PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI SULAWESI BARAT SEPTEMBER 2013

dokumen-dokumen yang mirip
PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI SULAWESI BARAT MARET 2014

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI SULAWESI BARAT SEPTEMBER 2015

PROFIL KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH SEPTEMBER 2014

PROFIL KEMISKINAN DI NUSA TENGGARA BARAT MARET 2015

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI SULAWESI BARAT SEPTEMBER 2016

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI SULAWESI BARAT MARET 2016

BADAN PUSAT STATISTIK

PROFIL KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH SEPTEMBER 2013

TINGKAT KEMISKINAN DI PROVINSI BENGKULU SEPTEMBER 2014

PROFIL KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH MARET 2014

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI SULAWESI BARAT MARET 2017

PROFIL KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH MARET 2013

TINGKAT KEMISKINAN DI PROVINSI BENGKULU MARET 2015 SEBESAR 17,88 PERSEN.

PROFIL KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH SEPTEMBER 2016

PROFIL KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH MARET 2017

PROFIL KEMISKINAN SULAWESI SELATAN, MARET 2017

PROFIL KEMISKINAN DI NUSA TENGGARA BARAT MARET 2016

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TENGAH SEPTEMBER 2014

PROFIL KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH MARET 2016

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TENGAH MARET 2014

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI BANTEN MARET 2014

PROFIL KEMISKINAN DI BALI MARET 2014

PROFIL KEMISKINAN DI NUSA TENGGARA BARAT SEPTEMBER 2015

BADAN PUSAT STATISTIK

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TENGAH SEPTEMBER 2012

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU, SEPTEMBER 2016

BPS PROVINSI LAMPUNG ANGKA KEMISKINAN LAMPUNG MARET PERKEMBANGAN PENDUDUK MISKIN DI LAMPUNG. No. 08/07/18/TH.

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI BANTEN SEPTEMBER 2013

PROFIL KEMISKINAN DI NUSA TENGGARA BARAT SEPTEMBER 2012

BADAN PUSAT STATISTIK

KEMISKINAN PROVINSI BENGKULU SEPTEMBER 2016

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI BANTEN SEPTEMBER 2015

PROFIL KEMISKINAN DI INDONESIA MARET 2010

PROFIL KEMISKINAN DI BALI SEPTEMBER 2014

PROFIL KEMISKINAN DI NUSA TENGGARA TIMUR SEPTEMBER 2015

BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU, MARET 2016

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TENGAH MARET 2015

PROFIL KEMISKINAN DI BALI SEPTEMBER 2013

PROFIL KEMISKINAN DI JAWA TENGAH SEPTEMBER 2015

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI ACEH MARET 2014

PROFIL KEMISKINAN DI NUSA TENGGARA BARAT MARET 2017

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI ACEH MARET 2015

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI BANTEN MARET 2015

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU, MARET 2017

PROFIL KEMISKINAN DI BALI MARET 2016

BPS PROVINSI LAMPUNG ANGKA KEMISKINAN LAMPUNG SEPTEMBER PERKEMBANGAN PENDUDUK MISKIN DI LAMPUNG. No. 08/07/18/TH.

TINGKAT KEMISKINAN DI PROVINSI BENGKULU SEPTEMBER 2015

BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TENGAH SEPTEMBER 2013

PROFIL KEMISKINAN DI BALI SEPTEMBER 2016

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI ACEH SEPTEMBER 2014

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAMBI MARET 2017

PROFIL KEMISKINAN DI JAWA TENGAH SEPTEMBER 2016

PROFIL KEMISKINAN DI JAWA TENGAH MARET 2017

PROFIL KEMISKINAN DI INDONESIA SEPTEMBER 2012

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAMBI SEPTEMBER 2016

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAMBI SEPTEMBER 2015

PROFIL KEMISKINAN DI NUSA TENGGARA BARAT SEPTEMBER 2016

PROFIL KEMISKINAN DI BALI MARET 2015

PROFIL KEMISKINAN DAN TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK PROVINSI ACEH MARET 2017

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI ACEH SEPTEMBER 2015

BPS PROVINSI LAMPUNG

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TENGAH MARET 2016

BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU

KEMISKINAN PROVINSI BENGKULU MARET 2016

TINGKAT KEMISKINAN DI PROVINSI BENGKULU MARET 2017

PROFIL KEMISKINAN DI INDONESIA SEPTEMBER 2016

PROFIL KEMISKINAN DI INDONESIA SEPTEMBER 2011

TINGKAT KEMISKINAN BALI, SEPTEMBER 2015

PROFIL KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH SEPTEMBER 2011

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI ACEH MARET 2016

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

BPSPROVINSI JAWATIMUR

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI ACEH SEPTEMBER 2016

ANGKA KEMISKINAN PROVINSI BANTEN MARET 2017

BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU

BPS PROVINSI SUMATERA SELATAN

BERITA RESMI STATISTIK

TINGKAT KEMISKINAN BALI, MARET 2017

TINGKAT KEMISKINAN DI INDONESIA TAHUN 2007

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAMBI MARET 2015

BPS PROVINSI LAMPUNG

BPS PROVINSI LAMPUNG ANGKA KEMISKINAN LAMPUNG MARET No. 08/07/18/TH.IX, 17 Juli 2017

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

BPS PROVINSI SUMATERA SELATAN

PROFIL KEMISKINAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA SEPTEMBER 2015

BPSPROVINSI JAWATIMUR

BPSPROVINSI JAWATIMUR

PROFIL KEMISKINAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

BPSPROVINSI JAWATIMUR

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

PROFIL KEMISKINAN DI SULAWESI TENGGARA SEPTEMBER 2016 RINGKASAN

BPS PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

PROFIL KEMISKINAN DI SULAWESI TENGGARA MARET 2016 RINGKASAN

KEADAAN KEMISKINAN DI PROVINSI PAPUA MARET, 2016

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI NTT SEPTEMBER 2011 RINGKASAN

Transkripsi:

BPS PROVINSI SULAWESI BARAT No. 05/01/76/Th.VIII, 2 Januari 2014 PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI SULAWESI BARAT SEPTEMBER 2013 JUMLAH PENDUDUK MISKIN SEPTEMBER 2013 SEBANYAK 154,20 RIBU JIWA Persentase penduduk miskin mengalami penurunan sebesar 0,07 persen poin dari 12,30 persen pada Bulan Maret 2013 menjadi 12,23 persen pada Bulan September 2013. Penduduk miskin Barat di bulan September 2013 mencapai 154,2 ribu jiwa atau bertambah 190 jiwa dibandingkan dengan penduduk miskin pada Maret 2013 yang berjumlah 154,01 ribu jiwa. Selama satu semester (Maret - September 2013), jumlah dan persentase penduduk miskin di daerah perkotaan mengalami penurunan sebesar 2,5 ribu jiwa (0,61 persen). Akan tetapi, di daerah perdesaan mengalami peningkatan sebesar 2,7 ribu jiwa (0,04 persen). Kontribusi komoditi makanan terhadap Garis Kemiskinan lebih besar dibandingkan kontribusi komoditi bukan makanan (perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan). Pada September 2013, kontribusi Garis Kemiskinan Makanan terhadap Garis Kemiskinan sebesar 80,9 persen. Angka ini mengalami peningkatkan sebesar 0,4 persen poin dibandingkan dengan angka Maret 2013 yang mencapai 80,5 persen. Ada 4 komoditi makanan di bulan September 2013 yang memberikan kontribusi terbesar terhadap nilai Garis Kemiskinan baik di perkotaan maupun perdesaan yaitu beras, rokok kretek filter, tongkol/tuna/cakalang dan gula pasir. Untuk komoditi bukan makanan yang memberikan kontribusi terbesar terhadap nilai Garis Kemiskinan baik di perkotaan maupun perdesaan yaitu biaya perumahan. Pada bulan September 2013, Indeks Kedalaman Kemiskinan (P 1) maupun Indeks Keparahan Kemiskinan (P 2) mengalami penurunan sebesar 0,59 poin dan 0,25 poin. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata pengeluaran penduduk miskin cenderung semakin mendekati Garis Kemiskinan dan ketimpangan pengeluaran di antara penduduk miskin itu sendiri juga semakin menurun. 1 Berita Resmi Statistik Provinsi Barat No. 05/01/76/Th. VIII, 2 Januari 2014

1. Perkembangan Tingkat Kemiskinan Maret - September 2013 Jumlah penduduk miskin di Provinsi Barat pada Bulan September 2013 sebesar 154,2 ribu jiwa atau bertambah 190 jiwa dibandingkan dengan jumlah penduduk miskin Bulan Maret 2013 yang berjumlah 154,01 ribu jiwa. Akan tetapi, secara relatif mengalami penurunan sebesar 0,07 persen poin yaitu dari 12,30 persen pada Bulan Maret 2013 menjadi 12,23 persen pada Bulan September 2013. Menurut kategori wilayah, selama Maret - September 2013 jumlah dan persentase penduduk miskin di daerah perkotaan mengalami penurunan sebesar 2,5 ribu jiwa (0,61 persen). Berbeda halnya dengan daerah perdesaan yang mengalami peningkatan sebesar 2,7 ribu jiwa (0,04 persen). Tabel 1. Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Menurut Daerah, Maret - September 2013 Daerah/Tahun Perkotaan Jumlah Penduduk Miskin (Ribu) Persentase Penduduk Miskin (1) (2) (3) Maret 2013 27,1 9,19 September 2013 24,6 8,57 Perdesaan Maret 2013 126,9 13,27 September 2013 129,6 13,31 Kota+Desa Maret 2013 154,0 12,30 September 2013 154,2 12,23 Sumber: BPS, Diolah dari data Susenas Maret dan September 2013 Penurunan persentase penduduk miskin selama Maret-September 2013 diduga disebabkan oleh banyak faktor diantara: a. Indeks upah buruh tani meningkat selama periode Maret September 2013 yaitu sebesar 0,40. Peningkatan ini tergambar dari Angka Indeks Upah buruh tani Maret 2013 sebesar 114,74 dan September 2013 menjadi 115,20. b. Selama periode Maret - September 2013 inflasi umum pada kisaran 1 digit, yaitu sebesar 3,86 persen. c. Indikasi peningkatan pendapatan rumah tangga yang dianalogkan dengan peningkatan pengeluaran rumahtangga. Hal ini ditunjukan dengan pengeluaran konsumsi rumah tangga Triwulan III 2013 tumbuh sebesar 3,64 persen terhadap Triwulan I 2013. 2. Perkembangan Kemiskinan Tahun 2006-2013 Selama tahun 2006 sampai dengan September 2013, perkembangan tingkat kemiskinan dapat ditunjukkan Gambar 1. Pada September 2013, penurunan persentase penduduk miskin tidak diikuti dengan penurunan jumlah penduduk miskinnya. Fenomena ini diduga disebabkan terjadinya pertumbuhan penduduk di daerah perdesaan sebagai dampak kelahiran di Kabupaten Majene, Mamasa dan Mamuju. Berdasarkan angka sementara Susenas menunjukkan dari 10.000 penduduk yang diamati di perdesaan terdapat 88 jiwa diantaranya penduduk yang baru dilahirkan. 2 Berita Resmi Statistik Provinsi Barat No. 05/01/76/Th. VIII, 2 Januari 2014

Gambar 1. Perkembangan Kemiskinan di Provinsi Barat, 2006-2013 205,2 189,9 171,1 158,2 141,3 164,9 163,2 160,5 160,6 154,0 154,2 20,74 19,03 16,73 15,29 13,58 13,89 13,64 13,24 13,01 12,30 12,23 2006 2007 2008 2009 2010 Mar 2011 Sept 2011 Mar 2012 Sept 2012 Mar 2013 Sept 2013 Jumlah penduduk miskin (ribu jiwa) Persentase penduduk miskin Sumber: BPS, Diolah dari data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2006-2013 3. Perubahan Garis Kemiskinan Maret - September 2013 Garis Kemiskinan merupakan barometer yang dipergunakan dalam menentukan miskin atau tidaknya seseorang. Penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan. Tabel 2. Garis Kemiskinan dan Perubahannya Menurut Daerah, Maret - September 2013 Garis Kemiskinan (Rp/Kapita/Bln) Daerah/Tahun Makanan Bukan Makanan Total (1) (2) (3) (4) Perkotaan Maret 2013 173.274 45.155 218.429 September 2013 184.670 46.303 230.973 Perubahan Maret-Sept13 (%) 6,58 2,54 5,74 Perdesaan Maret 2013 171.344 40.506 211.850 September 2013 185.377 42.969 228.346 Perubahan Maret-Sept13 (%) 8,19 6,08 7,79 Kota+Desa Maret 2013 171.800 41.603 213.403 September 2013 185.216 43.728 228.944 Perubahan Maret-Sept13 (%) 7,81 5,11 7,28 Sumber: BPS, Diolah dari data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Maret 2013 dan September 2013 Selama 6 bulan terakhir (Maret - September 2013), Garis Kemiskinan naik sebesar 7,28 persen dari Rp213.403,- per kapita per bulan pada Maret 2013 menjadi Rp 228.944,- per kapita per bulan pada September 2013. Garis Kemiskinan (GK) terdiri dari Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Bukan Makanan (GKBM). Pada tabel 2, terlihat bahwa kontribusi komoditi makanan masih lebih besar dibandingkan kontribusi komoditi bukan makanan (perumahan, sandang, 3 Berita Resmi Statistik Provinsi Barat No. 05/01/76/Th. VIII, 2 Januari 2014

pendidikan, dan kesehatan). Pada Maret 2013 kontribusi GKM terhadap GK sebesar 80,5 persen dan menjadi 80,9 persen pada September 2013. Untuk daerah perkotaan maupun perdesaan, komoditi makanan yang memberi kontribusi terbesar pada Garis Kemiskinan di Bulan September 2013 yaitu beras. Kontribusi tersebut untuk perkotaan dan perdesaan masing-masing sebesar 43,84 persen dan 49,87 persen. Rokok kretek filter merupakan komoditi yang memberikan kontribusi terbesar kedua kepada Garis Kemiskinan baik di daerah perdesaan maupun perkotaan. Meskipun demikian, kontribusi rokok kretek filter di daerah perkotaan (13,61 persen) lebih besar daripada daerah perdesaan (10,35 persen). Hal ini bertolak belakang jika dibandingkan pada Maret 2013 yang berlaku sebaliknya ( perdesaan 9,64 persen dan perkotaan 6,37 persen). Sementara itu, kontribusi terhadap Garis Kemiskinan untuk komoditi terbesar ketiga dan keempat baik daerah perkotaan maupun perdesaan memiliki komoditi yang sama yaitu tongkol/tuna/cakalang dan gula pasir. Untuk lebih lengkapnya dapat dilihat pada Tabel 3. Makanan Tabel 3. Daftar Komoditi yang Memberi Pengaruh Besar pada Kenaikan Garis Kemiskinan, September 2013 Komoditi Kota Komoditi Desa (1) (2) (3) (4) Beras 43,84 Beras 49,87 Rokok kretek filter 13,61 Rokok kretek filter 10,35 Tongkol/tuna/cakalang 8,09 Gula pasir 5,20 Gula pasir 4,56 Tongkol/tuna/cakalang 4,21 Telur ayam ras 4,00 Minyak kelapa 3,77 Mie instan 3,85 Mie instan 3,08 Minyak kelapa 2,55 Kopi 2,67 Kopi 1,85 Bandeng 2,62 Bawang merah 1,72 Daun ketela pohon 2,55 Bandeng 1,51 Bawang merah 1,45 Bukan Makanan Perumahan 23,24 Perumahan 31,23 Pendidikan 15,53 Kayu bakar 9,57 Pakaian jadi anak-anak 9,94 Pendidikan 8,67 Listrik 9,17 Pakaian jadi anak-anak 7,08 Perlengkapan mandi 4,71 Angkutan 5,05 Sumber: Diolah dari data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) September 2013 Pada Bulan September 2013, komoditi bukan makanan yang memberi kontribusi terbesar untuk Garis Kemiskinan adalah biaya perumahan sebesar 23,24 persen untuk daerah perkotaan dan 31,23 persen untuk daerah perdesaan. Adapun komoditi terbesar selanjutnya yang memberikan kontribusi terbesar terhadap Garis Kemiskinan terdapat perbedaan antara daerah perkotaan dan perdesaan. Akan tetapi, komoditi pendidikan dan pakaian jadi anak-anak termasuk dalam lima besar komoditi yang memberikan kontribusi dalam pembentukan Garis Kemiskinan baik di daerah perkotaan maupun perdesaan. 4 Berita Resmi Statistik Provinsi Barat No. 05/01/76/Th. VIII, 2 Januari 2014

4. Indeks Kedalaman Kemiskinan dan Indeks Keparahan Kemiskinan Dimensi kemiskinan tidak cukup berhenti pada berapa jumlah dan persentase penduduk miskin saja. Akan tetapi, pembahasan mengenai tingkat kedalaman dan keparahan kemiskinan perlu dilakukan, agar dimensi kemiskinan secara holistik dapat diketahui. Strategi penanggulangan kemiskinan juga tidak lepas dari pengurangan penduduk miskin dan juga bagaimana memperkecil kedalaman dan keparahan kemiskinan yang diterjadi di suatu wilayah. Seiring dengan penurunan persentase penduduk miskin pada Bulan September 2013, tingkat kedalaman dan keparahan kemiskinan pun mengalami penurunan. Indeks Kedalaman Kemiskinan (P 1 ) menurun dari 1,89 pada Maret 2013 menjadi 1,30 pada September 2013. Demikian pula Indeks Keparahan Kemiskinan (P 2 ) menurun dari 0,52 menjadi 0,27 pada periode yang sama (Tabel 4). Penurunan nilai kedua angka indeks tersebut mengindikasikan bahwa rata-rata pengeluaran penduduk miskin cenderung semakin mendekati Garis Kemiskinan dan ketimpangan pengeluaran di antara penduduk miskin itu sendiri juga semakin menurun. Tabel 4. Indeks Kedalaman Kemiskinan (P 1 ) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P 2 ) di Provinsi Barat Menurut Daerah, Maret September 2013 Tahun Kota Desa Kota + Desa (1) (2) (3) (4) Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) Maret 2013 0,82 2,21 1,89 September 2013 0,48 1,54 1,30 Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) Maret 2013 0,20 0,61 0,52 September 2013 0,05 0,33 0,27 Sumber: Diolah dari data Susenas Maret dan September 2013 Bila ditinjau menurut daerah, nilai Indeks Kedalaman Kemiskinan (P 1 ) baik daerah perkotaan maupun perdesaan mengalami penurunan. Pada Maret 2013 nilai Indeks Kedalaman Kemiskinan (P 1 ) di daerah perkotaan sebesar 0,82 menjadi 0,48 pada September 2013. Sementara itu, nilai Indeks Kedalaman Kemiskinan (P 1 ) di daerah perdesaan pada Maret 2013 sebesar 2,21 menjadi 1,54 pada September 2013. Sejalan dengan nilai Indeks Kedalaman Kemiskinan (P 1 ), nilai Indeks Keparahan Kemiskinan (P 2 ) di daerah perkotaan dan perdesaan pun mengalami penurunan. Di daerah perkotaan menurun sebesar 0,15 poin sedangkan daerah perdesaan menurun sebesar 0,28 poin. Nilai Indeks Kedalaman Kemiskinan (P 1 ) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P 2 ) pada September 2013 di daerah perdesaan lebih tinggi dibandingkan dengan di daerah perkotaan, demikian halnya dengan Maret 2013. Hal ini menunjukkan tingkat kemiskinan di daerah perdesaan masih lebih buruk daripada daerah perkotaan, walaupun sudah menunjukkan perbaikan khususnya di daerah perdesaan. 5 Berita Resmi Statistik Provinsi Barat No. 05/01/76/Th. VIII, 2 Januari 2014

5. Perbandingan Kemiskinan di Pulau Persentase penduduk miskin pada periode 2006 Maret 2013 di Pulau menunjukkan kecenderungan menurun, meskipun ada 2 provinsi yang mengalami fluktuasi yaitu Provinsi Gorontalo dan Barat. Provinsi Utara merupakan provinsi terendah persentase penduduk miskinnya di Pulau dalam kurun waktu Tahun 2006 - September 2013. Pada September 2013, persentase penduduk miskin di semua provinsi di Pulau mengalami peningkatan kecuali Provinsi Tengah dan Barat. Dalam Pulau, jika ditinjau menurut persentase penduduk miskin terendah maka Provinsi Barat berada pada posisi ke-3 setelah Utara dan Selatan. Tahun Tabel 5. Persentase Penduduk Miskin Antar Provinsi di Pulau Tahun 2006 2013 Utara Sumber: Diolah dari data Susenas 2006-2013 Tengah Selatan Tenggara Gorontalo Barat (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) 2006 11,54 23,63 14,57 23,37 29,13 20,74 2007 11,42 22,42 14,11 21,33 27,35 19,03 2008 10,10 20,75 13,34 19,53 24,88 16,73 2009 9,79 18,98 12,31 18,93 25,01 15,29 2010 9,10 18,07 11,60 17,05 23,19 13,58 Maret 2011 8,51 15,83 10,29 14,56 18,75 13,89 September 2011 8,46 16,04 10,27 14,61 18,02 13,64 Maret 2012 8,18 15,40 10,11 13,71 17,33 13,24 September 2012 7,64 14,94 9,82 13,06 17,22 13,01 Maret 2013 7,88 14,67 9,54 12,83 17,51 12,30 September 2013 8,50 14,32 10,32 13,73 18,01 12,23 6 Berita Resmi Statistik Provinsi Barat No. 05/01/76/Th. VIII, 2 Januari 2014

6. Penjelasan Teknis dan Sumber Data a. Untuk mengukur kemiskinan, BPS menggunakan konsep kemampuan memenuhi kebutuhan dasar (basic needs approach). Dengan pendekatan ini, kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang diukur dari sisi pengeluaran. Dengan pendekatan ini, dapat dihitung Headcount Index, yaitu persentase penduduk miskin terhadap total penduduk. b. Metode yang digunakan adalah menghitung Garis Kemiskinan (GK), yang terdiri dari dua komponen, yaitu Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Bukan Makanan (GKBM). Penghitungan Garis Kemiskinan dilakukan secara terpisah untuk daerah perkotaan dan perdesaan. Penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki ratarata pengeluaran per kapita per bulan dibawah Garis Kemiskinan. c. Garis Kemiskinan Makanan (GKM) merupakan nilai pengeluaran kebutuhan minimum makanan yang disetarakan dengan 2100 kkalori per kapita per hari. Paket komoditi kebutuhan dasar makanan diwakili oleh 52 jenis komoditi (padi-padian, umbi-umbian, ikan, daging, telur dan susu, sayuran, kacang-kacangan, buah-buahan, minyak dan lemak, dll). d. Garis Kemiskinan Bukan Makanan (GKBM) adalah kebutuhan minimum untuk perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan. Paket komoditi kebutuhan dasar nonmakanan diwakili oleh 51 jenis komoditi di perkotaan dan 47 jenis komoditi di perdesaan. e. Sumber data utama yang dipakai untuk menghitung tingkat kemiskinan tahun 2012 adalah data SUSENAS (Survei Sosial Ekonomi Nasional) bulan September 2013. Jumlah sampel sebesar ± 75.000 rumah tangga dimaksudkan supaya data kemiskinan dapat disajikan sampai tingkat provinsi. Sebagai informasi tambahan, juga digunakan hasil survei SPKKD (Survei Paket Komoditi Kebutuhan Dasar), yang dipakai untuk memperkirakan proporsi dari pengeluaran masing-masing komoditi pokok bukan makanan. 7 Berita Resmi Statistik Provinsi Barat No. 05/01/76/Th. VIII, 2 Januari 2014

BPS PROVINSI SULBAR Informasi lebih lanjut hubungi: Soman Wisnu Darma Kepala Bidang Statistik Sosial 8 Berita Resmi Statistik Provinsi Barat No. 05/01/76/Th. VIII, 2 Januari 2014