BAB 1 PENDAHULUAN. program Millennium Development Goals (MDGs) yang dicanangkan oleh

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. Asuhan masa nifas diperlukan dalam periode ini karena masa nifas

BAB I PENDAHULUAN. Masa nifas dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat

BAB 1 PENDAHULUAN. lambat untuk mencapai tujuan target Milenium (millenium development goals. 5, adalah penurunan 75% rasio kematian maternal.

FORMULIR PERSETUJUAN MENJADI INFORMAN PENELITIAN. Saya adalah mahasiswa program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. suka cita, tetapi untuk beberapa wanita melahirkan bisa membuat stress dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah kesehatan ibu di Indonesia masih memprihatinkan dimana Angka

BAB 1 PENDAHULUAN. yang diberikan oleh petugas kesehatan yang tidak lain tujuannya untuk memelihara

BAB 1 PENDAHULUAN. berbeda-beda yang tentu saja sangat berpengaruh terhadap Angka Kematian Bayi

BAB I PENDAHULUAN. dalam meningkatan mutu kesehatan serta derajat kesehatan masyarakat melalui

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Asuhan selama periode masa nifas perlu mendapat perhatian karena sekitar

BAB I PENDAHULUAN. minggu pertama kehidupan dan 529 ribu ibu meninggal karena penyebab yang

BAB I PENDAHULUAN. dalam Millenium Development Goals (MDG) yaitu goal ke-4 dan ke-5. Target

BAB 1 PENDAHULUAN. bermutu secara adil dan merata, serta mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya di

BAB 1 PENDAHULUAN. bersalin dan nifas. Namun demikian banyak faktor yang membuat teknologi

ALI SADIKIN NIM : J

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan persalinan yang ditolong tenaga kesehatan di. kesehatan meluncurkan upaya terobosan berupa Jaminan Persalinan

PENDAHULUAN. keberhasilan pembangunan kesehatan. Indonesia merupakan angka tertinggi dibandingkan Negara Negara

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti

BAB I PENDAHULUAN. yang terjadi saat hamil, bersalin atau dalam 42 hari setelah persalinan dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya dapat terwujud. Pembangunan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. meninggal. Selain itu, setiap jam seorang perempuan meninggal karena

BAB I PENDAHULUAN. Jawa Tengah jumlah ibu hamil yaitu jiwa, dan menurut data Dinas

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jumlah Angka Kematian Ibu (AKI) sangat tinggi di dunia, tercatat 800 perempuan meninggal setiap hari akibat

BAB 1 PENDAHULUAN. (AKB) di Association of Southeast Asian Nations (ASEAN) saat ini

BAB I PENDAHULUAN. (Prasetyawati, 2012). Kematian ibu merupakan masalah besar, khususnya di. negara berkembang yang mencapai % (Manuaba, 2007).

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan tantangan yang lebih sulit dicapai dibandingkan dengan target Millenium

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) merupakan salah satu prioritas yang

Menurut Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Dinas Kesehatan Kabupaten Pasuruan jumlah kematian ibu melahirkan di Kabupaten

BAB 1 PENDAHULUAN. mempunyai dampak yang besar terhadap pembangunan di bidang kesehatan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan ibu dan anak merupakan salah satu perhatian dari World Health

BAB 1 PENDAHULUAN. Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) masih merupakan masalah di bidang

BAB I PENDAHULUAN. positif bagi ibu maupun bayinya dengan cara membina hubungan saling percaya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Masalah Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) merupakan masalah nasional yang

BAB 1 PENDAHULUAN. tertinggi di Asia Tenggara. Hal itu menjadi kegiatan prioritas departemen

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. kematian. Setiap kehamilan dapat menimbulkan risiko kematian ibu,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dapat terwujud (Kemenkes, 2010). indikator kesehatan dari derajat kesehatan suatu bangsa, dimana kemajuan

MASALAH KEBIDANAN DI KOMUNITAS

BABI PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PONED sebagai Strategi untuk Persalinan yang Aman

BAB I PENDAHULUAN. untuk melaksanakan 8 (delapan) tujuan pembangunan, yang salah satunya

BAB I PENDAHULUAN. Pengetahuan, sikap..., Rindiarni Inten Putri, FKM UI, 2009

BAB 1 PENDAHULUAN. Pencapaian derajat kesehatan ditandai dengan menurunnya angka kematian

BAB I PENDAHULUAN. di kawasan ASEAN yaitu sebesar 228/ kelahiran hidup (SDKI. abortus (11%), infeksi (10%), (SDKI 2012).

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan. Penurunan AKI juga merupakan indikator keberhasilan derajat

BAB I PENDAHULUAN. seharusnya 5,5 % per tahun. Namun data WHO, UNICEF, UNFPA dan Bank

mempelajari berbagai hal. Dalam bidang ilmu kesehatan, bisa mempelajari salah satu peristiwa tersebut adalah kehamilan. Kehamilan dan persalinan

BAB I PENDAHULUAN. Bayi Baru Lahir (BBL) atau neonatus adalah bayi umur 0-28 hari

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu komplikasi atau penyulit yang perlu mendapatkan penanganan lebih

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dibandingkan negara-negara ASEAN lainnya seperti Thailand, Malaysia

BAB I PENDAHULUAN. tinggi rendahnya angka kematian ibu dan bayi. berkembang yaitu sebesar 99 persen (Wiknjosastro, 2002 hlm 23).

BAB I PENDAHULUAN. menurunkan angka kematian anak dan meningkatkan kesehatan ibu. Upaya

PENGEMBANGAN PROGRAM NENEK KAKEK ASUH DALAM UPAYA PENURUNAN ANGKA KEMATIAN IBU DAN ANGKA KEMATIAN BAYI

BAB 1 PENDAHULUAN. Saat ini dalam setiap menit setiap hari, seorang ibu meninggal disebabkan

BAB 1 PENDAHULUAN Di bawah MDGs, negara-negara berkomitmen untuk mengurangi angka

BAB I PENDAHULUAN. Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan akibat langsung proses reproduksi

KERANGKA ACUAN POSTNATAL CARE (PNC)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Asuhan Komprehensif Kebidanan..., Harlina Destri Utami, Kebidanan DIII UMP, 2015

BAB 1 PENDAHULUAN. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) Berdasarkan

BAB 1 PENDAHULUAN. tingginya angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB), dalam

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan status kesehatan masyarakat di Indonesia sudah mulai

BAB 1 PENDAHULUAN. memberikan pelayanan kepada ibu dalam masa pra konsepsi, hamil, bersalin, post partum, bayi baru lahir (Lestari, 2014:34).

BAB 1 PENDAHULUAN. bayi baru lahir merupakan proses fisiologis, namun dalam prosesnya

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IBU DALAM PEMILIHAN PENOLONG PERSALINAN. Lia Amalia (

BAB 1 PENDAHULUAN. Melahirkan merupakan pengalaman menegangkan, akan tetapi sekaligus

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah yang terjadi di dunia saat ini adalah menyangkut kemiskinan,

BAB I PENDAHULUAN. wanita. Pada proses ini terjadi serangkaian perubahan besar yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN. dengan AKI di negara-negara ASEAN, penolong persalinan adalah hal yang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Tingginya AKI di suatu negara menunjukkan bahwa negara tersebut

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan adalah kondisi umum dari seseorang dalam semua aspek baik

BAB I PENDAHULUAN kelahiran dibandingkan 16 per kelahiran di negara maju. Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. obstetrik dan ginekologi di suatu wilayah adalah dengan melihat Angka

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya angka Kematian Ibu yang masih tinggi (AKI) di. berbagai pihak. Terdapat beberapa penyebab yang

BAB I PENDAHULUAN. Kematian ibu semasa hamil dan bersalin masih sangat tinggi. Berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. mortalitas bagi ibu pasca bersalin. (Saifuddin, 2006). Infeksi. setelah persalinan (Rayburn dan Carey, 2001).

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin. Kehamilan

2013 GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU PRIMIGRAVIDA TRIMESTER III TENTANG TANDA- TANDA PROSES PERSALINAN DI PUSKESMAS SINGANDARU KOTA SERANG TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. eklampsia, sepsis, dan komplikasi keguguran. Sebagian besar penyebab

BAB 1 PENDAHULUAN. sebagai salah satu negara dengan AKI tertinggi Asia dan tertinggi ke-3 di

BAB 1 PENDAHULUAN. Kehamilan yang Aman atau Making Pregnancy Safer (MPS) pada tanggal 12

BAB 1 PENDAHULUAN. Penduduk sebagai determinan pembangunan harus mendapat perhatian yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dibeberapa negara di dunia mencerminkan ketidakadilan

BAB I PENDAHULUAN. tahun Konsep pembangunan nasional harus berwawasan kesehatan, yaitu

BAB 1 PENDAHULUAN. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJP-N) tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. Keadaan kehamilan kembar sebetulnya abnormal yang mungkin terjadi

BAB I PENDAHULUAN. dalam pengelolaan progam kesehatan. Pada saat ini AKI dan AKB di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap tahun lebih dari setengah juta Angka Kematian Ibu (AKI) terjadi

BAB I PENDAHULUAN. persalinan dan nifas (Riswandi, 2005). Angka Kematian ibu (AKI) di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh status gizi ibu, keadaan sosial ekonomi, keadaan

BAB 1 PENDAHULUAN. antara delapan tujuan yang dituangkan dalam Millennium Development Goals

KERANGKA ACUAN KEMITRAAN BIDAN DAN DUKUN

BAB I PENDAHULUAN. disebut dengan puerperium (Patricia W. Ladewig, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Hal ini dikarenakan masih tingginya angka kematian ibu dan angka

BAB I PENDAHULUAN. mengarah kepada kematian. Berdasarkan Badan Kesehatan Dunia (WHO)

BAB I PENDAHULUAN. pada generasi mendatang. Angka kematian ibu ( AKI ) merupakan salah

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Isu kesehatan reproduksi perempuan sudah menjadi salah satu goal dalam program Millennium Development Goals (MDGs) yang dicanangkan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Kesehatan reproduksi perempuan menjadi penting untuk segera ditangani karena angka kematian ibu yang melahirkan tidak bisa dihiraukan. Menurut data yang dimiliki oleh PBB, lebih dari 350.000 perempuan meninggal dunia setiap tahunnya akibat komplikasi yang dialami saat melahirkan, dan 99% dari mereka berasal dari negara berkembang (BKKBN, 2012). Angka kematian merupakan salah satu indikator status kesehatan di masyarakat. Angka Kematian Ibu (AKI), Angka Kematian Anak (AKA), Angka Kematian Bayi (AKB) dan Angka Harapan Hidup Waktu Lahir (AHH) telah ditetapkan sebagai indikator derajat kesehatan di Indonesia Sehat 2010. AHH bahkan digunakan sebagai salah satu komponen untuk menghitung Human Development Index (HDI). Ditinjau dari HDI, Indonesia menduduki ranking 109 dari 174 negara jauh tertinggal dari Negara-negara ASEAN lainnya. Ranking ini relatif tak beranjak, bahkan cenderung lebih buruk (tahun 2003 urutan 112 dari 175 negara) (Qomariah, 2013). Data menunjukkan masih tingginya AKI yaitu 359 per 100.000 kelahiran hidup rata-rata AKI tercatat mencapai 359 per 100 ribu kelahiran hidup, rata-rata

kematian ini jauh melonjak dibanding hasil SDKI 2007 yang mencapai 228 per 100 ribu kelahiran hidup. AKB yaitu 42 per 1.000 kelahiran hidup. Berdasarkan kecenderungan angka-angka tersebut, akan sulit dicapai target MDG tahun 2015. Penurunan AKI hanya mencapai 52% dari keadaan tahun 1990 dari target 75% dan penurunan AKB mencapai 53% dari target 67%. Penilaian sistem kesehatan berbagai negara, Indonesia menempati urutan 106 dari 191 negara yang dinilai untuk indikator pencapaian yang mencakup status kesehatan. Fakta lain dari kematian maternal yang terjadi di Indonesia berdasarkan Survey Dasar Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2010 adalah jumlah kematian absolut tertinggi justru terjadi di propinsi dengan fasilitas dan tenaga kesehatan yang memadai, salah satunya Jawa Tengah (Hartiningtiyaswati, 2010). Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) di Provinsi Aceh hingga saat ini masih tergolong tinggi. Berdasarkan data terakhir Desember 2011, jumlah AKI melahirkan di Aceh berkisar 190/100.000 kelahiran hidup (KH) dan AKB berkisar 30/1.000 KH. Karenanya, upaya pengurangan terus dilakukan oleh Pemerintah Aceh sebagai salah satu indikator Indeks Pembangunan Manusia (IPM) bidang kesehatan (Yoes, 2013). Berdasarkan data Puskesmas Alafan tahun 2011, jumlah ibu hamil 119 sasaran, ibu bersalin 113 sasaran, bayi 108 sasaran, dan mempunyai Angka Kematian Ibu (AKI) 1 orang dari 113 sasaran ibu bersalin, Angka Kematian Bayi (AKB) 3 orang dari 108 sasaran. Tahun 2012, memiliki ibu hamil 111 sasaran, ibu bersalin 106 sasaran, dan bayi 84 sasaran. Alafan juga memiliki AKI 1 orang dari 113 sasaran

AKB 1 dari 104 sasaran. Tahun 2013 Alafan memiliki ibu hamil 112 sasaran, ibu bersalin 72 sasaran, dan bayi 73 sasaran. Tahun 2013 Alafan memiliki AKI nol dan AKB 3 orang dari 73 sasaran bayi. Pada tahun 2011, dari 4 orang kematian bayi, 2 bayi meningggal karena asfiksia, 1 lahir meninggal dan 1 BBLR (Berat Badan Lahir Rendah). Tahun 2012, 6 orang bayi meninggal. 2 orang meninggal karena asfiksia, 2 orang lahir mati, 1 BBLR dan 1 febris. Tahun 2013, 4 orang bayi meninggal. 2 orang asfiksia, 1 orang lahir mati dan 1 orang febris. Secara universal adat atau kepercayaan menyambut masa-masa kehamilan, masa melahirkan dan masa nifas terkait dengan tabu ada di seluruh negara, baik di negara yang teknologinya sudah maju maupun di negara berkembang. Pantangan atau tabu adalah suatu larangan untuk mengkonsumsi jenis makanan tertentu, karena terdapat ancaman bahaya terhadap barang siapa yang melanggarnya. Dalam ancaman bahaya ini terdapat kesan magis, yaitu adanya kekuatan super power yang berbau mistik, yang akan menghukum orang-orang yang melanggar pantangan atau tabu tersebut (Sri, 2006). Indonesia merupakan negara yang kaya akan budaya. Berbedanya kebudayaan ini menyebabkan banyaknya mitos mengenai masa kehamilan, persalinan dan nifas. Hal ini disebabkan oleh rendahnya tingkat pendidikan dan kurangnya informasi pentingnya perawatan kehamilan, persalinan, nifas dan perawatan Bayi Baru Lahir (BBL). Pelayanan bersalin, pasca persalinan yang baik sangat penting karena sebagian besar kematian ibu dan bayi baru lahir terjadi pada 2 hari pertama dan pasca persalinan (Qomariah 2013).

Budaya atau kebiasaan masyarakat merupakan salah satu yang mempengaruhi status kesehatan. Diantara kebudayaan maupun adat istiadat dalam masyarakat, ada yang mengutungkan ada pula yang merugikan. Banyak pengaruh yang menyebabkan berbagai aspek kesehatan di negara kita, bukan hanya karena pelayanan medik yang tidak memadai atau kurangnya perhatian dari dinas kesehatan. Dalam konteks kehamilan, persalinan, dan kelahiran bayi itu, setiap masyarakat mempunyai caracara budaya mereka sendiri untuk memahami dan menanggapi peristiwa pertumbuhan janin dan kelahiran bayi, yang sudah dimasukkan jauh sebelum masuknya sistem medis biomedikal di lingkungan komuniti mereka. Berbagai kelompok masyarakat juga mempunyai cara-cara tertentu dalam mengatur aktifitas-aktifitas mereka saat menghadapi wanita yang hamil dan bersalin. Demikian pula di dalam berbagai kebudayaan, terdapat cara-cara tertentu sebagai respon mereka saat menanggapi kematian bayi dan ibunya (Swasono, 1998). Faktor yang paling mempengaruhi status kesehatan masyarakat terutama bagi ibu hamil, bersalin, dan nifas, adalah lingkungan juga pendidikan dari masing-masing dari kaum ibu tersebut dan seandainya mengetahui dan memahami hal-hal yang mempengaruhi status kesehatan terhadap hal itu, maka diharapkan masyarakat tidak melakukan kebiasaan atau adat istiadat yang merugikan kesehatan khususnya bagi ibu nifas (Qomariah 2013). Memasuki masa persalinan merupakan suatu periode yang kritis bagi para ibu hamil karena segala kemungkinan dapat terjadi sebelum berakhir dengan selamat atau dengan kematian. Masih tingginya angka kematian ibu di Indonesia berkaitan erat

dengan faktor sosial budaya masyarakat, seperti tingkat pendidikan penduduk, khususnya wanita dewasa yang masih rendah, keadaan sosial ekonomi yang belum memadai, tingkat kepercayaan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan dan petugas kesehatan yang masih rendah, jauhnya lokasi tempat pelayanan kesehatan dari rumahrumah penduduk, kebiasaan-kebiasaan, adat istiadat, perilaku masyarakat yang kurang menunjang dan lain sebagainya. Tingkat kepercayaan masyarakat kepada petugas kesehatan, di beberapa wilayah masih rendah. Mereka masih percaya kepada dukun karena kharismatik dukun tersebut yang sedemikian tinggi, sehingga ia lebih senang berobat dan meminta tolong kepada ibu dukun. Di daerah pedesaan, kebanyakan ibu hamil masih mempercayai dukun beranak untuk menolong persalinan yang biasanya dilakukan di rumah (Swasono, 1998). Delapan puluh persen persalinan di masyarakat masih di tolong oleh tenaga non-kesehatan, seperti dukun. Dukun di masyarakat masih memegang peranan penting, dukun dianggap sebagai tokoh masyarakat. Masyarakat masih mempercayakan pertolongan persalinan oleh dukun, karena pertolongan persalinan oleh dukun dianggap murah dan dukun tetap memberikan pendampingan pada ibu setelah melahirkan, seperti merawat dan memandikan bayi (Diah, 2012). Asuhan masa nifas diperlukan dalam periode ini, karena merupakan masa kritis baik ibu maupun bayinya. Diperkirakan bahwa 60% kematian ibu akibat kehamilan terjadi setelah persalinan, dan 50% kematian masa nifas terjadi dalam 24 jam pertama (Qomariah, 2013).

Masyarakat Indonesia mengartikan masa nifas merupakan periode waktu sejak selesai persalinan sampai 40 hari setelah itu. Periode nifas adalah masa 6 minggu sejak bayi lahir sampai organ-organ reproduksi kembali ke keadaan normal seperti sebelum hamil. Pada masa nifas ini, terjadi perubahan-perubahan anatomi dan fisiologi pada ibu. Perubahan fisiologi sangat jelas, walaupun dianggap normal, dimana proses-proses pada kehamilan berjalan terbalik. Banyak faktor, termasuk energi, tingkat kenyaman, kesehatan bayi baru lahir dan perawatan serta dorongan semangat yang diberikan oleh tenaga kesehatan, baik dokter, bidan, perawat dan keluarga (Qomariah, 2013). Suku Leukhon Kabupaten Simeulue Kecamatan Alafan adalah salah satu dari ratusan suku bangsa di Indonesia. Masyarakatnya mayoritas beragama Islam. Masyarakatnya lebih memilih untuk melahirkan di rumah, kalaupun ada yang harus dirujuk, akan mengalami proses yang sangat lambat sampai ibu dapat dibawa ke rumah sakit, juga tidak jarang ibu dan bayinya meninggal sebelum ibu dan bayinya sampai kerumah sakit dikarenakan oleh sanak keluarga yang bermusyawarah dulu, atau tidak mengizinkannya untuk dirujuk dan jalan yang rusak. Selain itu masih ada persalinan yang ditolong oleh dukun, kalau ditolong oleh tenaga kesehatan, dukun tetap juga mendampingi untuk mengikuti proses persalinan dan perawatan ibu nifas dan perawatan bayi (Hasil wawancara dengan Bidan Desa). Ibu-ibu suku Leukhon mempunyai kebiasaan untuk melakukan pengasapan pada ibu nifas hingga dapur dapat dipenuhi oleh asap. Ibu yang telah melahirkan dan bayinya ditempatkan di dapur. Bayi diletakkan di samping ibunya, agar ibu tidak

repot untuk menggendong bayinya, jika sibayi menangis. Dengan menghidupkan api, membakar kayu, kulit bawang atau sabut kelapa yang dapat mengeluarkan asap yang banyak hingga dapur dapat dipenuhi oleh asap. Asap ini dapat memperburuk kesehatan bayi dan ibunya karena dapat mengganggu proses pernapasan dan menyebabkan infeksi saluran pernapasan (Hasil wawancara dengan Bidan Desa). Pengasapan dilakukan selama 10 hari. Manfaat asap untuk menghangatkan ibu, agar ibu berkeringat sehingga ibu tidak sakit kepala, dan tidak dingin. jika kepala ibu sakit itu berarti darah putih telah naik ke kepala. Manfaat lain dari pengasapan untuk menjauhkan mahluk halus yang dapat mengganggu ibu dan bayinya. Ibu juga meletakkan batu yang telah dibakar dan dibungkus dengan kain sampai beberapa lapis dan panasnya masih dirasakan, batu diletakkan di atas perut sambil diurut-urut. Manfaat dari pemakaian batu panas agar rahim ibu layu (mengecil) karena setelah melahirkan rahim bengkak dan akhirnya darah keluar yang artinya rahim sudah layu dan mencegah sakit diare. Jika ibu tidak menggunakan batu panas maka ibu akan cepat hamil lagi. Ibu diberikan makan bubur selama 3 hari untuk mempercepat keluarnya ASI. Pada hari pertama sebelum ASI keluar bayi diberikan minum air putih yang telah dicampur dengan gula karena ASI belum ada. Jika bayi rewel, maka bayi diberikan makan pisang awak atau bubur. Dengan tujuan agar bayi kenyang dan tidur. Setelah melahirkan ibu diberikan air perasan daun Pepaya yang telah dicampur dengan kunyit, lada, pala, asam, bawang putih lalu dipanaskan dan diminumkan pada ibu untuk menghilangkan sakit kepala dan mencegah naiknya darah putih. Ibu mandi air

yang telah dicampur daun-daunan, minum jamu dari bahan rempah-rempah. Kusuk dilakukan setelah 3 hari melahirkan, untuk merilaxkan ibu, dan memeriksa rahim ibu apakah sudah layu. Jika rahim sudah layu berarti rahim ibu sudah sembuh. Penggunaan Gurita dilakukan selama 12 hari bahkan bisa sampai 40 hari. Pada hari pertama perut ibu diolesi dengan kapur sirih yang telah dicampur dengan minyak makan setelah itu perut ibu diikat dengan gurita. Gurita digunakan untuk mengecilkan perut ibu agar terlihat langsing dan menghilangkan warna kulit yang hitam akibat kehamilan. Ibu dan bayi tidak boleh keluar rumah sebelum 40 hari, karena itu merupakan pantangan. Jika dilanggar menyebabkan bayi diganggu oleh mahluk halus. Ibu tidak boleh makan makanan yang pedas, tidak boleh makan dengan ikan yang digulai dengan santan, karena dapat menyebabkan bayi diare dan proses penyembuhan rahim akan semakin lama, tidak boleh makan daging dan ikan karang, udang, cumi dan kepiting. Ibu hanya makan dengan ikan yang direbus, digoreng tapi tidak boleh pedas, dan ikan yang dibakar, jika ibu tidak mematuhinya, maka ibu akan lama sembuhnya. Sayur-sayuran yang boleh dimakan sayur daun katuk dan daun pepaya yang direbus untuk melancarkan ASI dan mencegah naiknya darah putih ke kepala. Jika ibu makan sayuran selain yang telah dianjurkan dukun, maka ASI yang keluar akan lebih sedikit. Ibu boleh berjalan, tapi harus jalan dengan sangat hati-hati, karena dapat menyebabkan daerah kewanitaan terluka dan mengeluarkan darah yang banyak. Kebiasaan tersebut sudah dilakukan sejak dulu oleh nenek moyang dan dilakukan secara turun menurun.

Berdasarkan fakta yang terjadi pada masyarakat di atas, dapatlah dikatakan bahwa memang benar ada beberapa nilai kepercayaaan masyarakat yang berhubungan dengan perawatan nifas. Mengingat bahwa masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang multikultural, maka fenomena tersebut sangat wajar terjadi, dan pengetahuan tentang aspek budaya merupakan hal penting diketahui oleh pelayan kesehatan untuk memudahkan dalam melakukan pendekatan dan pelayanan kesehatan. (Swasono, 1998). Dari uraian di atas maka peneliti tertarik untuk meneliti perawatan ibu nifas(bak afu-afu) perspektif budaya Leukhon di Desa Lubuk baik Kecamatan Alafan. 1.2. Perumusan Masalah Ada sebagian perawatan ibu nifas (bak afu-afu) Suku Leukhon yang tidak sesuai menurut Kesehatan. 1.3. Tujuan Penelitian Untuk mengetahui perawatan masa nifas (bak afu-afu) yang dilakukan pada Suku Leukhon di Desa Lubuk baik Kecamatan Alafan. 1.4. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan akan bermanfaat bagi Puskesmas Alafan. Menjadi bahan masukan bagi tenaga kesehatan untuk memberikan konseling pada ibu-ibu Suku Leukhon di Desa Lubuk baik Kecamatan Alafan tentang perawatan nifas (bak afu-afu) dengan cara yang sesuai dengan kesehatan.