VERIFIKASI REKOMENDASI PEMUPUKAN P DAN K PADA TANAMAN KEDELAI LAMPUNG TIMUR

dokumen-dokumen yang mirip
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

APLIKASI PUPUK UREA PADA TANAMAN JAGUNG. M. Akil Balai Penelitian Tanaman Serealia

BAB III METODE PENELITIAN

EFEKTIFITAS PUPUK HAYATI ECOFERT TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN JAGUNG. Syafruddin Balai Penelitian Tanaman Serealia

RESPONS TANAMAN KEDELAI TERHADAP PEMBERIAN PUPUK FOSFOR DAN PUPUK HIJAU PAITAN

PENGARUH PENGOLAHAN TANAH DAN DOSIS PUPUK NPK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL KEDELAI

REKOMENDASI PEMUPUKAN TANAMAN KEDELAI PADA BERBAGAI TIPE PENGGUNAAN LAHAN. Disusun oleh: Tim Balai Penelitian Tanah, Bogor

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Hasil Sifat Kimia dan Fisik Latosol sebelum Percobaan serta Komposisi Kimia Pupuk Organik

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

UJI GENOTIPE JAGUNG HIBRIDA UMUR GENJAH TOLERAN LAHAN MASAM DI KALIMANTAN SELATAN

PEMUPUKAN LAHAN SAWAH BERMINERAL LIAT 2:1 UNTUK PADI BERPOTENSI HASIL TINGGI

Aplikasi Pupuk Kandang dan Pupuk SP-36 Untuk Meningkatkan Unsur Hara P Dan Pertumbuhan Tanaman Jagung (Zea mays L.) di Tanah Inceptisol Kwala Bekala

IV. HASIL PENELITIAN

REHABILITASI LAHAN KERING ALANG ALANG DENGAN OLAH TANAH DAN AMANDEMEN KAPUR TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN JAGUNG

PEMBERIAN PUPUK ORGANIK DAN ANORGANIK TERHADAP HASIL UBIKAYU PADA TANAH PODSOLIK MERAH KUNING

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

THE INFLUENCE OF N, P, K FERTILIZER, AZOLLA (Azolla pinnata) AND PISTIA (Pistia stratiotes) ON THE GROWTH AND YIELD OF RICE (Oryza sativa)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. perlakuan Pupuk Konvensional dan kombinasi POC 3 l/ha dan Pupuk Konvensional

Pengelolaan Hara Terpadu untuk Meningkatkan Produktivitas Padi Lahan Rawa Pasang Surut Sulfat Masam Potensial

TEKNOLOGI PRODUKSI BIOMAS JAGUNG MELALUI PENINGKATAN POPULASI TANAMAN. F. Tabri Balai Penelitian Tanaman Serealia

PENGELOLAAN HARA UNTUK MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS LAHAN SAWAH BUKAAN BARU DI HARAPAN MASA-TAPIN KALIMANTAN SELATAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

KERAGAAN BEBERAPA GENOTIPE JAGUNG HIBRIDA DI LAHAN SAWAH NUSA TENGGARA BARAT

PENAMPILAN GALUR-GALUR JAGUNG BERSARI BEBAS DI LAHAN KERING KALIMANTAN SELATAN

Pemupukan berimbang spesifik lokasi merupakan

IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH PUPUK NPK MAJEMUK TERHADAP HASIL PADI VARIETAS CIHERANG DAN SIFAT KIMIA TANAH INCEPTISOL, BOGOR

PENERAPAN SISTEM TANAM JAJAR LEGOWO JAGUNG HIBRIDA UNTUK PENINGKATAN PRODUKTIVITAS DI LAHAN INCEPTISOLS GUNUNGKIDUL

IV. HASIL 4.1. Sifat Fisikokimia Tanah Percobaan dan Sifat Kimia Kotoran Sapi Tabel 2 No Analisis Metode Hasil Status Hara

Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura

HASIL DAN PEMBAHASAN Sifat Fisikokimia Tanah Percobaan dan Sifat Kimia Kotoran Sapi

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Efektivitas Pupuk Organik Kotoran Sapi dan Ayam terhadap Hasil Jagung di Lahan Kering

PENEMPATAN PUPUK ANORGANIK YANG EFISIEN PADA TANAMAN JAGUNG DI LAHAN KERING. M. Akil Balai Penelitian Tanaman Serealia

Lampiran 1. Hasil Analisis Tanah

Nurjaya, Ibrahim Adamy, dan Sri Rochayati

Jati Purwani 1) dan Wiwik Hartatik 2) Balai Penelitian Tanah Jl Tentara Pelajar No. 12 Bogor ABSTRAK

PRODUKSI BEBERAPA VARIETAS KEDELAI PADA BUDIDAYA JENUH AIR DI LAHAN PASANG SURUT. Munif Ghulamahdi Maya Melati Danner Sagala

PERBAIKAN SIFAT KIMIA TANAH FLUVENTIC EUTRUDEPTS PADA PERTANAMAN SEDAP MALAM DENGAN PEMBERIAN PUPUK KANDANG AYAM DAN PUPUK NPK

RESPON TANAMAN KARET DI PEMBIBITAN TERHADAP PEMBERIAN PUPUK MIKRO MAJEMUK

RESPON TIGA VARIETAS KEDELAI TERHADAP APLIKASI PUPUK ORGANIK CAIR DI TANAH ULTISOL

PENGGUNAAN BAHAN ORGANIK UNTUK MENINGKATAN PRODUKSI JAGUNG (Zea Mays L.) DI LAHAN KERING KALIMANTAN SELATAN

PENGARUH PEMBERIAN ZEOLIT TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KEDELAI

METODE PENELITIAN. Sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Kulon Progo provinsi DIY. Sebelah selatan berbatasan dengan Samudera Indonesia

Pengaruh Pupuk N, P, K terhadap Pertumbuhan dan Hasil Jagung Hibrida dan Komposit pada Tanah Inseptisol Endoaquepts Kabupaten Barru Sulawesi Selatan

TAKARAN PUPUK P UNTUK TANAMAN JAGUNG PADA TANAH BERKESUBURAN KIMIA SEDANG

ADAPTASI VARIETAS UNGGUL BARU PADA LAHAN RAWA PASANG SURUT DI PROVINSI BENGKULU ABSTRAK

Kata kunci : Rhizobium, Uji VUB kedelai, lahan kering

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

UJI ADAPTASI BEBERAPA PADI HIBRIDA DI LAHAN SAWAH IRIGASI BARITO TIMUR, KALIMANTAN TENGAH

KEBUTUHAN PUPUK MOP PADA TANAH INCEPTISOL BOGOR ( * ) DENGAN STATUS HARA K-POTENSIAL DAN K-TERSEDIA RENDAH UNTUK TANAMAN JAGUNG

PEMUPUKAN PHONSKA PADA KEDELAI DI LAHAN SAWAH IRIGASI

Jurnal Online Agroekoteaknologi. ISSN No Vol.3, No.3 : , Juni 2015

PENGATURAN POPULASI TANAMAN JAGUNG UNTUK MENINGKATKAN PENDAPATAN PETANI PADA LAHAN SAWAH TADAH HUJAN DI SIDRAP

TEKNIK APLIKASI PUPUK MIKROBA PADA KACANG TANAH DI LAHAN KERING IKLIM KERING SEMIN, GUNUNGKIDUL YOGYAKARTA.

I. PENDAHULUAN. Kacang hijau (Phaseolus radiatus L.) merupakan salah satu tanaman pangan

PENGARUH PENGAPLIKASIAN ZEOLIT DAN PUPUK UREA PADA PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN JAGUNG MANIS (Zea mays L. saccharata Sturt.)

RESPON PEMUPUKAN N DAN P UNTUK TANAMAN JAGUNG PADA INCEPTISOLS

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

SELEKSI POTENSI HASIL BEBERAPA GALUR HARAPAN PADI GOGO DI DESA SIDOMULYO KABUPATEN KULON PROGO

Key words: upland rice local varieties, fertilization N, upland

PENGARUH PUPUK ORGANIK BERKADAR BESI TINGGI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI SAWAH

PEMUPUKAN RASIONAL NPK DAN PUPUK ORGANIK PADA PADI SAWAH ATAS DASAR STATUS HARA DALAM TANAH

Pertumbuhan dan Hasil Kacang Tanah pada Aplikasi Pupuk Hayati Berbasis Rhizobium dengan Berbagai Dosis Pupuk Nitrogen di Tanah Inceptisol Bogor

PENGARUH DOSIS BOKASHI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TIGA VARIETAS PADI. The Effect of Bokashi Dosages on Growth and Yield of Three Varieties of Rice

III. METODE PENELITIAN. Pembuatan biochar dilakukan di Kebun Percobaan Taman Bogo Lampung Timur.

TENTANG REKOMENDASI PEMUPUKAN N, P, DAN K PADA PADI SAWAH SPESIFIK LOKASI

ADAPTASI BERBAGAI VARIETAS TANAMAN KACANG HIJAU (Vigna radiata L.) TERHADAP PENGAPURAN DAN PEMBERIAN N, P DAN K DI LAHAN GAMBUT

VI. UBI KAYU. Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi 41

TEKNOLOGI BUDIDAYA UBI KAYU UNTUK MENCAPAI PRODUKSI OPTIMAL

(Shanti, 2009). Tanaman pangan penghasil karbohidrat yang tinggi dibandingkan. Kacang tanah (Arachis hypogaea) merupakan salah satu tanaman pangan

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1. Tinggi tanaman padi akibat penambahan jenis dan dosis amelioran.

PEMBERIAN KAPUR CaCO 3 DAN PUPUK KCl DALAM MENINGKATKAN PERTUMBUHAN SERTA SERAPAN K DAN Ca TANAMAN KEDELAI SKRIPSI OLEH:

Adaptasi Beberapa Varietas Unggul Kedelai yang Berdaya Hasil Tinggi dengan Pemberian Dolomit dan Urea di Lahan Pasang Surut

PENGARUH BAHAN ORGANIK DAN PUPUK NPK TERHADAP SERAPAN HARA DAN PRODUKSI JAGUNG DI INCEPTISOL TERNATE

EFISIENSI PENGGUNAAN PUPUK N PADA JAGUNG KOMPOSIT MENGGUNAKAN BAGAN WARNA DAUN. Suwardi dan Roy Efendi Balai Penelitian Tanaman Serealia

HASIL DAN PEMBAHASAN

KERAGAAN BEBERAPA GALUR HARAPAN PADI SAWAH UMUR SANGAT GENJAH DI NUSA TENGGARA TIMUR

PENGARUH PEMUPUKAN FOSFAT TERHADAP PRODUKTIVITAS TANAH INCEPTISOL DAN ULTISOL

TANGGAP BEBERAPA VARIETAS KEDELAI TERHADAP PEMUPUKAN DI LAHAN KERING [THE RESPONSES OF SEVERAL SOYBEAN VARIETIES ON FERTILIZATION ON DRYLAND]

PROSIDING SEMINAR HASIL PENELITIAN/PENGKAJIAN BPTP KARANGPLOSO

I. PENDAHULUAN. Ultisols merupakan salah satu jenis tanah di Indonesia yang mempunyai sebaran

BAB III METODE PENELITIAN Rancangan Penelitian,Perlakuan dan Analisis Data

I. Pendahuluan. II. Permasalahan

PENGARUH MIKROBA KONSORSIA Azotobacter sp. dan Pseudomonas sp. TERHADAP HASIL CAISIM PADA TANAH MASAM ULTISOL JASINGA

PENGARUH PUPUK ORGANIK TERHADAP SIFAT KIMIA TANAH DAN PRODUKSI TANAMAN PADI SAWAH ORGANIK

PERBAIKAN SIFAT KIMIA TANAH ULTISOL DAN PERTUMBUHAN CALOPOGONIUM DENGAN PENGAPURAN DAN PEMUPUKAN N, P DAN K

I. PENDAHULUAN. pertambahan jumlah penduduk dan peningkatan konsumsi per kapita akibat

UJI ADAPTASI BEBERAPA VARIETAS JAGUNG PADA LAHAN SAWAH TADAH HUJAN DI TAKALAR

HASIL DAN PEMBAHASAN

Potential Rhizobium and Urea Fertilizer to Soybean Production (Glycine max L.) on The Former Rice Field

PERANAN UREA TABLET DAN VARIETAS UNTUK MENINGKATKAN PRODUKSI PADI DI LAHAN RAWA LEBAK

PENGARUH PEMUPUKAN TERHADAP PERTUMBUHAN VEGETATIF DAN HASIL TANAMAN KEDELAI PADA LAHAN KERING NONMASAM

PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Pelaksanaan

Efisiensi Pemupkan Nitrogen pada Beberapa Varietas Jagung di Gowa Sulawesi Selatan

BAB III METODE PENELITIAN

Transkripsi:

VERIFIKASI REKOMENDASI PEMUPUKAN P DAN K PADA TANAMAN KEDELAI LAMPUNG TIMUR Wiwik Hartatik, D. Setyorini, dan H. Wibowo Balai Penelitian Tanah, Bogor E-mail: wiwik_hartatik@yahoo.com ABSTRAK Rekomendasi pemupukan P dan K spesifik lokasi pada kedelai berdasarkan sifat kimia tanah didasarkan pada percobaan terbatas kalibrasi uji tanah P dan K. Masih diperlukan verifikasi percobaan kalibrasi P dan K pada kedelai yang mewakili keragaman lebih luas sifat-sifat tanah dan varietas kedelai, agar dapat disusun rekomendasi pemupukan P dan K yang lebih baik. Penelitian bertujuan untuk verifikasi rekomendasi pemupukan P dan K untuk tanaman kedelai di lahan sawah dengan status hara P sedang dan K rendah. Lokasi penelitian terletak di Desa Taman Bogo, Kecamatan Purbolinggo, Lampung Timur dengan ketinggian 61 m dpl. Percobaan menggunakan rancangan petak terpisah dengan tiga ulangan. Sebagai petak utama adalah dua varietas kedelai yaitu Anjasmoro dan Gema. Anak petak adalah kombinasi tingkat pemupukan P atau K masing-masing empat tingkat (0%, 50%, 100%, dan 150% dari dosis rekomendasi). Dosis rekomendasi P sedang = 150 kg/ha SP36 dan K rendah = 100 kg/ha KCl. Dosis pupuk N adalah 50 kg/ha Urea. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemupukan P dan K meningkatkan hasil kedelai di lahan dengan status P sedang dan K rendah, pada varietas Anjasmoro dan Gema, berturut-turut pada dosis 100% dan 50% dari dosis rekomendasi. Varietas Anjasmoro memberikan bobot biji kering nyata lebih tinggi dari varietas Gema. Pemupukan 225 kg/ha SP36 dan 100 kg/ha KCl pada varietas Anjasmoro memberikan bobot biji kering tertinggi 1,97 t/ha. Terjadi peningkatan bobot biji kering sebesar 26% dibanding tanpa pemupukan P dan K. Pemupukan 150 kg/ha SP36 dan 150 kg/ha KCl serta pemupukan 225 kg/ha SP36 dan 150 kg/ha KCl pada varietas Gema memberikan bobot biji kering tertinggi 1,76 t/ha. Terjadi peningkatan bobot biji kering sebesar 41% dibanding tanpa pemupukan P dan K. Serapan N dan P varietas Anjasmoro sedikit lebih tinggi dari varietas Gema. Dosis pemupukan P dan K mempengaruhi hasil yang dicapai. Kata kunci: verifikasi pemupukan P dan K, sifat kimia tanah, kedelai ABSTRACT Verfication of P and K Recommendations Fertilizer on East Lampung Soybean. Recommendations of P and K fertilizer as specific location on soybean based soil chemical properties, based on limited experimental calibration of soil test on P and K. That are still required verification of the calibration experiment P and K in soybean representing a wider diversity of soil properties and soybean varieties, that can be arranged better recomendation on P and K fertilization. The study aims to verify the P and K fertilizer recommendations for soybean crops in the paddy field with the status of medium P and K is low. Location of the study lies in Taman Bogo, District Probolinggo, East Lampung with a height of 61 m above sea level. Experiments using a split plot design with three replications. The main plots were two soybean varieties namely Anjasmoro and Gema. The subplots are a combination of P and K fertilization dose of each of the four levels (0%, 50%, 100%, and 150% of the dose recommendation). Dosage recommendations are 150 kg/ha SP36 for medium status of P and 100 kg/ha KCl for low status of K. N fertilizer dose is 50 kg/ha of Urea. The results showed that P and K fertilization increase soybean yields in fields with status of medium P and K is low, the varieties 374 Hartatik et al.: Verifikasi Rekomendasi Pemupukan P dan K pada Tanaman Kedelai Lampung Timur

Anjasmoro and Gema, respectively at 100% and 50% of the dose recommendation. Varieties Anjasmoro provide dry seed weight was significantly higher than varieties Gema. Combination of 225 kg/ha SP36 and 100 kg/ha KCl fertilizer on the varieties Anjasmoro give the highest weight of dry seed, are 1.97 t/ha. An increase in the dry seed weight by 26% compared with no application of P and K fertilizer. Combination on 150 kg/ha SP36 and 150 kg/ha KCl fertilizer and combination on 225 kg/ha SP36 and 150 kg/ha KCl fertilizer in varieties Gema provide the highest dry seed weight 1.76 t/ha. An increase in the dry seed weight by 41% compared with no application of P and K fertilizer. Nutrient uptake of N and P on varieties Anjasmoro slightly higher than varieties Gema. P and K fertilization doses affect by soybean yields are achieved. Keywords: verification of P and K fertilization, soil chemical properties, soybean PENDAHULUAN Kedelai merupakan salah satu komoditas strategis untuk memenuhi kebutuhan pangan dan industri. Kebutuhan kedelai di Indonesia terus meningkat, sementara produksi nasional dalam 10 tahun terakhir cenderung menurun. Luas panen kedelai pada tahun 2008 adalah 590.956 ha dengan produksi sebesar 775.710 ton dan mengalami sedikit peningkatan pada tahun 2010 menjadi 592.034 ha dengan produksi 819.446 ton, rata-rata produktivitas 1,31 t/ha pada 2008 dan 1,38 t/ha pada 2010 (BPS, 2011). Konsumsi kedelai mencapai 2,7 juta ton per tahun, sedangkan produksi nasional tidak lebih dari 600 ribu ton per tahun. Ketimpangan antara produksi dan konsumsi kedelai menyebabkan pemerintah mengimpor kedelai setiap tahun. Pada tahun 2011, impor kedelai 2,08 juta ton setara dengan US$ 1,24 milyar. Rendahnya produksi nasional berkaitan dengan rendahnya produktivitas dan luas area panen kedelai. Hasil penelitian menunjukkan bahwa melalui pengelolaan hara terpadu pada lahan suboptimal, produksi kedelai di tingkat petani bisa mencapai 1,7 2,0 t/ha (Hartatik et al. 2011). Peluang peningkatan produksi kedelai cukup besar di lahan sawah dan lahan kering. Salah satu upaya meningkatkan produksi kedelai adalah mengoptimalkan lahan sawah untuk penanaman kedelai dalam pola tanam padi-padi-kedelai atau padi-kedelai. Menurut Mulyani et al. (2009), potensi lahan sawah yang bisa dimanfaatkan untuk pengembangan kedelai adalah 4,4 juta ha yang tersebar di Jawa, Sumatera dan Sulawesi. Teknologi budidaya kedelai di lahan sawah, diantaranya varietas unggul yang sesuai serta pengelolaan tanah dan tanaman. Perkembangan harga kedelai yang baik pada tahun 2011 merangsang petani untuk menanam kedelai, salah satunya di lahan sawah. Lahan sawah masam merupakan salah satu lahan suboptimal yang dapat diusahakan untuk tanaman kedelai. Lahan tersebut umumnya bereaksi masam, kadar Al dapat ditukar dan fiksasi P tinggi, kandungan bahan organik, basa-basa dapat ditukar, kapasitas tukar kation dan kejenuhan basa dan aktivitas biologi rendah (Hidayat dan Mulyani 2005, Hartatik dan Septiyana 2012). Faktor pembatas sifat fisik tanah yaitu BD tanah yang tinggi, kapasitas menahan air yang rendah, dan mudah memadat (Erfandi et al. 2003). Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan produktivitas kedelai adalah pemupukan yang rasional dan berimbang, sesuai dengan status hara tanah dan kebutuhan tanaman. Pendekatan ini dapat dilaksanakan dengan baik dan menguntungkan apabila rekomendasi pemupukan dilandasi oleh hasil penelitian uji tanah. Selain itu, rekomendasi pemupukan P dan K kedelai disusun berdasarkan kurva respons pemupukan umum untuk masing-masing kelas uji tanah menggunakan regresi kuadratik dengan parameter tetap (Sutriadi dan Nursyamsi 2003; Nursyamsi 2006). Pemodelan pemupukan juga Prosiding Seminar Hasil Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi 2014 375

akan lebih baik jika menghubungkan respons hasil tanaman dengan sifat-sifat tanah sebelum pemupukan (Makowski et al. 2001; Kastens et al. 2003; Makowski dan Lavielle 2006). Rekomendasi pemupukan P dan K spesifik lokasi pada tanaman kedelai menurut uji tanah didasarkan pada percobaan terbatas kalibrasi uji tanah P dan K. Masih diperlukan verifikasi percobaan kalibrasi P dan K pada kedelai yang mewakili keragaman lebih luas sifat-sifat tanah dan varitas kedelai, agar dapat tersusun rekomendasi pemupukan P dan K yang lebih baik. Tujuan penelitian adalah untuk verifikasi rekomendasi pemupukan P dan K bagi tanaman kedelai di lahan sawah dengan status hara P dan K rendah sampai sedang. BAHAN DAN METODE Lokasi penelitian terletak di Desa Taman Bogo, Kecamatan Purbolinggo, Lampung Timur dengan ketinggian 61 m dpl. Ukuran petak 4 m x 5 m. Tanaman indikator adalah kedelai varietas Anjasmoro dan Gema, dengan jarak tanam 15 cm x 40 cm. Percobaan menggunakan rancangan petak terpisah dengan tiga ulangan. Sebagai petak utama adalah dua varietas kedelai yaitu Anjasmoro (V1) dan Gema (V2). Anak petak adalah kombinasi tingkat pemupukan P atau K masing-masing 0%, 50%, 100%, dan 150% dari dosis rekomendasi. Dosis rekomendasi (100%) pupuk P dan K didasarkan atas hasil analisis P dan K tanah di laboratorium. Dosis P rendah = 200 kg SP36/ha, P sedang = 150 kg SP36/ha, dan P tinggi = 100 kg SP36/ha, dosis K rendah = 100 kg KCl/ha, K sedang dan tinggi = 75 kg KCl/ha. Pengolahan tanah dilakukan dua kali, pengolahan tanah pertama dengan cara dibajak 1-2 kali menggunakan traktor, dan pengolahan tanah kedua tanah diratakan. Penanaman benih kedelai dua butir per lubang dengan cara ditugal. Teknik budidaya dan pemeliharaan tanaman mengacu pada prinsip Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) kedelai dan pengendalian hama dan penyakit mengikuti petunjuk pengendalian hama penyakit terpadu (PHT). Sebagai pupuk dasar Urea 50 kg/ha. Cara aplikasi pupuk N, P, dan K dalam bentuk Urea, SP36, dan KCl dengan dosis sesuai perlakuan, diberikan dengan cara dilarik di samping tanaman. Pupuk Urea dan KCl diberikan dua kali, yaitu saat tanam dan umur 30 hari setelah tanam. Inokulasi Rhizobium (Biobus) sebagai perlakuan dasar dengan dosis 250 g/ha diaplikasikan dengan cara dicampur benih kedelai yang telah dibasahi secara merata. Parameter yang diamati yaitu sifat kimia tanah awal sebelum tanam dan saat tanaman kedelai berumur 45 hari, kandungan C-organik (metode Walkley and Black), N-total (metode Kjeldahl), P dan K potensial (ekstrak HCl 25%), P tersedia (ekstrak Bray I), kation tukar (ekstrak NH 4 Ac ph 7), kejenuhan basa dan kapasitas tukar kation (ekstrak NH 4 Ac ph 7). Analisis tanaman pada umur 45 hari dilakukan untuk mengetahui kadar N, P, dan K. Pengamatan agronomi meliputi pertumbuhan tanaman, bobot brangkasan, dan hasil biji kedelai. Untuk mengetahui pengaruh perlakuan, dilakukan analisis ragam (ANOVA) bagi setiap parameter yang diamati dan pengujian beda antarperlakuan dengan metode Duncan pada taraf 5%. 376 Hartatik et al.: Verifikasi Rekomendasi Pemupukan P dan K pada Tanaman Kedelai Lampung Timur

HASIL DAN PEMBAHASAN Sifat Kimia Tanah Awal Penelitian Sifat kimia tanah awal menunjukkan bahwa tanah bertekstur liat, bereaksi masam. Kandungan C-organik, N-total dan rasio C/N tergolong rendah. Kadar P potensial dan P tersedia tergolong sedang. Kadar K potensial dan K dapat ditukar tergolong rendah. Kadar kation tukar (Ca, Mg, Na dan Al) tergolong sangat rendah sampai rendah. Demikian juga kejenuhan basa dan kapasitas tukar kation tergolong rendah. Berdasarkan uraian di atas maka tanah penelitian mempunyai kesuburan yang rendah yang ditunjukkan oleh kandungan C-organik, kation tukar, kejenuhan basa dan kapasitas tukar kation yang rendah (Tabel 1). Untuk meningkatkan kesuburan tanah diperlukan aplikasi bahan organik dan Dolomit dan pemupukan P dan K dengan dosis yang tepat, sesuai dengan status hara tanah dan kebutuhan tanaman. Tabel 1. Hasil analisis sifat kimia tanah awal pada penelitian verifikasi rekomendasi pemupukan P dan K pada tanaman kedelai di Taman Bogo, Purbolinggo, Lampung Timur, 2013. Sifat kimia tanah Nilai Kriteria Tekstur Pasir 41 Debu 17 Liat Liat 42 ph H 2 O 4,36 Masam KCl 4,02 Bahan organik C-organik (%) 1,08 Rendah N-total (%) 0,11 Rendah C/N 10 Rendah P 2 O 5 HCl 25 % (mg/100 g) 34 Sedang K 2 O HCl 25 % (mg/100 g) 4 Sangat Rendah P 2 O 5 Bray-1 (ppm) 8,19 Sedang Nilai Tukar Kation K-dd (cmol + /kg) 0,11 Rendah Ca-dd (cmol + /kg) 1,71 Sangat Rendah Mg-dd (cmol + /kg) 0,85 Rendah Na-dd (cmol + /kg) 0,06 Rendah KTK (Kapasitas Tukar Kation) (cmol + /kg) 13 Rendah KB (Kejenuhan Basa) (%) 19 Rendah Al-KCl 1 M (cmol + /kg) 0,28 Rendah H-KCl 1 M (cmol + /kg) 0,22 Kejenuhan Aluminium (%) 9,30 Sumber: Pusat Penelitian Tanah, 1993 Prosiding Seminar Hasil Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi 2014 377

Sifat Kimia Tanah Umur Tanaman 45 Hari Sifat kimia tanah saat tanaman berumur 45 hari disajikan pada Tabel 2. Kadar C- organik semua perlakuan masih tergolong rendah, berkisar 0,95 1,16%. Perlakuan P0K3 memberikan kadar C-organik tertinggi 1,16% dan kadar C-organik terendah pada perlakuan P2K1. Kadar N-total tidak menunjukkan perbedaan yang nyata antarperlakuan, berkisar antara 0,08 0,10%. P tersedia ekstrak Bray I berkisar antara 16,72 52,36 ppm. Kadar P tersedia semua perlakuan tergolong tinggi. Kadar P tersedia tertinggi dicapai oleh perlakuan P3K2 yang tidak berbeda nyata dengan perlakuan P2K2, P3K3, P3K1, dan P0K1. Umumnya dosis P 100 150% memberikan ketersediaan P yang tinggi yang berpengaruh terhadap pertumbuhan dan hasil kedelai. P-potensial berkisar antara 24,67 40,00 mg/100 g, tergolong sedang. P-potensial tertinggi dicapai oleh perlakuan P3K1. K-potensial berkisar 0,64 5,82 mg/100 g, tergolong sangat rendah, demikian juga K-dd berkisar antara 0,07 0,18 cmol/kg. Peningkatan dosis K tidak nyata meningkatkan K-dd. Kadar Cadd berkisar antara 1,53 1,97 cmol/kg, tergolong sangat rendah. Pemberian Dolomit belum mampu meningkatkan status Ca-dd tanah. Kapasitas tukar kation berkisar antara 4,01 5,35 cmol/kg, tergolong sangat rendah sampai rendah. Kejenuhan basa tidak menunjukkan perbedaan yang nyata antarperlakuan. Kejenuhan basa berkisar antara 31,50 42,83%, tergolong rendah sampai sedang. Berdasarkan uraian di atas maka pemberian P dengan dosis P 100 150% meningkatkan ketersediaan P yang berpengaruh terhadap pertumbuhan dan hasil kedelai. Tetapi peningkatan dosis K tidak nyata meningkatkan K-dd. Tabel 2. Sifat kimia tanah saat primordia pada penelitian verifikasi rekomendasi pemupukan P dan K pada tanaman kedelai di Taman Bogo, Purbolinggo, Lampung Timur, 2013. Perlakuan C-organik (%) N-total (%) P-Bray I (ppm) P-potensial (mg/100g) K-potensial (mg/100g) K-dd (cmol/kg) Ca-dd (cmol/kg) KTK (cmol/kg) P0K0 0,97 ab *) 0,09 a 27,47 bc 25,83 cd 0,64 d 0,07 d 1,58 cd 4,84 ab 34,17 ab P0K1 1,06 ab 0,09 a 35,33 abc 26,33 cd 2,16 a-d 0,11 a-d 1,60 cd 4,94 ab 33,83 ab P0K2 0,97 ab 0,08 a 23,01 bc 24,67 d 2,59 a-d 0,12 a-d 1,53 d 4,43 ab 35,50 ab P0K3 1,16 a 0,10 a 20,16 bc 29,67 bcd 4,38 a-d 0,17 ab 1,61 cd 5,35 a 31,50 b P1K0 0,95 b 0,09 a 16,72 c 26,33 cd 1,91 bcd 0,10 bcd 1,72 a-d 4,82 ab 38,83 a P1K1 1,06 ab 0,08 a 23,77 bc 30,00 bcd 1,90 bcd 0,10 bcd 1,61 cd 4,81 ab 35,50 ab P1K2 0,99 ab 0,09 a 28,55 bc 28,50 bcd 5,62 ab 0,18 a 1,93 ab 4,64 ab 42,83 a P1K3 1,07 ab 0,08 a 25,81 bc 29,50 bcd 5,82 a 0,17 ab 1,81 abc 4,92 ab 38,67 a P2K0 1,07 ab 0,09 a 27,24 bc 33,00 a-d 2,78 a-d 0,11 a-d 1,97 a 5,19 a 38,83 a P2K1 0,94 b 0,08 a 23,15 bc 33,83 a-d 1,74 cd 0,09 cd 1,92 ab 4,74 ab 42,33 a P2K2 1,02 ab 0,10 a 50,84 a 34,17 abc 2,47 a-d 0,12 a-d 1,69 bcd 4,01 b 39,00 a P2K3 0,95 b 0,09 a 40, 52 ab 31,50 a-d 2,60 a-d 0,12 a-d 1,80 abc 4,52 ab 41,67 a P3K0 0,99 ab 0,08 a 27,19 bc 34,33 abc 1,05 d 0,07 d 1,82 abc 4,80 ab 40,50 a P3K1 1,07 ab 0,09 a 42,52 ab 40,00 a 2,46 a-d 0,10 bcd 1,94 ab 5,25 a 38,50 a P3K2 1,06 ab 0,08 a 52,36 a 37,33 ab 1,99 bcd 0,10 cd 1,81 abc 5,07 ab 37,33 a P3K3 1,03 ab 0,08 a 41,64 ab 34,00 a-d 4,83 abc 0,16 abc 1,77 a-d 4,27 ab 42,50 a Keterangan: *) Angka dalam kolom yang sama, diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5% uji DMRT. KB (%) Hubungan Dosis Pupuk P dengan Kadar P-tersedia dan P-potensial Hubungan dosis pupuk SP36 dengan kadar P-tersedia dan P-potensial disajikan dalam Gambar 1. Kadar P tersedia maksimum untuk varietas Anjasmoro dicapai pada dosis 378 Hartatik et al.: Verifikasi Rekomendasi Pemupukan P dan K pada Tanaman Kedelai Lampung Timur

Peningkatan dosis pupuk P (50% sampai 150% dari dosis rekomendasi) tidak menunjukkan perbedaan yang nyata terhadap tinggi tanaman, walaupun perlakuan P2 memberikan tinggi tanaman 51,75 cm, sedikit lebih tinggi daripada P1 dan P3. Demikian juga dengan peningkatan dosis pupuk K (50% sampai 150% dari dosis rekomendasi), tidak menunjukkan perbedaan yang nyata terhadap tinggi tanaman. Perlakuan K3 memberikan tinggi tanaman 52,34 cm, lebih tinggi dari K1 dan K2. Kadar kalium dapat ditukar pada tanah awal tergolong sangat rendah sehingga tanaman kedelai memberikan respons positif terhadap pemupukan K. Tabel 3. Pengaruh pupuk P dan K terhadap tinggi tanaman umur 30 HST pada penelitian verifikasi rekomendasi pemupukan P dan K pada tanaman kedelai di Taman Bogo, Purbolinggo, Lampung Timur, 2013. No. Perlakuan Tinggi tanaman (cm) Petak utama 1. V1 (varietas Anjasmoro) 52,77 2. V2 (varietas Gema) 47,81 Anak petak 1. P0K0 44,10 e*) 2. P0K1 50,87 a-d 3. P0K2 47,70 b-e 4. P0K3 50,58 a-d 5. P1K0 45,37 de 6. P1K1 51,17 abc 7. P1K2 51,98 abc 8. P1K3 52,45 abc 9. P2K0 49,08 a-e 10. P2K1 50,42 a-d 11. P2K2 53,95 a 12. P2K3 53,55 ab 13. P3K0 47,30 cde 14. P3K1 52,03 abc 15. P3K2 51,35 abc 16. P3K3 52,78 abc Keterangan: *) Angka dalam kolom yang sama, diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5% uji DMRT. Data tinggi tanaman kedelai umur 60 hari setelah tanam (HST) pada verifikasi rekomendasi pemupukan kedelai di Lampung Timur disajikan pada Tabel 4. Varietas dan pemupukan tidak menunjukkan interaksi yang nyata. Varietas Anjasmoro (V1) nyata lebih tinggi dari varietas Gema (V2). Anjasmoro merupakan varietas unggul yang mempunyai keragaan tanaman lebih tinggi dan umur panen 82-92 hari. Sedangkan Gema merupakan varietas unggul kedelai dengan tinggi tanaman yang lebih rendah dan umur panen lebih pendek, yaitu 76 hari. Pada petak utama V1, perlakuan P2K2 memberikan tanaman tertinggi 94,27 cm, berbeda nyata dengan perlakuan P0K0, P1K0, dan P3K0. Hal ini menunjukkan bahwa tanpa pemupukan P atau K pertumbuhan tanaman terhambat. Perlakuan P3K0 memberikan tanaman paling rendah 73,07 cm. Pada petak utama V2 perlakuan P1K3 memberikan tanaman tertinggi 84,33 cm, yang berbeda nyata dengan perlakuan P0K0 dan P0K2. Tanaman terendah 71,62 cm terdapat pada perlakuan P0K0. Prosiding Seminar Hasil Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi 2014 381

Peningkatan dosis pupuk P (50% sampai 150% dari dosis rekomendasi) tidak menunjukkan perbedaan yang nyata terhadap tinggi tanaman kedelai, walaupun varietas Anjasmoro pada perlakuan P2 memberikan tinggi tanaman 89,46 cm, sedikit lebih tinggi daripada perlakuan P1 dan P3. Pada varietas Gema perlakuan P3 memberikan tinggi tanaman 80,52 cm sedikit lebih tinggi dari perlakuan P1 dan P2. Demikian juga peningkatan dosis pupuk K (50% sampai 150% dari dosis rekomendasi) pada perlakuan V1 dan V2 tidak menunjukkan perbedaan yang nyata terhadap tinggi tanaman. Baik pada V1 dan V2, perlakuan K3 memberikan tinggi tanaman tertinggi berturut-turut 93,14 cm untuk V1 dan 81,45 cm untuk V2. Tanaman kedelai memberikan respons positif terhadap pemupukan K, karena kadar kalium dapat ditukar pada tanah awal tergolong sangat rendah. Tabel 4. Pengaruh pemupukan P dan K terhadap tinggi tanaman umur 60 HST pada penelitian verifikasi rekomendasi pemupukan P dan K pada tanaman kedelai di Desa Taman Bogo, Kecamatan Purbolinggo, Lampung Timur, 2013. No. Perlakuan Anak Petak Petak Utama V1 (Anjasmoro) V2 (Gema) 1. P0K0 77,93bc 65,30 c*) 2. P0K1 90,10ab 77,07abc 3. P0K2 88,83 ab 69,73bc 4. P0K3 93,57 a 77,70abc 5. P1K0 77,93bc 74,23abc 6. P1K1 90,00 ab 78,33abc 7. P1K2 92,80 a 80,47 ab 8. P1K3 91,67 a 84,33 a 9. P2K0 83,33abc 76,97abc 10. P2K1 86,33abc 76,73abc 11. P2K2 94,27 a 82,70ab 12. P2K3 93,90 a 81,37 ab 13. P3K0 73,07c 80,23 ab 14. P3K1 89,00ab 79,80ab 15. P3K2 90,13 ab 79,63ab 16. P3K3 93,43 a 82,40 ab Rata-rata 87,89A 77,94B Keterangan: *) Angka dalam kolom yang sama, diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5% uji. Bobot Brangkasan dan Biji Kering Kedelai Data bobot brangkasan kedelai disajikan pada Tabel 5. Tidak terdapat interaksi yang nyata antara varietas dan pemupukan. Varietas Anjasmoro (V1) memberikan bobot brangkasan sedikit lebih tinggi dan tidak berbeda nyata dengan varietas Gema (V2). Bobot brangkasan tertinggi 2,89 t/ha dicapai oleh perlakuan P2K2 dan berbeda nyata dengan perlakuan P0K0, P0K2, P1K0, P1K1, P2K0, P2K1, dan P3K0. Bobot brangkasan terendah 1,82 t/ha terdapat pada perlakuan P0K0. Peningkatan dosis pupuk P (50% sampai 150% dari dosis rekomendasi) tidak menunjukkan perbedaan yang nyata terhadap bobot brangkasan, walaupun perlakuan P2 memberikan bobot brangkasan 2,48t/ha, sedikit lebih tinggi daripada perlakuan P1 dan P3. Demikian juga peningkatan dosis pupuk K (50% sampai 150% dari dosis rekomendasi), tidak menunjukkan perbedaan yang nyata terhadap bobot brangkasan kedelai. Perlakuan 382 Hartatik et al.: Verifikasi Rekomendasi Pemupukan P dan K pada Tanaman Kedelai Lampung Timur

K3 memberikan bobot brangkasan 2,68 t/ha, lebih tinggi dari K1 dan K2. Kadar kalium dapat ditukar pada tanah awal tergolong sangat rendah, sehingga tanaman kedelai memberikan respons positif terhadap pemupukan K. Tabel 5. Pengaruh pupuk P dan K terhadap bobot brangkasan pada penelitian verifikasi rekomendasi pemupukan P dan K pada tanaman kedelai. Taman Bogo, Purbolinggo, Lampung Timur, 2013. No. Perlakuan Bobot brangkasan (t/ha) Petak utama 1. V1 (varietas Anjasmoro) 2,39 2. V2 (varietas Gema) 2,41 Anak petak 1. P0K0 1,82f*) 2. P0K1 2,44 a-e 3. P0K2 2,20c-f 4. P0K3 2,49a-e 5. P1K0 2,04ef 6. P1K1 2,20 c-f 7. P1K2 2,70 abc 8. P1K3 2,78 ab 9. P2K0 2,27b-f 10. P2K1 2,11def 11. P2K2 2,89 a 12. P2K3 2,63 a-d 13. P3K0 2,05ef 14. P3K1 2,59 a-e 15. P3K2 2,39 a-e 16. P3K3 2,81 ab Keterangan: *) Angka dalam kolom yang sama, diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5% uji DMRT Data bobot biji kering kedelai disajikan pada Tabel 6. Varietas dan pemupukan menunjukkan interaksi yang nyata. Varietas Anjasmoro (V1) memberikan tinggi tanaman nyata lebih tinggi dari varietas Gema (V2). Pada petak utama V1, perlakuan P3K2 memberikan bobot biji kering tertinggi 1,97 t/ha, berbeda nyata dengan perlakuan P0K0, P1K0, P2K0, dan P3K0. Terjadi peningkatan bobot biji kering kedelai sebesar 26% dibanding P0K0. Hal ini menunjukkan bahwa tanpa K, bobot biji kering kedelai rendah. Perlakuan P3K0 memberikan bobot biji kering paling rendah 1,33 t/ha. Pada petak utama V2, perlakuan P2K3 dan P3K3 memberikan bobot biji kering tertinggi 1,76 t/ha, berbeda nyata dengan perlakuan P0K0 dan P0K2. Terjadi peningkatan bobot biji kering kedelai sebesar 41% dibanding P0K0. Bobot biji kering kedelai terendah 1,04 t/ha terdapat pada perlakuan P0K0. Peningkatan dosis pupuk P (50% sampai 150% dari dosis rekomendasi) tidak menunjukkan perbedaan yang nyata terhadap bobot biji kering kedelai, walaupun pada V1 perlakuan P2 memberikan bobot biji kering kedelai 1,77 t/ha, sedikit lebih tinggi daripada perlakuan P1 dan P3. Pada petak utama V2, perlakuan P3 memberikan bobot biji kering 1,68 t/ha, sedikit lebih tinggi dari perlakuan P1 dan P2. Demikian juga peningkatan dosis pupuk K (50% sampai 150% dari dosis rekomendasi), pada petak utama V1 dan V2 tidak menunjukkan perbedaan yang nyata terhadap bobot biji kering kedelai. Pada petak utama V1, perlakuan K2 memberikan bobot biji kering tertinggi 1,87 Prosiding Seminar Hasil Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi 2014 383

t/ha, sedangkan pada petak utama V2, perlakuan K3 memberikan bobot biji kering 1,66 t/ha. Tabel 6. Pengaruh pupuk P dan K terhadap bobot biji pada penelitian verifikasi rekomendasi pemupukan P dan K pada tanaman kedelai. Taman Bogo, Purbolinggo, Lampung Timur, 2013. No. Perlakuan Anak Petak Petak Utama V1 (Anjasmoro) V2 (Gema) 1. P0K0 1,45 cd 1,04 c*) 2. P0K1 1,81ab 1,49ab 3. P0K2 1,89 a 1,32bc 4. P0K3 1,75abc 1,52ab 5. P1K0 1,39 d 1,40ab 6. P1K1 1,83 a 1,55ab 7. P1K2 1,75abc 1,74 a 8. P1K3 1,83 a 1,61ab 9. P2K0 1,47bcd 1,50ab 10. P2K1 1,78abc 1,53ab 11. P2K2 1,86 a 1,61ab 12. P2K3 1,95 a 1,76 a 13. P3K0 1,33 d 1.71 a 14. P3K1 1,78abc 1,65ab 15. P3K2 1,97 a 1,61ab 16. P3K3 1,89 a 1,76 a Rata-rata 1,73A 1,55B Keterangan: *) Angka dalam kolom yang sama, diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5% uji DMRT. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa varietas Anjasmoro memberikan bobot biji kering lebih tinggi dari Gema. Hal ini karena Anjasmoro merupakan varietas unggul dengan potensi hasil 3,7 t/ha dengan umur panen 82-92 hari dan berbiji besar (16 g/100 biji). Varietas Gema mempunyai biji lebih kecil dan umur lebih pendek. Hara P dan K dengan dosis 100 dan 150% meningkatkan hasil kedelai. Dosis pemupukan P dan K dipengaruhi oleh tingkat hasil varietas kedelai. Hubungan antara dosis pupuk P dan K dengan bobot biji kering kedelai disajikan pada Gambar 3 dan 4. Hubungan antara dosis pupuk SP36 dengan bobot biji kering kedelai ditunjukkan oleh persamaan regresi kuadratik pada perlakuan V1 sebagai berikut: y =-7E- 06x 2 + 0,0029x + 1,3563 (R² = 0,9448) dan V2 adalah y = 1E-07x 2 + 0,0001x + 1,7162 (R² = 0,312). Hubungan antara dosis pupuk KCl dengan bobot biji kering kedelai ditunjukkan oleh persamaan regresi kuadratik pada perlakuan V1 sebagai berikut: y =-4E- 05x 2 + 0,0088x + 1,422 (R² = 0,98) dan V2 adalah y =-6E-06x 2 + 0,0024x + 1,421 (R² = 0,9248). Pada varietas Anjasmoro, peningkatan dosis pupuk KCl meningkatkan bobot biji kering. Dosis maksimum pupuk KCl dicapai pada dosis 110 kg/ha. 384 Hartatik et al.: Verifikasi Rekomendasi Pemupukan P dan K pada Tanaman Kedelai Lampung Timur

Tabel 7. Pengaruh pemupukan P dan K terhadap serapan hara N, P, dan K tanaman saat primordia pada penelitian verifikasi rekomendasi pemupukan P dan K pada tanaman kedelai di Desa Taman Bogo, Kecamatan Purbolinggo, Lampung Timur, 2013. No. Anak petak V1 (Anjasmoro) Petak utama V2 (Gema) N P K N P K... kg/ha... 1. P0K0 4,40 0,53 1,02 2,93 0,37 1,02 2. P0K1 5,55 0,56 2,68 4,70 0,55 2,49 3. P0K2 5,97 0,62 2,41 3,57 0,41 2,35 4. P0K3 6,36 0,64 3,57 4,51 0,54 3,30 5. P1K0 4,99 0,51 1,66 4,12 0,55 2,38 6. P1K1 4,90 0,55 2,00 4,79 0,61 1,73 7. P1K2 5,21 0,55 3,06 5,99 0,73 3,67 8. P1K3 5,96 0,67 3,01 5,36 0,73 3,41 9. P2K0 4,26 0,50 1,52 5,21 0,73 2,57 10. P2K1 5,40 0,57 2,08 4,01 0,50 1,86 11. P2K3 6,62 0,80 3,67 4,78 0,70 3,42 12. P2K3 6,81 0,81 3,51 4,27 0,57 3,20 13. P3K0 3,79 0,43 0,84 4,45 0,61 2,53 14. P3K1 6,29 0,70 2,39 4,95 0,64 3,02 15. P3K2 5,76 0,68 2,95 4,64 0,63 3,18 16. P3K3 6,08 0,68 3,72 5,45 0,77 3,78 Rata-rata 5,52 0,61 2,51 4,61 0,60 2,74 KESIMPULAN 1. Pemupukan P dan K meningkatkan hasil kedelai di lahan dengan status P sedang dan K rendah, pada varietas Anjasmoro dan Gema, berturut-turut pada dosis 100% dan 50% dari dosis rekomendasi. Pemupukan P dengan dosis 100 150% meningkatkan ketersediaan P, tetapi peningkatan dosis K tidak nyata meningkatkan K-dapat ditukar. 2. Varietas Anjasmoro memberikan bobot biji kering kedelai nyata lebih tinggi dari Gema. Pemupukan SP36 225 kg/ha dan KCl 100 kg/ha pada varietas Anjasmoro memberikan bobot biji kering tertinggi 1,97 t/ha. Terjadi peningkatan bobot biji kering kedelai 26% dibanding tanpa pemupukan P dan K. Pemupukan SP36 150 kg/ha dan KCl 150 kg/ha serta pemupukan SP36 225 kg/ha dan KCl 150 kg/ha pada varietas Gema memberikan bobot biji kering tertinggi 1,76 t/ha. Terjadi peningkatan bobot biji kering kedelai sebesar 41% dibanding tanpa pemupukan P dan K. 3. Serapan N dan P varietas Anjasmoro sedikit lebih tinggi dari Gema. Pada varietas Anjasmoro, serapan N dan P tertinggi dicapai oleh pemupukan SP36 150 kg/ha dan KCl 150 kg/ha, sedangkan serapan K pada pemupukan SP36 225 kg/ha dan KCl 150 kg/ha. Pada varietas Gema, tanpa pemupukan P dan K memberikan serapan N, P dan K terendah. Serapan N tertinggi dicapai oleh pemupukan SP36 75 kg/ha dan KCl 100 kg/ha. Serapan P dan K tertinggi dicapai oleh pemupukan SP36 225 kg/ha dan KCl 150 kg/ha. 386 Hartatik et al.: Verifikasi Rekomendasi Pemupukan P dan K pada Tanaman Kedelai Lampung Timur

DAFTAR PUSTAKA Biro Pusat Statistik. 2008. Biro Pusat Statistik. Jakarta. Biro Pusat Statistik. 2011. Biro Pusat Statistik. Jakarta Erfandi, D., U. Kurniadan I. Juarsah. 2003. Pemanfaatan Bahan Organik dalam Perbaikan Sifat Fisik dan Kimia Tanah Ultisols. Prosiding Simposium Nasional Pendayagunaan Tanah Masam. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian. Hartatik, W dan Septiyana. 2012. Ameliorasi dan Pemupukan untuk Peningkatan Produktivitas Kedelai di Lahan Suboptimal. Prosiding Seminar Nasional Teknologi Pemupukan dan Pemulihan Lahan Terdegradasi. Bogor 29 30 Juni 2012. Badan Litbang Pertanian. Hartatik, W, IG. P. Wigena, I. Juarsah dan U. Haryati. 2011. Penelitian dan Pengembangan Teknologi Pengelolaan Lahan Suboptimal Untuk Meningkatkan Produktivitas Kedelai >20% Mendukung Swasembada Kedelai. Laporan Akhir, Balai Penelitian Tanah. Hidayat, A dan Anny Mulyani.2005. Lahan Kering Untuk Pertanian dalam buku Teknologi Pengelolaan Lahan Kering. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian. Kastens, T. L., J. P. Schmidt, and K. C. Dhuyvetter. 2003. Yield Models Implied by Traditional Fertilizer Recommendations and a Framework for Including Nontraditional Information. Soil Sci. Soc. Am. J. 67: 351 364. Makowski D., Wallach D., Meynard J.-M. 2001. Statistical methods for predicting the responses to applied N and for calculating optimal N rates, Agron. J. 93: 531 539. Makowski, D., and M. Lavielle. 2006. Using SAEM to estimate parameters of response to applied fertilizer. Journal of Agricultural, Biological, and Environmental Statistics. 11:45 60. Mulyani, A., Sukarman, A. Hidayat. 2009. Prospek perluasan areal tanam kedelai di Indonesia. Hlm. 27 38 dalam Jurnal Sumberdaya Lahan Vol.3 No. 1.Balai Besar Penelitian Dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian. Bogor. Nursyamsi, D. 2006. Kebutuhan Hara KaliumTanaman Kedelai di Tanah Ultisols. Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan 6(2): 71 81. Pusat Penelitian Tanah. 1993. Penilaian Angka-angka Hasil Analisa Tanah. Bogor. Sutriadi, M.T., dan D. Nursyamsi. 2003. Rekomendasi Pemupukan P untuk Kedelai di Ultisols Sumatera Utara dan Inceptisols Jawa Barat. Prosiding Semnas Inovasi Teknologi Sumberdaya Tanah dan Iklim. Puslitbang Tanah dan Agroklimat. Bogor. Tisdale, S.L., W.L. Nelson and J.D. Beaton. 1995. Soil Fertility and Fertilizers 4 th ed. The Macmillan Publ. Co. New York. 694p. Pertanyaan: 1. (BPTP Lampung) Metode, tidak ada konsistensi? Hasil regresi? Jawaban: 1. Metode Anova : perlakuan mana yang terbaik Regresi: untuk mencari dosis optimum. DISKUSI Prosiding Seminar Hasil Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi 2014 387