BAB II INFORMASI TENTANG GENERASI BERENCANA. remaja masa kini yang kian kompleks, yang bertujuan akhir untuk mengatasi laju

dokumen-dokumen yang mirip
Program Gen Re dalam penyiapan kehidupan berkeluarga bagi remaja

KUESIONER GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PELAJAR TERHADAP PROGRAM GENERASI BERENCANA DI SMA NEGERI 13 MEDAN TAHUN 2015

PENGORGANISASIAN PIK REMAJA YOLIN BOTUTIHE. Plt. Kasi. Remaja dan Perlindungan Hak-Hak Reproduksi BKKBN Provinsi Gorontalo

PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

BAB I PENDAHULUAN. data BKKBN tahun 2013, di Indonesia jumlah remaja berusia tahun sudah

Reproduksi Remaja (PIK-KRR)

BAB I PENDAHULUAN. juta jiwa adalah remaja usia tahun (BkkbN,2014). Menurut bidang

MEKANISME PENGELOLAAN PIK REMAJA/MAHASISWA DRS. ABD. HARIS ISMAIL. KABID. KS / PK BKKBN Provinsi Gorontalo

BAB III ANALISIS DESKRIPTIF


BAB I PENDAHULUAN. masa kanak-kanak menuju masa dewasa yang berusia tahun. Remaja adalah

BAB I PENDAHULUAN. 237,6 juta jiwa, sedangkan untuk jumlah remaja usia tahun sekitar 26,67

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut Program For Appropriate Technology in Health (PATH, 2000)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. remaja. Proses pola asuh orangtua meliputi kedekatan orangtua dengan remaja,

BAB I PENDAHULUAN. BKKBN merupakan singkatan dari Badan Koordinasi Keluarga Berencana

BAB I PENDAHULUAN. dewasa. Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN)

BAB I PENDAHULUAN. kecanduan narkoba dan ujung ujungnya akan terinfeksi HIV Aids dengan hal

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Profil Wilayah Kota Bandar Lampung pintu gerbang Pulau Sumatera. Sebutan ini

sebagai kegiatan utama dalam hal memberikan informasi dilaksanakan oleh semua PIK Remaja dengan cara dan

BAB I PENDAHULUAN. Maka dari itu belakangan ini pemerintah lebih mengutamakan untuk

PENDIDIKAN KEPENDUDUKAN BAGI REMAJA MASALAH DAN SOLUSI Oleh: Sunartiningsih, SE

BAB I PENDAHULUAN. selain jumlah sangat besar (menurut BPS tidak kurang dari 43,6 juta j iwa atau

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG DAMPAK PERNIKAHAN DINI TERHADAP KESEHATAN REPRODUKSI DI SMA NEGERI 1 PEUSANGAN KABUPATEN BIREUEN TAHUN 2017

BAB I PENDAHULUAN.

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja yang dalam bahasa Inggris adolesence, berasal dari bahasa latin

BAB IV USIA PERKAWINAN OLEH BADAN KOORDINASI KELUARGA BERENCANA NASIONAL JAWA TIMUR

UPAYA KANTOR PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN KELUARGA BERENCANA DALAM MENGEMBANGKAN PROGRAM GENERASI BERENCANA (GENRE) DI KABUPATEN BERAU

BUPATI BANDUNG BARAT PROVINSI JAWA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

TINJAUAN HASIL SURVAI INDIKATOR KINERJA RPJMN 2015 BKKBN PROVINSI JAMBI

PEDOMAN PEDOMAN PENGELOLAAN PUSAT INFORMASI DAN KONSELING REMAJA DAN MAHASISWA (PIK REMAJA/MAHASISWA)

RINCIAN APBD MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH, ORGANISASI, PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN

BAB I PENDAHULUAN. kelompok umur tahun dengan total jiwa, jenis kelamin

Panduan Pengelolaan Pusat Informasi dan Konseling Remaja. Edisi I : Tahun 2006 Edisi II : Tahun 2007 Edisi III : Tahun 2008 Edisi IV : Tahun 2009

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia menghadapi banyak masalah berkaitan dengan bidang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk yang

REMAJA GENRE: PELUANG MENUJU BONUS DEMOGRAFI

Yusnidar 1*) ABSTRAK. 1. Pendahuluan

SAMBUTAN SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN KEBUMEN P A D A SOSIALISASI PROGRAM GENERASI BERENCANA (GENRE) DI SMA NEGERI 2 KEBUMEN Sabtu, 13 Juni 2015

PERATURAN BUPATI KABUPATEN KARANGANYAR NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM KELUARGA BERENCANA DAERAH

I. PENDAHULUAN. sebanyak 237,6 juta jiwa, dengan 27,6% dari jumlah penduduknya adalah remaja

BAB I PENDAHULUAN. bonus demografi, dimana penduduk usia produktif yaitu penduduk dengan usia 15

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan dunia (WHO), definisi remaja (adolescence) adalah periode usia

proses kaderisasi. Adanya dukungan kebijakan yang tidak diimbangi dukungan dana yang

Sgmendung2gmail.com

Key Words : Strategi Komunikasi, Bidang Bina Ketahanan Remaja, Jumlah Genre

ANALISIS DAN EVALUASI PROGRAM KKBPK TAHUN 2015

GASTER, Vol. 8, No. 2 Austus 2011 ( )

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian mengenai Pemberdayaan Pemuda Melalui

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Syntax Literate : Jurnal Ilmiah Indonesia ISSN : e-issn : Vol. 2, No 7 Juli 2017

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan tahap kehidupan seseorang mencapai proses

BAB I PENDAHULUAN. goncangan dan stres karena masalah yang dialami terlihat begitu

Evaluasi Hasil Renja SKPD Perangkat Daerah : Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Kota Bima Periode Pelaksanaan: 2016

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadinya pubertas, yaitu seseorang yang dulunya masih anak-anak menjadi mampu

LAPORAN KEGIATAN EVALUASI PASCA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN ORIENTASI PENDIDIK SEBAYA DAN KONSELOR SEBAYA TAHUN 2010

BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai adanya proses perubahan pada aspek fisik maupun psikologis

BUPATI BENGKALIS SAMBUTAN BUPATI BENGKALIS PADA PEMBUKAAN AJANG KREATIVITAS REMAJA TINGKAT PROVINSI RIAU TAHUN 2016 DI KABUPATEN BENGKALIS

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BETAPA SERIUSNYA PERMASALAHAN REMAJA KITA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan nasional mencakup upaya peningkatan semua segi

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah suatu masa transisi dari masa anak-anak menuju ke jenjang masa

MENINGKATKAN PERAN SERTA REMAJA DALAM PELEMBAGAAN KELUARGA KECIL BAHAGIA SEJAHTERA MENUJU PENDUDUK TUMBUH SEIMBANG 2015

BAB 1 : PENDAHULUAN. sosial secara utuh pada semua hal yang berhubungan dengan sistem dan fungsi serta proses

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu berdasarkan pada suatu kriteriakriteria

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan seksual yang memuaskan dan aman bagi dirinya, juga mampu. berapa sering untuk memiliki keturunan (Kusmiran, 2012 : 94).

BAB 1 PENDAHULUAN. besar. AKI menurut Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007 yaitu

BAB I PENDAHULUAN. lepas dari berbagai masalah kependudukan. Masalah di bidang. Indonesia sebesar 1,49% per tahun.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan kebutuhan mendasar untuk kehidupan yang

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. saling mengasihi, saling mengenal, dan juga merupakan sebuah aktifitas sosial dimana dua

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV KEBIJAKAN PEMERINTAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL UNTUK MENGURANGI JUMLAH PERNIKAHAN ANAK

BAB I PENDAHULUAN. pangan, pendidikan, bahan bakar dan juga subsidi kesehatan. Oleh karena itu

SALINAN NOMOR TENTANG. dan. Menimbang. Dasar : 1. Negara. Provinsi. Bangkaa. Indonesia Tahun Belitung (Lembaran 4268); Indonesia.

MATERI TELAAH PROGRAM KKBPK TAHUN 2016 BIDANG KELUARGA SEJAHTERA DAN PEMBERDAYAAN KELUARGA. Jakarta, 5 September 2016

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM KELUARGA BERENCANA DAERAH

PENDEWASAAN USIA PERKAWINAN DAN OPTIMALISASI FUNGSI KELUARGA

MENGGUGAH KEPEDULIAN REMAJA TERHADAP PERMASALAHAN KEPENDUDUKAN DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Indonesia termasuk negara dengan presentase pernikahan usia muda

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Permasalahan remaja yang dihadapi sekarang berkaitan dengan

Analisis Penguasaan Pengetahuan Hasil Penyuluhan Pendewasaan Usia Perkawinan Dalam Program Generasi Berencana Pada Remaja Di SMP Negeri 39 Bandung

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. ke masa dewasa, yang disertai dengan berbagai perubahan baik secara fisik, psikis

BAB IV PENUTUP. A. Kesimpulan. Dari hasil penelitian yang telah dibahas mengenai strategi Badan

DAFTAR ISI. 1. Rencana Program Dan Kegiatan SKPD Kabupaten Sijunjung Tahun 2015 Pembiayaan APBD Kabupaten Sijunjung.

MEMBEBASKAN KULONPROGO DARI BAHAYA NARKOBA

BAB I PENDAHULUAN. Masalah yang dihadapi beberapa negara berkembang pada saat ini

BAB I PENDAHULUAN. mencapai angka 237,641,326. Maka dengan tingginya jumlah penduduk di

GEREBEG PASAR: DONGKRAK KESERTAAN KB PRIA

BAB I PENDAHULUAN. Data Pusat Informasi dan Layanan Remaja (PILAR) dan Perkumpulan. Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) Jateng tahun 2012 mengenai

PENGARUH PENYULUHAN TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KEHAMILAN TIDAK DIINGINKAN PADA REMAJA PUTRI DI SMA 1 PUNDONG BANTUL YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

RINCIAN APBD MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH, ORGANISASI, PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PROGRAM KELUARGA BERENCANA. a. Menghindari kelahiran yang tidak diinginkan. b. Mendapat kelahiran yang memang diinginkan

URUSAN WAJIB KELUARGA BERENCANA DAN KELUARGA SEJAHTERA

Transkripsi:

BAB II INFORMASI TENTANG GENERASI BERENCANA Dalam Bab II ini akan dijelaskan mengenai pelaksanaan Program Generasi Berencana (GenRe) di Indonesia dan di Kabupaten Banjarnegara. Mengingat GenRe merupakan program yang diunggulkan mampu mengatasi permasalahan remaja masa kini yang kian kompleks, yang bertujuan akhir untuk mengatasi laju pertumbuhan penduduk di Indonesia. 2.1 Kampanye Generasi Berencana di Indonesia Semakin tingginya jumlah pertumbuhan penduduk Indonesia, menyebabkan pemerintah mencanangkan program Keluarga Berencana yang diperuntukkan bagi pasangan menikah agar membatasi jumlah anak menjadi 2 anak. Bagi remaja, pemerintah juga mencanangkan program Generasi Berencana (GenRe). Program tersebut berangkat dari keprihatianan terhadap masih tingginya angka pernikahan dini di Indonesia. GenRe merupakan program untuk memfasilitasi terbentuknya Tegar Remaja yaitu remaja yang berperilaku sehat, terhindar dari resiko TRIAD KRR, menunda usia pernikahan, mempunyai perencanaan kehidupan berkeluarga untuk mewujudkan Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera serta menjadi contoh, model, idola dan sumber informasi bagi teman sebayanya. GenRe adalah remaja/mahasiswa yang memiliki pengetahuan, bersikap dan berperilaku sebagai sebagai remaja/mahasiswa utnuk menyiapkan dan merencanakan dengan matang 47

kehidupan berkeluarga, berpendidikan baik, berkarir dalam pekerjaan dan menikah dengan penuh perencanaan yang matang. Kampanye Generasi Berencana dilakukan oleh BKKBN dengan mengadakan sosialisasi ke sekolah-sekolah, kampus-kampus maupun desa-desa untuk memperkenalkan program dan memberikan materi seputar kesehatan reproduksi, TRIAD KRR, Pendewasaan Usia Perkawinan. Program GenRe bertujuan untuk memfasilitasi remaja agar berperilaku hidup sehat dan berakhlak untuk mencapai ketahanan remaja sebagai dasar mewujudkan Generasi Berencana. GenRe ditujukan untuk remaja/mahasiswa dengan beberapa kriteria sebagai berikut: 1. Remaja (10-24 tahun) yang belum menikah. 2. Mahasiswa/mahasiswi yang belum menikah. 3. Keluarga yang memiliki remaja. 4. Masyarakat yang peduli pada remaja. Program GenRe memiliki wadah sosialisasi dan konseling bagi remaja sebagai bentuk pelayanan bagi mereka yang bernama PIK-R/M (Pusat Informasi dan Konseling Remaja/Mahasiswa) yang didirikan di sekolah-sekolah, kampuskampus maupun desa-desa di Indonesia yang dikelola dari, oleh dan untuk remaja yang memberikan materi seputar Pendewasaan Usia Perkawinan, TRIAD KRR, keterampilan hidup, advokasi dan KIE. Pada tahun 2015 ini, Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional mengintensifkan program GenRe dengan memperbanyak pembentukan PIK-R/M. Sebagai penyuluhnya adalah para merupakan teman-teman sebaya 48

mereka sehingga diharapkan dapat lebih mudah menyampaikan pesan ke sesama remaja (Puspitasari, 2015. BKKBN Intesifkan Program Generasi Berencana). Siapapun dapat menjadi pendidik/konselor sebaya dengan usia maksimum 24 tahun dan belum menikah. Para pendidik/konselor sebaya sebagai penyuluh harus menguasai materi seputar 8 Fungsi Keluarga, Pendewasaan Usia Perkawinan, TRIAD KRR, dan Keterampilan hidup, Advokasi dan KIE yang nantinya akan disosialisasikan dan dipraktikan pada remaja sebayanya. Kegiatan yang dilakukan oleh PIK-R ini meliputi: 1. Di dalam dan di luar PIK R/M dengan bentuk aktifitas pemberian informasi baik di dalam PIK R/M maupun di luar PIK R/M misalnya melalui dialog interaktif di radio dan TV, penyuluhan dan pembinaan, konseling, penyelenggaraan seminar, roadshow ke sekolah lain, pameran, pentas seni dan lain-lain. 2. Menggunakan media cetak misalnya majalah dinding, leaflet, poster dan elektronik misalnya radio, televisi, dan website. 3. Melakukan kegiatan yang dapat menarik minat remaja untuk datang ke PIK R/M misalnya jambore remaja, lintas alam/outbond, bedah buku, bedah film, bimbingan belajar siswa, studi banding, kegiatan ekonomi produktif, kegiatan kesenian dan olahraga, lomba-lomba, buka puasa bersama, bercocok tanam, beternak dsb. Melakukan pelayanan lain sesuai kebutuhan remaja (pemeriksaan gigi, konsultasi kecantikan, konsultasi gizi). 49

4. Terlibat dalam kegiatan sosial misalnya pelayanan kesehatan, kebersihan lingkungan dan kampanye Perilaku Hidup Berwawasan Kependudukan (PHBK) lain-lain. Kegiatan-kegiatan tersebut dilakukan guna mengoptimalkan pencapaian tujuan yang ingin diraih, karena sosialisasi/penyuluhan semata kurang efektif untuk mengubah sikap bahkan perilaku remaja, sehingga diperlukan kegiatan yang memacu remaja untuk produktif, tidak membuang waktu mereka untuk halhal negatif, sebagai modal dalam mempersiapkan kehidupan berkeluarga yang berkualitas baik. Sebagai cara untuk menarik minat remaja agar mau datang bergabung untuk konseling maupun mengikuti kegiatan dari PIK-R, maka para pendidik/konselor sebaya perlu memerhatikan prinsip-prinsip seperti: melibatkan para remaja secara aktif dalam mengelola program dan pemberian pelayanan seputar materi substansi PIK-R, memperhitungkan kebutuhan remaja dalam memberikan pelayanan informasi dan konseling secara spesifik, memberikan informasi yang lengkap dan benar tentang program GenRe dan konseling yang dibutuhkan sebagai hak remaja, menyesuaikan waktu dan tempat pelayanan sesuai dengan waktu luang yang dimiliki oleh remaja. Dalam memberikan pelayanan kepada remaja, PIK-R diharapkan mampu mengembangkan kegiatan yang melibatkan remaja, menjaga kerahasiaan dari remaja yang berkonsultasi, membuat suasana pelayanan tidak formal sehingga remaja yang datang merasa nyaman, dan apabila pendidik/konselor sebaya tidak dapat menangani masalah yang dihadapi oleh remaja, maka mereka perlu 50

merujuknya pada tempat pelayanan yang lebih mendukung seperti guru bimbingan, psikolog dsb. Bentuk pelayanan yang dilakukan oleh pendidik/konselor sebaya lebih kepada komunikasi interpersonal, di mana antara pendidik/konselor sebaya dan remaja dapat mengutarakan perasaan, kemauan dan pendapat mereka, dan saling bertukar informasi serta mengklarifikasi isu-isu yang muncul melalui dialog. Semua itu dilakukan dengan didasari kebenaran, kejujuran dan berkelanjutan. Dalam melakukan promosi dan sosialisasi kepada para remaja yang menjadi sasaran utama dan keluarga yang memiliki remaja, para pendidik/konselor sebaya memperkenalkan PIK-R sebagai wadah informasi dan konseling yang dapat memberikan wawasan tentang masalah remaja dan penyelesaiannya. Untuk menciptakan pendidik/konselor sebaya yang mampu menyampaikan pesan dari materi program dengan benar dan cukup, perlu dilakukan pendidikan dan pelatihan oleh dinas terkait. Di samping itu, pendidik/konselor sebaya perlu mengasah kemampuan mereka dalam berkomunikasi dengan remaja sebayanya, pribadi yang aktif dalam mempromosikan dan menyosialisasikan materi. Karena tanpa keaktifan dari sumber pesan yaitu pendidik/konselor sebaya ini, pengetahuan yang telah mereka terima selama pelatihan akan kurang atau bahkan susah untuk tersalurkan ke sasaran program. 51

2.2 Perkembangan Kampanye Generasi Berencana di Banjarnegara Jawa Tengah merupakan salah satu provinsi yang masih memiliki angka pernikahan dini yang terbilang tinggi, yaitu 27,84% yang bersanding dengan provinsi Jawa Timur 39,43%, Kalimantan Selatan 35,48%, Jambi 30,63% dan Jawa Barat 36% untuk pernikahan di bawah 16 tahun (Sobri, 2014. Kesehatan Reproduksi Mencegah Pernikahan Dini). Ada beberapa kabupaten/kota yang mempunyai jumlah pernikahan dini tinggi, salah satunya adalah Kabupaten Banjarnegara, dengan jumlah yang mencapai 30,33% per Mei 2015 untuk usia kawin di bawah 20 tahun khusunya bagi perempuan. Di sini terlihat perempuan sangat rentan menjadi pelaku pernikahan dini. Bahkan terdapat kasus di mana remaja yang masih duduk di bangku sekolah menengah pertama telah melakukan pernikahan. Sebagai langkah menanggulangi masalah tersebut, Badan Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Perempuan Kabupaten Banjarnegara di bawah naungan BKKBN Jawa Tengah bekerja sama dengan berbagai pihak seperti Dinas Pendidikan, Dinas Kesehatan gencar melakukan sosialisasi/penyuluhan terkait materi Pendewasaan Usia Perkawinan, Triad KRR, dan keterampilan hidup ke sekolah-sekolah maupun desa-desa. Kasus tingginya pernikahan dini ini memang merupakan pekerjaan rumah yang sulit untuk diselesaikan, terutama dari penanaman kesadaran baik remaja yang bersangkutan dan dari pihak orang tua. Sosialisasi yang dilakukan oleh pihak berwenang pun tidak dapat dilakukan setiap bulan dikarenakan keterbatasan dana dan sumber daya. 52

Untuk menindaklanjuti sosialisasi tersebut, kemudian dibentuk PIK-R sebagai wadah informasi dan konseling remaja setempat dan bagi orang tua dibentuk Bina Keluarga Remaja. Dalam setiap pembentukan PIK-R, dibutuhkan minimal 2 pendidik dan 2 konselor sebaya dengan sifat sukarela, kemudian calon pendidik/konselor sebaya diberikan pelatihan terkait seluruh materi GenRe oleh pihak berwenang. Tahapan dari pembentukan yaitu pada awal tahun, menunjuk satu desa untuk membetuk PIK-R yang bekerja sama dengan puskesmas atau bidan setempat untuk memberikan pelatihan terkait materi program. Tiga bulan kemudian empat atau lima orang yang telah mengikuti pelatihan ditunjuk untuk mengikuti pelatihan di tingkat kecamatan. Bagi para pendidik/konselor sebaya pun berlaku masa aktif tugasnya, bagi pendidik sebaya yaitu sampai usia 20 tahun dan 24 tahun bagi konselor sebaya selama mereka belum menikah. Perbedaannya adalah pendidik sebaya lebih kepada remaja yang memberikan edukasi pada teman sebayanya, sedangkan konselor lebih pada membimbing, menampung segala curhatan. PIK-R sendiri terbagi menjadi PIK-R di tingkat sekolah terutama di sekolah menengah atas, dan PIK-R tingkat desa. Saat ini PIK-R belum masuk ke sekolah menengah pertama, namun sudah dilaksanakan sosialisasi materi kesehatan reproduksi. Menurut Bapak Edi Yohanes sebagai petugas BKBPP Banjarnegara yang bertanggung jawab mengurus PIK-R di seluruh Banjarnegara, bahwa untuk sosialisasi di tingkat sekolah, biasanya dilakukan saat kegiatan masa orientasi siswa, sedangkan di desa lebih memanfaatkan perkumpulan remaja 53

masjid. Sosialisasi dan konseling belum seperti harapan atau sesuai dengan standar apa yang selama ini dipahami sebagai sosialisasi dan konseling dikarenakan dari segi biaya, dan sumber pesan pun bersifat sukarela serta terutama untuk mengumpulkan remaja sebagai sasaran program. Berdasarkan hasil wawancara dengan petugas BKBPP Banjarnegara, sejauh ini keberadaan PIK-R di sekolah-sekolah lebih aktif dikarenakan berada di bawah naungan organisasi sekolah sehingga kontrol terhadap kegiatan terbilang baik dan remaja yang terlibat masih peduli. Berbeda dengan PIK-R di sekolah, PIK-R di desa-desa masih membutuhkan peningkatan baik dari kesadaran remaja setempat untuk ikut kegiatan maupun berpartisipasi dalam konseling dan kepengurusan. Salah satu alasannya karena selepas mereka lulus sekolah, remaja cenderung untuk merantau mencari pekerjaan karena itu berimbas pada kepengurusan PIK-R. Saat ini Kabupaten Banjarnegara telah memiliki 54 PIK Remaja baik PIK di sekolah maupun di desa, dengan pengelompokkan PIK-R Tumbuh berjumlah 54, Tegak sebanyak 11, dan Tegar berjumlah 6 dari 20 kecamatan yang ada, dengan pendidik/konselor sebaya. Dari beberapa PIK-R tersebut, peneliti mendapatkan satu PIK-R yang bernama PIK-R Manunggal yang berdiri sejak tahun 2009 yang sekarang telah menjadi PIK-R tahap Tegar terhitung sejak tahun 2011 di Desa Sirkandi, Kecamatan Purwareja Klampok berdasarkan teknik sampling multistage yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya. Desa Sirkandi ini merupakan desa yang dulunya menyumbangkan jumlah pernikahan dini yang tinggi di Kecamatan Purwareja Klampok. Selain karena 54

kasus kehamilah tidak diinginkan (KTD), masih banyaknya pihak yang percaya pada mitos juga ikut memengaruhi, yaitu dimana ketika seorang anak gadis disukai oleh lelaki dan tidak disegerakan untuk menikah, maka ke depannya akan sulit mendapatkan jodoh bagi perempuannya. Setelah dibentuk PIK-R dan kegiatan berjalan aktif, terlihat perubahan angka pernikahan dini yang semakin berkurang. pernikahan dini yang tinggi ya di Sirkandi, kalau sekarang ya nggak begitu karena PIK-R juga jalan. (Ibu Yuli, Pengurus UPT Purwareja Klampok, wawancara, 9 Juli 2015). Dalam melakukan sosialisasi atau memberikan edukasi tentang kesehatan reproduksi remaja, baik dari Pembina UPT dan dokter, mengalami kebingungan terhadap sikap dan perilaku remaja, Teknologi juga memengaruhi. Dokter yang memberikan sosialisasi ke remaja tentang kesehatan reproduksi pun kebingungan karena bila kita tidak sosialisasi, takut remaja akan salah paham. Namun setelah diberikan sosialisasi, setelah mereka tahu, malah akhirnya juga begini. Karena remaja suka coba-coba, setelah tahu kemudian mereka jadi penasaran (Ibu Yuli, Pengurus UPT Purwareja Klampok, wawancara, 9 Juli 2015). Dengan kata lain, masalah remaja terkait pernikahan dini yang salah satunya akibat dari adanya kehamilan tidak diinginkan, tidak hanya dapat diselesaikan oleh satu pihak saja, dibutuhkan peran orang tua juga guna mendukung kesuksesan program. Oleh karena itu, dari pihak pemerintah pun mencanangkan pembentukan Bina Keluarga Remaja yang diperuntukkan oleh para orang tua yang memiliki anak remaja. Sebagai pusat informasi dan konseling, PIK-R Manunggal kerap menyelenggarakan sosialisasi maupun konseling bagi teman sebaya serta 55

mengadakan berbagai kegiatan yang mengikutsertakan remaja di dalamnya. Setiap bulan setidaknya sekali diadakan acara perkumpulan remaja dengan agenda saling bertukar informasi. Salah satu agenda rutin adalah melakukan jalan santai setiap tahun, juga kegiatan-kegiatan pada peringatan hari-hari besar seperti peringatan hari kemerdekaan, dan bulan Ramadan. Dalam melaksanakan program, menyebarkan informasi tidak jarang menemukan kesulitan seperti susahnya remaja untuk diajak berkumpul, sehingga mengharuskan pendidik/konselor sebaya bekerja lebih keras, anak-anak kalau diminta datang kadang hanya sedikit yang datang, kadang banyak. Sulitnya untuk membuat generasi yang baru ikut serta dalam sosialisasi. Sekalipun sudah memberikan sosialisasi namun tanggapan mereka cenderung mengabaikan. Mereka lebih suka ikut kegiatan (outdoor).untuk konseling sifatnya seperti curhat perorangan (Arif, Pendidik sebaya, wawancara, 9 Juli 2015). Seperti yang ditegaskan oleh Ketua UPT Purwareja Klampok, Bapak Khaerul, bahwa untuk pelayanan konseling sifatnya hampir sama seperti curhat dengan teman, intinya untuk melatih konselor sebaya tentang materi program GenRe seperti Triad KRR, Pendewasaan Usia Perkawinan, dan harapannya dapat menjadi pusat informasi, waktunya pun fleksibel. Diterangkan oleh Arif, salah seorang konselor sebaya dari PIK-R Manunggal, bahwa konselor sebaya harus berusaha mencari pemecahan masalah atau solusi yang dihadapi oleh remaja tersebut, sedangkan curhat antarteman lebih bersifat mendengarkan saja tanpa ada kewajiban menemukan solusi masalah. 56

Dalam rangka malakukan pelayanan inti seperti bertukar informasi dan konseling dengan remaja, PIK-R Manunggal terbilang kerap mengadakan kegiatan untuk membangun keakraban di antara remaja setempat seperti buka puasa bersama yang diadakan bulan Juni lalu. Di dalam pertemuan semacam itu, remaja dapat saling bertukar informasi dan curhat, sehingga pendidik/konselor sebaya lebih mudah masuk karena dengan keakraban, remaja menjadi nyaman, tidak canggung untuk mengutarakan perasaan maupun pendapat mereka. PIK-R Manunggal ini dikatakan telah berkontribusi cukup besar dalam memberikan pengetahuan terkait materi program GenRe guna mempersiapkan remaja dalam merencanakan kehidupannya, menikah saat usia telah matang dengan kemapanan ekonomi maupun psikologis. Mengingat sebelum adanya penyuluhan dan konseling, tidak jarang remaja mengalami kehamilan tidak diinginkan. Gambar 2.1 Tempat dan Kegiatan PIK-R Manunggal Desa Sirkandi 57

Sumber: Dokumentasi oleh PIK-R Manunggal 58