ANALISIS PENGARUH JUMLAH UANG BEREDAR DAN TINGKAT SUKU BUNGA TERHADAP PERMINTAAN AGREGAT DI INDONESIA

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN AGREGAT DI SUMATERA BARAT

PENGANTAR EKONOMI MAKRO. Masalah Utama dalam perekonomian, Alat Pengamat Kegiatan Ekonomi dan Kebijakan Ekonomi Makro

Permintaan Agregat & Penawaran Agregat

BAB 10 Permintaan Agregat 1: Membangun Model IS-LM

Teori Ekonomi Keynes: Pasar Uang dan Pasar Tenaga Kerja

MODEL SEDERHANA PERMINTAAN AGREGAT PENAWARAN AGREGAT

Model IS-LM. Lanjutan... Pasar Barang & Kurva IS 5/1/2017. PASAR UANG & PASAR BARANG (Keseimbangan Kurva IS-LM)

BAB II TINJAUAN TEORI. landasan teori yang digunakan dalam penelitian yaitu mengenai variabel-variabel

Kerangka Belajar Ekonomi Makro Pandangan Klasik, Keyness dan Sesudahnya

MODEL IS DARI PASAR BARANG DAN MODEL LM DARI PASAR UANG. Chapter Ten 1

BAB II URAIAN TEORITIS. dulu pernah dilakukan, diantaranya : Andriani (2000) dalam penelitiannya yang

Prof. Dr. Almasdi Syahza, SE., MP Peneliti dan Pengamat Ekonomi Pedesaan Blog:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Untuk mengukur kinerja ekonomi suatu negara dapat dilakukan dengan menghitung

Permintaan dan Penawaran Agregat. Copyright 2004 South-Western

PERMINTAAN UANG. Adil Fadillah dan Mumuh Mulyana Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Kesatuan

EKONOMI MAKRO: MODEL ANALISIS IS-LM. Oleh : Nur Baladina, SP. MP.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kebutuhan manusia selalu berkembang sejalan dengan tuntutan zaman, tidak

PASAR UANG & PASAR BARANG (Keseimbangan Kurva IS-LM)

Matakuliah : J 0034/Ekonomi Makro Tahun : 2005 Versi : Revisi 3. Pertemuan 3 Pemikiran Makro Ekonomi Klasik

BAB I PENDAHULUAN. menentukan keberhasilan pembangunan ekonomi. Dimana pertumbuhan ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. fenomena yang relatif baru bagi perekonomian Indonesia. perekonomian suatu Negara. Pertumbuhan ekonomi juga diartikan sebagai

Permintaan Agregat dalam Perekonomian Tertutup: Perilaku Pasar Barang dan Pasar Uang

Makro ekonomi adalah Makro artinya besar, analisis makro ekonomi merupakan analisis keseluruhan kegiatan perekonomian. Bersifat global dan tidak

BAB I PENDAHULUAN. Perdagangan luar negeri merupakan salah satu aspek penting dalam

VII. DAMPAK GUNCANGAN DOMESTIK TERHADAP MAKROEKONOMI INDONESIA

KURVA PERMINTAAN AGREGAT (AGGREGATE DEMAND AD) PADA DIAGRAM AD AS (AGGREGATE SUPPLY - PENAWARAN AGREGAT) BERDASARKAN FUNGSI DARI SETIAP KOMPONEN AD

PENGANTAR EKONOMI MIKRO

BAB II TELAAH TEORITIS DAN PENGEMBANGAN MODEL PENELITIAN. Volatilitas (volatility)berasal dari kata dasar volatile(restiyanto, 2009).

TEORI KLASIK DAN KANEYSIAN.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pengertian Ekonomi Makro

DERIVASI FUNGSI DAN KURVA IS

Keseimbangan di Pasar Uang

BAB I PENDAHULUAN. negara lain, khususnya anggota ASEAN 5, yaitu Malaysia, Filipina, Thailand dan Singapura

Keseimbangan Umum Pasar Barang dan Pasar Uang. Minggu 12

BAB I PEMBAHASAN KESEIMBANGAN PASAR DALAM EKONOMI MAKRO A. KESEIMBANGAN PASAR EKONOMI MIKRO INDIVIDU

Permintaan dan Penawaran Uang

KURVA IS-LM. a lecturing note Mayang Adelia Puspita, SP. MP

PENGUKURAN INFLASI. Dalam menghitung Inflasi secara umum digunakan rumus: P P

KESEIMBANGAN EKONOMI Melihat lebih mendalam keseimbangan Pendapatan Nasional yang ditentukan oleh Pengeluaran Agregat ( Pendekatan Keynesian )

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. negara. Saat jumlah uang beredar tidak mencukupi kegiatan transaksi pada satu

Bab I. Pendahuluan Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Uang merupakan alat pembayaran yang secara umum dapat diterima oleh

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Nilai Tukar Riil dan Nilai Tukar Nominal

GDP = konsumsi + investasi + pengeluaran pemerintah + ekspor - impor

PENGANTAR EKONOMI MAKRO

ANALISIS PENAWARAN AGREGAT DAN PERMINTAAN AGREGAT DI SUMATERA BARAT

Kerangka IS-LM. Sebuah Pengantar untuk Keseimbangan Permintaan Agregat (AD)

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

= Inflasi Pt = Indeks Harga Konsumen tahun-t Pt-1 = Indeks Harga Konsumen tahun sebelumnya (t-1)

Keseimbangan Umum IS-LM

III. KERANGKA TEORITIS

Pertemuan ke-4 KONSUMSI DAN INVESTASI

PERMINTAAN DAN PENAWARAN AGREGAT

BAB II. Teori Klasik dan Keynes mengenai Penentuan Tingkat Kegiatan Ekonomi Negara

Suku Bunga dan Nilai Waktu Uang

I. PENDAHULUAN. Kegiatan konsumsi telah melekat di sepanjang kehidupan sehari-hari manusia.

BAB I PENDAHULUAN. oleh rumahtangga atas barang-barang akhir dan jasa-jasa dengan tujuan untuk

I. PENDAHULUAN. jasa. Oleh karena itu, sektor riil ini disebut juga dengan istilah pasar barang. Sisi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi suatu negara akan sangat ditentukan oleh

V. KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan uraian dan pembahasan mengenai pengaruh selisih M2, selisih GDP,

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian Indonesia di tengah perekonomian global semakin

BAB I PENDAHULUAN. pengambilan keputusan bisnis. Pertumbuhan ekonomi menjadi indikator kondisi

Model Keseimbangan Pengeluaran Dua Sektor

GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN (GBPP) JURUSAN AKUNTANSI - PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI FAKUTAS EKONOMI UNIVERSITAS GUNADARMA

Pengertian Suku Bunga. Suku bunga merupakan harga yang

Topik Bahasan: 1. Pengertiankonjungtur 2. Periodekonjungtur. 4. Hubungan antara periode konjungtur dengan beberapa indikator makro ekonomi

SATUAN ACARA PERKULIAHAN MATA KULIAH TEORI EKONOMI 2 FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS ISLAM LAMONGAN

BAB I PENDAHULUAN. inflasi yang rendah dan stabil. Sesuai dengan UU No. 3 Tahun 2004 Pasal 7,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PEMBAHASAN UTS GENAP 2015/2016 TEORI EKONOMI MAKRO 1

SATUAN ACARA PENGAJARAN ( SAP )

KURVA PHILLIPS (PHILLIPS CURVE) 1

KESEIMBANGAN AGREGAT DEMAND AGREGAT SUPPLY

Memasukkan beberapa aset sebagai alternatif dari uang

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Analisis dampak..., Wawan Setiawan..., FE UI, 2010.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai salah satu negara berkembang, masih memiliki stuktur

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 Ilmu Ekonomi Makro

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

PASAR BARANG dan Kurva IS (Keseimbangan Sektor Riil) Julian Adam Ridjal PS Agribisnis Universitas Jember

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Mekanisme transmisi kebijakan moneter didefenisikan sebagai jalur yang

ekonomi K-13 INFLASI K e l a s A. INFLASI DAN GEJALA INFLASI Tujuan Pembelajaran

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. terlepas dari kegiatan ekonomi internasional. Kegiatan ekonomi internasional

EKONOMI MAKRO RINA FITRIANA,ST,MM

BAB I PENDAHULUAN. Globalisasi ekonomi mendorong perekonomian suatu negara kearah yang

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. (excess demand) terhadap barang-barang dalam perekonomian secara

BAB I PENDAHULUAN. Monetaris berpendapat bahwa inflasi merupakan fenomena moneter. Artinya,

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat. Hal ini sangat mempengaruhi negara-negara lain karena

BAB 10 Permintaan dan Penawaran Uang serta Kebijakan Moneter

BAB I PENDAHULUAN. pengendalian besaran moneter untuk mencapai perkembangan kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. makro ekonomi misalnya Produk Domestik Bruto (PDB), tingkat inflasi, Sertifikat

BAB I PENDAHULUAN. yang dikonsumsinya atau mengkonsumsi semua apa yang diproduksinya.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kebijakan moneter merupakan salah satu bentuk kebijakan stabilisasi yang

KURVA IS-LM. a lecturing note Mayang Adelia Puspita, SP. MP. Bahan Ajar Kurva IS-LM - Mayang Adelia Puspita, SP. MP

2. Derivasi Atau Perolehan Kurva BP (Neraca Pembayaran BOP)

TEORI EKONOMI 2 JUMLAH SKS TAHUN AJARAN KETENTUAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. Produk Domestik Bruto adalah perhitungan yang digunakan oleh suatu

Transkripsi:

ANALISIS PENGARUH JUMLAH UANG BEREDAR DAN TINGKAT SUKU BUNGA TERHADAP PERMINTAAN AGREGAT DI INDONESIA YUSNIA RISANTI Ekonomi Pembangunan, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Trunojoyo Madura Abstrak Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh jumlah uang beredar (Money Supply) dan tingkat suku bunga (Interst Rate) terhadap permintaan agregat (Aggregat Demand). Sebagai data yang digunakan dalam penelitian untuk menganalisis permintaan agregat di Indonesia adalah data dari worldbank Indonesia selama periode 1986-2013. Analisis yang digunakan adalah dengan menggunakan EViews 6, dimana akan diketahui apakah jumlah uang beredar dan tingkat suku bunga berpengaruh terhadap permintaan agregat di Indonesia. Hasil regresi dengan menggunakan EViews 6 menunjukkan bahwa 0,91 atau jika diinterpretasikan dari hasil tersebut menunjukkan bahwa 91% permintaan agregat dipengaruhi oleh jumlah uang beredar dan tingkat suku bunga. Kata kunci: Indonesia, Permintaan agregat, Jumlah Uang Beredar, Tingkat Suku Bunga, EViews 6.

Pendahuluan Model permintaan agregat (Aggregat Demand) seringkali digunakan untuk menganalisis fluktuasi ekonomi (fluctuation economics) dalam jangka pendek. Fluktuasi dalam perekonomian dapat disebut sebagai business cycles. Pengalaman menunjukkan bahwa perekonomian selalu berfluktuasi dari kondisi booming ke kondisi resesi (recession) dan kembali lagi ke kondisi semula yaitu business fluctuation (business cycles). Pada tahun 1930an para ekonom kesulitan menjelaskan apa yang menjadi penyebab business cycles dan bagaimana mengurangi dampak negative dari business cycles, ataupun bagaimana bisa mempercepat proses agar perekonomian bisa bangkit dari resesi ke booming. Pertanyaan ini baru bisa terjawab ketika (Keynes, 1936) mengemukakan teori tentang pentingnya kekuatan permintaan agregat dalam mempengaruhi business cycles. Dalam The General Theory (Keynes, 1936) menyatakan bahwa pendapatan total perekonomian dalam jangka pendek sangat ditentukan oleh keinginan rumah tangga untuk konsumsi, untuk simpanan (liquidity Preference) yang ditentukan oleh tingkat suku bunga, dan efisiensi marginal dari investasi modal. Pernyataan dari Keynes diperjelas oleh pernyataan (Mankiw, 2003) kurva permintaan agregat pada dasarnya melambangkan jumlah dari seluruh barang dan jasa yang diminta dalam suatu perekonomian pada tingkat harga. Artinya, jika hal lain tetap sama (cateris paribus), penurunan tingkat harga keseluruhan dalam perekonomian cenderung meningkatkan jumlah barang dan jasa yang diminta. Kuva permintaan agregat (Aggregate Demand) miring ke kanan artinya memiliki hubungan negatif antara harga dan jumlah output yang diminta. Perubahan harga akan menyebabkan perubahan permintaan agregat yaitu besaran keluaran agregat yang diminta. Komponen permintaan agregat adalah Konsumsi (C), Investasi (I), Peneluaran Pemerintah (G), dan Ekspor Neto (XN). Fluktuasi dalam keseluruhan perekonomian berasal dari perubahan permintaan agregat. Para ekonom menyebut perubahan dalam permintaan agregat sebagai guncangan permintaan (Demand Shock) sehingga akan memberikan dampak negatif bagi perekonomian. Terdapat empat komponen yang menyebabkan adanya guncangan permintaan (Demand Shock) yaitu berasal dari variabel moneter domestik (Internal Monetary Shock) maupun luar negeri. Internal Monetary Shock tersebut antara lain jumlah

uang beredar (Money Supply), tingkat suku bunga (Interest Rate), Inflasi, dan nilai tukar (kurs). Jumlah uang beredar akan menyebabkan tingkat suku bunga domestik menjadi naik, tingginya tingkat suku bunga akan menyebabkan tersendatnya upaya menstimulasi sektor riil perekonomian karena masyarakat akan lebih memilih menggunakan uangnya untuk disimpan di bank dan mengurangi pengeluarannya untuk konsumsi. Akibatnya jumlah output yang diminta semakin berkurang. Hal ini akan menyebabkan pertumbuhan ekonomi menjadi terhambat. Tinjauan Pustaka Permintaan agregat merupakan salah indicator dari pertumbuhan ekonomi, dimana pertumbuhan ekonomi dipengaruhi oleh Konsumsi (C), Investasi (I), Pengeluaran Pemerintah (G), Ekspor Neto (XN). Empat komponen tersebut merupakan komponen pengeluaran yang dihitung untuk mengetahui pertumbuhan ekonomi di suatu Negara. Dalam menganalisis permintaan agregat (Aggreagat Demand) terdapat dua ekonom yang memperdebatkan masalah tersebut yaitu John Maynard Keynes dan Adama Smith (teori klasik). Menurut pandangan (Keynes, 1936) apabila terjadi perubahan harga (price) maka jumlah uang yang beredar riil (Ms/P) akan berubah, akibatnya terjadi perubahan pada tingkat suku bunga (Interest Rate). Selanjutnya perubahan tingkat suku bunga akan mempengaruhi investasi (I) dan konsumsi (C) yang pada akhirnya akan mempengaruhi permintaan agregat. Adam Smith juga menganalisis tentang permintaan agregat, dimana apabila terjadi perubahan harga dalam perekonomian, masyarakat akan merasa saldo kas riil (real cash balance) mereka berubah, yang selanjutnya akan mempengaruhi konsumsi masyarakat. Perubahan konsumsi akan mengakibatkan perubahan pada permintaan agregat dan pendapatan nasional. Perbedaan yang menonjol dari kedua ekonom tersebut adalah dimana pandangan Keynes menekankan perlunya campur tangan dari pemerintah dalam usaha untuk mempengaruhi permintaan agregat. Sedangkan pandangan Adam Smith tidak memmbutuhkan campur tangan dari pemerintah dalam mempengaruhi permintaan agregat. METODOLOGI PENELITIAN

Untuk menguji bahwa jumlah uang beredar (Money Supply) dan tingkat suku bunga (Interest Rate) mempengaruhi permintaan agregat (Aggregat Demand) di Indonesia, maka saya mengambil data dari World Bank Indonesia dari periode 1986 sampai 2013. Dan kemudian saya analisis menggunakan EViews 6. Pertama-tama saya regresi terlebih dahulu, kemudian dari hasil regresi tersebut akan saya interpretasikan apakah variabel independent yaitu jumlah uang beredar (Money Supply) dan tingkat suku bunga (Interest Rate) mempengaruhi variabel dependent yaitu permintaan agregat (Aggregat Demand). Sehingga akan diketahui hasil dari regresi tersebut. HASIL DAN PEMBAHASAN Data jumlah uang beredar (Aggregat Demand), tingkat suku bunga (Interest Rate), dan permintaan agregat (Aggregat Demand)data yang saya peroleh dari World bank Indonesia menunjukkan hasil yang saya gambarkan melalui grafik di bawah ini. 1. Jumlah Uang Beredar (Money Supply) Grafik 1.1 Jumlah uang berdar periode 1986-2013

2. Tingkat Suku Bunga (Interst Rate) Grafik 1.2 Tingkat suku bunga periode 1986-2013 3. Permintaan Agregat (Aggregat Demand) Grafik 1.3 permintaan agregat periode 1986-2013

jika diperhatikan grafik diatas menunjukkan adanya fluktuasi yang terjadi pada jumlah uang beredar, tingkat suku bunga, dan permintaan agregat pada periode antara 1986 sampai 2013. Pada grafik 1.2 dan 1.3 tahun 1990 menunjukkan bahwa tingkat suku bunga dan permintaan agregat mengalami peningkatan perkembangan sebesar 1,5 persen dan 1,3 persen. Akan tetapi, untuk grafik 1.1 jumlah uang beredar mengalami peningkatan hanya 0,3 persen. Hal ini dikarenakan tingkat suku bunga mengalami peningkatan yang signifikan sehingga masyarakat lebih terdorong untuk menyimpan uangnya di bank dibandingkan untuk membelanjakan uangnya untuk konsumsi rumah tangga. Hal ini menyebabkan permintaan agregat tidak mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Dalam menganalisis pengaruh jumlah uang beredar dan tingkat suku bunga terdahadap permintaan agregat saya mengambil data dari World Bank Indonesia dari periode 1986-2013. Dan kemudian saya lakukan regresi dengan menggunakan EVieuws 6. tahun AD JUB InterestRate 1986 6.90309E+14 1.17906E+13 21.60950127 1987 7.26896E+14 1.28268E+13 5.395838924 1988 7.73095E+14 1.45609E+13 8.294934511 1989 8.43328E+14 2.07884E+13 10.64248057 1990 9.19241E+14 2.38034E+13 12.16172844 1991 1.00131E+15 2.66763E+13 15.35050218 1992 1.07361E+15 2.8426E+13 17.7185387 1993 1.15149E+15 3.4661E+13 10.75179082 1994 1.23831E+15 4.2887E+13 9.263275015 1995 1.34229E+15 4.9572E+13 8.339212891 1996 1.44487E+15 5.4534E+13 9.520961675 1997 1.51278E+15 7.2431E+13 8.21363024 1998 1.3142E+15 9.0768E+13-24.60021767 1999 1.3246E+15 1.1688E+14 11.82652979 2000 1.38977E+15 1.60923E+14-1.654214472 2001 1.44041E+15 2.30853E+14 3.719985957 2002 1.50522E+15 2.42431E+14 12.3224125 2003 1.57717E+15 2.75759E+14 10.85207335 2004 1.65652E+15 3.13457E+14 5.134404754 2005 1.75082E+15 3.51628E+14-0.245734399 2006 1.84713E+15 4.26882E+14 1.65815361 2007 1.96433E+15 5.38522E+14 2.339674108 2008 2.08246E+15 5.69637E+14-3.852246022 2009 2.17885E+15 6.40217E+14 5.747953173 2010 2.31446E+15 7.44539E+14 4.613519059 2011 2.46457E+15 8.76258E+14 4.00676222 2012 2.61894E+15 1.02396E+15 7.100935727 2013 2.77035E+15 1.12943E+15 7.001765519

Tabel 2.1 Permintaan agregat, Jumlah Uang Beredar, Dan Tingkat Suku Bunga periode 1986-2013. Hasil regresi menggunakan EViews Hasil dari regresi diatas dapat saya simpulkan bahwa: Jika dilihat dari probabilitas masing-masing variabel independent, maka dapat diinterpretasikan bahwa jumlah uang beredar dan tingkat suku bunga mempengaruhi permintaan agregat di Indonesia. Karena dari nilai probabilitasnya menunjukkan angka yang signifikan yaitu 0,1051 dan 0,0000. Jika dilihat dari nilai R-Squared yang menunjukkan nilai 0,915984 yang artinya 99 persen permintaan agregat dipengaruhi oleh jumlah uang beredar dan tingkat suku bunga.

Kesimpulan Dari penelitian ini dapat saya simpulkan bahwa permintaan agregat dipengaruhi oleh beberapa variabel diantaranya jumlah uang beredar (Money Supply) dan tingkat suku bunga (Interest Rate). Terdapat para ekonom terdahulu yang sudah meniliti tentang masalah ini. Dan banyak yang menyebutkan bahwa jumlah uang beredar dan tingkat suku bunga akan mempengaruhi permintaan agregat di suatu Negara. Kemudian data yang saya dapat dari World Bank Indonesia pada periode 1986-2013 yang sudah saya regresi menunjukkan bahwa permintaan agregat dipengaruhi oleh jumlah uang beredar dan tingkat suku bunga. Sehingga dapat saya simpulkan bahwa teori-teori terdahulu sama dengan kenyataan yang ada di Indonesia. Referensi (n.d.). Retrieved Juni 1, 2015, from http://data.worldbank.org/country/indonesia Keynes, J. M. (1936). The General Theory of Employment. Inggris: Cambridge University. Mankiw, G. (2003). Teori Makro Ekonomi. Jakarta: Erlangga. pengaruh tingkat suku bunga, jumlah uang beredar, dan inflasi terhadap permintaan agregat. (2015, Juni 1). Madura, Jawa Timur, Indonesia.