III. HASIL DAN PEMBAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
PENYISIHAN LOGAM KROMIUM (Cr) AIR LIMBAH PENYAMAKAN KULIT MENGGUNAKAN ORGANICREMOVAL SEBAGAI TREATMENT AWAL AIR PASOK KEGIATAN BUDIDAYA IKAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. Lanjutan Nilai parameter. Baku mutu. sebelum perlakuan

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. mandi, mencuci, dan sebagainya. Di sisi lain, air mudah sekali terkontaminasi oleh

PEMBUATAN KHITOSAN DARI KULIT UDANG UNTUK MENGADSORBSI LOGAM KROM (Cr 6+ ) DAN TEMBAGA (Cu)

Bab IV Hasil dan Pembahasan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan sektor industri menyebabkan peningkatan berbagai kasus

Pemanfaatan Biomaterial Berbasis Selulosa (TKS dan Serbuk Gergaji) Sebagai Adsorben Untuk Penyisihan Ion Krom dan Tembaga Dalam Air

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Larutan logam kromium yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Logam berat merupakan salah satu bahan pencemar perairan.

I. PENDAHULUAN. akumulatif dalam sistem biologis (Quek dkk., 1998). Menurut Sutrisno dkk. (1996), konsentrasi Cu 2,5 3,0 ppm dalam badan

BAB I PENDAHULUAN. industri tapioka, yaitu : BOD : 150 mg/l; COD : 300 mg/l; TSS : 100 mg/l; CN - :

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 1 KIMIA PERAIRAN

4.2. Kadar Abu Kadar Metoksil dan Poligalakturonat

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

AIR LIMBAH INDUSTRI PENYAMAKAN KULIT

Tingkat Kelangsungan Hidup

LAMPIRAN 1 DATA HASIL PERCOBAAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN. rata-rata nilai BOD dapat dilihat pada Gambar 5.1. Gambar 5.1. Nilai BOD dari tahun 2007 sampai 2014.

4.1. Penentuan Konsentrasi Gel Pektin dalam Cookies

Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian Secara Keseluruhan

BAB III METODE PENELITIAN. ini diberikan perlakuan untuk memanipulasi objek penelitian disertai dengan

MAKALAH PENDAMPING : PARALEL A EFEKTIVITAS AMPAS TEH SEBAGAI ADSORBEN ZAT WARNA TEKSTIL MALACHITE GREEN

HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya pertumbuhan dan aktivitas masyarakat Bali di berbagai sektor

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAKU MUTU LIMBAH CAIR UNTUK INDUSTRI PELAPISAN LOGAM

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

Warna Bau ph Kuning bening Merah kecoklatan Coklat kehitaman Coklat bening

HASIL DAN PEMBAHASAN y = x R 2 = Absorban

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kehidupan Plankton. Ima Yudha Perwira, SPi, Mp

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. manusia seperti industri kertas, tekstil, penyamakan kulit dan industri lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. oleh karena itu kebutuhan air tidak pernah berhenti (Subarnas, 2007). Data

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 PENELITIAN PENDAHULUAN

BAB III METODE PENELITIAN. Ide Penelitian. Studi Literatur. Persiapan Alat dan Bahan Penelitian. Pelaksanaan Penelitian.

HASIL DAN PEMBAHASAN. Adsorpsi Zat Warna

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

LIMBAH CAIR PENYAMAKAN KULIT DENGAN TANAMAN

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan zat kehidupan tidak satupun makhluk hidup di kehidupan ini

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. Preparasi Adsorben

BAB I PENDAHULUAN. tumbuhan. Secara alami pati ditemukan dalam bentuk butiran-butiran yang

IV HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TELAAH PUSTAKA. bio.unsoed.ac.id

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Pencemaran lingkungan perairan yang disebabkan oleh logam-logam berat

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan adalah kromium (Cr). Krom adalah kontaminan yang banyak ditemukan

Waterlettuce (Pistia statiotes L.) as Biofilter

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Industri yang menghasilkan limbah logam berat banyak dijumpai saat ini.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Tingkat Penggunaan Limbah Laju Pertumbuhan %

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. seiring dengan meningkatnya konsumsi di masyarakat. Semakin pesatnya

BAB I PENDAHULUAN. limbah yang keberadaannya kerap menjadi masalah dalam kehidupan masyarakat.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 7. Hasil Analisis Karakterisasi Arang Aktif

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil analisis P-larut batuan fosfat yang telah diasidulasi dapat dilihat pada Tabel

HASIL DAN PEMBAHASAN A. ANALISIS GLISEROL HASIL SAMPING BIODIESEL JARAK PAGAR

BAB I PENDAHULUAN. semakin banyaknya industri-industri yang berkembang, baik dalam skala besar

PEMANFAATAN BIJI ASAM JAWA (TAMARINDUS INDICA) SEBAGAI KOAGULAN ALTERNATIF DALAM PROSES PENGOLAHAN AIR SUNGAI

barang tentu akan semakin beraneka ragam pula hasil buangan sampingnya. Dari

HASIL DAN PEMBAHASAN. nm. Setelah itu, dihitung nilai efisiensi adsorpsi dan kapasitas adsorpsinya.

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... v. DAFTAR TABEL... viii DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... BAB I PENDAHULUAN...

BAB IV. karakterisasi sampel kontrol, serta karakterisasi sampel komposit. 4.1 Sintesis Kolagen dari Tendon Sapi ( Boss sondaicus )

JKK,Tahun 2014,Volum 3(3), halaman 7-13 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. berbahaya dalam arti (toksisitas) yang tinggi, biasanya senyawa kimia yang sangat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

PEMANFAATAN BIJI KELOR (MORINGA OLEIFERA) SEBAGAI KOAGULAN ALTERNATIF DALAM PROSES PENJERNIHAN LIMBAH CAIR INDUSTRI TEKSTIL KULIT

REAKSI SAPONIFIKASI PADA LEMAK

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab V Hasil dan Pembahasan

LAMPIRAN 1 DATA PENELITIAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Dari hasil pengukuran terhadap beberapa parameter kualitas pada

ADSORPSI IOM LOGAM Cr (TOTAL) DENGAN ADSORBEN TONGKOL JAGUNG (Zea Mays L.) KOMBINASI KULIT KACANG TANAH (Arachis Hypogeal L.) MENGGUNAKAN METODE KOLOM

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sistem resirkulasi merupakan sistem yang memanfaatkan kembali air yang

Lampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI ) Kadar Air (%) = A B x 100% C

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. perikanan. Pakan juga merupakan faktor penting karena mewakili 40-50% dari

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni sampai dengan Agustus 2011

Analisis Penurunan Kadar Cr, Cd DAN Pb Limbah Laboratorium Dasar Ppsdm Migas Cepu Dengan Adsorpsi Serbuk Eceng Gondok (Eichornia crassipes)

MAKALAH PENDAMPING : PARALEL A

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. waterbath, set alat sentrifugase, set alat Kjedalh, AAS, oven dan autoklap, ph

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ADSORBSI ZAT WARNA TEKSTIL RHODAMINE B DENGAN MEMANFAATKAN AMPAS TEH SEBAGAI ADSORBEN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Transkripsi:

III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil 3.1.1 Perolehan Organicremoval Hasil pembuatan organicremoval dari kulit singkong dan kulit kacang tanah dari 100 gram kulit mentah diperoleh hasil sebagai berikut (Tabel 1 dan Tabel 2). Tabel 1. Perolehan Organicremoval Kulit Singkong Organicremoval Bobot Awal (g) Bobot Akhir (g) % Perolehan DWO 100,00 61,80 61,65 NAO 19,13 13,05 68,20 PAO 16,79 12,89 76,77 Keterangan : DWO : Organicremoval pencucian air deionisasi (Destilation Water Organicremoval) NAO : Organicremoval termodifikasi asam nitrat (Nitric Acid Organicremoval) PAO : Organicremoval termodifikasi asam fosfat (Phosphatic Acid Organicremoval) Perolehan organicremoval kulit singkong untuk setiap jenis organicremoval diatas 60% dari bobot awal bahan. Perolehan adsorben organik kulit singkong yang dicuci dengan air destilasi (DWO) adalah 61,80 g dari 100,00 g bahan awal, perolehan adsorben organik kulit singkong modifikasi asam nitrat (NAO) adalah 13,0493 g dari 19,1329 g bahan awal, sedangkan perolehan adsorben organik kulit singkong modifikasi asam fosfat (PAO) adalah 12,89 g dari 16,79 g bahan awal. Hasil menunjukkan setiap jenis adsorben organik berkurang 30-40% dari bobot awal untuk setiap perlakuan. Tabel 2. Perolehan Organicremoval Kulit Kacang Tanah Organicremoal Bobot Awal (g) Bobot Akhir (g) % Perolehan DWO 101,08 84,14 83,23 NAO 28,90 23,94 82,83 PAO 28,05 24,97 89,02 Keterangan : DWO : Organicremoval pencucian air deionisasi (Destilation Water Organicremoval) NAO : Organicremoval termodifikasi asam nitrat (Nitric Acid Organicremoval) PAO : Organicremoval termodifikasi asam fosfat (Phosphatic Acid Organicremoval) Perolehan organicremoval kulit kacang tanah yang dicuci dengan air destilasi (DWO) adalah 84,14 g dari 101,08 g bahan awal, perolehan organicremoval kulit kacang tanah modifikasi asam nitrat (NAO) adalah 23,94 g dari 28,90 g bahan awal, sedangkan perolehan organicremoval kulit kacang tanah modifikasi asam fosfat (PAO) adalah 24,97 g dari 28,05 g bahan awal. Bobot

akhir organicremoval pada setiap perlakuan berkurang antara 11-19% dari bobot awal. 3.1.2 Konsentrasi, Absorbansi Larutan Ion Cr, dan Kurva Standar Cr Konsentrasi dan absorbansi larutan ion Cr untuk pembuatan kurva standar ditunjukkan pada Tabel 3 sedangkan grafik kurva ditunjukkan pada Gambar 1. Tabel 3. Konsentrasi dan Absorbansi Larutan Ion Cr pada Pembuatan Kurva Standar Cr Kode Konsentrasi (mg/l) Absorbansi Std 1 0,10 0,002 Std 2 0,50 0,011 Std 3 1,00 0,021 Std 4 2,00 0,036 Std 5 3,00 0,053 Std 6 4,00 0,060 Gambar 1. Kurva Standar Kromium Kurva standar Cr diperoleh dari pengukuran larutan standar kromium dengan AAS, kurva digunakan dalam penghitungan konsentrasi kromium dalam satuan mg/l. Pembuatan kurva standar menghasilkan persamaan y = 0,015x + 0,003. Konsentrasi akhir kandungan Cr didalam air limbah penyamakan kulit setelah diberi perlakuan organicremoval ditunjukkan pada Tabel 4.

Tabel 4. Konsentrasi Larutan Ion Cr pada Masing-Masing Organicremoval Jenis kulit Singkong Kacang tanah Keterangan : sg : singkong kc : kacang tanah Kode Adsorben organik Ulangan Konsentrasi awal (mg/l) Konsentrasi akhir (mg/l) DWO sg 1 1,15 1,13 DWO sg 2 1,15 1,04 NAO sg 1 1,15 0,04 NAO sg 2 1,15 0,01 PAO sg 1 1,15 0,08 PAO sg 2 1,15 0,05 DWO kc 1 1,15 1,24 DWO kc 2 1,15 1,37 NAO kc 1 1,15 0,50 NAO kc 2 1,15 0,49 PAO kc 1 1,15 0,48 PAO kc 2 1,15 0,50 Setelah dilakukan treatment pada air limbah penyamakan kulit dengan kadar Cr awal 1,15 mg/l menggunakan berbagai jenis organicremoval diperoleh hasil yang ditunjukkan pada Tabel 4, konsentrasi awal logam Cr didalam air limbah penyamakan kulit sebelum dilakukan treatment menggunakan organicremoval kulit singkong maupun kulit kacang tanah adalah 1,15 mg/l dan setelah organicremoval dimasukkan ke dalam air limbah, kandungan logam Cr ada yang bertambah dan ada yang berkurang, nilai kandungan Cr bervariasi antara 0,01-1,37 mg/l. 3.1.3 Kapasitas dan Efektivitas Adsorbsi Kapasitas organicremoval ditunjukkan pada Tabel 5 dan Gambar 2, sedangkan efektivitas organicremoval ditunjukkan pada Tabel 6 dan Gambar 3. Kapasitas adsorbsi merupakan seberapa banyak kandungan logam Cr yang mampu diadsorbsi pergram massa adsorben organik. Kemampuan kulit singkong sebagai adsorben logam Cr selain dibuktikan dengan nilai kapasitas adsorbsi juga dapat dibuktikan dengan efektivitas adsorbsi. Efektivitas menggambarkan seberapa besar kemampuan organicremoval mengadsorbsi logam Cr pada air limbah penyamakan kulit. Efektivitas akan berbanding lurus dengan kapasitas adsorbsi. Tabel 5 menyajikan kapasitas dan efektivitas adsorbsi organicremoval kulit singkong, sedangkan Tabel 6 menyajikan kapasitas dan efektivitas adsorbsi organicremoval kulit kacang tanah.

Tabel 5. Kapasitas dan Efektivitas Adsorbsi Organicremoval Kulit Singkong Organicremoval Ulangan Konsentrasi Konsentrasi Q (µgcr/g Efektivitas ke- awal (mg/l) akhir (mg/l) organicremoval) (%) DWO 1 1,15 1,13 1,00 1,73 2 1,15 1,04 5,50 9,57 rata-rata 1,15 1,09 3,25 5,65 NAO 1 1,15 0,04 55,50 96,52 2 1,15 0,01 57,00 99,13 rata-rata 1,15 0,03 56,25 97,83 PAO 1 1,15 0,08 53,50 93,04 2 1,15 0,05 55,00 95,65 rata-rata 1,15 0,07 54,25 94,35 Tabel 6. Kapasitas dan Efektivitas Adsorbsi Organicremoval Kulit Kacang Tanah Organicremoval Ulangan ke- Konsentrasi awal (mg/l) Konsentrasi akhir (mg/l) Q (µgcr/gcr/g organicremoval) Efektivitas (%) DWO 1 1,15 1,24-4,50-7,82 2 1,15 1,37-11,00-19,13 rata-rata 1,15 1,31-7,75-13,48 NAO 1 1,15 0,50 32,50 56,52 2 1,15 0,49 33,00 57,39 rata-rata 1,15 0,50 32,75 56,96 PAO 1 1,15 0,53 31,00 53,91 2 1,15 0,50 32,50 56,52 rata-rata 1,15 0,51 31,75 55,22 Kapasitas adsorbsi organicremoval ditunjukkan pada Gambar 2, kapasitas adsorbsi tertinggi adalah 56,25 µgcr/g organicremoval oleh NAO singkong. Kapasitas adsorbsi terendah sebesar -7,75 µgcr/g organicremoval merupakan nilai kapasitas adsorbsi yang dimiliki oleh DWO kacang tanah. b b d d a c Keterangan : Huruf yang sama (a) antara perlakuan menunjukkan bahwa antara setiap perlakuan tidak berbeda nyata (p>0,05), sedangkan huruf yang berbeda antara perlakuan menunjukkan bahwa antara setiap perlakuan berbeda nyata (p<0,05). Gambar 2. Kapasitas Organicremoval

b b d d a c Keterangan : Huruf yang sama (a) antara perlakuan menunjukkan bahwa antara setiap perlakuan tidak berbeda nyata (p>0,05), sedangkan huruf yang berbeda antara perlakuan menunjukkan bahwa antara setiap perlakuan berbeda nyata (p<0,05). Gambar 3. Efektivitas Organicremoval Gambar 3 memperlihatkan keefektifan kulit kacang tanah dan kulit singkong sebagai adsorben logam Cr, dari dua jenis kulit yang digunakan sebagai adsorben organik, adsorben kulit singkong yang dimodifikasi asam nitrat (NAO) merupakan organicremoval yang paling efektif sebagai adsorben logam Cr. Keefektifan organicremoval kulit singkong NAO mencapai 97,83%, sedangkan untuk organicremoval kulit kacang tanpa modifikasi asam (DWO) memiliki nilai keefektifan sebesar -13,48%. Nilai keefektifan organicremoval kulit kacang DWO merupakan nilai terendah dibandingkan dengan organicremoval yang lain. Berdasarkan Tabel 5 dan Tabel 6 dapat disimpulkan modifikasi asam terhadap kulit singkong dan kulit kacang tanah dapat menaikkan efektivitas adsorbsi logam Cr di air. Efektivitas akan berbanding lurus dengan kapasitas adsorbsi, hal ini terbukti dari hasil perhitungan kapasitas adsorbsi dan efektivitas semua jenis organicremoval. NAO singkong yang memiliki nilai efektivitas tertinggi juga memiliki nilai kapasitas adsorbsi tertinggi. DWO kacang tanah yang memiliki efektivitas terendah juga memiliki nilai kapasitas adsorbsi terendah. Hasil perhitungan ANOVA pada selang kepercayaan 95%, diperoleh hasil bahwa pemberian asam pada bahan organik memberikan pengaruh yang berbeda nyata (P<0,05) terkait dengan adsorbsi logam krom dalam air limbah penyamakan kulit. Sedangkan perhitungan ANOVA pada selang kepercayaan 95%, diperoleh

hasil bahwa kulit singkong dan kulit kacang tanah sebagai organicremoval memberikan pengaruh yang berbeda nyata (P<0,05) terkait dengan adsorbsi logam krom dalam air limbah penyamakan kulit. Grafik hubungan antara perlakuan asam dengan rata-rata konsentrasi kromium ditunjukkan pada Gambar 4. Hubungan antara organicremoval dengan rata-rata konsentrasi kromium pada setiap perlakuan asam dapat dilihat pada Gambar 5. b a Keterangan : Huruf yang sama (a) antara perlakuan menunjukkan bahwa antara setiap perlakuan tidak berbeda nyata (p>0,05), sedangkan huruf yang berbeda antara perlakuan menunjukkan bahwa antara setiap perlakuan berbeda nyata (p<0,05). Gambar 4. Grafik Rata-Rata Konsentrasi Kromium Terhadap Organicremoval a b Keterangan : Huruf yang sama (a) antara perlakuan menunjukkan bahwa antara setiap perlakuan tidak berbeda nyata (p>0,05), sedangkan huruf yang berbeda antara perlakuan menunjukkan bahwa antara setiap perlakuan berbeda nyata (p<0,05). Gambar 5. Grafik Rata-Rata Konsentrasi Kromium terhadap Perlakuan Asam

Perhitungan ANOVA pada selang kepercayaan 95% untuk interaksi antara organicremoval dengan perlakuan asam, diperoleh hasil bahwa interaksinya memberikan pengaruh yang berbeda nyata (P<0,05). Analisis ragam untuk pengaruh perbedaan organicremoval, pengaruh pemberian asam, dan interaksi antara organicremoval dengan pengaruh pemberian asam disajikan pada Lampiran 7. 3.2 Pembahasan Kulit singkong dan kulit kacang tanah yang dimanfaatkan sebagai adsorben organik logam kromium (Cr) pada air limbah penyamakan kulit merupakan suatu alternatif pengelolaan air limbah yang murah dan mudah dilakukan. Air limbah penyamakan kulit yang sudah mengalami adsorbsi diharapkan dapat digunakan sebagai media untuk kegiatan budidaya ikan. Sebelum digunakan sebagai organicremoval, kulit singkong dan kulit kacang tanah dimodifikasi terlebih dahulu menggunakan asam. Asam yang digunakan adalah asam nitrat dan asam fosfat. Modifikasi organicremoval bertujuan untuk meningkatkan efektivitas dan kapasitas adsorbsi bahan. Modifikasi organicremoval dengan asam paling umum dan terbukti sangat efektif dalam meningkatkan kapasitas dan efisiensi organicremoval (Gufta 1998). Organicremoval berupa kulit singkong dan kulit kacang tanah dicuci dan dibersihkan terlebih dahulu, pada tahap ini juga dilakukan pemilihan kulit yang bertujuan memperoleh kulit yang baik dan bersih dari kotoran. Kulit singkong dan kulit kacang tanah dikeringudarakan, kemudian dihaluskan sampai ukuran 100 mesh. Bahan yang telah halus dibuat berbagai macam modifikasi adsorben organik yaitu adsorben organik pencucian air destilasi (DWO), adsorben organik modifikasi asam nitrat (NAO), dan adsorben organik modifikasi asam fosfat (PAO). Selama proses modifikasi, massa organicremoval kulit singkong berkurang 30-40% dari massa awal, sedangkan organicremoval kulit kacang tanah berkurang 11-19% (Tabel 1 dan Tabel 2). Berkurangnya bobot kulit singkong dan kulit kacang tanah dikarenakan perbedaan kandungan air dan kandungan selulosa pada masing-masing bahan. Menurut Sangseethong dan Klanarong (2000) dalam Dewi (2005), kulit singkong

kering tersusun oleh 70,62% pati; 25,90% serat; 1,16% protein; 0,12% lemak; dan 2,11% abu. Kadar air kulit singkong basah adalah 68,60% (Dewi 2005). Sedangkan kulit kacang tanah tersusun atas selulosa 45,3%; hemiselulosa 8,1%; protein 4,9%; abu 2,3%; dan kadar air 7,75% (Marshall et.al 1999). Maka dari itu, penurunan bobot kulit singkong selama proses pembuatan organicremoval lebih besar dibandingkan dengan kulit kacang tanah. Organicremoval modifikasi asam akan berwarna lebih terang dibandingkan organicremoval pencucian air destilasi. NAO berwarna kuning kecokelatan sedangkan PAO berwarna kuning cerah (Lampiran 3). Organicremoval tersebut digunakan sebagai adsorben logam kromium (Cr) pada air limbah penyamakan kulit. Logam kromium memiliki massa jenis (20 C) 7,19 g/cm 3, titik leleh 1.907 C, dan titik didih 2.672 C. Kromium termasuk logam mengkilap, keras serta tahan karat sehingga sering digunakan sebagai pelindung logam lain (Lenntech 1998). Logam kromium ditemukan pada lingkungan perairan dalam bentuk trivalen dan heksavalen. Kromium heksavalen memiliki sifat yang lebih toksik dibandingkan dengan kromium trivalen. Dalam dosis yang rendah, kromium (trivalent) merupakan mineral esensial yang diperlukan dalam metabolisme glukosa dan dalam proses produksi hormon insulin. Sedangkan dalam jumlah yang besar, kelebihan kromium (terutama kromium heksavalent) pada organisme akuatik dapat menyebabkan terganggunya aktivitas enzim, nafsu makan menurun, serta terganggunya proses osmoregulasi. Sedangkan dampak kromium heksavalent terhadap manusia adalah ion-ion heksavalent di dalam proses metabolisme tubuh akan menghalangi atau mampu menghambat kerja enzim benzopiren hidroksilase, akibatnya terjadi perubahan dalam kemampuan pertumbuhan sel sehingga sel-sel menjadi tumbuh secara liar dan tidak terkontrol, yang disebut kanker. Limbah kromium dalam bentuk heksavalent berasal dari limbah industri, seperti industri pelapisan logam, pembuatan semen, pertambangan, dan penyamakan kulit (Mudhoo 2010). Logam Cr digunakan dalam proses penyamakan, untuk membantu mengubah kulit mentah menjadi kulit masak atau menstabilkan sifat kulit. Jenis kromium yang digunakan dalam penyamakan kulit adalah standar kromium 1000 mg/l dan garam kromium dengan kandungan C 2 O 3 26%. Penggunaan kromium

sekitar 2-3% dari massa total kulit yang disamak. Dari proses penyamakan kulit menggunakan bahan penyamak kromium dihasilkan limbah dengan ph 5,0-10,5, BOD (20 C) 2,19-2.110,00 mg/l, dan kromium 0,007-20,55 mg/l (KLH 2002). Tabel 7. Beban Pencemaran Air Limbah Penyamakan Kulit dengan Penyamak Kromium di Indonesia No Penyamakan parameter Satuan Nilai 1. ph 5,00-10,50 2. BOD (5 hari, 20 C) mg/l 2,19-2.110,0 3. COD mg/l 5,07-8.827,88 4. Minyak lemak mg/l 0,00-44,00 5. Amoniak mg/l 0,125-459,54 6. Krom (Cr) mg/l 0,007-20,55 7. Sulfida mg/l 0,000-0,60 8. Total solid mg/l 0,89-433,00 Sumber : (Kementrian Lingkungan Hidup 2002) Menurut Effendi (2003), kriteria kualitas air yang layak untuk biota akuatik adalah 7-8,5 untuk nilai ph; BOD 0,5-7,0 mg/l; COD kurang dari 20 mg/l; 0,02-0,2 mg/l; 25-80 mg/l; dan kromium 0,015-0,10 mg/l. Berdasarkan hasil lapang diperoleh data kandungan kromium pada limbah penyamakan kulit yang berasal dari PT. Fajar Makmur, Imogiri, DIY yang diuji oleh BBKKP Yogyakarta memiliki kandungan kromium 0,21 mg/l, air limbah diambil dari outlet IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah). Kandungan kromium yang terdapat pada air limbah penyamakan kulit PT. Fajar Makmur masih tinggi, maka dari itu dilakukan treatment untuk memperbaiki kualitas air dari air limbah penyamakan kulit. Sebelum dilakukan pengelolaan air menggunakan organicremoval kulit kacang tanah dan kulit singkong, kandungan Cr didalam air limbah dinaikan terlebih dahulu menjadi 1,15 mg/l dengan penambahan K 2 Cr 2 O 7, hal ini dilakukan untuk mengetahui efektivitas dan kapasitas adsorbsi maksimal dari organicremoval. Organicremoval kulit singkong dan kulit kacang tanah digunakan untuk menyisihkan logam Cr dari limbah industri penyamakan kulit. Penggunaan organicremoval yang merupakan biomassa yang tidak hidup sebagai pengikat logam berat akan menghasilkan keuntungan yang besar karena pada dosis logam berat yang tinggi, dosis ini tidak akan mempengaruhi organicremoval (Horsfall et al. 2003). Apabila menggunakan biomassa dari makhluk yang masih hidup seperti

alga atau bakteri, dosis logam berat yang tinggi akan mempengaruhi kehidupan mereka. Kemampuan adsorbsi organicremoval diujikan pada limbah penyamakan kulit. Hasil maksimal adsorbsi ion logam Cr di dalam limbah penyamakan kulit, dihasilkan oleh organicremoval kulit singkong modifikasi asam nitrat. Hal ini dibuktikan dari efektivitas dan kapasitas adsorbsi yang nilainya paling tinggi dibandingkan organicremoval yang lain, efektivitas adsorbsi sebesar 97,83 % dan kapasitas adsorbsi 56,25 µgcr/g organicremoval. Organicremoval kulit singkong NAO mampu menurunkan kadar krom sebesar 1,125 mg/l, dari kandungan kromium awal 1,15 mg/l menjadi 0,025 mg/l. Organicremoval kulit singkong PAO memiliki nilai efektivitas 94,34%, sedangkan NAO kulit kacang tanah memiliki nilai efektivitas 56,96% dan PAO kulit kacang tanah memiliki nilai efektivitas 55,21%. Organicremoval kulit singkong NAO dan PAO mampu menurunkan kadar krom lebih dari 90%. Sehingga organicremoval kulit singkong NAO dan PAO baik digunakan untuk mengadsorbsi air limbah penyamakan kulit yang mengandung kromium, sehingga air limbah dapat digunakan sebagai air pasok budidaya ikan. Efektivitas dan kapasitas adsorbsi organicremoval yang lain dapat dilihat pada hasil di Tabel 5 dan 6. Hasil penelitian menunjukkan organicremoval dengan modifikasi asam merupakan organicremoval yang efektif untuk adsorbsi logam berat pada air limbah penyamakan kulit dibandingkan dengan biomassa yang tidak termodifikasi. Hasil ini menguatkan kesimpulan Wafwoyo et al. (1999), bahwa biomassa termodifikasi asam fosfat maupun asam nitrat mampu meningkatkan efektivitas penjerapan logam berat. Kandungan asam nitrat maupun asam fosfat terikat pada selulosa kulit singkong maupun kulit kacang tanah melalui proses esterifikasi. Kedua asam akan terlebih dahulu membentuk asam polinitrat dan asam polifosfat selama pemanasan dalam oven pada suhu 50 C. Asam polinitrat ataupun polifosfat dapat berekasi dengan gugus OH selulosa menghasilkan ester nitrat atau ester fosfat. Reaksi ini dapat berjalan pada suhu 110-150 C. Satu molekul air akan dihasilkan dari reaksi tersebut, akibat penggabungan gugus hidroksi yang terlepas dari asam dengan hidrogen dari selulosa (Marshall et al

1999). Pengikatan logam Cr melibatkan interaksi elektrostatik antara gugus bermuatan negatif pada dinding sel dan kation logam (Baig et al. 1999). Gambar 6. Adsorbsi Logam Kromium oleh Selulosa (Hubble et al. 2011) Asam nitrat dan asam fosfat merupakan asam yang sering digunakan dalam modifikasi biomassa, selain HCl dan asam sitrat. Berdasarkan hasil perhitungan kapasitas adsorbsi dan efektivitas organicremoval, menunjukkan penggunaan asam nitrat maupun asam fosfat dalam modifikasi biomassa akan menghasilkan hasil yang sama efektifnya dalam melakukan penjerapan logam berat di air limbah, nilai kapasitas dan efektivitas adsorbsi tidak jauh berbeda (Table 5 dan Tabel 6). Hasil penelitian ini menguatkan pendapat Marshall et al. (1999), yang menyatakan penggunaan asam nitrat maupun asam fosfat mampu meningkatkan kapasitas dan efektivitas adsorbsi dengan nilai yang tidak jauh berbeda, hal ini diduga karena perlakuan asam meningkatkan gugus karboksil pada permukaan kulit singkong maupun kulit kacang tanah, demikian pula dapat meningkatkan kemampuan adsorbsi ion logam bermuatan positif. Selain itu hasil tidak jauh berbeda dikarenakan kemiripan struktur asam fosfat dengan asam nitrat. Gugus asam nitrat memiliki tiga atom oksigen dan termasuk asam kuat, sedangkan asam fosfat memiliki empat gugus oksigen dan termasuk asam lemah. Kelebihan satu oksigen pada asam fosfat diharapkan mampu meningkatkan muatan negatif total organicremoval dan mampu meningkatkan kapasitas adsorbsi logam berat. Asam nitrat dapat menghasilkan muatan negatif yang lebih banyak dari kekuatan asamnya, sedangkan asam fosfat dapat menghasilkan muatan

negatif yang lebih banyak dari kelebihan satu gugus oksigen. Faktor lain yang diduga menyebabkan kedua jenis asam memiliki nilai keefektifan yang sama adalah pencucian menggunakan air bersuhu 60-80 C untuk menggurangi kelebihan asam pada organicremoval. Berdasarkan hasil perhitungan ANOVA penggunaan bahan organik (kulit singkong dan kulit kacang tanah) memberikan hasil yang berbeda nyata. Hal ini diperkuat dengan perhitungan efektivitas dan kapasitas adsorbsi yang tercantum pada Tabel 5 dan Tabel 6, tabel hasil menunjukkan penggunaan kulit singkong dalam mengadsorbsi logam krom lebih efektif dibandingkan dengan kulit kacang tanah (P<0,05). Kandungan selulosa kulit singkong yang lebih banyak dibandingkan kandungan selulosa kulit kacang tanah, menyebabkan jumlah muatan negatif yang dihasilkan dari reaksi esterifikasi antara asam dengan gugus selulosa menjadi lebih banyak jumlahnya. Perbedaan kandungan selulosa dan bagian kulit yang digunakan mempengaruhi keefektifan adsorben organik dalam melakukan penjerapan logam krom. Kandungan logam krom yang bertambah pada organicremoval kulit kacang tanah DWO dari kadar kromium awal 1,15 mg/l menjadi 1,30 mg/l yang menyebabkan nilai keefektifannya menjadi negatif (Gambar 3), diduga adsorbennya (kulit kacang tanah) tidak murni, adanya logam lain yang terkandung pada kulit kacang tanah dengan panjang gelombang hampir sama dengan panjang gelombang logam krom sehingga terbaca oleh alat AAS. Hal ini didukung dengan nilai keefektifan organicremoval kulit kacang tanah NAO dan PAO kurang dari 60%, jauh berbeda dengan organicremoval kulit singkong NAO dan PAO yang nilainya diatas 90% (Gambar 3). Penggunaan organicremoval dari kulit singkong dan kulit kacang tanah sebagai adsorben logam berat merupakan salah satu langkah yang baik untuk mengatasi permasalahan kualitas air limbah penyamakan kulit, penyisihan logam kromium pada air limbah penyamakan kulit diharapkan memperbaiki mutu air sehingga air dapat digunakan kembali untuk kegiatan yang lain seperti kegiatan budidaya ikan. Modifikasi asam terhadap organicremoval menarik untuk dikaji, adanya modifikasi asam membuat massa dari kulit singkong dan kulit kacang tanah yang biasanya menjadi limbah dapat digunakan sebagai pengadsorbsi logam

berat yang memiliki nilai jual yang lebih. Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa limbah kulit tanaman singkong dan kacang tanah dapat digunakan sebagai pengadsorbsi logam berat melalui modifikasi asam, sehingga air limbah penyamakan kulit dapat dimanfaatkan kembali.