5 5 7.5 10.0 12.5 Tepung Ikan 10.0 10.0 10.0 10.0 10.0 10.0 Minyak Kelapa 5.0 5.0 5.0 5.0 5.0 5.0 Tepung Kerang 1.0 1.0 1.0 1.0 1.0 1.0 Tepung Tulang 1.0 1.0 1.0 1.0 1.0 1.0 Top Mix 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 Komposisi : * Protein Kasar (%) 18.89 19.90 19.91 19.93 19.94 19.95 Energi Metabolis (kkal/kg) 3183 3191 3197 3201 3209 3216 Serat Kasar 2.47 2.85 3.22 3.57 3.89 4.25 Asam Amino : Arginin (%) 1.14 1.16 1.19 1.21 1.23 1.26 Lisin 1.04 1.02 1.00 0.97 0.95 0.93 Metionin 0.38 0.38 0.37 0.37 0.37 0.36 * Dihitung berdasar Tabel Wahju (1997) dan Tabel 1 52

Jurnal Bionatura, Vol. 4, No. 1, Maret 2002 : 50-57 Penelitian menggunakan metode eksperimental. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap dengan 6 perlakuan ransum dan setiap perlakuan diulang 5 kali. Peubah yang diamati adalah sebagai berikut : 1. Konsumsi protein diukur dengan mengukur konsumsi ransum, kemudian hasilnya dikalikan dengan kandungan protein pada setiap ransum penelitian. Pengukuran dilakukan untuk konsumsi tiap hari/ekor. 2. Imbangan efisiensi protein, diukur dengan membagi pertambahan berat badan setiap ekor ayam per hari dibagi dengan jumlah konsumsi protein setiap ekor ayam per hari. Data yang diperoleh, dianalisis dengan sidik ragam, dan bila hasil sidik ragam menunjukkan berbeda nyata, pengujian dilanjutkan dengan Uji Jarak Berganda Duncan. (Steell dan Torrie,1980). HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Perlakuan Terhadap Konsumsi Protein Berdasarkan hasil sidik ragam ternyata penggunaan bungkil biji kapok sebagai pengganti campuran bungkil kedelai dan dedak dalam ransum, pada tingkat yang berbeda memberikan pengaruh yang nyata berbeda terhadap konsumsi protein oleh ayam. Hasil Uji Jarak Berganda Duncan-nya dicantumkan pada Tabel 3. Tabel 3. Hasil Uji Jarak Berganda Duncan Pengaruh Perlakuan Terhadap Konsumsi Protein Perlakuan Konsumsi Protein (g) R 0 (0%) R 1 (2.5%) R 2 (5%) R 3 (7.5%) R 4 (10%) R 5 (12.5%) 33.57 a 30.55 ab 32.77 a 30.29 ab 27.38 bc 25.99 c Keterangan : Huruf yang berbeda ke arah vertikal menunjukkan berbeda nyata (P< 0.05) Dari Tabel 3 diatas, nampak bahwa penggunaan bungkil biji kapok sebagai pengganti campuran bungkil biji kedelai dan dedak sampai tingkat 7.5% dalam ransum tidak menyebabkan gangguan terhadap konsumsi protein ransum oleh ayam broiler atau tidak berbeda nyata dengan konsumsi protein oleh ayam yang mengkonsumsi ransum R 0 (ransum mengandung 0% bungkil biji kapok /ransum kontrol), yang berarti tidak menyebabkan gangguan terhadap protein ransum. Selanjutnya dengan ditingkatkan penggunaan bungkil biji kapok dalam ransum 53

Pengaruh Penggantian Campuran Bungkil Kacang Kedelai dan Dedak oleh Bungkil Biji Kapok terhadap Konsumsi Protein dan Imbangan Efesiensi Protein pada Ayam Broiler Umur 4 8 Minggu (M. Datta H. Wiradisastra) (R 4 sampai dengan R 5 ) baru nampak pengaruhnya, yaitu konsumsi protein ransum oleh ayam nyata menurun, yang menggambarkan adanya pengaruh asam siklopropenoat, yang bersifat racun, yang ditandai dengan ayam sukar mengeluarkan kotoran/feses, Lubis (1963), hal ini menyebabkan gerak laju makanan dalam saluran pencernaan diperhambat, yang menyebabkan makanan lama berada di dalam saluran pencernaan, yang berakibat pula makanan dalam tembolok juga lebih lama. Hal ini memberi efek lebih lanjut terhadap konsumsi ransum yang lebih rendah, termasuk pula pada konsumsi protein ransum. Pengaruh Perlakuan Terhadap Imbangan Efisiensi Protein Sidik ragam menunjukkan bahwa penggunaan bungkil biji kapok sebagai pengganti campuran bungkil kedelai dan dedak dalam berbagai tingkat dalam ransum nyata (P<0.05) menyebabkan nilai imbangan efisiensi protein oleh ayam berbeda. Hasil Uji Jarak Berganda Duncan-nya ditampilkan dalam Tabel 4. Tabel 4. Pengaruh Perlakuan Terhadap Imbangan Efisiensi Protein Perlakuan R 0 (0%) R 1 (2.5%) R 2 (5%) R 3 (7.5%) R 4 (10%) R 5 (12.5%) Rataan Hasil 1.72 a 1.91 a 1.93 a 1.93 a 1.28 b 1.19 b Keterangan : Huruf yang berbeda ke arah vertikal menunjukkan berbeda nyata (P<0.05). Hasil uji jarak berganda Duncan seperti tertera pada Tabel 4, menunjukkan bahwa penggunaan bungkil biji kapok sebagai pengganti campuran bungkil kedelai dan dedak sampai tingkat 7.5% dalam ransum tidak memberi efek negatif terhadap imbangan efisiensi protein oleh ayam, dan apabila dilanjutkan dengan tingkat pemberian lebih tinggi (R 4 dan R 5 ) secara nyata menurunkan nilai imbangan efisiensi protein, hal ini menggambarkan bahwa penggunaan protein dalam ransum sampai penggunaan bungkil biji kapok 7.5%, masih efektif untuk meningkatkan pertambahan berat badan ayam, sedangkan apabila penggunaan bungkil biji kapok ditingkatkan sampai 10% (R 4 ) atau 12.5% (R 5 ), menyebabkan keefektifannya menurun, sesuai dengan Wahju (1997), bahwa pengujian dengan metode imbangan efisiensi protein adalah digunakan untuk menguji keefektifan protein ransum, yang berarti bahwa kalau nilai imbangan efisiensi proteinnya sudah secara nyata menurun, berarti efektifitas penggunaan protein ransum oleh ayam juga sudah menurun atau rendah. Hal ini memperkuat dugaan terdahulu bahwa racun siklopropenoat menurunkan kecernaan ransum, karena akan 54

Jurnal Bionatura, Vol. 4, No. 1, Maret 2002 : 50-57 mengikat asam amino sehingga sukar larut, yang menyebabkan manfaat protein akan menurun. Penurunan imbangan efisiensi protein pada ransum R 4 dan R 5 disebabkan konsumsi proteinnya yang rendah, seperti telah diungkapkan sebelumnya. Menurut Morrison (1959) protein sangan essensial untuk proses pertumbuhan, dengan demikian apabila protein yang dikonsumsi rendah, pertambahan berat badan ayam yang mengkonsumsinya akan rendah, yang mengakibatkan imbangan efisiensi proteinnyapun akan rendah pula. Selain itu, protein juga merupakan unsur utama dari sel, hormon dan enzim (Benerjee,1978), artinya apabila protein yang dikonsumsi rendah, maka pembesaran sel dan pembentukan sel baru akan rendah pula, yang menyebabkan proses pertambahan berat badan terganggu. Enzim merupakan suatu persenyawaan yang sangat vital dalam proses pencernaan, sedangkan hormon (diantaranya thiroksin) sangat penting dalam proses metabolisme zat-zat makanan, maka apabila protein yang dikonsumsi rendah, proses pembentukan enzim dan hormon tidak sempurna, yang memberi efek lebih lanjut terhadap proses pencernaan zat-zat makanan dan metabolismenya (proses pembentukan sel baru terganggu). Sehingga pertumbuhan ternak terganggu atau akan terhambat (Titus dan Fritz, 1971). Ransum R 4 dan R 5 kandungan lisinnya lebih rendah dari standar kebutuhan NRC (1994), yaitu untuk broiler umur 3 6 minggu minimal 1.0%, sedangkan pada ransum R 4 dan R 5 adalah sebesar 0.95 dan 0.93%, sebagai akibatnya pertumbuhan ayam yang mengkonsumsi R 4 dan R 5 akan rendah, karena menderita defisiensi lisin, yang memberi akibat ransum R 4 dan R 5 keseimbangan asam-asam aminonya tidak baik. Menurut O Deal dan Savage (1974), ketidak seimbangan kandungan asam-asam amino yang dikandung ransum akan mengganggu efesiensi penggunaan ransum, yang berarti pula akan menurunkan efektifitas protein yang dikonsumsi, yang berarti menurunkan imbangan efisiensi protein ransum. Ditinjau dari segi asam siklopropenoat yang dikandung ransum, dengan lebih tinggi kandungan bungkil biji kapok dalam ransum, menyebabkan kandungan asam siklopropenoat ransum lebih tinggi pula. Menurut Phelps, dkk (1965) asam siklopropenoat akan mengganggu metabolisme, yang berarti mengganggu pertumbuhan dan menurunkan imbangan efesiensi protein. 55

Pengaruh Penggantian Campuran Bungkil Kacang Kedelai dan Dedak oleh Bungkil Biji Kapok terhadap Konsumsi Protein dan Imbangan Efesiensi Protein pada Ayam Broiler Umur 4 8 Minggu (M. Datta H. Wiradisastra) KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Dari hasil dan analisis data hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Ransum yang mengandung bungkil biji kapok sampai 7.5% sebagai pengganti campuran bungkil kedelai dan dedak berkualitas sama dengan ransum kontrol (0% bungkil biji kapok). 2. Peningkatan penggunaan bungkil biji kapok dalam ransum sampai 10% dan 12.5% menyebabkan kualitas ransum menurun secara nyata. Saran Berdasar hasil penelitian, untuk daerah yang banyak memproduksi bungkil biji kapok dan harganya murah, disarankan menggunakan bungkil biji kapok dalam ransumnya sampai 7.5% sebagai pengganti campuran dedak dan bungkil kedelai (48% : 32%) untuk menurunkan harga ransum ayam broiler dan meningkatkan keuntungan peternak ayam broiler. DAFTAR PUSTAKA Benerjee, G. C., 1978. Animal Nutrition. Oxford and IBH Publishing co. Calcuta, Bombay, New Delhi. Direktorat Jendral Perkebunan, 1986. Statistik Perkebunan Menurut Propinsi dan Kabupaten 1983 1985. Dirjen Perkebunan, Jakarta. Lubis, D. A., 1963. Ilmu Makanan Ternak PT. Pembangunan, Jakarta. Morrison., F. B., 1959., Feeds and Feeding 9 th Ed. Morrison Publishing Co. Iowa. NRC., 1994. Nutrient Requirements of Poultry 9 th revised Ed. National Academy Press. Washington DC. O Deal, B. L., and J. E. Savage., 1974. Arginin Requirement of Chick and Arginin Sparing Value of Realated Compound. J. Nut. 84: 129 134. Phelps, R. A., F. S. Shenstore, A. R. Kemmerer, and R. J. Evans, 1965. A review of cyclopropenoid compounds biological effect of some derivatives. Poultry_Sci: 44; 358 394. Sihombing, D. T. H., 1979. Pemanfaatan Bungkil Biji Kapok untuk Makanan Ternak Babi Proceeding Seminar Penelitian dan Penunjang Peternakan, LPP. Bogor : 44 47. 56

Jurnal Bionatura, Vol. 4, No. 1, Maret 2002 : 50-57 Soelistyono, H. S., 1978. Prospek Penggunaan Bungkil Biji Kapok sebagai Makanan Ternak Seminar Kapok, Lembaga Kapok, Departemen Perdagangan, hal 1 10. Steel, R. G. D., and J. H. Torrie, 1980. Principles and Procedures of Statistics. A Biometrical Approach International Student Ed. Mc. Graw Hill International Book Co. Singapore. Tangendjaja, B., 1987., Pengolahan Biji Kapok untuk Makanan Ternak. Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pertanian IV Badan Litbang Pertanian. Departemen Pertanian, hal 60 64. Titus, H. W., and J. C. Fritz, 1971. The Scientific Feeding of Chickens 8 th Ed. The Interstate Printers and Publisher Inc. Denville, Illinois. Wahju, J., 1997. Ilmu Nutrisi Unggas. Cetakan ke-4. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. 57