HUBUNGAN PERAN SERTA KADER POSYANDU DENGAN PERAWATAN HIPERTENSI PADA LANSIA DI DESA SALAMREJO SENTOLO KULON PROGO

dokumen-dokumen yang mirip
HUBUNGAN PERAN SERTA KADER POSYANDU DENGAN PERAWATAN HIPERTENSI PADA LANJUT USIA (LANSIA) DI DESA SALAMREJO SENTOLO KULON PROGO

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DALAM PEMENUHAN NUTRISI DENGAN TEKANAN DARAH LANSIA DI MANCINGAN XI PARANGTRITIS KRETEK BANTUL YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN TINGKAT HIPERTENSI LANJUT USIA DI POSYANDU PUCANGANOM RONGKOP GUNUNGKIDUL YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. normal yang ditunjukkan oleh angka bagian atas (systolic) dan angka

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. dapat ditarik simpulannya sebagai berikut : 1. Penderita hipertensi lansia di Desa Pingit Kecamatan Pringsurat

BAB I PENDAHULUAN. suatu kondisi dimana pembuluh darah secara terus-menerus mengalami

82 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes

HUBUNGAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN KEPATUHAN KONSUMSI TABLET FE PADA IBU HAMIL TRIMESTER III DI PUSKESMAS WIROBRAJAN KOTA YOGYAKARTA

HUBUNGAN MINAT IBU MENYUSUI DENGAN PERAWATAN PAYUDARA DI RS PKU MUHAMMADIYAH KOTAGEDE

BAB I PENDAHULUAN. (Kemenkes RI, 2013). Hipertensi sering kali disebut silent killer karena

HUBUNGAN PERILAKU IBU TENTANG PEMBERIAN MAKANAN SEIMBANG DENGAN PERUBAHAN BERAT BADAN BALITA DI POSYANDU LOTUS YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakitpenyakit

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya tekanan darah arteri lebih dari normal. Tekanan darah sistolik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ada sekitar 1 milyar penduduk di seluruh dunia menderita hipertensi,

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS AISYIYAH YOGYAKARTA 2016

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan Usia Harapan Hidup penduduk dunia dan semakin meningkatnya

BAB I PENDAHULUAN. Kardiovaskuler (PKV) (Kemenkes RI, 2012). World Health Organization. yang berpenghasilan menengah ke bawah (WHO, 2003).

BAB I PENDAHULUAN. kardiovaskular (World Health Organization, 2010). Menurut AHA (American

HUBUNGAN PENGETAHUAN HIPERTENSI DENGAN POLA HIDUP SEHAT LANSIA DI UNIT REHABILITASI SOSIAL PUCANG GADING SEMARANG ABSTRAK

HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG CARA KONSUMSI TABLET Fe DENGAN KADAR HEMOGLOBIN PADA IBU HAMIL TRIMESTER III DI PUSKESMAS PLERET BANTUL YOGYAKARTA

HUBUNGAN OLAHRAGA TERHADAP TEKANAN DARAH PENDERITA HIPERTENSI RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. terus menerus mengalami peningkatan. Hal ini terlihat dari data WHO

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit tekanan darah tinggi menduduki peringkat pertama diikuti oleh

BAB I PENDAHULUAN. setelah stroke dan tuberkulosis dan dikategorikan sebagai the silent disease

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan dasar Disamping itu, pengontrolan hipertensi belum adekuat

HUBUNGAN ANTARA KETERATURAN MENGKONSUMSI TABLET ZAT BESI DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA IBU HAMIL DI PUSKESMAS JETIS II BANTUL YOGYAKARTA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PENDAHULUAN. Pola penyakit yang ada di Indonesia saat ini telah. mengalami pergeseran atau sedang dalam masa transisi

HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA SISWI KELAS VIII SMP II KARANGMOJO GUNUNGKIDUL

BAB I PENDAHULUAN. tekhnologi dan industri telah banyak membuat perubahan pada perilaku dan

BAB I PENDAHULUAN. terus meningkat. Penyakit ini diperkirakan mengenai lebih dari 16 juta orang

NASKAH PUBLIKASI. Disusun Oleh: Ema Anggraeni

HUBUNGAN PEMBERIAN KONSELING PADA AKSEPTOR KB TERHADAP KETEPATAN PEMILIHAN ALAT KONTRASEPSI DI PUSKESMAS TEGALREJO YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

BAB 1 PENDAHULUAN. tidak terdeteksi meskipun sudah bertahun-tahun. Hipertensi dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kesejahteraan penduduk saat ini diketahui menyebabkan peningkatan usia harapan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

WIJI LESTARI J

BAB I PENDAHULUAN. disikapi dengan baik. Perubahan gaya hidup, terutama di perkotaan telah

Tedy Candra Lesmana. Susi Damayanti

BAB I PENDAHULUAN. seluruh dunia karena prevalensi yang masih tinggi dan terus meningkat.

Jurnal Keperawatan, Vol.1 No.1, Januari

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Biaya rental dan print proposal Rp Biaya internet Rp Fotocopy sumber-sumber tinjauan pustaka Rp

BAB 1 PENDAHULUAN. rendah, terlalu banyak lemak, tinggi kolesterol, terlalu banyak gula, terlalu

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hipertensi merupakan penyakit yang bisa menyerang siapa saja baik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keluarga merupakan unit terkecil dalam suatu masyarakat yang terdiri

BAB I PENDAHULUAN. berbagai masalah lingkungan yang bersifat alamiah maupun buatan manusia.

BAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. psikologis dan sosial. Hal tersebut menimbulkan keterbatasan-keterbatasan yang

BAB I PENDAHULUAN. nutrisi yang diangkut oleh darah. Penyakit ini bukan merupakan. penyakit syaraf namun merupakan salah satu penyakit yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

HUBUNGAN ANTARA PELAYANAN KESEHATAN DI PUSKESMAS GAJAHAN SURAKARTA DENGAN KEPUASAN PASIEN PESERTA PKMS (PEMELIHARAAN KESEHATAN MASYARAKAT SURAKARTA)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1

HUBUNGAN PELAYANAN POSYANDU X DENGAN TINGKAT KEPUASAN LANSIA

SATUAN ACARA PENYULUHAN MASALAH KESEHATAN PENYAKIT TIDAK MENULAR (PTM)

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi adalah tekanan darah tinggi dimana tekanan darah sistolik lebih

HUBUNGAN FAKTOR KONSUMSI MAKANAN DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI PADA LANSIA DI PUSKESMAS PATTINGALLOANG

BAB I PENDAHULUAN. terjadi peningkatan secara cepat pada abad ke-21 ini, yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan gejala terlebih dahulu dan ditemukan secara kebetulan saat

NASKAH PUBLIKASI. Disusun oleh: Nopia Wahyuliani

INTISARI. M. Fauzi Santoso 1 ; Yugo Susanto, S.Si., M.Pd., Apt 2 ; dr. Hotmar Syuhada 3

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Diabetes Mellitus (DM) atau kencing manis merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. mmhg. Penyakit ini dikategorikan sebagai the silent disease karena penderita. penyebab utama gagal ginjal kronik (Purnomo, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. diperkirakan lebih dari 629 juta jiwa, dan pada tahun 2025 diproyeksikan

BAB I PENDAHULUAN. penyakit infeksi ke penyakit tidak menular ( PTM ) meliputi penyakit

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG ISPA DENGAN PENANGANAN BALITA ISPA

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Pasal 1 UU RI No. 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan. Lanjut Usia dikatakan bahwa lanjut usia adalah seseorang yang

TINGKAT PENDIDIKAN IBU DENGAN STATUS GIZI BALITA DI PUSKESMAS PLERET

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hipertensi merupakan penyakit yang semakin sering dijumpai

1

BAB 1 PENDAHULUAN. tahunnya. World Health Organization (WHO) memperkirakan. mendatang diperkirakan sekitar 29% warga dunia menderita

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan kesehatan masyarakat di Indonesia mengalami transisi

HUBUNGAN KINERJA PERAWAT DENGAN KEPUASAN KERJA PERAWAT DI RUANG RAWAT INAP RS PKU MUHAMMADIYAH GAMPING NASKAH PUBLIKASI

GAMBARAN FAKTOR-FAKTOR KEPATUHAN DIIT LANJUT USIA PENDERITA HIPERTENSI DI DESA MARGOSARI PENGASIH KULON PROGO YOGYAKARTA

Kata kunci: Hipertensi, Aktivitas Fisik, Indeks Massa Tubuh, Konsumsi Minuman Beralkohol

Selvina Ismalia Assegaf 2, Fitria Siswi Utami 3 INTISARI

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kulon Progo yang memiliki 8 dukuh, yaitu Dhisil, Giyoso, Kidulan,

BAB I PENDAHULUAN. killer) diantara pembunuh lainnya seperti diabetes, hiperkolesterolemia dan

PENGARUH PENYULUHAN MANFAAT POSYANDU TERHADAP SIKAP IBU BALITA TENTANG POSYANDU DI DUSUN NGANGKRIK SLEMAN TAHUN 2015 NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN PHBS TATANAN RUMAH TANGGA DENGAN KEJADIAN ISPA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TEMON II KULON PROGO TAHUN 2012

ABSTRACT. I Komang Yulitridana 2, Andri Purwandari 3, Haerul Anwar 1

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KADER DENGAN PELAYANAN POSYANDU DI DESA SIDOREJO GODEAN SLEMAN

BAB I PENDAHULUAN. penyakit tidak menular dan penyakit kronis. Salah satu penyakit tidak menular

HERNAWAN TRI SAPUTRO J

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 2, Oktober 2016 ISSN HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KUNJUNGAN LANSIA KE POSYANDU

BAB I PENDAHULUAN. kemasan merupakan hal yang penting dan diperlukan oleh konsumen, terutama bagi konsumen dengan kondisi medis tertentu yang

BAB I PENDAHULUAN. oleh penduduk Indonesia. Penyakit ini muncul tanpa keluhan sehingga. banyak penderita yang tidak mengetahui bahwa dirinya menderita

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakit penyakit

Kata Kunci: Aktivitas Fisik, Kebiasaan Merokok, Riwayat Keluarga, Kejadian Hipertensi

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. berpenghasilan rendah dan menengah. Urbanisasi masyarakat

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. Tenggara sekitar dari jumlah penduduk setiap tahunnya.gastritis

ANALISIS KARAKTERISTIK USIA LANJUT BERHUBUNGAN DENGAN STATUS GIZI DI POSYANDU LANSIA DUSUN WONOGIRI JATIREJO LENDAH KULON PROGO

BAB I PENDAHULUAN. seseorang dalam suatu sistem sosial (Friedman, 2010). Setiap individu

Transkripsi:

HUBUNGAN PERAN SERTA KADER POSYANDU DENGAN PERAWATAN HIPERTENSI PADA LANSIA DI DESA SALAMREJO SENTOLO KULON PROGO NASKAH PUBLIKASI Diajukan Guna Melangkapi Gelar Sarjana Keperawatan pada Program Pendidikan Ners-Program Studi Ilmu Keperawatan di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Aisyiyah Yogyakarta Disusun oleh: ZAINAL ARIFIN NIM: 201310201137 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN AISYIYAH YOGYAKARTA 2015

HALAMAN PENGESAHAN 2

HUBUNGAN PERAN SERTA KADER POSYANDU DENGAN PERAWATAN HIPERTENSI PADALANSIA DI DESA SALAMREJO SENTOLO KULON PROGO 1 Zainal Arifin 2, Sugiyanto 3, Suratini 4 INTISARI Latar belakang: Terdapat 29,8% dari 57 lansia hipertensi di Desa Salamrejo tidak merawat penyakitnya dengan baik. Peran perawat dalam hal ini adalah melakukan upaya preventif dan pemberdayaan masyarakat melalui peran serta kader posyandu. Tujuan: Mengetahui hubungan peran serta kader posyandu dengan perawatan hipertensi pada lansia di Desa Salamrejo, Sentolo, Kulon Progo Tahun 2014. Metode Penelitian: Penelitian korelasi dengan pendekatan waktu cross sectional. Menggunakan teknik total sampling, dianalisis dengan Spearman Rank. Hasil: Harga koefisien Spearman's rho (r) antara peran serta kader posyandu dengan perawatan hipertensi pada lansia sebesar 0,294 dan p-value sebesar 0,026 < 0,05. Simpulan: Terdapat hubungan peran serta kader posyandu dengan perawatan hipertensi lansia Saran: Lansia merawat hipertensi secara mandiri atas bimbingan kader Kata Kunci : Peran serta Kader posyandu, Perawatan Hipertensi Pada Lansia 1 Judul Skripsi 2 Mahasiswa Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Aisyiyah Yogyakarta 3 Dosen Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Aisyiyah Yogyakarta 4 Dosen Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Aisyiyah Yogyakarta 3

THE CORRELATION BETWEEN ELDERLY HEALTH CENTER VOLUNTEERS INVOLVEMENT AND HYPERTENSION TREATMENT IN ELDERLY AT SALAMREJO VILLAGE OF SENTOLO KULON PROGO 1 Zaenal Arifin 2, Sugianto 3, Suratini 4 ABSTRACT Research Background: There are 29,8% of elderly with hypertension in Salamrejo village who treat their disease badly. The role of nurse in the problem is by implementing preventive effort and community empowerment through elderly health center volunteers involvement. Research Objectives: This research aims at knowing the correlation between elderly health center volunteer s involvement and hypertension treatment in elderly at Salamrejo village of Sentolo Kulon Progo. Research Method: This research is correlation research which used cross-sectional time approach. The samples were taken by using total sampling technique which were analyzed by using Spearman Rank. Research Result: The Spearman s rho coefficient value (r) between elderly health center volunteer s involvement and hypertension treatment in elderly is 0,294 and the p-value is 0,026 < 0,05. Conclusion : There is correlation between elderly health center volunteer s involvement and hypertension treatment in elderly. Suggestion : It is suggested for the elderly to independently treat hypertension under volunteers guidance. Keywords Elderly : Elderly health center involvement, Hypertension Treatment in 1. Thesis Title 2. Nursing Science Student of Aisyiyah Health College of Yogyakarta 3. Nursing Science Lecturer of Aisyiyah Health College of Yogyakarta 4. Nursing Science Lecturer of Aisyiyah Health College of Yogyakarta 4

Pendahuluan Keberhasilan pembangunan di bidang kesehatan telah membuahkan hasil meningkatnya umur harapan hidup usia lanjut yang mengakibatkan meningkatnya jumlah penduduk lansia. Indonesia termasuk negara yang memasuki era penduduk berstruktur lansia (aging structured population) karena jumlah penduduk yang berusia 60 tahun ke atas. Pada tahun 2010 jumlah lansia 23.992.553 jiwa (9,77%) dengan usia harapan hidup 65 tahun, sementara pada tahun 2011 jumlah lansia sebesar 24 juta jiwa (9,51%),dengan usia harapan hidup 67,4 tahun (DepKes, 2012). Menurut Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Kemenkes tahun 2014 umur harapan hidup penduduk rata-rata 72 tahun. Peningkatan jumlah lansia berdampak pada penyakit degeneratif, bersifat kronis dan multi patologis, terutama sistem cardiovaskuler yaitu hipertensi. Prevalensi penyakit hipertensi pada tahun 2009 di Yogyakarta, menempati urutan pertama dengan jumlah kasus sebesar 7.064 (39,41%) kasus dari seluruh penyakit (Kemenkes RI, 2012). Berdasarkan IHIS ( Integrated Health of Information System ) Din.Kes. Kabupaten Kulon Progo tahun 2013 jumlah hipertensi pada lansia sebesar 8.781 dari 81.914 lansia. Kecamatan Sentolo terdapat 1.435 kasus dari 9.134 lansia. Masyarakat masih menganggap, bahwa hipertensi pada lansia sebagai hal biasa terjadi pada lansia dan tidak perlu perawatan. Hal tersebut karena belum mengetahui resiko hipertensi yang bisa terjadi, seperti stroke, kecacatan permanen bahkan kematian mendadak. Bagi masyarakat yang mengetahui, akan merawat lansia dengan baik, antara lain kontrol tekanan darah secara rutin, memperbanyak konsumsi sayur hijau dan buah, membatasi konsumsi garam dan lemak, menghindarai asap rokok, rutin olah raga, cukup istirahat dan mengindari stres (Atikah, 2012). Dasar hukum perlunya perlakuan dan penanganan khusus bagi kelompok lansia dengan pemberdayaan dan peran serta masyarakat adalah Undang-Undang No. 23 Th. 1992 tentang kesehatan pasal 19, Undang-Undang No 36 Th 2009 bab 16 pasal 174 tentang kesehatan, Permenkes No. 1575 Th. 2005 tentang pencegahan dan penanggulangan penyakit. Pemberdayaan masyarakat dalam pemeliharaan lansia dengan terbentuknya kelompok lansia, didalamnya terdapat posyandu lansia.dan kader. Wujud kegiatannya bersifat promotif dan preventif. Peran serta kader yang bersifat promotif adalah peningkatan kesehatan lansia yang berupa penyuluhan tentang hipertensi, sedangkan pelayanan preventif berupa pemantauan kesehatan lansia dengan menggerakkan lansia aktif dalam kegiatan di posyandu lansia (Kemenkes RI, 2010). Dari hasil observasi, Desa Salamrejo terdapat 5 dusun sudah terbentuk posyandu lansia, dan tercatat ada 57 lansia menderita hipertensi, sekitar 17 penderita (29,8%) kurang aktif melakukan perawatan hipertensi. Sehubungan dengan hal tersebut, adalah sangat beralasan untuk dilakukan penelitian Adakah hubungan peran serta kader posyandu dengan perawatan hipertensi pada lansia di Desa Salamrejo, Sentolo, Kulon Progo Tahun 2014 Sedangkan tujuan penletian tersebut untuk mengetahui hubungan peran serta kader posyandu dengan perawatan hipertensi pada lansia. Metode Penelitian Jenis penelitian ini diskriptif korelasional, dengan rancangan yang digunakan adalah korelasi untuk mengetahui hubungan peran serta kader posyandu lansia dengan perawatan hipertensi pada lansia. Pendekatan waktu dengan cross-sectional. Teknik sampling dengan total sampling, dengan 57 lansia hipertensi. 5

Analisis data menggunakan Spearman's rho (Sugiyono. 2011). HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil 1. Karaktersitik responden a. Usia Karakteristik responden usia dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel.1 Karakteristik responden usia Usia Frekuensi % 45-59 tahun 28 49,12 60-69 tahun 16 28,07 >= 70 tahun 13 22,81 Total 57 100,0 Dari tabel di atas didapat karakteristik responden paling banyak kelompok pada umur pralansia yaitu antara 45-59 tahun sebanyak 28 lansia (49,12%), sedangkan paling sedikit kelompok umur lansia resiko tinggi yaitu 70 tahun (22,81%). b. Pekerjaan Karakteristik responden berdasarkan pekerjaan dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel.2 Karakteristik responden pekerjaan Frekuens Pekerjaan % i PNS 10 17.5 Wiraswasta 11 19.3 Petani 28 49.1 IRT 8 14.0 Total 57 100.0 Dari tabel di atas didapat karakteristik responden pekerjaan paling banyak bekerja sebagai petani sebanyak 28 orang (49,1%), sedangkan paling sedikit bekerja sebagai IRT sebanyak 8 orang (14 %). c. Pendidikan Karakteristik responden berdasarkan pendidikan dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel.3 Karakteristik responden Pendidikan Pendidikan Frekuensi % SD 28 49.1 SMP 15 26.3 SMA 12 21.1 PT 2 3.5 Total 57 100.0 Dari tabel di atas didapat karakteristik responden berdasarakan pendidikan paling banyak berpendidikan SD sebanyak 28 orang (49,1%), sedangkan paling sedikit berpendidikan perguruan tinggi sebanyak 2 orang (3,5 %). d. Lama terkena hipertensi Karakteristik responden berdasarkan lama sakit dapat dilihat pada tabel berikut ini Tabel.4 Karakteristik responden lama sakit Lama sakit Frekuensi % 2 th 2 3.5 3 th 6 10.5 4 th 25 43.9 5 th 15 26.3 6 th 7 12.3 7 th 1 1.8 9 th 1 1.8 Total 57 100.0 Dari tabel di atas didapat karakteristik responden berdasarkan lama sakit paling banyak lama sakit sudah 4 tahun sebanyak 25 orang (43,9%), sedangkan paling sedikit lama sakit 7 dan 9 tahun, masing-masing sebanyak 1 orang (1,8 %). 2. Peran serta kader posyandu di Desa Salamrejo, Sentolo, Kulonprogo. Hasil penelitian pada peran serta kader posyandu lansia dapat dilihat ditabel berikut ini 6

Tabel.5 Peran serta kader posyandu lansia Peran serta kader posyandu lansia Frekuensi % Tinggi 43 75.4 Sedang 14 24.6 Total 57 100.0 Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa hasil penelitian tentang peran serta kader posyandu lansia di Desa Salamrejo, Sentolo, Kulonprogo paling banyak pada kategori tinggi sebanyak 43 orang (75,4%), sedangkan paling sedikit pada kategori sedang sebanyak 14 orang (24,6%). 3. Perawatan hipertensi pada lansia di Desa Salamrejo, Sentolo, Kulonprogo. Hasil penelitian pada perawatan hipertensi pada lansia dapat dilihat ditabel berikut ini: Tabel. 6 Perawatan pasien hipertensi Kategori Frekuensi % Tinggi 7 12.3 Sedang 49 86 Kurang 1 1.8 Total 57 100.0 Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa hasil penelitian tentang Perawatan hipertensi pada lansia di Desa Salamrejo, Sentolo, Kulonprogo paling banyak pada kategori sedang sebanyak 49 orang (86 %), sedangkan paling sedikit pada kategori kurang sebanyak 1orang (1.8%). 4. Hubungan peran serta kader posyandu lansia dengan perawatan hipertensi pada lansia di Desa Salamrejo, Sentolo Kulon Progo Hasil penelitian dari lembar kuisoner untuk mengetahui hubungan peran serta kader posyandu lansia dengan perawatan hipertensi pada lansia dapat dilihat ditabel berikut ini : Tabel.7 Korelasi Spearman's rho pada hubungan peran serta kader posyandu lansia dengan perawatan pasien hipertensi Korelasi Spearman's rho Correlation Coefficient 0, 294 Sig. (2-tailed) 0, 026 Penguji hipotesis dilakukan dengan menggunakan analisis korelasi Spearman's rho. Analisis ini dipakai untuk mengukur koefisien korelasi antara dua variabel. Analisis ini dimaksudkan untuk mengungkap hubungan antara variabel yang satu dengan variabel yang lainnya. Berdasarkan hasil penelitian ini diperoleh harga koefisien korelasi Spearman's rho (r) antara peran serta kader posyandu lansia dengan perawatan hipertensi pada lansia sebesar 0,294 dan nilai p- value sebesar 0,026< 0,05. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa ada hubungan dan signifikan antara peran serta kader posyandu lansia dengan perawatan hipertensi pada lansia. Pembahasan 1. Peran serta kader posyandu lansia di Desa Salamrejo Sentolo Kulon progo. Hasil penelitian tentang peran serta kader posyandu lansia di Desa Salamrejo, Sentolo, Kulon progo paling banyak pada kategori tinggi sebanyak 43 orang (75,4%), sedangkan paling sedikit pada kategori sedang sebanyak 14 orang (24,6%). Hasil penelitian dinyatakan baik, dilihat dari aspek upaya peningkatan kesehatan, kader sudah sebagian berhasil mengajak lansia dengan hipertensi untuk datang ke posyandu, kader mampu menjelaskan manfaat posyandu lansia, 7

kader memberitahu jadwal pelaksanaan posyandu sebelum posyandu lansia terlaksana. Pemberitahuan tempat pelaksanaan posyandu oleh kader dengan cara datang kerumah penderita hipertensi terutama yang sudah lansia dan membicarakan posyandu lansia. Sekaligus menanyakan kondisi kesehatan lansia dengan hipertensi sebagai bentuk perhatian. Terkadang kader juga memberikan penyuluhan tentang pola makan, manfaat olah raga, pengendalian stres, kepatuhan minum obat bagi penderita hipertensi dan juga mendengar keluhan yang disampaikan dan dirasakan oleh lansia. Kegiatan lain yang dilakukan kader yaitu menimbang berat badan, mengukur tekanan darah dan mengukur kadar gula darah dengan pendampingan petugas dari puskesmas, hal ini merupakan bentuk peran serta kader posyandu lansia terhadap upaya kesehatan dalam hal perawatan hipertensi. Hasil penelitian tersebut relevan dengan penelitian Suwarsono (2012), yang menyatakan peran dan tugas kader dalam menggerakkan masyarakat, membantu petugas kesehatan, mengelola pertemuan bulanan kader dan mengelola pelaporan bulanan posyandu yang sudah berjalan dengan baik, yaitu sudah dilakukan sesuai pedoman pelaksanaan posyandu lansia. Peran serta kader lansia dalam penggerak perilaku hidup sehat dan peningkatan kesehatan sudah dilakukan dengan adanya anjuran untuk mengikuti kegiatan posyandu lansia, dengan cara menjelaskan manfaat kesehatan dan bagaimana cara menjaganya. Kader juga melakukan kerjasama dengan tokoh agama dan tokoh masyarakat agar penyuluhan lebih mudah mengena pada penderita hipertensi terutaman dalam hal pengendalian stres. Para kader pun menganjurkan untuk rutin ke posyandu lansia agar kesehatan dapat terjaga, dan tidak bergantung pada orang lain. Hasil penelitian ini diperkuat teori Atikah (2012), bahwa peran dan fungsi kader adalah sebagai pelaku penggerakan masyarakat yang meliputi perilaku hidup sehat dan peningkatan kesehatan. Dan teori Kemenkes RI (20110), bahwa kader posyandu lansia mempunyai peran serta yang besar terhadap pemeliharaan hipertensi pada lansia, yang bersifat promotif dan preventif. Peningkatan kesehatan lansia yang berupa penyuluhan penyuluhan yang dilakukan oleh para kader lansia merupakan upaya promotif, sedangkan pemantauan kesehatan lansia dengan menggerakkan lansia aktif dalam kegiatan di posyandu lansia merupakan upaya preventif yang dapat dilakukan oleh kader. 2. Perawatan hipertensi pada lansia di Desa Salamrejo, Sentolo, Kulonprogo. Hasil penelitian tentang perawatan hipertensi pada lansia di Desa Salamrejo, Sentolo, Kulonprogo paling banyak pada kategori sedang sebanyak 49 orang (86 %), sedangkan paling sedikit pada kategori kurang sebanyak 1orang (1.8%). Hasil penelitian menunjukkan bahwa lansia dengan hipertensi masih ada yang tidak patuh walaupun sudah ada kader yang mengingatkan. Dilihat dari karakteristik pendidikan dan pekerjaan para responden mayoritas berpendidikan SD dan pekerjaan sebagai petani yang 8

masih peroduktif, maka hal ini dapat memicu ketidakpatuhan dikarenakan pengetahuan yang kurang dari para responden dan lebih mementingkan pekerjaannya.. Sedangkan dilihat dari karakteristik responden berdasarkan lama sakit mayoritas responden paling banyak lama sakitnya 4 tahun, sehingga para responden jenuh dalam mematuhi aturan agar menjaga hipertensi. Hasil penelitian ini relevan dengan hasil penelitian Manik (2011), yang meneliti faktor-faktor yang berhubungan dengan hipertensi pada lansia yaitu pendidikan, riwayat keluarga, dan aktivitas fisik menjadi faktor kejadian hipertensi. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian menyatakan paling banyak pada kategori sedang sebanyak 49 orang (86 %), Dilihat dari karakteristik pendidikan dan pekerjaan para responden mayoritas berpendidikan SD dan bekerja sebagai petani, hal ini dapat memicu ketidakpatuhan dikarenakan pengetahuan yang kurang dari para responden dilihat dari latar belakang pendidikan. Namun demikian sudah banyak lansia dengan hipertensi yang mematuhi kader dengan dibuktikan bahwa lansia mengkonsumsi garam kurang dari 0,5 sendok teh perhari, kuning telur tidak lebih dari 3 butir dalam semingga, membatasi mengkonsumsi ikan asing, terkadang mengkonsumsi sayuran seperi sayur kacang-kacangan dan bijibijian. dan tetap olahraga, serta menghindari rokok, hal tersebut merupakan wujud perilaku hidup sehat dalam mengelola penyakit hipertensi. Minum teh dan kopi serta suka makan jeroan masih ditemukan pada hasil penelitian tentang perawatan hipertensi walaupun penderita rajin mengkonsumsi obat antihipertensi secara teratur dan memeriksanan tekanan darah secara teratur. Hal yang demikian masih ada sebagian lansia dengan hipertensi belum baik perawatannya. Di hubungkan dengan karakteristik kelompok umur dan pekerjaan, maka kelompok pralansia produktif lebih mementingkan pekerjaannya di pertanian. Sehingga mengakibatkan hasil penelitian pada perawatan hipertensi masih dalam kategori sedang Hasil penelitian menyatakan bahwa sebagian penderita hipertensi yang patuh sudah melakukan sehari tidur 6-8 jam, mengikuti posyandu/kegiatan yang menunjang kesehatan, Sudah mengontrol tekanan darah secara rutin minimal satu bulan sekali, menghindari asap rokok, menyediakan waktu istrahat atau kegiatan santai, sudah memperoleh informasi tentang perawatan hipertensi, menghindari stress dan tekanan dalam hidup, keluarga mengingatkan tentang perawatan penyakit. Hal tersebut sesuai teori atikah (2012), bahwa Penatalaksanaan pasien hipertensi dapat dilakukan dengan tindakan pengendalian yang baik tentang membatasi konsumsi garam, lemak, banyak makan sayur dan buah, olah raga teratur, tidak merokok, memeriksakan tekanan darah secara teratur, pengendalian stres dan cukup istirahat. 3. Hubungan peran serta kader posyandu dengan perawatan hipertensi pada lansia di Desa Salamrejo, Sentolo, Kulon Progo. Hasil penelitian ini diperoleh harga koefisien hubungan Spearman's rho (r) 9

antara peran serta kader posyandu lansia dengan perawatan hipertensi pada lansi sebesar 0,294 dan nilai p- value sebesar 0,026< 0,05. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa ada hubungan dan signifikan antara peran serta kader posyandu lansia dengan perawatan hipertensi pada lansia. Hal ini sesuai dengan teori Sarwono (2007), bahwa peran serta atau peranan merupakan suatu pola tingkah laku, kepercayaan, nilai, sikap yang diharapkan oleh masyarakat muncul dari seseorang sesuai dengan kedudukannya dalam suatu organisasi yang dapat memberikan manfaat bagi sekelompok orang, suatu tindakan yang dilakukan sesuai teori Atikah (2012), yaitu untuk mengontrol tekanan darah agar tetap dalam batas normal dengan cara mengendalikan faktor-faktor yang dapat menyebabkan tingkat keparahan keadaan hipertensi yaitu pola makan yang tidak baik, kelebihan berat badan, kurangnya aktifitas fisik secara aerobic (olahraga), kurang istrahat, stress, kebiasaan merokok, konsumsi alkohol, dan dengan cara minum obat antihipertensi secara teratur. Hasil penelitian ini ada sebagian keselarasan dengan penelitian Nurhaida (2012) yang menyatakan bahwa ada pengaruh peran keluarga dan peran kader terhadap pemanfaatan pelayanan posyandu lansia. Peran keluarga (Peran berdasarkan harapan maysarakat) P-Value 0.003, Peran kader (membangkitkan kemauan untuk berubah) P-Value 0.000. sehingga bagi penderita termotivasi untuk dapat merawat diri atau melakukan perawatan ke posyandu lansia. Kaitannya dengan perawatan hipertensi pada hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara peran serta kader dengan perawatan hipertensi. Hasil sesuai dengan teori peran serta kader dalam surveilans penyakit dan masalah kesehatan adalah melihat, mendengar, mencatat untuk menemukan gejala dan masalah kesehatan, menemukan, melaporkan dan melakukan upaya pencegahan dan penanganan sederhana. Dalam pelaksanaan peran menemukan gejala, tanda serta masalah kesehatan yang ada di masyarakat, informasi diperoleh dari posyandu, laporan dari masyarakat, laporan dasa wisma, kunjungan rumah, kegiatan sosial masyarakat (Depkes RI, 2008). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan peran kader yang baik memiliki hubungan positif dengan perawatan yang dilakukan oleh para lansia dengan hipertensi. Simpulan dan Saran Simpulan Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa: Peran serta kader posyandu lansia di Desa Salamrejo, Sentolo, Kulon Progo didapat hasil penelitian paling banyak pada kategori tinggi sebanyak 43 lansia dengan hipertensi (75,4%), sedangkan paling sedikit pada kategori sedang sebanyak 14 lansia hipertensi (24,6%). Kemudian perawatan hipertensi pada lansia di Desa Salamrejo, Sentolo, Kulon Progo didapat hasil penelitian paling banyak pada kategori sedang sebanyak 49 lansia dengan hipertensi (86 %), sedangkan paling sedikit pada kategori kurang sebanyak 1 penderita hipertensi (1.8%). Selanjutnya hasil uji hipotesis terdapat hubungan peran serta kader posyandu lansia dengan perawatan hipertensi pada lansia di Desa Salamrejo, Sentolo, Kulon Progo didapat hasil penelitian dengan nilai koefisien Spearman's rho sebesar 0,026 yang menyatakan bahwa terdapat hubungan peran serta kader posyandu lansia dengan perawatan hipertensi pada lansia dengan katagori cukup. 10

Saran Bagi lansia dapat merawat penyakit hipertensi secara mandiri melalui bimbingan kader posyandu, sehingga akan tercapai masa tua yang sehat, bahagia, berdaya guna dan produktif selama mungkin. Kemudian bagi peneliti selanjutnya diharapkan menjadi sumber informasi kedepannya untuk melakukan penelitian tentang analisis efektiftas peran serta kader posyandu lansia dengan perawatan hipertensi. DAFTAR RUJUKAN Atikah. (2012). Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat. Nuha Medika, Yogyakarta. Dep. Kes RI. (2011). Pedoman Pengobatan Dasar Puskesmas, DinKes Propinsi DIY. Dijjen Bina Kesehatan Masyarakat. (2010). Pedoman Pengelolaan Kegiatan Kesehatan DiKelompok Lanjut Usia. Kemenkess, Jakarta.. (2007). Paket Pelatihan Kader Kesehatan dan Tokoh Masyarakat dalam Pengembangan Desa Siaga. Depkes RI, Jakarta. Kementrian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat. (2014). Jumlah Lansia Indonesia. http:kemenkopmk.go.id indek.pbp?q=content/jumlah lansia indonesia.diakses tanggal 26 Oktober 2014 Kemenkes RI. (2012). Pengendalian Penyakit Tidak Menular Di Puskesmas. Jakarta. Nurkhalida, (2003). Kesehatan Masyarakat, Depkes RI, Jakarta. Sarwono, S., (2007). Sosiologi Kesehatan, Gadjah Mada University press, Yogyakarta. Sugiyono. (2011), Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D, Alfabeta ; Bandung. Suwarsono, (2012). Analisis peran dan tugas kader posyandu dalam pelaksanaan posyandu lansia di wilayah kerja puskesmas kabupaten temanggung, Skripsi tidak dipublikasikan. 11