BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. terdiri atas beberapa bagian, satuan fungsi dan seksi yaitu : Bag Ops, Bag Ren,

dokumen-dokumen yang mirip
GAMBARAN FAKTOR RISIKO YANG MEMPENGARUHI KAPASITAS PARU PADA POLISI LALU LINTAS DI KOTA GORONTALO. Tian Bapino, Rama P. Hiola, Sri Manovita Pateda 1

BAB I PENDAHULUAN. hidup manusia terutama masalah lingkungan, Pencemaran udara yang paling

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

KAPASITAS FAAL PARU PADA PEDAGANG KAKI LIMA. Olvina Lusianty Dagong, Sunarto Kadir, Ekawaty Prasetya 1

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) adalah penyakit paru kronis ditandai dengan hambatan

BAB V PEMBAHASAN. Berdasarkan jenis kelamin menurut Suma mur (2014) memiliki kekuatan otot yang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. jasmani yang bertujuan untuk membentuk ketahanan fisik, terutama prajurit TNI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ABSTRAK. Kata Kunci : Penyidik, Mengungkap Barang Bukti

berkembang, baik pencemaran udara dalam ruangan maupun udara ambien di

BAB VI HASIL PENELITIAN. analisis univariat dilakukan untuk menjelaskan karakteristik masing masing

BAB I PENDAHULUAN. Proses penuaan merupakan tantangan yang harus ditanggulangi karena diartikan

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan kerjanya. Resiko yang dihadapi oleh tenaga kerja adalah bahaya

I. PENDAHULUAN. adalah perokok pasif. Bila tidak ditindaklanjuti, angka mortalitas dan morbiditas

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. sehingga menimbulkan permasalahan lingkungan yaitu meningkatnya polusi

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KAPASITAS PARU PETERNAK AYAM. Putri Rahayu H. Umar. Nim ABSTRAK

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAAN

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) BAG OPS POLRES PARIAMAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. perubahan gaya hidup. Sebagian besar dari aktivitas telah digantikan oleh

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. peternakan (melakukan pemeliharaan ternak) dengan tujuan sebagian atau seluruh

BAB I PENDAHULUAN. ATP (Adenosin Tri Phospat) dan karbon dioksida (CO 2 ) sebagai zat sisa hasil

BAB I PENDAHULUAN. merupakan akibat buruk merokok, baik secara langsung maupun tidak langsung.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Bab IV ini membahas hasil penelitian yaitu analisa univariat. dan bivariat serta diakhiri dengan pembahasan.

RENCANA LATIHAN RUTIN FUNGSI TEKNIS KEPOLISIAN POLRES BIMA TA. 2016

Rimba Putra Bintara Kandung E2A307058

I. PENDAHULUAN. dan menghadapi hal-hal darurat tak terduga (McGowan, 2001). Lutan. tahan dan fleksibilitas, berbagai unsur kebugaran jasmani saling

BAB I PENDAHULUAN. kematian yang terjadi pada tahun 2012 (WHO, 2014). Salah satu PTM

BAB II TINDAK PIDANA YANG MENONJOL DI POLRESTA MEDAN. Polresta Medan memiliki wilayah tugas di Kota Medan dan sebagian

BAB I PENDAHULUAN. Sumber pencemaran udara dapat berasal dari berbagai kegiatan antara lain

BAB V PEMBAHASAN. balita yang menderita ISPA adalah kelompok umur bulan yaitu

REKAPITULASI PENYERAPAN ANGGARAN RUTIN SATKER : BULAN : REALISASI S/D BLN LALU ANGGRAN SETELAH REVISI % 119%

BAB I PENDAHULUAN. masih cenderung tinggi, menurut world health organization (WHO) yang bekerja

HUBUNGAN ANTARA KEPATUHAN PENGGUNAAN MASKER DENGAN KAPASITAS FUNGSI PARU PADA SUKARELAWAN PENGATUR LALU LINTAS (SUPELTAS) SURAKARTA

SUMMARY GAMBARAN KARAKTERISTIK PENDERITA TBC PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAGIMANA KECAMATAN PAGIMANA KABUPATEN BANGGAI TAHUN 2012

Oleh : Yophi Nugraha, Inmy Rodiyatam ABSTRAK

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilakukan pada remaja laki- laki di kelurahan

A. Kesimpulan. Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian diatas, dapat disimpulkan beberapa hal antaralain lain:

MANUSIA DAPAT HIDUP. 6 minggu tanpa makanan beberapa hari tanpa minum, hanya beberapa menit saja, tanpa udara

Analisis Kapasitas Paru dan Aliran Udara Pernafasan Manusia Yang Mempunyai Kebiasaan Merokok dan Tidak Merokok

BAB 1 PENDAHULUAN. A World Health Organization Expert Committee (WHO) menyatakan bahwa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. patofisiologi, imunologi, dan genetik asma. Akan tetapi mekanisme yang mendasari

SUMMARY GAMBARAN KAPASITAS PARU PADA REMAJA PEROKOK DI DESA TULADENGGI KECAMATAN TELAGA BIRU. Dwi Purnamasari Zees

BAB I PENDAHULUAN. kerjanya. Potensi bahaya menunjukkan sesuatu yang potensial untuk mengakibatkan

BAB 1 : PENDAHULUAN. beberapa tahun terakhir ini. Ekonomi kota yang tumbuh ditandai dengan laju urbanisasi yang

BAB I PENDAHULUAN. pesat dapat dilihat dari tingginya jumlah kendaraan seiring dengan kebutuhan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Gambaran Umum Kepolisian Resor Kulon Progo

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. risiko PJK kelompok usia 45 tahun di RS Panti Wilasa Citarum

BAB 1 PENDAHULUAN. napas, batuk kronik, dahak, wheezing, atau kombinasi dari tanda tersebut.

EFEKTIVITAS OBAT KUMUR DALAM MENGHILANGKAN BAU MULUT (HALITOSIS) PADA PEROKOK AKTIF

BAB 1 PENDAHULUAN. Indian di Amerika untuk keperluan ritual seperti memuja dewa atau roh. Pada abad

BAB I PENDAHULUAN. komplek dan heterogen yang disebabkan oleh berbagai etiologi dan dapat. berlangsung tidak lebih dari 14 hari (Depkes, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. sehat merupakan bagian pokok di bidang kesehatan, udara sebagai komponen

BAB I PENDAHULUAN. bahaya tersebut diantaranya bahaya faktor kimia (debu, uap logam, uap),

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan teknologi dan industri berdampak pula pada kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN. sering timbul dikalangan masyarakat. Data Report Word Healt Organitation

PENDERITA JANTUNG MENJADI BUGAR MELALUI OLAHRAGA

III. METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Olahraga adalah aktivitas fisik yang bertujuan untuk meningkatkan

Kata Kunci : Sampah,Umur,Masa Kerja,lama paparan, Kapasitas Paru, tenaga kerja pengangkut sampah.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

VI. DAMPAK PENINGKATAN VOLUME LALU LINTAS TERHADAP LINGKUNGAN. Volume lalu lintas pada dasarnya merupakan proses perhitungan yang

BAB I PENDAHULUAN. dengan lingkungan alam, semakin menambah kepekatan udara (Yuantari, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. kuratif saja, tetapi juga usaha promotif, preventif, dan rehabilitatif. Gerak yang

BAB I PENDAHULUAN. penggunaan kendaraan, salah satunya berupa kendaraan bermotor. Semakin meningkatnya penggunaan alat transportasi maka akan

ANALISIS TREND PASIEN RAWAT INAP BRONCHITIS DI RSUD dr. SOEDIRAN MANGUN SUMARSO KABUPATEN WONOGIRI PERIODE TAHUN 2011

BAB I PENDAHULUAN. dalam memelihara stabilitas keamanan dan kenyamanan dalam Negeri.

BAB I PENDAHULUAN. merokok juga banyak dilakukan oleh remaja bahkan anak-anak. Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) dalam DepKes RI

BAB IV. Hasil Penelitian dan Pembahasan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

HUBUNGAN ANTARA LAMA PAPARAN DEBU KAYU DENGAN KAPASITAS VITAL PARU PADA PEKERJA KAYU DI KECAMATAN KELAPA LIMA TAHUN 2015

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. perokok aktif kaum laki-laki. Tujuan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Rokok adalah gulungan tembakau yang dibalut dengan kertas atau daun. nipah. Menurut Purnama (1998) dalam Alamsyah (2009), rokok

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. a) Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Tikupon. b) Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Tomini

BAB I PENDAHULUAN. psikologis dan sosial. Hal tersebut menimbulkan keterbatasan-keterbatasan yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mengi, sesak nafas, batuk-batuk, terutama malam menjelang dini hari. (Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, 2006).

BAB 1 PENDAHULUAN. darah. Kejadian hipertensi secara terus-menerus dapat menyebabkan. dapat menyebabkan gagal ginjal (Triyanto, 2014).

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) TENTANG

PREVALENSI GANGGUAN FUNGSI PARU PADA PEKERJA BATU PADAS DI SILAKARANG GIANYAR BALI

BAB I PENDAHULUAN. melakukan berbagai usaha dan aktivitas melalui beberapa pendekatan untuk

BAB I PENDAHULUAN I.I LATAR BELAKANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Penambangan Emas Desa Hulawa

Tingginya Paparan Asap Rokok di Dalam Rumah pada Balita Oleh : Septian Emma Dwi Jatmika, M.Kes Muchsin Maulana, S.KM., M.PH

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. inaktivitas fisik, dan stress psikososial. Hampir di setiap negara, hipertensi

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. selama ini masih banyak permasalahan kesehatan, salah satunya seperti kematian

FAKTOR FAKTOR RISIKO PAPARAN GAS KARBONMONOKSIDA (CO) TERHADAP KADAR KARBOKSIHEMOGLOBIN

SUMMARY. ANALISIS KADAR NITROGEN DIOKSIDA (NO₂) dan KARBONMONOKSIDA (CO) DI UDARA AMBIEN KOTA GORONTALO

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Secara administratif Desa Tabumela terletak di wilayah Kecamatan

BAB I PENDAHULUAN. Paru-paru merupakan organ utama yang sangat penting bagi kelangsungan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Responden penelitian ini adalah sejumlah warga di Kelurahan Ujung Menteng

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Rokok sudah menjadi suatu barang konsumsi yang sudah familiar kita

Transkripsi:

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Kantor Polres Gorontalo Kota merupakan instansi yang berperan aktif dalam administrasi pemerintahan, pembangunan dan pemasyarakat yang khususnya melayani, melindungi dan mengayomi masyarakat. Kantor Polres Gorontalo terdiri atas beberapa bagian, satuan fungsi dan seksi yaitu : Bag Ops, Bag Ren, Bag Sumda, Sat Intelkam, Sat Reskrim, Sat Sabhara, Sat Lantas, Sat Binmas, Sat Tahti dan bagian lain seperti Sium, Sikeur, Sipropam, Sitipol, serta 7 Polsek sebagai ujung tombak pelaksanaan tugas sehari-hari. Satuan Lalu Lintas (Satlantas) fungsinya yaitu penyelenggaran tugas pokok POLRI bidang lalu lintas dan merupakan penjabaran kemampuan teknis professional khas kepolisian. Adapun peran lantas yaitu : 1. Aparat penegakan hukum terutama perundang-undangan lalu lintas dan peraturan pelaksanaannya. 2. Aparat penyelidik kecelakaan lalu lintas 3. Aparat yang mempunyai wewenang kepolisian umum 4. Aparat pendidikan lalu lintas kepada masyarakat 5. Penyelenggaraan registrasi/identifikasi pengemudi/kendaraan bermotor. 6. Pengumpul dan pengolah data lalu lintas 7. Unsur bantuan komunikasi dan teknis, melalui unit PJR (Patroli Jalan Raya)

Jumlah Petugas Polisi Lalu Lintas ini berjumlah 70 orang masing-masing mendapatkan bagian tugasnya. Seperti bagian Administrasi, Dikyasa, Patroli, Baur Tilang, Dan Lakalantas. Petugas lalu lintas ini mulai bertugas di pagi hari sebagai pengaturan pada pukul 06.05 sampai pukul 08.00 setelah itu di lanjut pada siang hari 2.1 dari jam 11.00 sampai pada pukul 15.00 dan pada penjagaan malam di mulai dari pukul 15.00 sampai pada pukul 21.00 1.2 Hasil Penelitian Gambaran Umum Faktor Resiko Kapasitas Paru 4.2.1 Analisis Univariat Dalam penelitian ini yang menjadi subyek utama penelitian yaitu semua Petugas Polisi Lalu Lintas yang bertugas di Kota Gorontalo. Adapaun Faktor yang diteliti meliputi Umur, Jam Kerja, Kebiasaan Merokok, Masa Kerja, dan Kapasitas Paru. Dan hasil penelitian Faktor Resiko yang diteliti pada Polisi Lalu Lintas Kota Gorontalo yang di tinjau dari Umur, Jam Kerja, Kebiasaan Merokok, Masa Kerja, dan Kapasitas Paru maka didapat hasil yang dibuat dalam tabel distribusi frekuensi berikut ini. 1. Umur Responden Umur Responden 17% 83% 20-29 30-39 Grafik 4.1 Distribusi Responden Berdasarkan Kelompok Umur Pada Polisi Lalu Lintas Di Kota Gorontalo

Berdasarkan Grafik 4.1 dapat dilihat bahwa responden dengan kelompok umur 20-29 berjumlah 29 orang ( 83%), kelompok umur 30-39 berjumlah 6 orang (17%). 2. Jam Kerja Jam Kerja Responden 26% 74% 8 jam > 8 Jam Grafik 4.2 Distribusi RespondenBerdasarkan Jam Kerja Pada Polisi Lalu Lintas Di Kota Gorontalo Berdasarkan Grafik 4.2 dapat dilihat bahwa responden dengan jam kerja 8 jam berjumlah 26 orang (74 %), sedangkan dengan jam kerja > 8 jam berjumlah 9 orang (26%). Dalam melaksanakan tugas dimulai dari pagi hari pada pukul 06.05 08.00, setelah itu mulai pukul 09.00 sampai dengan selesai. Akan tetapi beberapa petugas pulang lebih awal.

3. Masa Kerja Masa Kerja Responden 26% 74% 5 Tahun > 5 Tahun Grafik 4.3 Distribusi Responden Berdasarkan Masa Kerja Pada Polisi Lalu Lintas Di Kota Gorontalo Berdasarkan Grafik 4.3 dapat dilihat bahwa responden dengan masa kerja 5 tahun berjumlah 30 orang (74%) sedangkan > 5 tahun 5 orang (26%). Dimana masa kerja 5 tahun ini terdapat pada umur 24-28 tahun. 4. Kebiasaan Merokok Kebiasaan Merokok Responden 34% 66% Merokok Tidak Merokok Grafik 4.4 Distribusi Responden Berdasarkan Kebiasaan Merokok Pada Polisi Lalu Lintas Di Kota Gorontalo

Berdasarkan Grafik 4.4 dapat dilihat bahwa responden dengan kebiasaan merokok sebagian besar mempunyai kebiasaan merokok yaitu sebanyak 23orang (66%) sedangkan yang tidak merokok berjumlah 12 orang (34%). 5 Gambaran Kapasitas Paru Polisi Lalu Lintas Tabel 4.1 Gambaran Distribusi Kapasitas Paru Petugas Polisi Lalu Lintas Di Kota Gorontalo No Kapasitas paru Jumlah (n) Persentase (%) 1 Normal 29 82,8 2 Tidak Normal 6 17,2 Jumlah 35 100 Sumber : Data Primer 2014 Tabel 4.1 menunjukkan gambaran kapasitas paru dari seluruh sampel. Dari tabel distribusi frekuensi kapasitas paru petugas polisi lalu lintas di Kota Gorontalo di atas dapat diketahui bahwa dari 35 Sampel, Kapasitas paru kategori Normal sebanyak 29 responden (82,8%) Sedangkan Kapasitas Paru kategori Tidak Normal sebanyak 6 responden (17,2%). 4.2.2 Gambaran Faktor Risiko Yang Mempengaruhi Kapasitas Paru 1. Faktor Risiko Umur Responden Terhadap Kapasitas Paru Tabel 4.2Gambaran Distribusi Kapasitas Paru Petugas Polisi Lalu Lintas Di Kota Gorontalo Di Tinjau Dari Kelompok Umur No Kapasitas paru Kelompok Umur Jumlah Normal Tidak Normal (Tahun) N % n % n % 1 20 30 (Tidak Berisiko) 25 71,4 4 11,4 29 82,8 2 31 40 (Berisiko) 4 11,4 2 5,8 6 17,2 Jumlah 29 82,4 6 17,2 35 100 Sumber : Data Primer 2014

Tabel 4.2 menunjukkan gambaran umur dari seluruh sampel. Dapat dilihat yang mempunyai kapasitas paru normal pada kelompok umur 20-29 terdapat 25 orang (71,4%), dan pada kelompok umur 30-39 4 orang (11,4%). Sedangkan kapasitas paru tidak normal yaitu pada kelompok 20-29 terdapat 4 orang (11,4%), pada kelompok umur 30-39 terdapat terdapat 2 orang (5,8%). 2. Faktor Risiko Jam Kerja Responden Terhadap Kapasitas Paru Tabel 4.3 Gambaran Distribusi Kapasitas Paru Petugas Polisi Lalu Lintas Di Kota Gorontalo Di Tinjau Dari Jam Kerja Kapasitas paru No Jam Kerja Normal Tidak Normal Jumlah N % n % n % 1 Tidak Berisiko ( 8 Jam) 29 82,8 6 17,2 35 100 2 Berisiko (>8 jam) 0 0 0 0 0 0 Jumlah 29 82,8 6 17,2 35 100 Sumber : Data Primer 2014 Tabel 4.3 menunjukkan gambaran jam kerja dari seluruh sampel. Dapat dilihat yang mempunyai kapasitas paru normal pada jam kerja 8 Jam terdapat 29 orang (82,8%) sedangkan kapasitas paru tidak normal terdapat 6 orang (17,2%) 3. Faktor Risiko Kebiasaan Merokok Responden Terhadap Kapasitas Paru Tabel 4.4 Gambaran Distribusi Kapasitas Paru Petugas Polisi Lalu Lintas Di Kota Gorontalo Di Tinjau Dari Kebiasaan Merokok Kapasitas paru No Kebiasaan Merokok Normal Tidak Normal Jumlah n % n % n % 1 Berisiko (Merokok) 21 60 3 8,6 24 68,6 2 Tidak Berisiko (Tidak Merokok) 8 22,8 3 8,6 11 31,4 Jumlah 29 82,8 6 17,2 35 100 Sumber : Data Primer 2014

Tabel 4.4 menunjukkan gambaran kebiasaan merokok dari seluruh sampel. Dapat dilihat kapasitas paru normal dengan kebiasaan merokok terdapat 21 orang (60%), dan tidak memiliki kebiasaan merokok terdapat 8 orang (22,8%). Sedangkan memiliki kapasitas paru tidak normal yaitu pada kebiasaan merokok terdapat 3 orang (8,6%) dan tidak memiliki kebiasaan merokok terdapat 3 orang (8,6%). 4. Faktor Risiko Masa Kerja Responden Terhadap Kapasitas Paru Tabel 4.5 Gambaran Distribusi Kapasitas Paru Petugas Polisi Lalu Lintas Di Kota Gorontalo Di Tinjau Dari Masa Kerja No 1 2 Kapasitas paru Masa Kerja Jumlah Normal Tidak Normal (Tahun) N % n % n % Tidak Berisiko ( 5 Tahun) 3 8,6 1 2,8 4 11,4 Berisiko (>5 Tahun) 26 74,2 5 14,2 31 88,4 Jumlah 29 82.8 6 17 35 100 Sumber : Data Primer 2014 Tabel 4.5 menunjukkan gambaran masa kerja dari seluruh sampel. Dapat dilihat yang memiliki kapasitas paru normal pada masa kerja 5 terdapat 3 orang (8,6%) dan > 5 Tahun terdapat 26 orang (74,2%). Sedangkan yang memiliki kapasitas paru tidak normal pada masa kerja 5 terdapat 1 orang (2,8%) dan > 5 Tahun terdapat 5 orang (14,2%).

4.3 Pembahasan Hasil penelitian pada tabel diatas sebagian besar petugas polisi lalu lintas yang merupakan responden berjenis kelamin laki-laki dengan jumlah responden 35 orang. Untuk penelitian ini diambil seluruh jumlah populasi Dari hasil penelitian mengenai gambaran faktor risiko yang mempengaruhi kapasitas paru diketahui bahwa petugas yang mengalami gangguan kapasitas paru tidak normal lebih sedikit dibandingkan dengan yang normal. Hal ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Dian mengungkapkan bahwa 67,2 % yang memiliki kapasitas paru normal pada penelitian pekerja bengkel Las. Dan penelitian Trisnawati (2007) dalam penelitian pada tukang ojek di kabupaten semarang terdapat 63,7% yang memiliki kapasitas paru normal. Dikarenakan kondisi lingkungan masih tergolong baik dan dengan gaya hidup mereka yang sehat. Di lihat dari grafik 4.1 bahwa jumlah responden kelompok umur paling banyak berusia 20-29 tahun terdapat 83% di bandingkan dengan umur 30-39 tahun hanya 17%. Pada Hasil Tabel 4.1 Dapat dilihat yang mempunyai kapasitas paru normal pada kelompok umur tidak berisiko 20-29 terdapat 25 orang (71,4%), dan pada kelompok umur berisiko 30-39 4 orang (11,4%). Dari hasil diatas dapat dilihat bahwa pada umur yang berisiko 30-39 ini masih terdapat kapasitas paru normal, sedangkan yang kita ketahui bahwa semakin bertambah usia maka semakin besar kemungkinan terjadi gangguan fungsi ini. Ini karenakan bahwa pada faktor umur ini masih dapat dikendalikan. Dan untuk umur 20-29 tahun ini 6 : 4 lebih besar memiliki kapasitas paru normal dibandingkan dengan umur 30-39

tahun. Sedangkan kapasitas paru tidak normal yaitu pada kelompok 20-29 terdapat 4 orang (11,4%), pada kelompok umur 30-39 terdapat terdapat 2 orang (5,8%). Pada kapasitas paru tidak normal masih terdapat pada kelompok umur yang tidak berisiko 20-29 tahun hal ini karena memang faktor usia memiliki kosntribusi terhadap kapasitas paru karena fungsi pernafasan dan sirkulasi darah meningkat pada masa anak-anak dan mencapai maksimal pada umur 20-29 tahun. Kemudian akan menurun lagi sesuai dengan pertambahannya umur. Hal ini sejalan dengan penelitian Irwan bahwa umur tidak berkontribusi terhadapat terjadinya gangguan fungsi, dan hasil penelitian ini tidak sesuai dengan teori menyatakan bahwa dengan bertambahnya umur maka kemampuann organ tubuh akan mengalami penurunan secara alamiah termasuk pada gangguang fungsi paru. Karena msih ada faktor lain yang mempengaruhi gangguan fungsi paru atau kapsitas paru tidak normal. Pada grafik 4.2 menunjukan bahwa jumlah responden paling banyak terdapat pada jam kerja 8 jam 74% dibandingkan dengan jam kerja < 8 jam. 26%. Dengan hasil Tabel 4.2 menunjukkan gambaran jam kerja dari seluruh sampel dilihat yang mempunyai kapasitas paru normal pada jam kerja 8 Jam terdapat 29 orang (82,8%) sedangkan kapasitas paru tidak normal terdapat 6 orang (17,2%). Pada jam kerja berisiko ini 3 kali akan terjadi kapasitas paru tidak normal. Lama kontak adalah lama seseorang bekerja setiap harinya (dalam satuan jam) dan beberapa hari dalam seminggu (dalam satuan hari), sehingga semakin lama jam kerja maka orang tersebut akan mempengaruhi fungsi paru atau terjadi

kapasitas paru tidak normal ( Indah, 2012). Hasil penelitian Mengkidi (2006), lama paparan berkaitan dengan jumlah jam kerja yang dihabiskan pekerja di area kerja. Semakin lama menghabiskan waktu untuk berja maka semakin terjadi kemungkinan terjadi kapasitas paru. Pada grafik 4.3 dapat dilihat bahwa hampir semua petugas. 66% memiliki kebiasaan merokok dan 34% tidak memiliki kebiasaan merokok. Hasil Tabel 4.3 menunjukkan gambaran kebiasaan merokok dari seluruh sampel. Dapat dilihat kapasitas paru normal dengan kebiasaan merokok terdapat 21 orang (60%), dan tidak memiliki kebiasaan merokok terdapat 8 orang (22,8%). Sedangkan memiliki kapasitas paru tidak normal yaitu pada kebiasaan merokok terdapat 3 orang (8,6%) dan tidak memiliki kebiasaan merokok terdapat 3 orang (8,6%). Akan tetapi dari penjelasan tersebut dapat dilihat yang memiliki kebiasaan merokok dan mempunyai kapasitas paru normal lebih banyak dari pada dibandinkan dengan yang tidak normal. Hal ini sejalan dengan penelitian Donald bahwa tidak ada hubungan bermakna antara kebiasaan merokok dengn kapasitas paru pada penelitian pekerja CV Sinar Mandiri. Pada penjelasan diatas petugas yang tidak memiliki kebiasaan merokok mengalami kapasitas paru tidak normal, dimana untuk responden yang memiliki kebiasaan merokok ini akan memiliki 3 kali terjadinya kapasitas paru tidak normal. Disini terbukti bahwa asap rokok dapat membahayakan kesehatan. Karena asap rokok memberikan efek negatif terhadap kesehatan. Kegiatan dalam mengisap lebih dari dua batang perhari akan mempercepat penurunan faal paru, merokok dapat menyebabkan perubahan struktur dan fungsi

saluran pernafasan dan jaringan paru. Pengaruh asap rokok dapat dilihat lebih besar dari pengaruh paparan debu hanya sekitar sepertiga dari pengaruh rokok (Depkes RI, 2003). Hasil penelitian Mengkidi (2006), pekerja yang perokok dan berada dilingkungan yang berdebu cenderung mengalami gangguan saluran pernafasan dibandingkan dengan pekerja berada pada lingkungan yang sama tetapi tidak merokok. Tabel 4.4 menunjukkan gambaran masa kerja dari seluruh sampel. Dapat dilihat yang memiliki kapasitas paru normal pada masa kerja 5 tahun terdapat 3 orang (8,6%) dan > 5 Tahun terdapat 26 orang (74,2%). Dilihat dari hasil tersebut bahwa pada msa kerja > 5 tahun masih terdapat kapasitas paru normal yang artinya untuk masa kerja ini belum bisa dikatakan mempengaruhi kapsitas paru, kerana masih ada 2 kali akan terjadi kapasitas paru normal. Sedangkan yang memiliki kapasitas paru tidak normal pada masa kerja 5 terdapat 1 orang (2,8%) dan > 5 Tahun terdapat 5 orang (14,2%). Hal ini sejalan dengan Trisnawati menyatakan bahwa tidak da hubungan bermakna antara lama bekerja dengan kapasitas paru dalam penlitinya dikarenakan ada beberapa hal yang dapat mempengaruhi penurunana fungsi paru. Dan pada teori David et al menyatakan bahwa lamanya paparan polusi udara yang dapat menurunkan kapasitas vital paru dibutuhkan waktu sekitar 20 tahun. Akan tetapi berbeda dengan hasil penelitian Satri dan Kumaidah (2012) bahwa masa kerja menentukan lama paparan seseorang terhadap faktor risiko kapasitas paru.semakin lama masa kerja semakin kemungkinan mendapatkan faktor risiko terjadi kapasitas paru.

Dari hasil penelitian servey lapangan di dapatkan sebagian besar rutin mengikuti olahraga tiap minggu karena itu di anjurkan oleh KASAT Kota Gorontalo, Kapasitas paru dapat dipengaruhi oleh kebiasaan seseorang menjalankan olahraga. Beroalahraga dapat meningkatkan aliran darah melalui paru sehingga banyak menyebabkan semua kapiler paru mendapatkan perfusi maksimum. Hal ini menyebabkan oksigen dapat berdifusi kedalam kapiler paru dengan volume yang lebih besar atau maksimum. Olahraga mempunyai sepuluh unsur pokok kesegaran jasmani salah satu unsur tersebut adalah fungsi pernapasan. Olahraga sebaiknya dilakukan minimal tiga kali seminggu (Guyton dan Hall, 2008). Olah raga secara rutin dapat meningkatkan kesegaran jasmani dan ketahanan fisik yang optimal. Pada orang yang malakukan olahraga rutin selama beberapa bulan akan terjadi perbaikan pernafasan. Perbaikan ini terjadi karena menurunya kadar laktat darah yang seimbang dengan pengurangan gangguan oksigen oleh jaringan tubuh. Olahhraga akan mempengaruhi organ sedemikian rupa sehingga kerja lebih efisien. Ketika seseoranga melakukan olahraga otot, dada bergerak lebih maksimal sehingga paru-paru dan otot dinding dada menjadi elastis dan nilai kapasitas vitas paru meningkat (Madiana, 2007).