BAB I PEDAHULUAN. Nama Austronesia berasal dari kata Latin auster "angin selatan" dan kata Greek

dokumen-dokumen yang mirip
GLOTOKRONOLOGI BAHASA MASSENREMPULU DAN BAHASA MANDAR

BAB II KERANGKA TEORETIS. Studi komparatif pertama yang meliputi seluruh rumpun bahasa Austronesia adalah

BAB I PENDAHULUAN. sampai pada bentuknya yang sekarang sudah pasti bahasa-bahasa itu mengalami

BAB I PENDAHULUAN. (bahasa tua) sampai ke bahasa yang sekarang kita gunakan. Menurut Keraf

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. akal budi untuk memahami hal-hal tersebut. Sebuah konsep yang kita tulis harus

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan sarana berkomunikasi dan mengidentifikasikan diri

BAB II KERANGKA TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA. bidang waktu serta perubahan-perubahan unsur bahasa yang terjadi dalam waktu tersebut (Keraf

BAB I PENDAHULUAN. Kearbitreran bahasa menyebabkan banyak sekali bahasa-bahasa di dunia. Kearbitreran bahasa

BAB I PENDAHULUAN. Pulau Pantar merupakan sebuah pulau yang terletak di Kabupaten Alor

KORESPONDENSI FONEM PROTO-AUSTRONESIA DALAM BAHASA KAILI DAN BAHASA UMA DI SULAWESI TENGAH

Bahasa sebagai realisasi budaya manusia mengalami perubahan dan. dan perkembangan pola kehidupan manusia sebagai pemilik dan pengguna

BAB II KERANGKA TEORETIS. bermigrasi dari Cina Selatan lebih kurang 8000 tahun yang lalu. Dari Taiwan penutur

BAB I PENDAHULUAN. amatlah perlu mengkaji keberadaan bahasa itu sendiri. Demikian pula bahasa yang

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA

LEKSIKOSTATISTIK BAHASA ACEH, BAHASA ALAS, DAN BAHASA GAYO: KAJIAN LINGUISTIK HISTORIS KOMPARATIF

BAB VIII SIMPULAN DAN SARAN. diajukan serta fakta-fakta kebahasaan yang telah dipaparkan pada bab-bab

BAB I PENDAHULUAN. bahasa Melayik, termasuk Kerinci dan Iban. Selain bahasa-bahasa tersebut, bahasa

BAB 1 PENDAHULUAN. Penelitian dalam bidang struktur atau kaidah bahasa-bahasa di Indonesia

BAB X SIMPULAN DAN SARAN. sebelumnya, simpulan hasil penelitian ini dapat dirinci sebagai berikut.

BAB III METODE PENELITIAN. metode wawancara dengan teknik cakap, catat, dan rekam (Sudaryanto, 1988:7).

II. GAMBARAN BUNYI YANG TERWARIS DALAM PROTO- AUSTRONESIA DAN BAHASA KARO

BAB I PENDAHULUAN. tertarik pada penelitian bahasa-bahasa Austronesia (AN), padahal telah lama

BAB I PENDAHULUAN. kelompok sosial untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasikan diri

PEMANFAATAN LINGUISTIK HISTORIS KOMPARATAIF DALAM PEMETAAN BAHASA-BAHASA NUSANTARA

KLASIFIKASI LEKSIKOSTATISTIK BAHASA MELAYU LANGKAT, BAHASA MELAYU DELI, DAN BAHASA DAIRI PAKPAK

Klasifikasi Bahasa (Abdul Chaer) Klasifikasi Genetis Klasifikasi Tipologis Klasifikasi Areal Klasifikasi Sosiolinguistik.

BAB I PENDAHULUAN. cenderung mengutamakan peneropongan kata-kata (leksikon) secara statistik, untuk

BAB IX TEMUAN BARU. 9.1 Kekerabatan Bahasa Or lebih dekat dengan Ft daripada Mk

KAJIAN LEKSIKOSTATISTIK BAHASA MUNA, BAHASA CIA-CIA DAN BAHASA WOLIO DI SULAWESI TENGGARA

BAB I PENDAHULUAN. Hubungan kekerabatan tersebut selanjutnya diabstraksikan dalam bentuk silsilah.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pernah diteliti. Tetapi penelitian yang relevan sudah pernah ada, yakni sebagai

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

REKONSTRUKSI FONEM PROTO KELOMPOK BAHASA CIACIA: LINGUISTIK HISTORIS KOMPARATIF

T. H GEOGRAFI DIALEK BAHASA SIMALUNGUN DALAM PENGEMBANGAN LEKSIKON BAHASA INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dan lingkungan, baik lingkungan alam maupun lingkungan sosialbudaya,

RELASI KEKERABATAN GENETIS KUANTITATIF ISOLEK-ISOLEK SUMBA DI NTT: Sebuah Kajian Linguistik Historis Komparatif

RELASI KEKERABATAN BAHASA-BAHASA DI KABUPATEN POSO. Gitit I.P. Wacana*

BAB I PENDAHULUAN. geografis tertentu yang terbatas dalam wilayah suatu negara. Penelitian dan

WAKTU PISAH DAN POHON KEKERABATAN BAHASA SUWAWA GORONTALO TOLAKI WOLIO. Oleh: Anindiah Suwastikaningrum NIM

BAB I PENDAHULUAN. Linguistik adalah ilmu yang mempelajari bahasa. Adapun yang dimaksud dengan

Abstract. Correspondences, Proto-Austronesia, Jambi Malay, Bungo Malay

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN. belum banyak dilakukan, dan dari hasil penelitian oleh para peneliti bahasa belum

BAB III METODE PENELITIAN. masih hidup dan dipakai masyarakat penuturnya untuk pembuktian hubungan

JEJAK BAHASA MELAYU (INDONESIA) DALAIV- BAHASA BUGIS, MAKASSAR, MANDAR, DAN TORAJA (TINJAUAN LEKSIKOSTATISTIK)

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan sosial masyarakat karena tanpa bahasa masyarakat akan sulit untuk

BAB I PENDAHULUAN. Fungsi dan kedudukan bahasa daerah sangat penting karena tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. asia, tepatnya di bagian asia tenggara. Karena letaknya di antara dua samudra,

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN ALUR PENELITIAN. penelitian Wakidi dkk. dengan judul Morfosintaksis Bahasa Blagar dan La Ino

BAB VI PENUTUP. dirumuskan tersebut berdasarkan rumusan masalah yang telah ditetapkan. Variabel

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Bahasa dapat didefinisikan sebagai alat bantu antara anggota atau

PERSETUJUAN PEMBIMBING...

BAB I PENDAHULUAN. Pulau Jawa maupun di Pulau Bali, Pulau Sumatra, Pulau Kalimantan, dan pulaupulau

K A N D A I. Volume 11 No. 1, Mei 2015 Halaman 1 14

LAPORAN PENGAMATAN SITUS MANUSIA PURBA SANGIRAN

SMA/MA IPS kelas 10 - SEJARAH IPS BAB 2. INDONESIA MASA PRA AKSARALatihan Soal 2.4. Yunani. Cina. Vietnam. Yunan. Teluk Tonkin

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah alat penghubung, alat komunikasi anggota masyarakat yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Kepulauan Alor-Pantar di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT)

I. PENDAHULUAN. Sumarsono (2009) mengemukakan bahwa bahasa sebagai alat manusia untuk. apabila manusia menggunakan bahasa. Tanpa bahasa, manusia akan

BAB I PENDAHULUAN. berkembang di antara sejumlah bahasa daerah lainnya di Indonesia. Bahasa Bali

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN. bahasa yang beragam pula. Walaupun telah ada bahasa Indonesia sebagai bahasa

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI. penelitian ini. Hasil-hasil penelitian tersebut menyangkut bahasa Or dan linguistik

BAB I PENDAHULUAN. tumbuhan dalam keperluan sehari-hari dan adat suku bangsa. Studi etnobotani

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan objek dari linguistik, karena linguistik merupakan

STUDI LINGUISTIK DALAM PROSES INTEGRASI BANGSA: KE ARAH PEMAHAMAN DIRI MELALUI KAJIAN VARIASI BAHASA

BAB I PENDAHULUAN. bahasa secara genetik di Indonesia masih sangat kurang. Dalam sejarah

KELOMPOK Artha Vindy Febryan Pramesthi [04] 2. Awang Zaki R. [05] 3. Gati Argo W. [07] 4. Ngesty Finesatiti [19] 5. Nisa Nur 'Aini A.

BAB I PENDAHULUAN. sistem penulisan tidak dapat menggambarkan bunyi yang diucapkan oleh manusia

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN KAJIAN TERDAHULU. Konsep berkaitan dengan definisi-definisi atau pengertian-pengertian yang

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan lambang bunyi yang mempunyai arti dan fungsi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. mempunyai makna tertentu. Sebagai sistem lambang bunyi yang mempunyai makna,

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 I d e n t i f i k a s i P e r u b a h a n R u m a h T r a d i s i o n a l D e s a K u r a u, K e c. K o b a

BAB I PENDAHULUAN. dan berkembang sebagaimana yang dijamin oleh penjelasan undang-undang dasar

L2B Ahmad Farid R Museum Armada TNI AngkatanLaut Surabaya 1 BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pengklasifikasian secara umum mengenai rumpun bahasa Austronesia itu sendiri. Perdebatan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. manusia akan alam, menjadi suatu refleksi pribadi, yang kemudian di sharingkan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu kebanggaan nasional (national pride) bangsa Indonesia adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Membicarakan mantra dalam ranah linguistik antopologi tidak akan

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasikan diri

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. bahwa di Wakatobi terdapat dua kelompok bahasa yaitu kelompok Wangi-Wangi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bahasa Jawa merupakan mata pelajaran muatan lokal yang wajib

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

PRAKIRAAN HARIAN TINGGI GELOMBANG 7 HARI KEDEPAN

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kedudukannya sebagai bahasa daerah, bahasa Pakpak Dairi

MASA PRA AKSARA DI INDONESIA

Program Studi Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Jambi, Jambi, Indonesia Telepon: , Faksimile.

Perbedaan Kata Bahasa Indonesia dengan Bahasa Melayu (Malaysia) dalam Sistem Ejaan

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi yang sangat dibutuhkan manusia dalam menyampaikan suatu maksud

PENDAHULUAN. Latar Belakang. beragam di dunia. Kuda (Equus caballus) adalah salah satu bentuk dari

BAB I PENDAHULUAN. merupakan kekayaan alam yang sangat menakjubkan. Summer Institute of

Institut Teknologi Sumatera Lampung Selatan, 2018 Pengenalan Lingkungan dan Potensi Daerah (Sumatera)

BAB I PENDAHULUAN. 1 Y, Wartaya Winangun, Tanah Sumber Nilai Hidup, Yogyakarta: Kanisius, 2004, hal

PRAKIRAAN HARIAN TINGGI GELOMBANG 5 HARI KE DEPAN 12 Maret 2016 s/d 17 Maret 2016 BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA. Jakarta, 12 Maret 2016

BAB I PENDAHULUAN. dalam tradisi mereka. Budaya dan sumber-sumber sejarah tersebut dari generasi

BAB I PENDAHULUAN. Letak Kabupaten Bangkalan berada pada ujung Pulau Madura bagian Barat

PRAKIRAAN HARIAN TINGGI GELOMBANG 5 HARI KE DEPAN 13 Agustus 2016 s/d 17 Agustus 2016 BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

BAB I PENDAHULUAN. kebudayaan antara suku bangsa, yang harus saling menghargai nilai nilai

Transkripsi:

1 BAB I PEDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumpun bahasa Austronesia merupakan salah satu keluarga bahasa tua. Nama Austronesia berasal dari kata Latin auster "angin selatan" dan kata Greek nêsos "pulau". Para penutur bahasa Austronesia dihipotesiskan berasal dari daerah yang sekarang disebut China bagian selatan. Mereka sekitar 4000 tahun yang lalu bermigrasi ke Taiwan, kemudian menyebar ke Filipina, Indonesia, dan ke Madagaskar dekat benua Afrika serta ke seluruh lautan Pasifik (Dempwolff, 1956). Kekerabatan antarbahasa sekerabat dalam kajian komparatif pada intinya dapat dibuktikan berdasarkan unsur-unsur warisan dari protobahasa pada bahasabahasa berkerabat (Hock, 1988). Protobahasa merupakan suatu rakitan teoretis yang dirancang dengan merangkaikan sistem bahasa-bahasa yang memiliki hubungan kesejarahan melalui rumusan kaidah-kaidah secara sangat sederhana dan dirancang bangun dan dirakit kembali sebagai gambaran tentang masa lalu suatu bahasa (Bynon, 1979, Jeffers, 1979). Dengan munculnya ciri-ciri warisan yang sama pada bahasa-bahasa yang berkerabat, keeratan hubungan keseasalan bahasa-bahasa tersebut dapat ditemukan dan sistem protobahasanya dapat dijejaki (Mbete, 1990: 22). Blust (1981) membagi bahasa-bahasa Austronesia atas empat kelompok utama, yaitu; Atayal, Tsou, Paiwan, Melayu-Polinesia. Perhatikan bagan di bawah ini. 1

2 Proto-Austronesia Atayal Tsou Paiwan Melayu-Polinesia Melayu-Polinesia Barat Melayu-Polinesia Tengah Melayu-Polinesia Timur Halmahera-Selatan,Irian Oseania 1.1 Proto-Austronesia (Blust, 1981:21) Tiga kelompok utama, yaitu; Atayal, Tsou, dan Paiwan terdapat di Formosa. Kelompok Melayu-Polinesia Barat terdiri atas semua bahasa di Indonesia Barat (bahasa Sulawesi dan bahasa Sundik), Pilipina, Chamorro, Palau, Chami, dan Malagasi; kelompok Melayu-Polinesia Tengah terdiri atas semua bahasa di Flores, Timor, Sumba, Sumbawa Timur (bahasa Bima) Maluku tengah dan Selatan; kelompok Melayu-Polinesia Timur meliputi bahasa-bahasa Halmahera Selatan dan Iran Jaya. Bahasa-bahasa Melanesia, Mikronesia, dan Polinesia ditempatkan ke dalam subkelompok Oseania (Blust, 1981:21). Betapapun telah cukup banyak hasil penelitian, belumlah dapat dikatakan bahwa pendekatan secara linguistik historis komparatif atas bahasa-bahasa Austronesia telah selesai. Adanya unsur-unsur bahasa Proto-Austronesia yang ditemukan oleh para ahli sejarah perbandingan, patutlah disadari bahwa hasilhasilnya, setidak-tidaknya sebagiannya masih bersifat hipotesis. Ini berarti bahwa penelitian yang belakangan di samping pengembangan dan pendalaman, masih diperlukan untuk membuktikan kembali hasil-hasil penelitian terdahulu. Disisi itu perlu diinsyafi bahwa karena hukum perubahan berlangsung pula atas kehidupan bahasa maka masalah-masalah ilmu linguistik historis komparatif, tidak akan

3 selesai, apabila berkembangnya metodologi ilmu linguistik historis komparatif khusunya, serta ilmu pengetahuan umumnya. Bahasa yang ada di kawasan nusantara ini merupakan fakta sejarah kehidupan bahasa. Ada yang berkembang secara mapan, dan ada juga yang perkembangannya mengarah kepunahan, khususnya bahasa-bahasa daerah yang didukung oleh jumlah penutur yang sedikit. Punahnya bahasa daerah adalah proses alami, di antara penyebabnya adalah tiadanya penutur akibat bencana alam dan pernikahan antaretnis serta menggunakan bahasa Indonesia dalam komunikasi sehari-hari sebagai pengantar. Sejumlah bahasa ibu atau bahasa daerah di kawasan nusantara ini, mulai punah seiring meninggalnya para penutur bahasa itu. Punahnya suatu bahasa menyebabkan hilangnya berbagai bentuk warisan budaya, khususnya warisan tradisi dan ekspresi berbicara masyarakat penuturnya. Punahnya bahasa-bahasa itu, lanjutnya, juga telah merebut keanekaragaman manusia, yang telah menyebarkan banyak pengetahuan tentang alam dan semesta. Agar tidak pelan-pelan lenyap, penggunaan bahasa daerah harus digiatkan, terutama di kalangan penuturnya. Punahnya bahasa daerah juga berarti hilangnya sebagian kebudayaan, nilai dan kearifan lokal yang terkandung di dalamnya. Saat ini ada kecenderungan penutur bahasa-bahasa di Sulawesi Tengah khususnya bahasa Kaili dan bahasa Uma mulai berkurang, terutama kalangan muda tak lagi berbahasa Kaili ataupun berbahasa Uma walau secara genelogi adalah orang Kaili ataupun orang Kulawi, tetapi secara kultural tidak lagi menampakkan kekalian ataupun kekulawian, terutama sebagai penutur bahasa yang paling utama dan pertama yang mengidentifikasi suatu suku.

4 Melihat hal itu, bahasa sebagai anugerah Tuhan dan harta karun yang tak ternilai harganya ternyata telah disia-siakan oleh sebagian umat manusia. Punahnya bahasa adalah fenomena sosial yang dipicu oleh kebutuhan sosial. Tidak ada bukti bahwa ada sesuatu yang salah dengan bahasa tersebut. Untuk itu, sangat diperlukan penelitian linguistik historis komparatif agar dapat membuktikan kembali secara lebih lengkap dan tuntas tentang adanya hubungan keseasalan bahasa-bahasa di kawasan nusantara ini khususnya di Sulawesi Tengah. Seperti halnya bahasa-bahasa daerah lainnya di Indonesia, BK dan BU mempunyai kedudukan dan fungsi bagi kedua suku bahasa tersebut. Perannya tampak dalam kehidupan kebudayaan, termasuk juga dalam kehidupan keagamaan, sosial, dan ekonomi. Di tengah-tengah keanekaragaman budaya bahasa, kedua bahasa itu masih tetap menunjukkan identitas kelompok masyarakat pendukungnya. Dengan demikian, pembinaan dan pengembangan terhadap bahasa daerah sangat perlu dilakukan. Barr mengelompokkan bahasa-bahasa di Sulawesi Tengah menjadi dua kelompok besar. Kelompok yang pertama yaitu kelompok Pamona. Bahasabahasa yang termasuk dalam kelompok ini adalah bahasa Pamona, Bada, dan Rampi. Yang kedua adalah kelompok Kaili. Bahasa-bahasa yang yang termasuk kelompok Kaili adalah bahasa Uma, Sarudu, Baras, Kaili, dan Topoiyo. Kedua subkelompok bahasa ini sangat menarik (Barr, 1979: 11). Hasil penelitan yang dilakukan oleh Barr hanya berdasarkan pada metode leksikostatistik. Dengan demikian, penelitian ini agak lemah karena tidak didukung atas bukti kekerabatan yang ditunjang dengan pendekatan kualitatif.

5 Berdasarkan uraian di atas, penelitian bahasa ini menjadi sangat penting bila dikaitkan ke arah pembangunan bangsa. Adanya evidensi tentang keseasalan dan kekerabatan yang lebih lengkap dan tuntas, sudah tentu membuka pintu ikatan budaya bahasa yang kurang terjamah secara ilmiah dan sekaligus ikut menanamkan kesadaran sejarah budaya dan kesadaran budaya bahasa khususnya. Dalam hal ini dicoba untuk dibuktikan kembali hubungan kekerabatan BK dan BU berdasarkan korespondensi fonem PAN pada BK dan BU. 1.2 Rumusan Masalah Dari uraian di atas pengkajian difokuskan pada aspek historis dari fonemfonem BK dan BU dalam kaitannya dengan fonem PAN, sehingga rumusan masalahnya dapat formulasikan sebagai berikut. (1) Bagaimanakah pewarisan atau penerusan fonem PAN pada BK dan BU? (2) Mengapa fonem PAN berkorespondensi dengan fonem BK dan BU? (3) Apa sajakah tipe-tipe perubahan bunyi PAN dalam pewarisannya pada BK dan BU? 1.3 Tujuan Penelitian Sesuai dengan rancangan penelitian, secara garis besar penelitian ini mempunyai dua tujuan. Tujuan tersebut adalah tujuan khusus dan tujuan umum. Untuk lebih jelasnya, tujuan tersebut dapat dirinci sebagai berikut.

6 1.3.1 Tujuan umum Penelitian ini dapat memberikan sumbangan terhadap ilmu linguistik historis komparatif terutama dalam bahasa-bahasa Austronesia, yang sampai saat ini belum banyak dikerjakan oleh sarjana-sarjana Indonesia sendiri. Selanjutnya, hasil penelitian ini dapat dipakai sebagai bahan penunjang untuk penelitianpenelitian linguistik historis komparatif selanjutnya, yakni berupa subgrouping bahasa-bahasa Melayu Polinesia Barat dan untuk mencari bahasa meso dari bahasa-bahasa yang telah ditentukan subgrouping-nya. Secara lebih luas penelitian ini dapat dipakai sebagai bukti linguistik bagi penelitian linguistik historis komparatif di Indonesia. 1.3.2 Tujuan khusus Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan khusus penelitian ini adalah sebagai berikut. (1) Mendeskripsikan pewarisan atau penerusan fonem PAN dalam pewarisannya pada BK dan BU. (2) Menemukan faktor-faktor perubahan fonem PAN yang terwaris pada BK dan BU. (3) Mendeskripsikan tipe-tipe perubahan bunyi PAN dalam pewarisannya pada BK dan BU.

7 1.4 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, baik secara teoretis maupun secara praktis. Kedua manfaat ini dapat diuraikan sebagai berikut. 1.4.1 Manfaat teoretis Secara toeritis penelitian ini diharapkan memberikan manfaat sebagai berikut. (1) Melalui penelitian ini diharapkan adanya pemahaman yang mendalam mengenai bentuk-bentuk pewarisan fonem PAN pada bahasa-bahasa turunannya. (2) Melalui penelitian ini diharapkan adanya pemahaman yang mendalam mengenai korespondensi fonem PAN dalam BK dan BU ditinjau dari pendekatan linguistik historis komparatif. (3) Melalui penelitian ini dapat memperkaya data korespondensi fonem PAN dalam BK dan BU. (4) Secara lebih luas hasil penelitian ini dapat dipakai sebagai bukti linguistik bagi penelitian-penelitian sejarah Indonesia purba. 1.4.2 Manfaat praktis Secara praktis penelitian ini diharapkan memberikan manfaat sebagai berikut. (1) Mengembangkan dan melestarikan kebudayaan warisan nenek moyang yang dapat memperkaya kebudayaan nasional.

8 (2) Membangun kesadaran masyarakat penutur BK dan BU, ikhwal adanya relasi kesajarahan bahasa. (3) Hasil penelitian ini diharapkan juga bermanfaat sebagai bahan ajar khususnya mengenai LHK.