84 BAB VI PEMBAHASAN 6.1. Subyek Penelitian Dalam penelitian ini digunakan tikus sebagai hewan coba yang diberikan Growth Hormone, yaitu untuk menguji peningkatan miofibril dan peningkatan jumlah nukleus dalam miofibril. Tikus yang digunakan sebagai hewan coba adalah tikus dewasa dan sehat, jantan, umur 6 bulan, dan berat 161-162 gram. Tikus yang dipergunakan dalam penelitian ini berjumlah 30 ekor, dibagi menjadi 3 kelompok yaitu kelompok kontrol (aquadest), kelompok P1 (GH 0,022 IU), dan kelompok P2 (GH 0,044 IU). Penelitian dilakukan selama 28 hari. Pengambilan waktu 28 hari didasarkan atas hasil penelitian pendahuluan, bahwa didapatkan peningkatan miofibril yang signifikan dalam waktu 28 hari (Fifin, 2011). 6.2. Pengaruh GH terhadap Miofibril Berdasarkan hasil analisis didapatkan bahwa data miofibril dan nukleus miofibril pada kelompok kontrol, kelompok P1, dan P2, berdistribusi normal (p > 0,05), baik kelompok sebelum perlakuan (pre) maupun sesudah perlakuan (post). Disamping itu juga, varians antar kelompok baik sebelum perlakuan maupun sesudah perlakuan adalah homogen (p>0,05). Hal ini menunjukkan bahwa syarat penggunaan uji parametrik untuk analisis data miofibril dan nukleus miofibril
85 sudah terpenuhi. Selanjutnya untuk uji komparabilitas dan uji efek perlakuan digunakan uji parametrik yaitu uji One Way ANOVA untuk mengetahui perbedaan rerata antar kelompok sebelum perlakuan maupun rerata antar kelompok sesudah perlakuan. Berdasarkan hasil analisis didapatkan bahwa rerata miofibril kelompok kontrol (aquadest) adalah 21,68±2,18, rerata kelompok GH 0,022 IU adalah 22,04±2,69, dan rerata kelompok GH 0,044 IU adalah 23,08±1,90. Analisis kemaknaan dengan uji One Way Anova menunjukkan bahwa nilai F = 4,078 dan nilai p = 0,075. Hal ini berarti bahwa semua kelompok sebelum diberikan perlakuan, rerata miofibril tidak berbeda secara bermakna (p > 0,05). Sedangkan hasil analisis sesudah perlakuan didapatkan bahwa rerata miofibril kelompok kontrol (aquadest) adalah 20,96±2,15, rerata kelompok GH 0,022 IU adalah 31,04±1,51, dan rerata kelompok GH 0,044 IU adalah 36,96±1,16. Analisis kemaknaan dengan uji One Way Anova menunjukkan bahwa nilai F = 119,072 dan nilai p = 0,001. Hal ini berarti bahwa rerata miofibril pada ketiga kelompok sesudah diberikan perlakuan berbeda secara bermakna (p<0,05). Uji lanjutan dengan uji Least Significant Difference test (LSD) didapatkan hasil sebagai berikut: Rerata kelompok kontrol (aquadest) berbeda bermakna dengan kelompok GH 0,022 IU (rerata kelompok kontrol (aquadest) lebih rendah daripada rerata kelompok GH 0,022 IU). Rerata kelompok kontrol (aquadest) berbeda secara bermakna dengan kelompok GH 0,044 IU (rerata kelompok kontrol (aquadest) lebih rendah daripada rerata kelompok GH 0,044
86 IU). Rerata kelompok GH 0,022 IU berbeda secara bermakna dengan kelompok GH 0,044 IU (rerata kelompok GH 0,022 IU lebih rendah daripada rerata kelompok GH 0,044 IU). Demikian juga pada nukleus miofibril, berdasarkan hasil analisis didapatkan bahwa rerata nucleus miofibril kelompok kontrol (aquadest) adalah 24,56±1,54, rerata kelompok GH 0,022 IU adalah 24,16±1,56, dan rerata kelompok GH 0,044 IU adalah 24,80±1,41. Analisis kemaknaan dengan uji One Way Anova menunjukkan bahwa nilai F = 1,162 dan nilai p = 0,346. Hal ini berarti bahwa semua kelompok sebelum diberikan perlakuan, rerata nukleus miofibril tidak berbeda secara bermakna (p > 0,05). Sedangkan hasil analisis sesudah perlakuan didapatkan bahwa rerata nukleus miofibril kelompok kontrol (aquadest) adalah 24,40±0,44, rerata kelompok GH 0,022 IU adalah 25,56±0,49, dan rerata kelompok GH 0,044 IU adalah 26,40±0,47. Analisis kemaknaan dengan uji One Way Anova menunjukkan bahwa nilai F = 5,937 dan nilai p = 0,016. Hal ini berarti bahwa rerata nukleus miofibril pada ketiga kelompok sesudah diberikan perlakuan berbeda secara bermakna (p<0,05). Uji lanjutan dengan uji Least Significant Difference test (LSD) didapatkan hasil sebagai berikut: Rerata kelompok kontrol (aquadest) berbeda bermakna dengan kelompok GH 0,022 IU (rerata kelompok kontrol (aquadest) lebih rendah daripada rerata kelompok GH 0,022 IU). Rerata kelompok kontrol (aquadest) berbeda secara bermakna dengan kelompok GH 0,044 IU (rerata kelompok kontrol (aquadest) lebih rendah daripada rerata kelompok GH 0,044
87 IU). Rerata kelompok GH 0,022 IU berbeda secara bermakna dengan kelompok GH 0,044 IU (rerata kelompok GH 0,022 IU lebih rendah daripada rerata kelompok GH 0,044 IU). Dengan didapatkannya hasil perbedaan yang bermakna dari penelitian ini, maka dapat dikatakan bahwa GH dapat digunakan untuk meningkatkan Lean Body Mass melalui efek langsungnya pada otot. Efek langsung yang terjadi adalah hiperplasi miofibril dan peningkatan jumlah nukleus miofibril. Sedangkan dari pengamatan secara kualitatif didapatkan gambaran terjadinya kontraksi otot, yang kemungkinan ada hubungannya dengan perubahan strength. Hiperplasi ini disebabkan karena GH merupakan molekul protein kecil yang terdiri atas 191 asam amino yang dihubungkan dengan rantai tunggal yang mana hormon ini menyebabkan pertumbuhan seluruh jaringan tubuh yang memang mampu untuk bertumbuh. Hormon ini menambah ukuran sel dan meningkatkan proses mitosis yang diikuti dengan bertambahnya jumlah sel (Guyton, 1994). Fungsinya untuk menambah tinggi tubuh pada anak-anak dan dewasa. Selain bekerja untuk pertumbuhan, GH juga mempunyai fungsi metabolik. GH memperoleh sinyal intraselular melalui reseptor perifer dan menginisiasi cascade fosforilasi yang mengikutsertakan alur JAK/STAT (Carter dkk, 1996). Jadi efek GH adalah meningkatkan protein tubuh, menggunakan lemak dari tempat penyimpanannya, dan menghemat karbohidrat. Mungkin naiknya kecepatan pertumbuhan itu terutama disebabkan oleh naiknya kecepatan sintesis protein (Guyton, 1994). Di dalam hati terdapat banyak sekali reseptor
88 GH, dan beberapa jaringan perifer juga mempunyai jumlah reseptor yang cukup banyak, termasuk jaringan otot dan lemak (Brown dkk, 2005).
89 BAB VII SIMPULAN DAN SARAN 7.1 Simpulan Berdasarkan hasil penelitian pemberian GH pada Tikus selama 28 hari didapatkan simpulan sebagai berikut: 1. Injeksi Growth Hormone mampu meningkatkan lean body mass ditandai dengan adanya pertambahan jumlah miofibril pada otot skeletal tikus yang dengan demikian maka sarkomer dengan sendirinya akan mengalami hiperplasia. 2. Injeksi Growth Hormone mampu meningkatkan lean body mass ditandai dengan peningkatan jumlah nukleus dalam miofibril sel otot. 3. Injeksi Growth Hormone mampu menimbulkan perubahan kontraksi pada otot skeletal ditamdai dengan adanya perubahan lebar Band A dan Band I pada serabut otot skeletal tikus. 4. Injeksi Growth Hormone dengan menggunakan dosis rendah yakni pada kelompok GH 0,022 IU telah dapat memberikan perbedaan jumlah miofibril dan nukleus miofibril yang bermakna serta perubahan kontraksi otot yang dapat diamati secara kualitatif. Dengan demikian maka dianjurkan untuk penggunaan GH adalah cukup dengan menggunakan dosis rendah, yang dalam penelitian ini digunakan 1,05 IU/hari.
90 7.2 Saran Sebagai saran dalam penelitian ini adalah: 1. Disarankan untuk melakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui efek injeksi GH terhadap sel lemak. 2. Disarankan untuk melakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui efek injeksi GH terhadap strength otot oleh karena ternyata dari penelitian didapatkan adanya perubahan kontraksi otot.