PENGEMBANGAN SUMBER DAYA RAWA

dokumen-dokumen yang mirip
Reklamasi Rawa. Manajemen Rawa

Reklamasi Rawa (HSKB 817)

30% 70% 97% Air Laut. Air Tawar

3. Kualitas Lahan & Kriteria Pengembangan

II. TINJAUAN PUSTAKA. (perairan) lainnya, serta komplek-komplek ekologi yang merupakan bagian dari

Rawa pasang surut adalah rawa yang terletak di pantai atau dekat pantai, di muara atau dekat muara sungai sehingga dipengaruhi oleh pasang surutnya

MATA KULIAH: PENGELOLAAN LAHAN PASUT DAN LEBAK SUB POKOK BAHASAN: KARAKTERISTIK LAHAN PASUT DAN LEBAK DARI SEGI ASPEK HIDROLOGI.

REKLAMASI TEKNIK PENGAIRAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

Rawa pasang surut adalah rawa yang terletak di pantai atau dekat pantai, di muara atau dekat muara sungai sehingga dipengaruhi oleh pasang surutnya

No baik hayati berupa tumbuhan, satwa liar serta jasad renik maupun non-hayati berupa tanah dan bebatuan, air, udara, serta iklim yang saling

TATA PENGELOLAAN BANJIR PADA DAERAH REKLAMASI RAWA (STUDI KASUS: KAWASAN JAKABARING KOTA PALEMBANG)

SISTEM DRAINASE KHUSUS

PENGELOLAAN RAWA & GAMBUT

dampak perubahan kemampuan lahan gambut di provinsi riau

Penataan Ruang. Kawasan Budidaya, Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya Pertanian

REKLAMASI PANTAI DI PULAU KARIMUN JAWA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

Pengelolaan tanah dan air di lahan pasang surut

PEDOMAN PEMANFAATAN LAHAN GAMBUT UNTUK BUDIDAYA KELAPA SAWIT

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pilihan yang sulit dihindari (Manwan, dkk dan Suryana. 2004). Hal ini

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29/PRT/M/2015 TENTANG RAWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2 menetapkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia tentang Rawa; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1974 t

Pengelolaan Tanah dan Air di Lahan Pasang Surut

BAB I PENDAHULUAN. termasuk kebutuhan akan sumberdaya lahan. Kebutuhan lahan di kawasan

Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dala

SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 6. PERAN MANUSIA DALAM PENGELOLAAN LINGKUNGANLatihan Soal 6.2

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG LAHAN GAMBUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI HUMBANG HASUNDUTAN,

MATA KULIAH: PENGELOLAAN LAHAN PASUT DAN LEBAK

4. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 32, Tambahan Lembaran Negara Republik

AMDAL. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan By Salmani, ST, MS, MT.

Sejarah pembukaan rawa

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II KONDISI UMUM LOKASI

KINERJA PENGENDALIAN PEMANFAATAN LAHAN RAWA DI KOTA PALEMBANG TUGAS AKHIR. Oleh: ENDANG FEBRIANA L2D

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 4. Dinamika Lithosferlatihan soal 4.6

Tata at Ai a r Rawa (Makr

2013, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Rawa adalah wadah air beserta air dan daya air yan

AGRIBISNIS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA

BAB I PENDAHULUAN. Wilayah pesisir Indonesia memiliki luas dan potensi ekosistem mangrove

Ir. ZURAIDA TITIN MARIANA, M.Si

Kebijakan Reklamasi di Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11/PRT/M/2015 TENTANG EKSPLOITASI DAN PEMELIHARAAN

BAB I PENDAHULUAN. Pendahuluan - 1 -

BAB VII KAWASAN LINDUNG DAN KAWASAN BUDIDAYA

PEDOMAN TEKNIS DESAIN OPTIMASI LAHAN RAWA TA 2018 DIREKTORAT PERLUASAN DAN PERLINDUNGAN LAHAN

PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DALAM PELAKSANAAN KEGIATAN SUMBER DAYA AIR

DRAINASE UNTUK MENINGKATKAN KESUBURAN LAHAN RAWA

BAB I PENDAHULUAN. Danau merupakan sumber daya air tawar yang berada di daratan yang

KONSEP PENGOLAHAN TAPAK PERMUKIMAN DI LAHAN RAWA, BANJARMASIN

IDENTIFIKASI JENIS-JENIS TANAH DI INDONESIA A. BAGAIMANA PROSES TERBENTUKNYA TANAH

TATA SALURAN. TIK : Mahasiswa akan dapat memahami Sistem Tata Saluran dgn Kolam Pasang, dan dapat mendimensi saluran PENGATURAN TATA AIR LAHAN PASUT

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PEDOMAN TEKNIS PENGGUNAAN DAN PEMANFAATAN TANAH

5/15/2012. Novitasari,ST.,MT

TINJAUAN PUSTAKA. Daerah Aliran Sungai (DAS) didefinisikan sebagai suatu wilayah yang

Dr. EDWARD Saleh FORUM DAS SUMATERA SELATAN 2013

BAB I PENDAHULUAN. Ekosistem pesisir tersebut dapat berupa ekosistem alami seperti hutan mangrove,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN. rumah tangga dapat mempengaruhi kualitas air karena dapat menghasilkan. Rawa adalah sebutan untuk semua daerah yang tergenang air, yang

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI PENELITIAN. temuan dan analisis terhadap area rawa yang direklamasi menjadi kawasan

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11/PRT/M/2015 TENTANG EKSPLOITASI DAN PEMELIHARAAN

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 6. DINAMIKA HIDROSFERLATIHAN SOAL 6.3

Lahan rawa untuk budidaya tanaman pangan berwawasan lingkungan Sholehien

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16/PRT/M/2015 TENTANG

BAB 3 METODOLOGI 3.1 TINJAUAN UMUM

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan

Bab IV DRAINASE BERWAWASAN LINGKUNGAN

Gambar 2.1.Komponen Drainase Sistem Polder yang Ideal

TUJUAN PEKERJAAN DRAINASE

PEDOMAN OPERASI DAN PEMELIHARAAN JARINGAN IRIGASI RAWA LEBAK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pemanfaatan canal blocking untuk konservasi lahan gambut

Gambar. Skema Batas Wilayah Pesisir

BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

LAHAN GAMBUT TERDEGRADASI SRI NURYANI HIDAYAH UTAMI UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 73 TAHUN 2013 TENTANG RAWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 73 TAHUN 2013 TENTANG RAWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PP 27/1991, RAWA... Bentuk: PERATURAN PEMERINTAH (PP) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 27 TAHUN 1991 (27/1991) Tanggal: 2 MEI 1991 (JAKARTA)

Mahasiswa diharapkan mampu menjelaskan peranan sumberdaya dalam pertanian dan permasalahannya

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 62 TAHUN 2010 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. dalamnya, tergenang secara terus menerus atau musiman, terbentuk secara alami

PENDAHULUAN. Indonesia memiliki hutan mangrove yang terluas di dunia. Hutan

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Kebutuhan pangan semakin meningkat sejalan dengan pertambahan

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA SURVEI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2014 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN EKOSISTEM GAMBUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 14/Permentan/PL.110/2/2009 TENTANG

TINJAUAN PUSTAKA. seluruh uang atau hasil material lainnya yang dicapai dari penggunaan kekayaan

KONDISI UMUM BANJARMASIN

PENDAHULUAN Latar Belakang

ANALISIS KESESUAIAN LAHAN RAWA PASANG SURUT UNTUK TAMBAK. SITI YULIAWATI DOSEN KOPERTIS WILAYAH I Dpk UNIVERSITAS DHARMAWANGSA MEDAN

28 antara 20º C 36,2º C, serta kecepatan angin rata-rata 5,5 knot. Persentase penyinaran matahari berkisar antara 21% - 89%. Berdasarkan data yang tec

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hutan mangrove adalah kelompok jenis tumbuhan yang tumbuh di

AIR Banjir dan Permasalahannya Di kota medan

MITIGASI BENCANA ALAM II. Tujuan Pembelajaran

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN EKOSISTEM GAMBUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Hutan bagi masyarakat bukanlah hal yang baru, terutama bagi masyarakat

BAB I PENDAHULUAN - 1 -

Transkripsi:

PENGEMBANGAN SUMBER DAYA RAWA Sejarah Pengembangan Rawa Berdasarkan UU SDA, rawa merupakan salah satu sumber air yang perlu dilindungi dan dimanfaatkan dlm rangka meningkatkan kesejahteraan rakyat dan sebagai sumber air yang dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan, rawa dan segala ekosistem didalamnya perlu dijaga kelestariannya agar tercapai kemanfaatan seoptimal mungkin. Berdasarkan PP No. 27 thn 1991, Rawa dijelaskan sebagai lahan genangan air yang secara alamiah terjadi terus menerus atau musiman akibat drainase alamiah yang terhambat serta mempunyai ciri-ciri khusus secara phisik, kimiawi, dan biologis. 1

Ditinjau dari aspek fisik lingkungan, daerah rawa umumnya merupakan lingkungan ekosistem yang spesifik dan bersifat rapuh (fragile) dengan karakteristik lahan dan hidrologi yang khas, sehingga menuntut penanganan yang hati-hati dalam pengembangannya. Sebagian besar daerah rawa memiliki pembatas untuk pengembangan pertanian, berupa terdapatnya lapisan gambut dengan ketebalan bervariasi, sulfat masam, intrusi air laut serta resiko genangan/banjir. Sejarah Pembukaan Rawa 1300 - Prabu Jaya Sei Pawan (Kalbar) 1890 Handil 1920 Pioner 1936-1950 - Kolonisasi (Anjir) 1950-1972 Polder 1969-1984 - Proyek P4S 1990-2000 - SWAMPS- ISDP (Terbatas) 1985-1999 - PLG Sejuta hektar (Keppres 82/1995-80/1999) 2007 - Revitalisasi dan Rehabilitasi PLG (Inpres no 2/2007) 2

RAWA (SWAMP) Lahan dengan topografi relatif datar dengan genangan-genangan yang terjadi secara alami dan terus menerus akibat drainase yg terhambat serta mempunyai karakteristik khas secara fisik,kimiawi dan biologis. REKLAMASI - Upaya atau proses perbaikan suatu kondisi lahan awal, rawa, tergenang, tanah pasir, tanah asli untuk sesuai pada sesuatu pemanfaatan tertentu. Fungsi Ekosistem Sumber Air Mencegah Intrusi Air Asin Proteksi Alam Dari Erosi Tempat Retensi Sedimen,nutrien Habitat Flora & Fauna Khas Mendukung Keanekaragaman Hayati 3

KARAKTERISTIK RAWA FISIK -Topografi relatif datar/cekung - Tanah lunak atau gambut KIMIAWI - Derajat keasaman rendah BIOLOGIS- Terdapat ikan-ikan rawa - Tumbuhan rawa - Hutan rawa Teknologi HIDROLIKA - Membangun sistem tata air untuk proses pematangan serta konsolidasi tanah FISIK/MEKANIS - Mengeringkan dan Menimbun tanah KIMIA - Memberikan zat-zat kimia tambahan pada tanah agar terjadi proses pematangan. BIOLOGIS - Memilih tanaman dgn varietas yang sesuai dgn alam rawa yg dapat mempercepat proses pematangan. 4

Istilah Rawa Istilah Rawa : Swamp Marsh Bog Fen Swamp area yang secara permanen selalu jenuh air, permukaan air tanahnya dangkal, atau tergenang air dangkal hampir sepanjang waktu dalam setahun. Ciri Ciri : Air umumnya tidak bergerak, atau tidak mengalir (stagnant), dan bagian dasar tanah berupa lumpur. Dalam kondisi alami, ditumbuhi oleh berbagai vegetasi dari jenis semaksemak sampai pohon-pohonan, dan Di daerah tropis biasanya berupa hutan rawa atau hutan gambut. Istilah Rawa Marsh genangan airnya bersifat tidak permanen, namun mengalami genangan banjir dari sungai atau air pasang dari laut secara periodik, dimana debu dan liat sebagai muatan sedimen sungai seringkali diendapkan Ciri ciri : Tanahnya selalu jenuh air, dengan genangan relatif dangkal. Marsh ditumbuhi berbagai tumbuhan akuatik, atau hidrofitik, seperti purun Marsh dibedakan menjadi : rawa pantai" (coastal marsh, atau saltwater marsh), rawa pedalaman" (inland marsh, atau fresh water marsh) 5

Istilah Rawa Bog yang tergenang air dangkal, dimana permukaan tanahnya tertutup lapisan vegetasi yang melapuk, khususnya lumut spaghnum sebagai vegetasi dominan, yang menghasilkan lapisan gambut (berreaksi) masam. Ada dua macam bog : blanket bog raised bog Blanket bog adalah rawa yang terbentuk karena kondisi curah hujan tinggi, membentuk deposit gambut tersusun dari lumut spaghnum, menutupi tanah seperti selimut pada permukaan lahan yang relatif rata. Raised bog adalah akumulasi gambut masam yang tebal, disebut hochmoor", yang dapat mencapai ketebalan 5 meter, dan membentuk lapisan (gambut) berbentuk lensa pada suatu cekungan dangkal Istilah Rawa Fen rawa yang tanahnya jenuh air, Ciri ciri : ditumbuhi rumputan rawa sejenis reeds, sedges, dan rushes, air tanahnya ber-reaksi alkalis, biasanya mengandung kapur (CaCO3), atau netral Membentuk lapisan gambut subur yang ber-reaksi netral, yang disebut laagveen atau lowmoor. 6

Tipe-tipe lahan basah/ daerah rawa menurut definisi Ramsar (Davies et al, 1995) Klasifikasi zona-zona wilayah rawa Menurut Widjaja-Adhi et al. (1992) : Zona I : Wilayah rawa pasang surut air asin/payau Zona II : Wilayah rawa pasang surut air tawar Zona Ill : Wilayah rawa lebak, atau rawa non-pasang surut 7

Rawa pasang surut air asin Rawa pasang surut air tawar 8

Rawa Lebak Estimasi Luas Lahan Rawa di Indonesia 9

Lahan Rawa Di Sumatera Selatan Lahan Rawa Pasang Surut : 383 945 Ha kab. Musi Banyuasin, Banyuasin, Ogan Komering Ilir Luas potensial 379 450 Ha, Luas fungsional 156 763 Ha Penggunaan untuk pertanian sawah dan tambak Lahan Rawa non pasang Surut (Lebak) : 135 002 Ha kab. Musi Banyuasin, Banyuasin, Muara Enim, Ogan Komering Ilir, Ogan ilir, Ogan Komering Ulu Timur Penggunaan untuk pertanian sawah lebak Reklamasi Reklamasi lahan adalah proses pembentukan lahan baru di pesisir atau bantaran sungai. tujuan utama reklamasi adalah menjadikan kawasan berair yang rusak atau tak berguna menjadi lebih baik dan bermanfaat. Kawasan baru tersebut biasanya dimanfaatkan untuk kawasan permukiman, perindustrian, bisnis dan pertokoan, pelabuhan udara, perkotaan, pertanian, serta objek wisata. 10

Reklamasi rawa adalah suatu upaya meningkatkan fungsi dan pemanfaatannya untuk kepentingan masyarakat luas terutama yang bermukim didaerah sekitar. Tujuan Reklamasi Rawa : - Meningkatkan produksi pangan - Meratakan penyebaran penduduk - Mempercepat pembangunan didaerah - Ketahanan Nasional Dalam penataan ruang wilayah, rawa termasuk kedalam kawasan budidaya Menurut Perda No 11 tahun 2012 tentang Rawa Kota Palembang Reklamasi Rawa dapat dilakukan dengan ketentuan harus menyediakan kolam retensi dan/atau penampungan air dengan ukuran 30% dari luas lahan yang akan di reklamasi sesuai dengan perencanaan dan petunjuk teknis dari instansi teknis Reklamasi rawa diatur dengan ketentuan sebagai berikut: a. Rawa yang boh dikeringan, ditimbun dan/atau dialih fungsikan peruntukkannya adalah rawa yang berada diluar Daerah Milik Jalan (DMJ) b. Penimbunan Rawa dapat menggunakan material pasir sungai c. Penimbunan rawa dapat dilakukan dengan ketinggian maksimum sampai batas banjir disesuaikan dengan lokasi setempat 11

Klasifikasi Reklamasi Rawa Sederhana Setengah teknis Teknis Polder Rawa Pasang Surut Saluran drainasi saja Pembagian air belum ada Tidak ada bangunan tata air permanen Pembagian dan pemberian air kurang akurat Ada tanggul-tanggul di sekeliling atau sebagian Ada saluran dan bangunan air permanen Pembagian dan pemberian air akurat Ada pompa, pintu, saluran dan bangunan air permanen yang lengkap Pemasukan dan pengeluaran debit dapat diatur Saluran pembuang terpisah dengan pembawa Ada tanggul keliling yang mengisolasi daerah Terletak di daerah rawa dipengaruhi pasut Pemberian / pembuangan air memanfaatkan mekanisme pasut Saluran pembawa pembuang dapat terpisah atau menjadi satu. Sistem Polder Sistem Reklamasi Elevasi permukaan tanah dibiarkan pada ketinggian aslinya, sedangkan airnya diturunkan atau dikeringkan dengan sistem pengontrolan tanggul dan pompa atau manajemen lainya. Tanah harus diisolasi dari pengaruh pemberatan air dari sekitarnya, yaitu dengan membuat tanggul 10/29/2016 keliling Norma Puspita, ST.MT 12

Sistem Reklamasi Sistem Timbunan menimbun perairan sampai muka lahan berada di atas muka air pasang tinggi (high water level). Sistem Reklamasi Sistem Kombinasi antara Polder dan Timbunan Reklamasi ini merupakan gabungan sistem polder dan sistem timbunan, yaitu setelah lahan diperoleh dengan metode pemompaan, lalu lahan tersebut ditimbun sampai ketinggian tertentu sehingga perbedaan elevasi antara lahan reklamasi dan muka air laut tidak besar. 13

Sistem Reklamasi Sistem Drainase Reklamasi sistem ini dipakai untuk wilayah pesisir yang datar dan relatif rendah dari wilayah di sekitarnya tetapi elevasi muka tanahnya masih lebih tinggi dari elevasi muka air laut. Teknologi Reklamasi Rawa Teknologi Hidrolika Membangun jaringan saluran agar terjadi proses pematangan serta konsolidasi tanah Teknologi Fisika / Mekanis Mengeringkan dan menimbung tanah Teknologi Kimia Memberikan zat-zat kimia tambahan untuk proses pematangan tanah Teknologi Biologi Memilih tanaman dengan varitas yang cocok dan yang dapat mempercepat pematangan tanah 14

Konsep Pengolahan Tapak Permukiman Konstruksi bangunan panggung Kontruksi pondasi batang kayu (log) kapur naga Kontruksi pondasi kacapuri kayu gelam Kontruksi pondasi pancangan kayu gelam 15

Terdapat area resapan air dan aliran air yang menerus 16

Sistem urug dan keruk Berdasarkan historisnya, pada saat membangun rumah orang dulu mengeruk tanah seluas rumah yang akan dibangun sebelum memasang pondasi. Kerukan ini berfungsi untuk mengurangi tanah berlumpur dan memudahkan pancangan gelam mengenai tanah keras pada saat dipancangkan. Hasil kerukan ditimbun ke depan rumah sebagai halaman. Sistem urug dan keruk merupakan manajemen air yang sudah dilakukan sejak dulu. Sebagian lahan di keruk untuk mengurug bagian lahan yang lain. Hasil kerukan biasanya berfungsi sebagai kanal atau kolam, sedangkan hasil urugan berfungsi sebagai jalan maupun halaman 17