BAB II TEORI DASAR GANGGUAN PETIR

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS SAMBARAN PETIR PADA TIANG TRANSMISI DENGAN MENGGUNAKAN METODE LATTICE

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB II DASAR TEORI. hari. Jumlah hari guruh yang terjadi pada suatu daerah dalam satu tahun disebut

BAB III PELINDUNG SALURAN TRANSMISI. keamanan sistem tenaga dan tak mungkin dihindari, sedangkan alat-alat

BAB II GANGGUAN TEGANGAN LEBIH PADA SISTEM TENAGA LISTRIK

BAB II IMPEDANSI SURJA MENARA DAN KAWAT TANAH

Proteksi Terhadap Petir. Distribusi Daya Dian Retno Sawitri

ARESTER SEBAGAI SISTEM PENGAMAN TEGANGAN LEBIH PADA JARINGAN DISTRIBUSI TEGANGAN MENENGAH 20KV. Tri Cahyaningsih, Hamzah Berahim, Subiyanto ABSTRAK

PENGARUH PERISAI PELAT LOGAM TERHADAP INDUKSI TEGANGAN SURJA PETIR PADA INSTALASI TEGANGAN RENDAH

METODE PENELITIAN. Pengukuran Besaran Elektrik Laboratorium Teknik Elektro Terpadu Jurusan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II TEGANGAN LEBIH SURYA PETIR. dibangkitkan dalam bagian awan petir yang disebut cells. Pelepasan muatan ini

ANALISIS GANGGUAN PETIR AKIBAT SAMBARAN LANGSUNG PADA SALURAN TRANSMISI TEGANGAN EKSTRA TINGGI 500 kv

STUDI PERENCANAAN SISTEM PERLINDUNGAN PETIR EKSTERNAL DI GARDU INDUK 150 KV NEW-TUREN

SISTEM PROTEKSI TERHADAP TEGANGAN LEBIH PADA GARDU TRAFO TIANG 20 kv

TUGAS AKHIR DISTRIBUSI TEGANGAN SURJA PETIR PADA TIAP MENARA TRANSMISI MINDO SIMBOLON NIM :

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 BAB I PENDAHULUAN. menyalurkan daya listrik dari pembangkit ke konsumen yang letaknya dapat

BAB II PEMAHAMAN TENTANG PETIR

2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA

OPTIMASI JARAK MAKSIMUM PENEMPATAN LIGHTNING ARRESTER SEBAGAI PROTEKSI TRANSFORMATOR PADA GARDU INDUK. Oleh : Togar Timoteus Gultom, S.

II. TINJAUAN PUSTAKA. (updraft) membawa udara lembab. Semakin tinggi dari permukaan bumi, semakin

Kata Kunci Proteksi, Arrester, Bonding Ekipotensial, LPZ.

STUDI GANGGUAN HUBUNGAN SINGKAT SATU FASA KETANAH AKIBAT SAMBARAN PETIR PADA SALURAN TRANSMISI OLEH JUBILATER SIMANJUNTAK NIM :

LEMBAR JUDUL LEMBAR PENGESAHAN

I Gusti Ngurah Satriyadi Hernanda, ST. MT Dr. Eng. I Made Yulistya Negara, ST. M.Sc

BAB II PENANGKAL PETIR DAN ARUS PETIR. dan dari awan ke awan yang berbeda muatannya. Petir biasanya menyambar objek yang

BAB II TEORI DASAR. 2.1 Umum. Pada dasarnya suatu gangguan ialah setiap keadaan sistem yang menyimpang

Perancangan Perangkat Lunak Untuk Mendeteksi Tingkat Keandalan SUTET Terhadap Sambaran Petir Dengan Metode 2 Titik

STUDI PENGARUH KONFIGURASI 1 PERALATAN PADA SALURAN DISTRIBUSI 20 KV TERHADAP PERFORMA PERLINDUNGAN PETIR MENGGUNAKAN SIMULASI ATP/EMTP

BAB I PENDAHULUAN. Energi listrik merupakan salah satu bentuk energi yang mudah dalam

STUDI TEGANGAN LEBIH IMPULS AKIBAT PENGGUNAAN KONFIGURASI MIXED LINES (HIGH VOLTAGE OVERHEAD-CABLE LINES) 150 KV

Analisis Pengaruh Resistansi Pentanahan Menara Terhadap Terjadinya Back Flashover

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB III PROTEKSI SALURAN UDARA TEGANGAN MENENGAH (SUTM) TERHADAP SAMBARAN PETIR

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan mulai bulan september 2013 sampai dengan bulan maret

BAB II LANDASAN TEORI. Dalam merencanakan suatu sistem pengaman (Proteksi) yang ada

Satellite SISTEM PENTANAHAN MARYONO, MT

STUDI PERFORMANSI PERLINDUNGAN SAMBARAN PETIR PADA SALURAN UDARA TEGANGAN TINGGI (SUTT) 150 KV UNTUK BERAGAM KARAKTERISTIK SAMBARAN

Studi Penempatan Titik Pentanahan Kawat Tanah pada Penyulang Serangan

OPTIMASI PELETAKKAN ARESTER PADA SALURAN DISTRIBUSI KABEL CABANG TUNGGAL AKIBAT SURJA PETIR GELOMBANG PENUH

Dielektrika, [P-ISSN ] [E-ISSN X] 85 Vol. 4, No. 2 : 85-92, Agustus 2017

III. METODE PENELITIAN

SISTEM PROTEKSI TERHADAP SAMBARAN PETIR LANGSUNG (DIRECT STRIKE) KE GARDU INDUK. Sudut Lindung. Menara Transmisi Dan Gardu Induk

BAB II TEORI DASAR GELOMBANG BERJALAN DAN PEMBUMIAN (PENTANAHAN)

ANALISIS PERLINDUNGAN TRANSFORMATOR DISTRIBUSI YANG EFEKTIF TERHADAP SURJA PETIR. Lory M. Parera *, Ari Permana ** Abstract

TUGAS AKHIR PENGARUH IMPEDANSI SURJA PEMBUMIAN MENARA TRANSMISI TERHADAP TEGANGAN LENGAN MENARA WINDY ROLAND TOBING NIM :

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Isolator. Pada suatu sistem tenaga listrik terdapat berbagai bagian yang memiliki

BAB III TEGANGAN GAGAL DAN PENGARUH KELEMBABAN UDARA

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan energi listrik untuk keperluan manusia akan semakin meningkat

BAB I PENDAHULUAN. Westinghouse yang terdahulu, menguji transformator-transformator di

BAB II SALURAN TRANSMISI DAN KORONA

BAB III LIGHTNING ARRESTER

TINJAUAN PUSTAKA. shielding tiang penangkal dan kawat pada gardu induk. Adapun tujuan dari sistem

GROUNDING SYSTEM HASBULLAH, MT. Electrical engineering Dept. Oktober 2008

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 1

1. BAB I PENDAHULUAN

Gerak Gaya Listrik (GGL) Electromotive Force (EMF)

Materi ajar. Kapasitor

L/O/G/O RINCIAN PERALATAN GARDU INDUK

Analisa Pengaruh Perilaku Petir pada Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) 150 kv Menggunakan Metode Burgsdorf

BAB II LANDASAN TEORI

Oleh: Dedy Setiawan IGN SatriyadiI H., ST., MT. 2. Dr. Eng. I Made Yulistya N., ST., M.Sc

STUDI PENGARUH KORONA TERHADAP SURJA. TEGANGAN LEBIH PADA SALURAN TRANSMISI 275 kv

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. kualitas dan kehandalan yang tinggi. Akan tetapi pada kenyataanya terdapat

PROTEKSI PETIR PADA TRANSISI SALURAN UDARA DAN BAWAH TANAH TEGANGAN MENENGAH 20 kv

PENGGUNAAN ATP DRAW 3.8 UNTUK MENENTUKAN JUMLAH GANGGUAN PADA SALURAN TRANSMISI 150 kv AKIBAT BACKFLASHOVER

KOORDINASI PROTEKSI ARESTER PCB DAN DIODA ZENER DENGAN ELEMEN DEKOPLING PADA PERALATAN LISTRIK JURNAL SKRIPSI

1. BAB I PENDAHULUAN

BAB II TEGANGAN TINGGI. sehingga perlu penjelasan khusus mengenai pengukuran ini. Ada tiga jenis tegangan

BAB I PENDAHULUAN. dibangkitkan oleh sebuah sistem pembangkit perlu mengalami peningkatan nilai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

SIMULASI DISTRIBUSI TEGANGAN PETIR DI JARINGAN DISTRIBUSI TEGANGAN MENENGAH 20 KV PENYULANG KENTUNGAN 2 YOGYAKARTA

1 BAB I PENDAHULUAN. Petir adalah suatu gejala alam, yakni peluahan muatan listrik statis yang

PERCOBAAN - I PEMBANGKITAN DAN PENGUKURAN TEGANGAN TINGGI BOLAK-BALIK

2 b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, serta untuk melaksanakan ketentuan Pasal 36 ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomo

MITIGASI GANGGUAN TRANSMISI AKIBAT PETIR PADA PT. PLN (PERSERO) P3B SUMATERA UPT TANJUNG KARANG

Studi Analisa Keandalan Isolator Pada Saluran Transmisi 150 kv Sirkit Ganda Waru-Bangil TUGAS AKHIR. oleh : Nama : Nifta Faturochman NIM :

PEMODELAN PERLINDUNGAN GARDU INDUK DARI SAMBARAN PETIR LANGSUNG DI PT. PLN (PERSERO) GARDU INDUK 150 KV NGIMBANG-LAMONGAN

Rizky Fajar Adiputra

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ANALISIS UNJUK KERJASALURAN UDARA TEGANGAN TINGGI 500kV 2 SALURAN DAN 4 SALURAN DI SUMATERA

TINJAUAN PUSTAKA. Dalam menyalurkan daya listrik dari pusat pembangkit kepada konsumen

SIMAK UI Fisika

BAB I PENDAHULUAN. utama bagi setiap orang. Ketergantungan masyarakat terhadap listrik

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

PENENTUAN LOKASI PEMASANGAN LIGHTNING MASTS PADA MENARA TRANSMISI UNTUK MENGURANGI KEGAGALAN PERLINDUNGAN AKIBAT SAMBARAN PETIR

TUGAS PAPER MATA KULIAH SISTEM PROTEKSI MENENTUKAN JARAK PEMASANGAN ARRESTER SEBAGAI PENGAMAN TRAFO TERHADAP SAMBARAN PETIR

BAB III KETIDAKSEIMBANGAN BEBAN

BAB II SISTEM SALURAN TRANSMISI ( yang membawa arus yang mencapai ratusan kilo amper. Energi listrik yang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terletak di daerah khatulistiwa. Oleh karena itu Indonesia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III. Transformator

RANCANG BANGUN VOLTMETER ELEKTROSTATIK UNTUK PENGUKURAN NILAI EFEKTIF TEGANGAN TINGGI AC 100 KV

Protection on Electrical Power System. Hasbullah Bandung, Juni 2008

ANALISIS PENGARUH RESISTANSI PENTANAHAN MENARA TERHADAP BACK FLASHOVER PADA SALURAN TRANSMISI 500 KV

Transkripsi:

BAB II TEORI DASAR GANGGUAN PETIR II.1 Umum Gangguan petir pada saluran transmisi adalah gangguan akibat sambaran petir pada saluran transmisi yang dapat menyebabkan terganggunya saluran transmisi dalam menghantarkan daya listrik. Gangguan petir ini dapat dibedakan menjadi dua bagian, yaitu : 1. Gangguan akibat sambaran langsung, yang terdiri dari : a. Gangguan petir pada kawat tanah, b. Gangguan petir pada kawat fasa atau kegagalan perisaian. 2. Gangguan petir akibat sambaran tidak langsung atau sambaran induksi. Satuan gangguan akibat sambaran petir diberikan dalam jumlah gangguan per 100 km per tahun. Pada saluran transmisi tegangan tinggi, gangguan akibat sambaran induksi sangat kecil kemungkinannya sehingga dapat diabaikan. Hal ini disebabkan tegangan induksi besarnya antara 100-200 kv dan muka gelombangnya lebih dari 10µs. II.2 Mekanisme Sambaran Petir Petir adalah mekanisme pelepasan muatan listrik di udara yang dapat terjadi di dalam awan, antara awan, awan dengan udara, dan antara awan dengan tanah. Antara awan dan permukaan bumi dapat dianalogikan seperti kapasitor raksasa, dimana lempeng pertama adalah awan dan lempeng kedua adalah bumi. Proses terjadinya muatan pada awan adalah akibat adanya pergerakan awan secara 5

teratur dan terus menerus. Dan selama pergerakannya, awan akan terpolarisasi sehingga muatan negatif akan berkumpul pada salah satu sisi, sedangkan muatan positif berkumpul pada sisi sebaliknya. Biasanya muatan negatif berada di bagian bawah awan dan muatan positif berada di bagian atas. Muatan listrik pada awan ini mengakibatkan adanya beda potensial antara awan dengan bumi, sehingga timbul medan listrik antara awan dengan bumi. Jika medan listrik lebih besar daripada kekuatan dielektrik udara yang mengantarai bumi dengan awan, maka akan terjadi pelepasan muatan. Pelepasan pertama terjadi di udara yang berada di sekitar awan bermuatan. Pelepasan ini disebut pilot reader. Di ujung pilot leader terjadi proses ionisasi sehingga terjadi pelepasan kedua yang disebut dengan downward leader. Di ujung downward leader terjadi lagi pelepasan muatan menuju ke bumi. Demikian seterusnya proses pelepasan berlangsung terus sehingga downward leader semakin mendekati bumi. Ujung dari downward leader semakin mendekati bumi disebut sebagai leader. Gambar mekanisme proses terjadinya petir dapat dilihat pada Gambar 2.1 berikut ini: Pilot Leader Pilot Leader leader Downward leader d (a) (b) 6

Multiple stroke Striking point (c) (d) Gambar 2.1 Tahapan Sambaran Petir ke Tanah Ketika leader mendekati bumi terjadi medan listrik yang sangat tinggi antara ujung leader dengan bumi, sehingga terjadi penumpukan muatan di ujung suatu objek yang berada di permukaan bumi. Dengan demikian muatan yang berasal dari bumi bergerak menuju ujung leader. Titik bertemunya kedua aliran yang berbeda muatan ini disebut striking point dapat dilihat pada Gambar 2.1.c. Sesaat setelah itu terjadi perpindahan muatan dari tanah ke awan melalui sambaran balik. Perpindahan muatan dari awan ke tanah akan kembali memunculkan beda potensial yang tinggi antara pusat muatan di awan seperti pada Gambar 2.1.d. Akibatnya, terjadi pelepasan muatan susulan atau yang disebut pelepasan muatan berulang (multiple stroke). II.3 Gangguan Sambaran Langsung Petir Gangguan akibat sambaran langsung petir adalah adanya sambaran petir yang langsung mengenai suatu objek tertentu. Sambaran petir langsung dapat menimbulkan bermacam-macam gangguan yang tidak hanya membahayakan peralatan listrik namun juga bisa 7

mengancam keselamatan jiwa manusia. Besarnya tegangan yang diakibatkan sambaran petir ini dapat mencapai 3000 kv. Gangguan pada jaringan listrik dapat dikelompokkan menjadi dua bagian yaitu sambaran petir mengenai kawat tanah dan sambaran petir mengenai kawat fasa. Sambaran petir yang langsung mengenai kawat tanah dapat mengakibatkan hal-hal sebagai berikut: Terputusnya kawat tanah. Arus yang besar menyebabkan panas yang tinggi pada kawat tanah yang dapat melampaui kekuatan kawat untuk menahannya. Naiknya potensial kawat tanah yang diikuti oleh backflashover ke kawat fasa. Pada saat terjadi sambaran pada kawat tanah, dengan cepat potensialnya naik mencapai nilai yang cukup tinggi sehingga dapat mengakibatkan lompatan muatan listrik ke kawat fasa di dekatnya. Sambaran langsung mengenai kawat fasa mengakibatkan kenaikan tegangan tinggi pada kawat fasa. Kenaikan tegangan yang cukup tinggi ini dapat menyebabkan pecahnya isolator, kerusakan trafo tenaga dan pecahnya arrester. II.4 Kawat Tanah sebagai Pelindung Saluran Transmisi Kawat tanah digunakan untuk melindungi kawat fasa dari sambaran yang langsung mengenai kawat fasa. Kawat tanah berfungsi sebagai perisai dari kawat fasa sehingga sering juga disebut pengamanan saluran transmisi dengan cara perisaian atau shielding. 8

Pada sambaran langsung, kawat tanah akan menangkap energi sambaran petir lalu dialirkan ke dalam tanah secara langsung melalui menara atau tiang yang ditanahkan. Dengan mengalirnya energi sambaran ini ke dalam tanah maka tegangan lebih yang timbul pada isolator dan saluran dapat dikurangi sehingga kerusakan pada isolator dapat dihindarkan. Salah satu yang harus menjadi pertimbangan dalam pembangunan jaringan transmisi adalah letak kawat tanah di atas kawat fasa. Kawat tanah harus dipasang sedemikian rupa agar sambaran-sambaran petir dapat terpusat pada kawat tanah saja dan tidak sampai mengenai kawat fasa sehingga tidak terjadi kegagalan perisaian. Posisi kawat tanah terhadap kawat fasa dapat dinyatakan dengan besarnya suatu sudut yang disebut dengan sudut perisaian yaitu sudut yang dibentuk oleh garis vertikal yang melalui kawat tanah dan garis yang menghubungkan kawat tanah dan kawat fasa paling luar pada konfigurasi horizontal dan kawat fasa paling atas pada konfigurasi vertikal. Kawat tanah h θ Kawat fasa Gambar 2.2 Sudut Perisaian pada Menara Transmisi 9

Besarnya sudut perisaian dalam prakteknya dipengaruhi oleh ketinggian kawat tanah di atas kawat fasa. Semakin tinggi kawat tanah maka sudut perisaian semakin kecil yang berarti kawat fasa semakin terlindung dari sambaran langsung. II.5 Efektivitas Perlindungan Kawat Tanah Efektivitas perlindungan kawat tanah diharapkan mampu melindungi kawat fasa dengan baik, sehingga tidak terjadi sambaran petir langsung ke kawat fasa. Keefektipan perlindungan kawat tanah bertambah baik jika kawat tanah semakin dekat dengan kawat fasa. Untuk memperoleh perlindungan (perisaian) yang baik, harus memenuhi persyaratan penting sebagai berikut: Jarak kawat tanah di atas kawat fasa diatur sedemikian rupa agar mencegah sambaran pada kawat-kawat fasa. Pada tengah gawang kawat tanah harus mempunyai jarak yang cukup di atas kawat fasa untuk mencegah terjadinya lompatan api karena tegangan pantulan negatif dari dasar menara yang kembali ke tengah gawang. Saat petir menyambar menara secara langsung, tidak terjadi flashover pada isolator. Tahanan kaki menara harus cukup kecil untuk menurunkan tegangan yang membebani isolator agar tidak terjadi lompatan api (flashover) pada isolator. 10

II.6 Sambaran Petir pada Menara Transmisi Skema sambaran pada menara terdapat pada Gambar 2.3. Arus sambaran, I dibagi menjadi 3 bagian, I t mengalir melalui menara, dan sisanya dibagi secara rata dan mengalir dengan arah yang berlawanan pada kawat tanah, I = I t + I s (2.1) Tiga gelombang tegangan yang besarnya sama dengan tegangan awal puncak menara (V o ) akan berjalan dari titik sambaran pertama sepanjang menara ke arah tanah dengan kecepatan kurang dari kecepatan cahaya di ruang bebas, dan gelombang lainnya berjalan dengan arah yang berlawanan sepanjang kawat lindung dengan kecepatan sebanding dengan kecepatan cahaya di ruang bebas. Ketiga gelombang tersebut akan direfleksikan dan ditransmisikan pada titik transisi terdekat. Tegangan menara akan secara berulang direfleksikan antara tahanan kaki menara dan puncak menara. Tegangan kawat tanah akan direfleksikan dan ditransmisikan pada menara yang terdekat. Gelombang tegangan yang ditransmisikan pada menara terdekat akan berjalan melalui menara yang lebih jauh dan juga naik turun pada menara yang terdekatnya. Proses ini akan berjalan sebagai gelombang tegangan yang ditransmisikan sepanjang kawat lindung. Dikarenakan kesimetrisan sepanjang menara yang disambar, saluran dengan kawat lindung dapat disederhanakan seperti diperlihatkan pada Gambar 2.2b. Konsekuensinya, semua impedansi akan menjadi setengahnya, kecuali Z t dan R tf pada menara yang kena sambaran. Tegangan yang direfleksikan dari menara terdekat akan terpolarisasi berlawanan dengan gelombang tegangan petir karena kombinasi paralel dari Z s dan Z t pada menara yang terdekat. Karenanya 11

tegangan puncak menara yang kena sambaran akan berkurang setiap kali refleksi terjadi dan datang dari menara yang berdekatan. Sementara itu tegangan sepanjang menara yang disambar akan direfleksikan dari tahanan kaki menara. I 0,5 I S 0,5 I S Z s Z s Z s Z s I t Z t Z p Z t Z p Z t Z p R tf R tf R tf a tt a st I a sr I S 0,5 Z s 0,5 Z s a tr a I t gr Z t 0,5 Z p 0,5 Z t 0,5 Z p a gt R tf 0,5 R tf a st a sr a st a sr I V tt a gt a gr a tr a tt ` ` Gambar 2.3 Sambaran ke Menara untuk Saluran Terlindung Polaritas tegangan yang direfleksikan ini akan tergantung dari magnitude R tf berbanding dengan Z t, jika R tf < Z t maka gelombang tegangan yang direfleksikan akan berlawanan kutub dan akan mengurangi tegangan puncak menara V tf, pada kedatangannya di puncak menara. Jika R tf > Z t, maka V tt akan naik. Karena pendeknya jarak menara dibandingkan dengan panjang rentang, 12

refleksi dari tahanan kaki menara akan datang pada puncak menara secepatnya sehingga sangat penting bahwa R tf dibuat serendah mungkin. Tegangan pada titik manapun dalam sistem saluran udara dapat dilacak dengan diagram lattice. Tegangan untai isolator menentukan laju kegagalan saluran. Tegangan untai isolator dari menara yang disambar terjadi pada tegangan tinggi. Refleksi yang berturut-turut menaikturunkan tegangan menara yang tersambar akan menentukan faktor probabilitas kegagalan untai isolator. Penambahan dari refleksi pertama dari menara yang terdekat akan menambah keakuratan. Refleksi selanjutnya dapat diabaikan tanpa mengorbankan keakurasiannya. Gambar 2.2c menunjukkan diagram lattice gelombang tegangan sepanjang menara yang tersambar sepanjang adanya kawat tanah. Impedansi surja ekivalen dapat dilihat dengan arus sambaran balik ketika menyambar puncak menara (Gambar 2.2b) adalah: Z eq = Z sz t Z s +2Z t (2.2) Tegangan puncak menara awal dari menara yang disambar (V o ) adalah: V o = IZ eq (2.3) adalah: Refleksi tegangan dan koefisien transmisi pada tahanan kaki menara R tf a gr = R tf Z t R tf +Z t dan (2.4) a gt = 1 + a tr (2.5) Tegangan direfleksikan pada R tf, berjalan melewati menara, sebagian lagi direfleksikan kembali ke menara, dan sisanya ditransmisikan pada puncak menara ke kawat lindung. Koefisien ini adalah: 13

a tr = Z s 2Z t Z s +2Z t (2.6) a tt = 1 + a tr (2.7) Refleksi berganda terjadi sepanjang kawat lindung antara menara yang disambar dan menara yang berdekatan. Koefisien refleksi dan transmisi pada menara yang berdekatan adalah: a sr = Z s dan (2.8) Z s +2Z t a st = 1 + a sr = 2Z t (2.9) Z s +2Z t Koefisien yang bersesuaian dengan menara yang disambar adalah: a sr = 2Z t Z s 2Z t +Z s dan (2.10) a st = 1 + a sr (2.11) Tegangan puncak menara (V tt ) adalah: V tt = V o (t)u(t) + a tt a gr a tr a gr a 1 V o (t 2nτ t )u(t 2nτ t ) + a st a sr V o (t 2nτ s )u(t 2nτ s ) (2.12) Dengan τ s dan τ t adalah waktu jalan sepanjang jarak rentang dan panjang menara, n berubah antara 1 dan harga integer dari t/2τ t. Jika lengan menara dengan puncak menara, tegangan untai isolator menjadi: V ins = 1 K sp V tt (2.13) Jika tangan menara tidak terlalu dekat dengan puncak menara, maka tegangan lengan menara (V ca ) dapat ditentukan dari diagram lattice. Maka tegangan untai isolator: V ins = V ca K sp V tt (2.14) 14

Tegangan lengan menara akan berbeda dengan tegangan puncak menara, khususnya untuk konfigurasi saluran vertikal, tegangan bagian atas lengan menara akan mempunyai tegangan yang lebih tinggi, karena refleksi dari kaki-kaki menara akan datang lebih lambat. Demikian juga, tegangan pada lengan menara yang lebih jauh akan lebih rendah juga. Kopling elektromagnetik bagian atas konduktor fasa pada kawat lindung akan lebih tinggi dan bagian bawah konduktor fasa akan lebih rendah. Oleh karenanya tidak mungkin untuk menyatakan bahwa untai isolator akan mempunyai tegangan yang lebih tinggi tanpa menghitung masing-masing bagian. Jika V ins lebih besar dari critical flashover (CFO) untai isolator, maka backflashover akan terjadi melewati untai isolator. Oleh karenanya haruslah diperhatikan bahwa magnitude kritis arus sambaran balik lebih tinggi yang menyambar menara akan menimbulkan backflashover. 15