BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ekspor dan impor suatu negara terjadi karena adanya manfaat yang diperoleh

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perdagangan internasional merupakan kegiatan pertukaran barang dan jasa

III KERANGKA PEMIKIRAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. atau pemerintah suatu negara dengan pemerintah negara lain.

II. TINJAUAN PUSTAKA. penduduk suatu negara dengan penduduk negara lain atas dasar kesepakatan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

III. KERANGKA PEMIKIRAN. ekonomi internasional (ekspor dan impor) yang meliputi perdagangan dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

MATERI PERDAGANGAN LUAR NEGERI

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS. bahwa setiap manusia memiliki kebutuhan. Karena adanya kebutuhan ini, maka

III. KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS

TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. dengan kekuatan permintaan dan penawaran (Waluya, 2003)

II. TINJAUAN PUSTAKA

IV. KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan suatu Negara yang mempunyai kekayaan yang

Universitas Bina Darma

BAB I PENDAHULUAN. Permintaan dan penawaran pada dasarnya merupakan penyebab terjadinya

DETERMINAN PERMINTAAN EKSPOR UDANG BEKU JAWA TIMUR KE AMERIKA SERIKAT PENDAHULUAN

I. PENDAHULUAN. mencapai US$ per ton dan mendekati US$ per ton pada tahun 2010.

ekonomi KTSP & K-13 PERDAGANGAN INTERNASIONAL K e l a s A. Konsep Dasar Tujuan Pembelajaran

II. TINJAUAN PUSTAKA. faktor-faktor yang mempengaruhi produksi dan ekspor. Samanhudi, 2009 meneliti tentang Analisis Faktor-Faktor yang

BAB I PENDAHULUAN. pertukaran barang dan jasa antara penduduk dari negara yang berbeda dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN. adalah dengan melakukan pembangunan baik dalam jangka pendek dan jangka

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pada tinjauan pustaka ini akan disampaikan teori-teori yang digunakan untuk

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. Teori ini dikenal dengan sebutan teori Heksher-Ohlin (H-O). Nama teori ini

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu tulang punggung perekonomian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Teori Tentang Ekspor (Perdagangan Internasional) Umum di Bidang Ekspor, ekspor adalah kegiatan mengeluarkan dari Daerah

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. sebagai proses tukar menukar yang didasarkan atas kehendak sukarela dari masingmasing

BAB VII Perdagangan Internasional

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan luar negeri yang mempunyai peranan penting bagi suatu negara,

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya manusia tidak dapat hidup sendiri, demikian halnya dengan

Organizational Theory & Design

EKONOMI INTERNASIONAL

1.1 Latar Belakang Masalah

PERNYATAAN ORISINALITAS...

VIII. DAYA SAING EKSPOR KARET ALAM. hanya merujuk pada ketidakmampuan individu dalam menghasilkan setiap barang

I. PENDAHULUAN. pertanian berperan besar dalam menjaga laju pertumbuhan ekonomi nasional. Di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. sehingga terjamin mutu teknisnya. Penetapan mutu pada karet remah (crumb

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Sarnowo dan Sunyoto (2013:1) permintaan adalah jumlah barang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi yang paling umum adalah berupa perdagangan atau transaksi barang.

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS P ENELITIAN

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ANALISIS DETERMINAN EKSPOR CRUDE PALM OIL (CPO) INDONESIA KE UNI EROPA

BAB I PENDAHULUAN. untuk kemudian didatangkan ke negara tersebut dengan tujuan untuk memenuhi

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. perdagangan antar negara. Nopirin (1996:26) mengatakan bahwa perdagangan internasional

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. Menurut Aricha (2013), perdagangan internasional adalah perdagangan yang

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian internasional, diantaranya yaitu impor. Kegiatan impor yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kebutuhan manusia sangat tidak terbatas sedangkan alat pemenuh kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. Aktivitas dalam perdagangan internasional seperti ekspor dan impor sangat

IV. GAMBARAN UMUM. Sumber : WTRG Economics

BAB 2 LANDASAN TEORI

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sawit, serta banyak digunakan untuk konsumsi makanan maupun non-makanan.

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gambar 1. Luasan lahan perkebunan kakao dan jumlah yang menghasilkan (TM) tahun

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS Pengertian Perdagangan Internasional

BAB I PENDAHULUAN. banyak kebutuhan lainnya yang menghabiskan biaya tidak sedikit. Guna. sendiri sesuai dengan keahlian masing-masing individu.

III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I. peranan yang sangat penting dengan memberikan benefit secara langsung pada

I. PENDAHULUAN. penyediaan lapangan kerja, pemenuhan kebutuhan konsumsi dalam negeri, bahan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Judul : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Impor Minyak Bumi Di Indonesia Tahun Nama : Made Ayu Julia Kusuma Dewi NIM :

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. Dalam mendorong pembangunan ekonomi nasional, salah satu alat dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. samping komponen konsumsi (C), investasi (I) dan pengeluaran pemerintah (G).

TINJAUAN PUSTAKA. ke-17. Dimulai dari teori Merkantilisme yang menganggap pertumbuhan

ekonomi Sesi PERDAGANGAN INTERNASIONAL A. KONSEP DASAR a. Faktor Pendorong Perdagangan Internasional

III. KERANGKA TEORITIS. adalah perbedaan antara permintaan dan penawaran di suatu negara. Perbedaan

BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA. negara selain faktor-faktor lainnya seperti PDB per kapita, pertumbuhan ekonomi,

BAB I PENDAHULUAN. Produk Domestik Bruto (PDB) yang cukup besar, yaitu sekitar 14,43% pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. karena dalam waktu jangka pendek biasanya sulit untuk menambah hasil

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sejumlah produksi tertentu dengan seefisien mungkin. Produksi adalah suatu

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan perekonomian suatu negara tentunya tidak terlepas dari

III. TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Pada awal setiap tahun anggaran, pemerintah Indonesia selalu menetapkan

II. TINJAUAN PUSTAKA. sedangkan untuk negara yang sedang berkembang digunakan istilah pembangunan

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang menganut sistem perekonomian terbuka, hal ini

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. integral dan menyeluruh. Pendekatan dan kebijaksanaan sistem ini telah

VII. DAMPAK KEBIJAKAN PERDAGANGAN DAN PERUBAHAN LINGKUNGAN EKONOMI TERHADAP DINAMIKA EKSPOR KARET ALAM

I. PENDAHULUAN. B. Belanja Negara (triliun Rupiah)

I. PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang RI Nomor 10 Tahun 1998 tentang perbankan yang. dimaksud dengan bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari

BAB I PENDAHULUAN. pesat sesuai dengan kemajuan teknologi. Dalam era globalisasi peran transportasi

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI DAN IMPOR KEDELAI DI INDONESIA. Oleh : RIKA PURNAMASARI A

III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya hubungan saling ketergantungan (interdependence) antara

3 KERANGKA PEMIKIRAN

ANALISIS DAYA SAING KOMODITAS KOPI INDONESIA DAN FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DAYA SAING KOMODITAS KOPI INDONESIA TAHUN JURNAL

Transkripsi:

126 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Kajian Ekspor Ekspor dan impor suatu negara terjadi karena adanya manfaat yang diperoleh akibat transaksi perdagangan luar negeri. Perdagangan dapat juga memperbesar kapasitas konsumsi suatu negara serta membantu berbagai usaha untuk melakukan pembangunan dan meningkatkan peranan sektor yang mempunyai keunggulan komparatif karena efisiensi dalam faktor-faktor produksi. Nopirin menyatakan bahwa Ekspor berasal dari produksi dalam negeri dijual/dipakai oleh penduduk luar negeri, maka ekspor merupakan injeksi ke dalam aliran pendapatan seperti halnya investasi. Sedangkan impor merupakan kebocoran dari pendapatan, karena menimbulkan aliran modal ke luar negeri. Ekspor bersih yakni ekspor dikurangi impor (X-M) adalah jembatan yang menghubungkan antara pendapatan nasional dengan transaksi internasional (Syaikhu N, 2010:14). Sehubungan dengan ekspor suatu komoditas, Kindleberger dan Lindert (Nurdin, 2008:40), menyatakan bahwa secara teoritis volume ekspor dari suatu negara merupakan selisih antara penawaran dan permintaan domestic (excess demand) bagi negara konsumen. Selanjutnya menurut Soekartawi (Nurdin, 2008:38), ekspor merupakan bagian dari perdagangan internasional bisa dimungkinkan oleh beberapa kondisi antara lain:

127 a. Adanya kelebihan produksi dalam negeri sehingga kelebihan tersebut dijual keluar negeri melalui kebijaksanaan ekspor. b. Adanya permintaan luar negeri untuk suatu produk walaupun produk tersebut karena adanya kekurangan produk dalam negeri. c. Adanya keuntungan yang lebih besar dari penjualan keluar negeri daripada penjualan di dalam negeri. Karena harga di pasar dunia yang lebih menguntungkan. d. Adanya kebijaksanaan ekspor yang bersifat politik. e. Adanya barter antar produk tertentu dengan produk lain yang diperlukan dan tak dapat diproduk di dalam negeri. Lebih lanjut menurut Soekartawi alasan mendesak mengapa suatu negara perlu menggalakan ekspor adalah untuk meningkatkan kekayaan Negara yang berarti pula meningkatkan peningkatan pendapatan perkapita. Alasan lain perlunya peningkatan ekspor bagi negara kita karena negara kita terus mengadakan impor, sehingga negara memerlukan devisa untuk membayar impor yang dilakukannya. Berdasarkan teori tersebut, maka ekspor suatu komoditas ke pasaran international dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor domestik, harga luar negeri dan faktor permintaan dan penawaran domestik antarnegara. Selain itu secara implisit ekspor juga dipengaruhi oleh faktor nilai tukar (exchange rate) mata uang suatu negara dengan negara lain. Sedangkan menurut Paul A.Samuelson dan William D.Nordhaus 1994:182-183) menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi volume dan nilai ekspor suatu

128 negara tergantung pada pendapatan dan output luar negeri, nilai tukar uang (kurs) serta harga relatif antara barang dalam negeri dan luar negeri. Apabila output luar negeri meningkat, atau nilai tukar terhadap mata uang negara lain menurun, maka volume dan nilai ekspor suatu negara akan cenderung meningkat, demikian juga sebaliknya. Selain itu, pilihan antara barang dalam negeri dan barang luar negeri berkaitan dengan harga relatif kedua barang tersebut. Bila harga suatu barang buatan dalam negeri meningkat secara relatif terhadap harga barang luar negeri, maka penduduk tersebut akan cenderung membeli lebih banyak barang luar negeri. Sehingga jumlah dan nilai ekspor akan dipengaruhi oleh harga relatif antara barang-barang dalam negeri dan luar negeri, yang pada gilirannya akan tergantung dari harga dalam negeri, harga internasional dan nilai tukar uang terhadap dollar. 2.1.2. Perdagangan Internasional Perdagangan internasional adalah perdagangan yang dilakukan oleh penduduk suatu negara dengan penduduk negara lain atas dasar kesepakatan bersama. Penduduk yang dimaksud dapat berupa antarperorangan (individu dengan individu), antara individu dengan pemerintah suatu negara atau pemerintah suatu negara dengan pemerintah negara lain. Di banyak negara, perdagangan internasional menjadi salah satu faktor utama untuk meningkatkan GDP. Meskipun perdagangan internasional telah terjadi selama ribuan tahun, dampaknya terhadap kepentingan ekonomi, sosial, dan politik baru dirasakan beberapa abad belakangan. Perdagangan internasional pun turut mendorong

129 Industrialisasi, kemajuan transportasi, globalisasi, dan kehadiran perusahaan multinasional. Perdagangan internasional merupakan hal yang vital karena perdagangan luar negeri akan meningkatkan kemungkinan konsumsi suatu negara. Perdagangan luar negeri memungkinkan suatu negara mengkonsumsi lebih banyak barang dibandingkan yang tersedia menurut garis perbatasan kemungkinan produksi pada keadaan swasembada tanpa perdagangan luar negri (Lindert, 1993). Kunci perdagangan internasional adalah teori keunggulan komparatif. Prinsip teori ini bahwa suatu negara dapat meningkatkan standar kehidupan dan pendapatan riilnya melalui spesialisai produksi komoditi yang memiliki produktivitas tinggi. Negara-negara akan mengutamakan untuk memproduksi komoditi yang paling produktif. Prinsip keunggulan komparatif menunjukkan bahwa spesialisasi akan menguntungkaan semua negara meskipun ada negara yang secara mutlak lebih efisien dalam memproduksi semua barang dibandingkan Negara lainnya. Jika negara-negara itu mau melakukan spesialisasi produk di mana mereka mendapat keunggulaan komparatif (atau efisiensi relatif lebih tinggi), maka perdagangan antar negara akan menguntungkaan bagi semuanya. Karena itu mengingat kondisi produktif di tiap negara sangat berbeda, negara-negara tersebut sangat menyadari bahwa akan lebih menguntungkan jika melakukan spesialisasi dalam produksi suatu jenis barang tertentu (Lindert, 1993). Dalam teori modern mengenai perdagangan internasional dikenal teori Hecsher dan Ohlin (H-O). Teori ini disebut juga factor proportion theory atau teori ketersediaan

130 faktor. Dasar pemikiran teori ini adalah bahwa perdagangan internasional misalnya, antara Indonesia dan Amerika Serikat terjadi karena opportunity cost yang berbeda antara kedua negara tersebut. Perbedaan ongkos alternatif tersebut dikarenakan adanya perbedaan dalam jumlah faktor produksi (misalnya tenaga kerja, modal, tanah dan bahan baku yang dimiliki kedua negara tersebut. Indonesia memiliki tanah yang lebih luas dan bahan-bahan baku serta tenaga kerja (khususnya dari golongan berpendidikan rendah) yang jauh lebih banyak dibandingkan Amerika Serikat. Sebaliknya Amerika Serikat memiliki tenaga kerja dengan pendidikan tinggi dalam jumlah yang lebih banyak dari pada Indonesia. Jadi karena factor endowment-nya berbeda, maka sesuai hukum pasar, harga dari faktor-faktor produksi tersebut juga berbeda antara Indonesia dan Amerika Serikat. Mialnya hanya ada dua faktor produksi yakni tenaga kerja (L) dan modal (K) dengan harga masing-masing w (gaji) dan r (suku bunga). Dengan demikian tingkat gaji di Indonesia lebih murah dari pada di Amerika Serikat dan tingkat suku bunga di Indonesia lebih mahal dibandingkan di Amerika Serikat. Akan tetapi dengan perbedaan harga faktor tersebut dengan sendirinya belum tentu dapat dikatakan bahwa Indonesia unggul dari Amerika Serikat dalam membuat suatu barang. Hal ini tergantung pada tingkat intensitas pemakaian tenaga kerja dan modal dalam memproduksi barang tersebut. Banyak faktor yang mendorong suatu negara melakukan perdagangan internasional, di antaranya sebagai berikut:

131 1. Vent For Suplus Teori Vent for Suplus pada intinya lebih menekankan pada sisi penawaran dengan dasar pemikiran yang sama dengan pemikiran yang melandasi teori penawaran. Teori ini menyatakan bahwa suatu Negara akan mengekspor produk-produk yang dibuat apabila terjadi kelebihan supply dipasar dalam negeri. Kelebihan stok dapat terjadi karena beberapa hal, misalnya konsumsi dalam negeri berkurang karena berbagai hal, sementara volume produksi tetap tidak berubah. Teori tersebut mengatakan bahwa suatu Negara akan mengekspor produk yang dibuatnya apabila terjadi exces supply (kelebihan stok) di dalam negeri. Kelebihan stok bisa terjadi karena berbagai hal misalnya, konsumsi dalam negeri berkurang, pendapatan masyarakat, atau karena produk tersebut sudah tidak diminati di dalam negeri, atau kelebihan stok akibat kondisi panen raya. 2. Untuk memenuhi kebutuhan barang dan jasa dalam negeri 3. Keinginan memperoleh keuntungan dan meningkatkan pendapatan negara 4. Adanya perbedaan kemampuan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam mengolah sumber daya ekonomi 5. Adanya kelebihan produk dalam negeri sehingga perlu pasar baru untuk menjual produk tersebut. 6. Adanya perbedaan keadaan seperti sumber daya alam, iklim, tenaga kerja, budaya, dan jumlah penduduk yang menyebabkan adanya perbedaan hasil produksi dan adanya keterbatasan produksi.

132 7. Adanya kesamaan selera terhadap suatu barang. 8. Keinginan membuka kerja sama, hubungan politik dan dukungan dari negara lain. 9. Terjadinya era globalisasi sehingga tidak satu negara pun di dunia dapat hidup sendiri. Seringkali terdapat banyak hambatan dalam melakukan perdagangan internasional. Hambatan itu ada yang berasal dari dalam maupun luar negeri. Kebijakan perdaganan luar negeri memiliki dua tujuan utama, yakni meningkatkan ekspor dan mengurangi ketergantungan pada impor. Untuk meningkatkan ekspor, kebijakan perdagangan luar negeri mempunyai sejumlah instrumen, diantaranya pemberian subsidi ekspor bagi eksportir yang sudah memiliki sertifikat ekspor, pemberian fasilitas kredit perbankan dengan suku bunga murah, dan pembebasan. Sedangkan kebijakan perdaganggan luar negeri yang bertujuan mengurangi impor juga memiliki sejumlah instrument diantaranya adalah pengenaan bea masuk terhadap impor dengan tarif hal ini lajim disebut proteksi. Menurut D.Salvatore (1997: 270) hambatan perdagangan internasional terdiri dari hambatan tarif dan nontarif sebagai berikut: i. Hambatan Tarif Tarif merupakan salah satu instrumen kebijakan perdagangan luar negeri yang membatasi arus perdagangan internasional, tarif adalah suatu pembebanan atas barang yang melintasi daerah pabean (daerah geografis). Tarif adalah pajak atau cukai yang dikenakan untuk suatu komoditi yang diperdagangkan lintas batas teritorial. Tarif ini

133 merupakan kebijakan yang paling tua dan secara tradisional telah digunakan sebagai sumber penerimaan pemerintah. Pengenaan tarif dimaksudkan untuk memproteksi produk dalam negeri. Dengan adanya tarif harga barang impor dalam mata uang nasional meningkat sehingga permintaan di pasar dalam negeri menurun dan hal tersebut mendorong produksi dalam negeri karena adanya kenaikan permintaan domestik atas barang hasil dalam negeri. Ada tiga macam jenis tarif yang biasa digunakan dalam perdagangan internasional yaitu: 1. Bea Ekspor (export duties) adalah pajak yang dikenakan terhadap barang yang diangkut atau diekspor menuju negara lain. 2. Bea Transito (transit duties) adalah pajak atau bea yang dikenakan terhadap barang-barang yang melalui wilayah suatu negara dengan ketentuan bahwa barang tersebut sebagai tujuan akhirnya adalah negara lain. 3. Bea Impor (impor duties) adalah pajak atau bea yang dikenakan terhadap barangbarang yang masuk kedalam suatu negara dengan ketentuan bahwa negara tersebut sebagai tujuan akhir. ii. Hambatan Non-Tarif Instrumen kebijakan perdaganan internasional selain tarif adalah berupa kebijakan non tarif, yang terdiri dari: 1. Kuota

134 Kuota merupakan pembatasan secara kuantitatif tidak hanya terhadap impor, tetapi juga diterapkan oleh banyak negara terhadap ekspor, karena tujuan utama pengenaan kuota adalah untuk kepentingan konsumen di dalam negeri, yakni menjaga ketersediaan stok domestik. 2. Embargo Adalah pelarangan impor dan ekspor jenis produk tertentu atau pelarangan secara total dalam perdagangan dengan negara tertentu sebagai suatu tambahan dalam kebijakan politik yang dilakukan pemerintah. 3. Kartel-kartel Internasional Merupakan sebuah organisasi produsen komoditi tertentu dari berbagai negara yang sepakat untuk membatasi outputnya dan juga mengendalikan ekspor komoditi tersebut dengan tujuan untuk memaksimalkan keuntungan. 4. Dumping Adalah kebijakan ekspor dari suatu komoditi dengan harga jauh dibawah pasaran atau penjualan komoditi di luar negeri dengan harga yang jauh lebih murah dibanding dengan harga penjualan domestik. 5. Subsidi Ekspor Adalah pembayaran langsung atau pemberian keringanan pajak dan bantuan subsidi kepada para eksportir atau calon eksportir nasional, atau pemberian pinjaman kepada pengimpor asing dengan bunga rendah dalam rangka memacu ekspor suatu negara.

135 Terdapat beberapa perbedaan antara perdagangan dalam negeri dan perdagangan internasional. Perbedaan tersebut antara lain sebagai berikut: a. Jangkauan wilayah Perdagangan dalam negeri mencakup satu wilayah negara, sedangkan perdagangan antar negara menjangkau beberapa negara. b. Cara pembayaran Cara pembayaran pada perdagangan dalam negeri menggunakan satu macam mata uang, sedangkan perdagangan luar negeri menggunakan macam-macam mata uang (valuta asing). c. Sistem distribusi Perdagangan dalam negeri lebih banyak dilakukan dengan menggunakan sistem distribusi langsung. Sedangkan perdagangan luar negeri menggunakan sistem distribusi tidak langsung. d. Peraturan yang berlaku Peraturan yang harus diikuti dalam perdagangan antarnegara lebih rumit dibandingkan dengan perdagangan dalam negeri. Dalam perdagangan internasional melibatkan sekurang-kurangnya dua negara. Oleh karena itu, peraturan-peraturan yang harus ditaati oleh pedagang internasional sekurang-kurangnya berlaku pada dua negara tersebut. e. Tingkat persaingan

136 Karena penjual dan pembeli suatu barang berasal dari berbagai negara maka tingkat persaingan perdagangan antarnegara lebih ketat dibandingkan dengan perdagangan dalam negeri. f. Satuan ukuran dalam berat, panjang, dan isi Dalam perdagangan dalam negeri biasanya digunakan ukuran berat, panjang, dan volume yang berlaku di dalam negeri. Namun untuk perdagangan internasional, ukuran-ukuran tersebut harus menggunakan ukuran yang berlaku secara internasional. g. Biaya angkutan Dalam perdagangan internasional diperlukan biaya angkutan yang lebih tinggi daripada perdagangan dalam negeri. Ini terjadi karena perbedaan jarak dan sistem administrasi perdagangan. h. Tatap muka langsung penjual dan pembeli Dalam perdagangan dalam negeri, antara penjual dan pembeli dapat bertatap secara langsung. Akan tetapi, dalam perdagangan internasional bagi penjual dan pembeli untuk bertatap muka secara langsung tidak mudah. 2.1.3. Permintaan dan Penawaran Ekspor Permintan adalah banyaknya jumlah barang yang diminta pada suatu pasar tertentu dengan tingkat harga tertentu pada tingkat pendapatan tertentu dan dalam periode tertentu. Atas dasar kebutuhan ini individu tersebut mempunyai permintaan akan barang. Makin banyak penduduk suatu negara makin besar permintaan masyarakat akan sesuatu jenis barang. Sepintas lalu pengertian ini tidak menimbulkan masalah akan tetapi bila kita

137 pikirkan lebih jauh dalam dunia nyata, barang di pasar mempunyai harga. Dengan kata lain permintaan baru mempunyai arti apabila didukung oleh tenaga beli pemintaan barang. Permintaan yang didukung oleh kekuatan daya beli disebut permintaan efektif, sedangkan permintaan yang hanya didasarkan atas kebutuhan saja disebut sebagai permintaan potensial. Daya beli seseorang tergantung atas dua unsur pokok yaitu pendapatan yang dapat dibelanjakan dan harga barang yang dikehendaki. Menurut Papas dan Mark Hirshey (1995), menyatakan bahwa permintaan adalah sejumlah barang dan jasa yang dibeli oleh konsumen selama periode tertentu berdasarkan situasi dan kondisi tertentu. Menurut Papas dan Mark Hirshey (1995), terdapat dua (2) model dasar dalam permintaan, yang pertama adalah permintaan langsung yang dikenal sebagai teori konsumen, dan yang kedua adalah permintaan turunan yaitu permintaan atas bahan baku sebagai input di dalam pembuatan suatu barang atau jasa yang diminta untuk didistribusikan menjadi produk lainnya. Secara teoritis ekspor suatu barang dipengaruhi oleh suatu penawaran (supply) dan permintaan (demand). Dalam teori perdagangan internasional disebutkan bahwa faktorfaktor yang mempengaruhi ekspor dapat dilihat dari sisi permintaan dan sisi penawaran (Krugman dan Obstfeld, 2000; Salvatore, 1996). Dari sisi permintaan, ekspor dipengaruhi oleh harga ekspor, nilai tukar riil, pendapatan dunia dan kebijakan devaluasi. Sedangkan dari sisi penawaran, ekspor dipengaruhi oleh harga ekspor, harga domestik, nilai tukar riil, kapasitas produksi yang bisa diproksi melalui investasi, impor bahan baku, dan kebijakan deregulasi.

138 Ekspor merupakan bentuk paling sederhana dalam sistem perdagangan internasional dan merupakan suatu strategi dalam memasarkan produksi ke luar negeri. Faktor-faktor seperti pendapatan negara yang dituju dan populasi penduduk merupakan dasar pertimbangan dalam pengembangan ekspor (Kotler dan Amstrong (1996), diterjemahkan oleh Sindoro (1997). Menurut Nicholson (1998) ketika pendapatan total meningkat, dengan asumsi faktor lain tidak berubah (ceteris paribus), maka kuantitas barang yang dibeli untuk setiap orang juga akan berubah, namun peningkatan tersebut tergantung dari jenis barangnya, apabila barang dimaksud adalah barang normal maka peningkatannya akan cenderung lambat. Produk-produk yang betul-betul kompetitif, penawaran dan permintaan domestik akan tergantung pada harga barang, sedangkan permintaan dan penawaran asing (ekspor) akan bergantung pada harga dalam mata uang asing (Krugman dan Obstfeld (2000) yang diterjemahkan oleh Basri (2004), dijelaskan pula bahwa perdagangan akan terjadi di suatu pasar apabila terdapat perbedaan harga pada waktu sebelum perdagangan, jika kedua negara menghasilkan produk yang sama. Selain berbagai faktor tersebut diatas, hubungan perdagangan antar negara yang mempengaruhi aktivitas ekspor impor adalah nilai tukar mata uang masing-masing negara. 2.1.4. Faktor Nilai Tukar Penurunan nilai tukar akan berakibat pada naiknya kemampuan untuk membeli suatu barang yang lebih besar. Sedangkan apabila nilai tukar menguat akan berakibat pada

139 kemampuaan akan menurun untuk memperoleh barang tersebut. Kurs valuta asing merupakan faktor yang sangat penting dalam menentukan apakah barang-barang di negara lain lebih murah atau lebih mahal dari barang-barang yang diproduksi di dalam negeri. 2.1.5. Faktor Produksi Lincolin Arsyad (2000) mengatakan bahwa, sifat fungsi produksi merupakan faktor penentu factor penentu struktur pasar yang paling fundamental. Industri-industri yang fungsi produksinya menunjukkan keadaan increasing return to scale yang outputnya relative besar dibandingkan dibandingkan dengan permintaan totalnya jumlah produsennya yang lebih sedikit sehingga tingkat persaingannya lebih ringan daripada di dalam industri-industri yang fungsi produksinya bersifat konstan atau decreasing return to scale yang masuk ke pasar dengan tingkat output yang relative kecil dibandingkan dengan permintaan total. 2.1.6. Faktor Harga Harga barang merupakan aspek pokok dalam pembahasan teori ekonomi dan pembentukan harga dari suatu barang terjadi di pasar melalui suatu mekanisme. Apabila pada suatu tingkat tertinggi kuantitas barang yang diminta melebihi kuantitas barang yang ditawarkan maka harga akan niak, sebaliknya bila kuantitas barang yang ditawarkan pada harga tersebut lebih banyak daripada kuantitas permintaan, maka harga cenderung turun. Tingginya harga mencerminkan kelangkaan dari barang tersebut. Sampai pada tingkat

140 harga tertinggi konsumen cenderung menggantikan barang tersebut dengan barang lain yang mempunyai hubungan dekat dan relative lebih murah (Budiono, 2001). 2.1.7. Faktor Pendapatan Perkapita Pendapatan perkapita adalah besarnya pendapatan rata-rata penduduk di suatu negara. Pendapatan perkapita didapatkan dari hasil pembagian pendapatan nasional suatu negara dengan jumlah penduduk negara tersebut. Pendapatan perkapita juga merefleksikan PDB per kapita. Pendapatan perkapita sering digunakan sebagai tolak ukur kemakmuran dan tingkat pembangunan sebuah negara, semakin besar pendapatan perkapitanya, semakin makmur negara tersebut. 2.2. Peneliti Terdahulu Munadi (2007) meneliti tentang permintaan ekspor minyak kelapa sawit indonesia ke India dengan menggunakan model ECM dimana variabel terdiri dari harga CPO dunia, harga minyak kedelai dan nilai tukar (Rp/USD). Hasil analisis regresi terhadap persamaan permintaan ekspor dengan menggunakan pendekatan ECM mengindikasikan permintaan ekspor minyak kelapa sawit dari Indonesia ke India tidak terdapat hubungan dalam jangka panjang yang diindikasikan dengan pengaruh yang tidak nyata dari Faktor error correction model (ECM). Dalam jangka pendek permintaan ekspor kelapa sawit oleh India sangat dipengaruhi oleh rasio antara harga minyak kedelai dan harga minyak kelapa sawit dunia dengan elastis sebesar 2,74, Indeks produksi dengan elastisitas sebesar 2,69 dan koefisien penyesuaian yang direfleksikan dengan permintaan ekspor ke India tahun lalu

141 sebesar 0,89. Penurunan pajak ekspor akan diikuti oleh meningkatnya jumlah minyak sawit yang diekspor. Penurunan pajak ekspor sebesar 10% akan meningkatkan harga minyak sawit dalam negeri sebesar 14.83%. Zainal (2008) meneliti tentang analisis eksport crude palm oil (CPO) Indonesia. Variabel yang digunakan adalah harga CPO dunia, harga CPO domestik, harga minyak kelapa dan nilai tukar rupiah. Metode analisis yang digunakan adalah metode 2SLS (Two Stage Least Square). Berdasarkan hasil analisis membuktikan bahwa harga CPO domestik, harga CPO dunia, nilai tukar dan harga minyak kelapa secara simultan berpengaruh nyata terhadap ekspor minyak sawit (CPO) Indonesia, sedangkan nilai tukar rupiah secara parsial tidak berpengaruh nyata terhadap ekspor minyak sawit (CPO) Indonesia. M. Idris (2009) meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan minyak goreng curah di kota Medan. Variabel yang digunakan harga minyak goreng curah, pendapatan rumah tangga dan jumlah anggota rumah tangga. Data yang digunakan adalah data primer yaitu dengan penyebaran kuisiooner. Metode analisis yang digunakan Multiple Regression dengan metode Ordinary Least Square (OLS). Berdasarkan hasil analisis menunjukkan bahwa faktor-faktor yang signifikan mempengaruhi permintaan minyak goreng curah di kota Medan yaitu jumlah anggota rumah tangga dan pendapatan rumah tangga, sedangkan harga minyak goreng curah tidak signifikan terhadap permintaan minyak goreng curah di kota Medan.

142 Anis Wulantoro (2009) meneliti tentang kebijakan dan pertumbuhan ekspor minyak kelapa sawit Indonesia ke Negara Belanda. Variabel yang digunakan adalah nilai tukar rupiah terhadap USD, harga ekspor minyak sawit Indonesia, harga pesaing Malaysia, produksi minyak sawit. Metode analisis yang digunakan adalah pengujian koefisien regresi yaitu autokorelasi dan multikolinearitas. Hasil analisis menunjukkan bahwa nilai tukar rupiah terhadap USD tidak signifikan terhadap ekspor minyak kelapa sawit Indonesia ke Negara Belanda. Dan harga ekspor minyak sawit Indonesia, harga pesaing Malaysia, produksi minyak sawit signifikan terhadap ekspor minyak kelapa sawit Indonesia ke Negara Belanda. Gayus (2010) meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan minyak kelapa sawit serta tingkat keunggulan komparatif di Indonesia. Meneliti dianalisis dengan menggunakan analisis regresi untuk memperkirakan faktor-faktor yang berpengaruh, analisis RCA dan A R untuk mengetahui keunggulan komparatif serta analisis ISP untuk mengetahui posisi minyak kelapa sawit di pasar internasional. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata volume ekspor tertinggi adalah ke negara Belanda. Permintaan ekspor minyak kelapa sawit dipengaruhi oleh jumlah penduduk negara pengimpor, volume produksi minyak kelapa sawit Indonesia, harga minyak kelapa sawit dunia dan harga minyak kelapa sawit domestik. Sedangkan variabel GDP dan nilai tukar mata uang asing (US$) tidak mempengaruhi permintaan ekspor minyak kelapa sawit Indonesia. Analisis terhadap keunggulan komparatif produk, diketahui bahwa pangsa pasar minyak kelapa sawit lebih besar daripada pangsa pasar minyak kelapa sawit lain di

143 pasar internasional, serta percepatan pertumbuhan yang lebih tinggi dibanding pengekspor dari negara lain. 2.3. Kerangka Konseptual Pada Gambar 2.1 berikut menunjukkan bahwa nilai tukar rupiah, produksi CPO domestic dan harga CPO dunia berpengaruh terhadap harga ekspor CPO. Kemudian nilai tukar rupiah, produksi CPO domestic, harga CPO dunia, harga ekspor CPO, pendapatan perkapita Uni Eropa, produksi minyak makan Uni Eropa dan harga minyak mentah dunia berpengaruh terhadap ekspor CPO Indonesia. Berdasarkan perumusan masalah, landasan teori dan berbagai penelitian sebelumnya, maka dapat dibentuk suatu kerangka konseptual penelitian sebagai berikut: NT PCD HE Y HD PP PMM HMD

144 Gambar 2.1. Kerangka Konseptual Analisis Determinan Ekspor CPO Indonesia ke Uni Eropa Keterangan: Y = Ekspor CPO Indonesia ke UE (Ton) NT = Nilai Tukar Rupiah (Rp/USD) PCD = Produksi CPO Domestik (Ton/Tahun) HD = Harga CPO Dunia (USD/Ton) HE = Harga Ekspor CPO (USD/Ton) PP = Pendapatan Perkapita UE (USD/Tahun) PMM = Produksi Minyak Makan UE (Ton/Tahun) HMD = Harga Minyak Mentah Dunia (USD/Barrel) 2.4. Hipotesis Penelitian Adapun hipotesis penelitian ini adalah: 1. Nilai tukar rupiah berpengaruh positif terhadap harga ekspor CPO, cateris paribus. 2. Produksi CPO domestik berpengaruh negatif terhadap harga ekspor CPO, cateris paribus. 3. Harga CPO dunia berpengaruh positif terhadap harga ekspor CPO, cateris paribus. 4. Harga ekspor CPO berpengaruh positif terhadap ekspor CPO Indonesia ke Uni Eropa, cateris paribus. 5. Nilai tukar rupiah berpengaruh positif terhadap ekspor CPO Indonesia ke Uni Eropa, cateris paribus. 6. Produksi CPO domestik berpengaruh positif terhadap ekspor CPO Indonesia ke Uni Eropa, cateris paribus. 7. Harga CPO dunia berpengaruh negatif terhadap ekspor CPO Indonesia ke Uni Eropa, cateris paribus.

145 8. Pendapatan perkapita berpengaruh positif terhadap ekspor CPO Indonesia ke Uni Eropa, cateris paribus. 9. Produksi minyak makan berpengaruh positif terhadap ekspor CPO Indonesia ke Uni Eropa, cateris paribus. 10. Harga minyak mentah berpengaruh negatif terhadap ekspor CPO Indonesia ke Uni Eropa, cateris paribus. NT h 5 h 1 PCD h 2 h 6 h 4 h HE 3 Y HD h 7 PP h 8 PMM h 9 HMD h 10 Gambar 2.2. Hipotesis Penelitian Analisis Determinan Ekspor CPO Indonesia ke Uni Eropa