PENGEMBANGAN SUMBER DAYA RAWA Sejarah Pengembangan Rawa Berdasarkan UU SDA, rawa merupakan salah satu sumber air yang perlu dilindungi dan dimanfaatkan dlm rangka meningkatkan kesejahteraan rakyat dan sebagai sumber air yang dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan, rawa dan segala ekosistem didalamnya perlu dijaga kelestariannya agar tercapai kemanfaatan seoptimal mungkin. Berdasarkan PP No. 27 thn 1991, Rawa dijelaskan sebagai lahan genangan air yang secara alamiah terjadi terus menerus atau musiman akibat drainase alamiah yang terhambat serta mempunyai ciri-ciri khusus secara phisik, kimiawi, dan biologis. 1
Ditinjau dari aspek fisik lingkungan, daerah rawa umumnya merupakan lingkungan ekosistem yang spesifik dan bersifat rapuh (fragile) dengan karakteristik lahan dan hidrologi yang khas, sehingga menuntut penanganan yang hati-hati dalam pengembangannya. Sebagian besar daerah rawa memiliki pembatas untuk pengembangan pertanian, berupa terdapatnya lapisan gambut dengan ketebalan bervariasi, sulfat masam, intrusi air laut serta resiko genangan/banjir. Sejarah Pembukaan Rawa 1300 - Prabu Jaya Sei Pawan (Kalbar) 1890 Handil 1920 Pioner 1936-1950 - Kolonisasi (Anjir) 1950-1972 Polder 1969-1984 - Proyek P4S 1990-2000 - SWAMPS- ISDP (Terbatas) 1985-1999 - PLG Sejuta hektar (Keppres 82/1995-80/1999) 2007 - Revitalisasi dan Rehabilitasi PLG (Inpres no 2/2007) 2
RAWA (SWAMP) Lahan dengan topografi relatif datar dengan genangan-genangan yang terjadi secara alami dan terus menerus akibat drainase yg terhambat serta mempunyai karakteristik khas secara fisik,kimiawi dan biologis. REKLAMASI - Upaya atau proses perbaikan suatu kondisi lahan awal, rawa, tergenang, tanah pasir, tanah asli untuk sesuai pada sesuatu pemanfaatan tertentu. Fungsi Ekosistem Sumber Air Mencegah Intrusi Air Asin Proteksi Alam Dari Erosi Tempat Retensi Sedimen,nutrien Habitat Flora & Fauna Khas Mendukung Keanekaragaman Hayati 3
KARAKTERISTIK RAWA FISIK -Topografi relatif datar/cekung - Tanah lunak atau gambut KIMIAWI - Derajat keasaman rendah BIOLOGIS- Terdapat ikan-ikan rawa - Tumbuhan rawa - Hutan rawa Teknologi HIDROLIKA - Membangun sistem tata air untuk proses pematangan serta konsolidasi tanah FISIK/MEKANIS - Mengeringkan dan Menimbun tanah KIMIA - Memberikan zat-zat kimia tambahan pada tanah agar terjadi proses pematangan. BIOLOGIS - Memilih tanaman dgn varietas yang sesuai dgn alam rawa yg dapat mempercepat proses pematangan. 4
Istilah Rawa Istilah Rawa : Swamp Marsh Bog Fen Swamp area yang secara permanen selalu jenuh air, permukaan air tanahnya dangkal, atau tergenang air dangkal hampir sepanjang waktu dalam setahun. Ciri Ciri : Air umumnya tidak bergerak, atau tidak mengalir (stagnant), dan bagian dasar tanah berupa lumpur. Dalam kondisi alami, ditumbuhi oleh berbagai vegetasi dari jenis semaksemak sampai pohon-pohonan, dan Di daerah tropis biasanya berupa hutan rawa atau hutan gambut. Istilah Rawa Marsh genangan airnya bersifat tidak permanen, namun mengalami genangan banjir dari sungai atau air pasang dari laut secara periodik, dimana debu dan liat sebagai muatan sedimen sungai seringkali diendapkan Ciri ciri : Tanahnya selalu jenuh air, dengan genangan relatif dangkal. Marsh ditumbuhi berbagai tumbuhan akuatik, atau hidrofitik, seperti purun Marsh dibedakan menjadi : rawa pantai" (coastal marsh, atau saltwater marsh), rawa pedalaman" (inland marsh, atau fresh water marsh) 5
Istilah Rawa Bog yang tergenang air dangkal, dimana permukaan tanahnya tertutup lapisan vegetasi yang melapuk, khususnya lumut spaghnum sebagai vegetasi dominan, yang menghasilkan lapisan gambut (berreaksi) masam. Ada dua macam bog : blanket bog raised bog Blanket bog adalah rawa yang terbentuk karena kondisi curah hujan tinggi, membentuk deposit gambut tersusun dari lumut spaghnum, menutupi tanah seperti selimut pada permukaan lahan yang relatif rata. Raised bog adalah akumulasi gambut masam yang tebal, disebut hochmoor", yang dapat mencapai ketebalan 5 meter, dan membentuk lapisan (gambut) berbentuk lensa pada suatu cekungan dangkal Istilah Rawa Fen rawa yang tanahnya jenuh air, Ciri ciri : ditumbuhi rumputan rawa sejenis reeds, sedges, dan rushes, air tanahnya ber-reaksi alkalis, biasanya mengandung kapur (CaCO3), atau netral Membentuk lapisan gambut subur yang ber-reaksi netral, yang disebut laagveen atau lowmoor. 6
Tipe-tipe lahan basah/ daerah rawa menurut definisi Ramsar (Davies et al, 1995) Klasifikasi zona-zona wilayah rawa Menurut Widjaja-Adhi et al. (1992) : Zona I : Wilayah rawa pasang surut air asin/payau Zona II : Wilayah rawa pasang surut air tawar Zona Ill : Wilayah rawa lebak, atau rawa non-pasang surut 7
Rawa pasang surut air asin Rawa pasang surut air tawar 8
Rawa Lebak Estimasi Luas Lahan Rawa di Indonesia 9
Lahan Rawa Di Sumatera Selatan Lahan Rawa Pasang Surut : 383 945 Ha kab. Musi Banyuasin, Banyuasin, Ogan Komering Ilir Luas potensial 379 450 Ha, Luas fungsional 156 763 Ha Penggunaan untuk pertanian sawah dan tambak Lahan Rawa non pasang Surut (Lebak) : 135 002 Ha kab. Musi Banyuasin, Banyuasin, Muara Enim, Ogan Komering Ilir, Ogan ilir, Ogan Komering Ulu Timur Penggunaan untuk pertanian sawah lebak Reklamasi Reklamasi lahan adalah proses pembentukan lahan baru di pesisir atau bantaran sungai. tujuan utama reklamasi adalah menjadikan kawasan berair yang rusak atau tak berguna menjadi lebih baik dan bermanfaat. Kawasan baru tersebut biasanya dimanfaatkan untuk kawasan permukiman, perindustrian, bisnis dan pertokoan, pelabuhan udara, perkotaan, pertanian, serta objek wisata. 10
Reklamasi rawa adalah suatu upaya meningkatkan fungsi dan pemanfaatannya untuk kepentingan masyarakat luas terutama yang bermukim didaerah sekitar. Tujuan Reklamasi Rawa : - Meningkatkan produksi pangan - Meratakan penyebaran penduduk - Mempercepat pembangunan didaerah - Ketahanan Nasional Dalam penataan ruang wilayah, rawa termasuk kedalam kawasan budidaya Menurut Perda No 11 tahun 2012 tentang Rawa Kota Palembang Reklamasi Rawa dapat dilakukan dengan ketentuan harus menyediakan kolam retensi dan/atau penampungan air dengan ukuran 30% dari luas lahan yang akan di reklamasi sesuai dengan perencanaan dan petunjuk teknis dari instansi teknis Reklamasi rawa diatur dengan ketentuan sebagai berikut: a. Rawa yang boh dikeringan, ditimbun dan/atau dialih fungsikan peruntukkannya adalah rawa yang berada diluar Daerah Milik Jalan (DMJ) b. Penimbunan Rawa dapat menggunakan material pasir sungai c. Penimbunan rawa dapat dilakukan dengan ketinggian maksimum sampai batas banjir disesuaikan dengan lokasi setempat 11
Klasifikasi Reklamasi Rawa Sederhana Setengah teknis Teknis Polder Rawa Pasang Surut Saluran drainasi saja Pembagian air belum ada Tidak ada bangunan tata air permanen Pembagian dan pemberian air kurang akurat Ada tanggul-tanggul di sekeliling atau sebagian Ada saluran dan bangunan air permanen Pembagian dan pemberian air akurat Ada pompa, pintu, saluran dan bangunan air permanen yang lengkap Pemasukan dan pengeluaran debit dapat diatur Saluran pembuang terpisah dengan pembawa Ada tanggul keliling yang mengisolasi daerah Terletak di daerah rawa dipengaruhi pasut Pemberian / pembuangan air memanfaatkan mekanisme pasut Saluran pembawa pembuang dapat terpisah atau menjadi satu. Sistem Polder Sistem Reklamasi Elevasi permukaan tanah dibiarkan pada ketinggian aslinya, sedangkan airnya diturunkan atau dikeringkan dengan sistem pengontrolan tanggul dan pompa atau manajemen lainya. Tanah harus diisolasi dari pengaruh pemberatan air dari sekitarnya, yaitu dengan membuat tanggul 10/29/2016 keliling Norma Puspita, ST.MT 12
Sistem Reklamasi Sistem Timbunan menimbun perairan sampai muka lahan berada di atas muka air pasang tinggi (high water level). Sistem Reklamasi Sistem Kombinasi antara Polder dan Timbunan Reklamasi ini merupakan gabungan sistem polder dan sistem timbunan, yaitu setelah lahan diperoleh dengan metode pemompaan, lalu lahan tersebut ditimbun sampai ketinggian tertentu sehingga perbedaan elevasi antara lahan reklamasi dan muka air laut tidak besar. 13
Sistem Reklamasi Sistem Drainase Reklamasi sistem ini dipakai untuk wilayah pesisir yang datar dan relatif rendah dari wilayah di sekitarnya tetapi elevasi muka tanahnya masih lebih tinggi dari elevasi muka air laut. Teknologi Reklamasi Rawa Teknologi Hidrolika Membangun jaringan saluran agar terjadi proses pematangan serta konsolidasi tanah Teknologi Fisika / Mekanis Mengeringkan dan menimbung tanah Teknologi Kimia Memberikan zat-zat kimia tambahan untuk proses pematangan tanah Teknologi Biologi Memilih tanaman dengan varitas yang cocok dan yang dapat mempercepat pematangan tanah 14
Konsep Pengolahan Tapak Permukiman Konstruksi bangunan panggung Kontruksi pondasi batang kayu (log) kapur naga Kontruksi pondasi kacapuri kayu gelam Kontruksi pondasi pancangan kayu gelam 15
Terdapat area resapan air dan aliran air yang menerus 16
Sistem urug dan keruk Berdasarkan historisnya, pada saat membangun rumah orang dulu mengeruk tanah seluas rumah yang akan dibangun sebelum memasang pondasi. Kerukan ini berfungsi untuk mengurangi tanah berlumpur dan memudahkan pancangan gelam mengenai tanah keras pada saat dipancangkan. Hasil kerukan ditimbun ke depan rumah sebagai halaman. Sistem urug dan keruk merupakan manajemen air yang sudah dilakukan sejak dulu. Sebagian lahan di keruk untuk mengurug bagian lahan yang lain. Hasil kerukan biasanya berfungsi sebagai kanal atau kolam, sedangkan hasil urugan berfungsi sebagai jalan maupun halaman 17