II. TINJAUAN PUSTAKA. wilayah beriklim sedang, tropis, dan subtropis. Tanaman ini memerlukan iklim

dokumen-dokumen yang mirip
II. TINJAUAN PUSTAKA. Viabilitas benih diartikan sebagai kemampuan benih untuk tumbuh menjadi

II. TINJAUAN PUSTAKA. Buncis (Phaseolus vulgaris L.) merupakan tanaman sayuran yang berasal dari

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman tomat termasuk tanaman semusim Ordo Solanales, family solanaceae,

I. PENDAHULUAN. Tomat (Lycopersicon esculentum Mill.) termasuk dalam jenis tanaman sayuran,

I PENDAHULUAN. Tanaman kacang buncis (Phaseolus vulgaris L.) merupakan salah satu tanaman

II. TINJAUAN PUSTAKA. daya hidup benih yang ditunjukan dengan gejala pertumbuhan atau gejala

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedelai varietas Grobogan memiliki umur polong berkisar 76 hari, bobot biji

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merill) merupakan salah satu komoditas pangan utama

TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Wijen secara Umum

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Padi

BAB I PENDAHULUAN. Biji merupakan perkembangan lanjut dari bakal biji yang telah dibuahi dan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) berasal dari benua Amerika Selatan,

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kedelai

I. PENDAHULUAN. Buncis (Phaseolus vulgaris L.) adalah anggota sayuran genus Phaseolus yang

I. PENDAHULUAN. Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan salah satu dari enam komoditas

I. PENDAHULUAN. karena nilai gizinya sangat tinggi. Kedelai mempunyai kandungan protein yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Viabilitas benih diartikan sebagai kemampuan benih untuk tumbuh menjadi

I. PENDAHULUAN. Benih merupakan salah satu masukan usaha tani yang mempengaruhi tingkat

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Tanaman kedelai (Glycine max L. Merrill) memiliki sistem perakaran yang

I. TINJAUAN PUSTAKA. dalam, akar dapat tumbuh hingga sekitar 1 m. Dengan adanya bakteri Rhizobium, bintil

yang khas, ukuran buah seragam, dan kandungan gizi sama dengan tomat buah. Kecenderungan permintaan tomat rampai yang semakin meningkat dipasaran akan

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max (L.) Merill) merupakan salah satu tanaman pangan penting

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. akar-akar cabang banyak terdapat bintil akar berisi bakteri Rhizobium japonicum

TINJAUAN PUSTAKA. Kedelai merupakan terna dikotil semusim dengan percabangan sedikit, sistem

TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Kacang Hijau secara Umum

BAB I PENDAHULUAN. pangan yang berasal dari biji, contohnya yaitu padi. Dalam Al-Qur'an telah

BAB I PENDAHULUAN. Secara agronomis benih didefinisikan sebagai biji tanaman yang diperlukan untuk

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pembuatan Lot Benih

I. PENDAHULUAN. Seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk Indonesia, menyebabkan

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi tegas, kering, berwarna terang segar bertepung. Lembab-berdaging jenis

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Klasifikasi dari tanaman kedelai menurut Rukmana dan Yuyun, : Dicotyledoneae/Archichlamydae

II. TINJAUAN PUSTAKA. Padi (Oryza sativa L.) merupakan tanaman penghasil pangan utama di Asia. Padi

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Kedelai Vigor Benih dan Uji Vigor Benih

HASIL DAN PEMBAHASAN. Percobaan 1 : Pengaruh Pertumbuhan Asal Bahan Tanaman terhadap Pembibitan Jarak Pagar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman mentimun ( Cucumis sativus L.) (Cahyono, 2006) dalam tata nama tumbuhan, diklasifikasikan kedalam :

TINJAUAN PUSTAKA Benih Bermutu Viabilitas dan Vigor benih

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Justice dan Bass (2002), penyimpanan benih adalah. agar bisa mempertahankan mutunya. Tujuan dari penyimpanan benih

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. yang berbeda menunjukkan bahwa ada perbedaan yang nyata (hasil analisis disajikan

I. TINJAUAN PUSTAKA. Kedelai merupakan tanaman asli Daratan Cina dan telah dibudidayakan

TINJAUAN PUSTAKA. pada perakaran lateral terdapat bintil-bintil akar yang merupakan kumpulan bakteri

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. setelah beras. Selain itu juga digunakan sebagai pakan ternak dan bahan baku

TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Kacang Panjang (Vigna sinensis L.)

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kentang

TINJAUAN PUSTAKA. Vigor Benih

TINJAUAN PUSTAKA. Varietas Kacang Tanah

II. TINJAUAN PUSTAKA. terutama India dan Birma. Terung dapat tumbuh dengan baik pada ketinggian

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. baku industri, pakan ternak, dan sebagai bahan baku obat-obatan. Di Indonesia,

TINJAUAN PUSTAKA Asal-Usul, Taksonomi kedelai, dan Morfologi Kedelai

PENGARUH LAMA PENYIMPANAN TERHADAP KUALITAS JAGUNG KUNING DAN JAGUNG PUTIH

I. PENDAHULUAN. Meningkatnya jumlah penduduk Indonesia, menyebabkan kebutuhan akan

I. PENDAHULUAN. Kacang buncis (Phaseolus vulgaris L.) merupakan tanaman sayuran polongan

LAMPIRAN. : seleksi persilangan galur introduksi 9837 dengan wilis

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. panennya menunjukkan bahwa ada perbedaan yang nyata (hasil analisis disajikan

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merr.) merupakan tanaman pangan terpenting ketiga

TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Sorgum. Sorgum (Sorgum bicolor [L].Moench) merupakan tanaman yang termasuk di

2 TINJAUAN PUSTAKA Perkembangan dan Biologi Tanaman Kedelai

HASIL DAN PEMBAHASAN

PEMBAHASAN. Posisi PPKS sebagai Sumber Benih di Indonesia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman rosela diklasifikasikan dengan kingdom Plantae, divisio

Menurut van Steenis (2003), sistematika dari kacang tanah dalam. taksonomi termasuk kelas Dicotyledoneae; ordo Leguminales; famili

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedelai merupakan tanaman pangan berupa semak yang tumbuh tegak. Kedelai

II. TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. Species: Allium ascalonicum L. (Rahayu dan Berlian, 1999). Bawang merah memiliki batang sejati atau disebut discus yang bentuknya

TINJAUAN PUSTAKA. Botani dan Morfologi Kacang Tanah

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Purwono dan Hartono (2012), kacang hijau termasuk dalam keluarga. tumbuhan dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

I. PENDAHULUAN. Kedelai merupakan salah satu tanaman pangan penting di Indonesia. Menurut Badan Pusat Statistik (2013), kebutuhan kedelai nasional

II. TINJAUAN PUSTAKA

Lampiran 1 : Deskripsi Varietas Kedelai

TINJAUAN PUSTAKA. Syarat Tumbuh

I. PENDAHULUAN. karena nilai gizinya yang tinggi. Untuk memenuhi konsumsi dalam negeri,

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Morfologi dan Agroekologi Tanaman Kacang Panjang. Kacang panjang merupakan tanaman sayuran polong yang hasilnya dipanen

TINJAUAN PUSTAKA Padi Gogo

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ordo: Polypetales, Famili: Leguminosea (Papilionaceae), Genus:

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Hermawan (2013), klasifikasi botani tanaman sorgum (Sorghum bicolor

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kedelai memiliki biji berbentuk polong, setiap polong berisi 1-4 biji.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Posisi Biji pada Tongkol terhadap Viabilitas Biji Jagung (Zea

(1981) adalah menurunnya potensi tumbuh rnaksimum, daya berkecambah dan vigor

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman jagung termasuk dalam keluarga rumput-rumputan dengan spesies Zea. sistimatika tanaman jagung yaitu sebagai berikut :

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Morfologi dan Syarat Tumbuh Tanaman Kedelai. Kedelai merupakan tanaman asli subtropis dengan sistem perakaran terdiri dari

TINJAUAN PUSTAKA. Morfologi dan Fisiologi Tanaman Jagung (Zea mays L.)

II. TINJAUAN PUSTAK A. 2.1 Karakteristik dan Komposisi Kimia Benih Kedelai

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kacang panjang diklasifikasikan sebagai berikut :

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Syarat Tumbuh Tanaman

PANEN DAN PENANGANAN BENIH CENGKEH DALAM PRODUKSI BENIH BERMUTU

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pohon merbau darat telah diklasifikasikan secara taksonomi sebagai berikut

TINJAUAN PUSTAKA Pembiakan Vegetatif Viabilitas dan Vigoritas

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian ± 32 meter di

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Van Steenis (2005), bengkuang (Pachyrhizus erosus (L.))

TINJAUAN PUSTAKA. Botani tanaman. Tanaman jagung termasuk dalam keluarga rumput rumputan dengan

II. TINJAUAN PUSTAKA

Transkripsi:

15 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Tanaman Buncis Buncis berasal dari Amerika Tengah, kemudian dibudidayakan di seluruh dunia di wilayah beriklim sedang, tropis, dan subtropis. Tanaman ini memerlukan iklim yang kering dengan tanah berlempung yang subur. Buncis tahan terhadap kondisi tanah yang agak asam dan sesuai di tanah ber-ph 5,5-6,5 dan dapat tumbuh sampai ketinggian1.500 m dari permukaan laut (Mugnisjah dan Setiawan, 2004). Menurut Rubatzky dan Yamaguchi (1998), tanaman buncis umumnya memiliki sistem perakaran yang dangkal dengan akar tunggang yang biasanya pendek terlihat jelas, tetapi pada tanah rumah yang dalam, akar dapat tumbuh hingga sekitar satu meter. Daun buncis bersifat majemuk tiga (trifoliolatus) dan menyirip. Batang buncis umumnya berbuku-buku dan sekaligus tempat melekatnya tangkai daun. Akar tunggang yang terlihat jelas biasanya pendek, tetapi pada tanah remah yang dalam, akar dapat tumbuh hingga sekitar satu meter. Berbagai kultivar P. vulgaris adalah tanaman musim panas yang membelit dan merambat. Bunga tanaman buncis berukuran besar dan mudah terlihat, berwarna putih kekuning-kuningan atau ungu serta tersusun dalam karagan berbentuk tandan. Bunga menyerbuk sendiri dan umumnya jarang terjadi persilangan terbuka. 15

16 Tipe pertumbuhan tanaman buncis adalah tipe indeterminate yaitu pertumbuhan tanaman merambat dan tegak, memiliki percabangan yang lebih banyak dan jumlah buku pembungaan lebih banyak sehingga memiliki potensi hasil yang lebih besar. panjang batang tipe merambat dapat mencapai tiga meter, dengan lebih dari 25 buku pembuangan. Bentuk ini sangat mudah rebah sehingga perlu ditopang dengan lanjaran. Menurut Rukmana (1994), polong buncis berbentuk panjang-bulat atau panjang pipih dengan panjang berkisar 8 20 cm dan lebar kurang dari satu sentimeter hingga beberapa sentimeter. Polong muda berwarna hijau muda atau hijau tua, tetapi setelah tua berubah menjadi kuning atau coklat sampai hijau tua. Setiap polong buncis mengandung biji berkisar 2 6 butir, tetapi kadang-kadang dapat mencapai 12 butir. Biji buncis berbentuk bulat agak panjang atau pipih, berwarna hitam, putih, coklat, atau merah berbintik-bintik putih. Biji ini digunakan untuk benih dalam perbanyakan secara generatif. Benih dapat disimpan dalam waktu yang lama jika keadaan benih dalam keadaan sehat, bernas, mengkilat, bersih, tidak cacat, tidak bercendawan, dan akan lebih baik bila kadar air berkisar 9 10% (Adisarwanto dan Wudianto, 1999 dalam Chazimah, 2000). Benih buncis tergolong benih ortodoks. Menurut Sadjad (1993), benih ortodoks adalah benih yang tidak mati bila dikeringkan ataupun disimpan dalam kondisi dingin dengan kadar air rendah. 16

2.2 Tingkat kemasakan benih 17 Benih yang dipanen sebelum mencapai tingkat kemasakan fisiologi tidak mempunyai viabilitas tinggi. Pada beberapa jenis tanaman, benih tersebut tidak akan dapat berkecambah. Hal ini diduga benih belum memiliki cadangan makanan yang cukup dan pembentukan embrio belum sempurna. Tingkat kemasakan yang semakin tinggi, maka persentase perkecambahan juga semakin tinggi. Persentase perkecambahan maksimum dicapai oleh benih yang telah masak fisiologi (Sutopo, 1993). Pemahaman atas pemasakan dan pematangan benih menjadi sangat penting dalam rangka produksi benih. Selama periode pematangan benih pada masak fisiologi sampai masak panen merupakan periode yang kritis karena kondisi iklim pada periode ini sering menentukan status mutu benih. Ditinjau dari segi penghematan biaya untuk pengeringan benih, pemanenan benih yang melewati periode masak fisiologi diharapkan dapat menekan biaya pengeringan benih karena kadar air benih jauh lebih rendah dibandingkan ketika mencapai masak fisiologi (Mugnisjah dan Setiawan, 1994). 2.3 Lama deraan uap etanol Metode pengusangan cepat secara fisik yaitu dengan cara mendera benih dengan kondisi suhu 40 C dan kelembaban nisbi 100% selama 2 8 hari. Lebih lanjut dikatakan bahwa benih yang didera dengan suhu 40 C dan kelembaban nisbi 100% selama beberapa hari dapat menyebabkan terdenaturasinya protein dalam benih tersebut karena denaturasi protein dapat terjadi bila diberi perlakuan suhu 17

tinggi. Denaturasi protein dalam benih akan menyebabkan turunnya viabilitas 18 benih tersebut. Semakin lamanya penderaan yang diberikan kepada benih tersebut, maka semakin besar kerusakan pada protein dalam benih tersebut sehingga menyebabkan laju penurunan viabilitas semakin tinggi yang pada akhirnya akan mempengaruhi laju kemunduran benih (Delouche dan Baskin, 1973 dalam Copeland, 2001). Benih mengalami kehilangan viabilitas yang sangat cepat pada suhu 25 30 C dan kelembaban nisbi (RH) sekitar 90%. Daya berkecambah benih jagung akan menurun apabila disimpan pada suhu 40 C dan kelembaban nisbi sekitar 100%. Dengan demikian, suhu udara dan kelembaban nisbi saling berinteraksi dalam mempengaruhi viabilitas benih yang disimpan (Delouche, 1971 dalam Herlambang, 2005). Berdasarkan penelitian Saenong (1986), terdapat interaksi antara varietas jagung dan lama penderaan secara fisik terhadap kemunduran benih tersebut. Jagung varietas Kalingga dan varietas Bisi 2 menunjukkan tanggapan viabilitas yang berbeda pada setiap taraf lama penderaan yang dapat ditunjukkan oleh peubah daya berkecambah, kecepatan perkecambahan, dan daya hantar listrik. Hasil penelitian Kadir (2001) menyimpulkan bahwa kacang kedelai varietas Willis dan varietas Leuser menunjukkan perbedaan daya tahan terhadap lama penderaan setelah didera dalam jangka waktu 0 48 jam. Hal ini ditunjukkan oleh peubah daya berkecambah, kecepatan perkecambahan, kecambah normal kuat, bobot kering kecambah normal, dan daya hantar listrik. 18

2.4 Viabilitas benih 19 Viabilitas benih yaitu daya hidup benih yang ditunjukan dalam fenomena pertumbuhan benih atau gejala metabolismenya. Gejala metabolisme atau pertumbuhan dapat ditunjukan dari potensi tumbuh maksimum dan daya berkecambah. Lebih lanjut Sadjad (1993) menyatakan bahwa viabilitas benih merupakan salah satu faktor penentu mutu benih terutama secara fisiologi yang ditentukan oleh daya berkecambah dan vigor benih. Pengujian viabilitas mencakup pengujian daya berkecambah dan pengujian vigor. Daya berkecambah menunjukkan kemampuan benih untuk tumbuh dan berkembang menjadi tanaman normal pada kondisi lingkungan yang optimum, sedangkan vigor benih mencerminkan vigor benih untuk tumbuh dan berkembang menjadi tanaman normal pada kondisi lingkungan yang beragam (Sadjad, 1994). Menurut konsep Steinbauer-Sadjad (1989) dalam Sadjad (1993) mengemukakan bahwa perkembangan viabilitas benih selama periode hidup benih dibagi menjadi tiga bagian yaitu periode I, periode II, dan periode III. Periode I adalah pembangunan atau pertumbuhan dan perkembangan benih atau disebut juga periode penumpukan energi (energy deposit). Periode II yaitu periode penyimpanan benih atau periode mempertahankan viabilitas maksimum atau disebut juga periode penambatan energi (energy transit). Periode III disebut periode tanaman atau periode kritikal atau periode penggunaan energi (energy release) dan mulai terjadi proses kemunduran viabilitas benih. Pada semua periode, vigor aktual atau yang juga disebut vigor sesungguhnya atau vigor hakiki 19

terus menurun secara gradual linear dari viabilitas benih maksimum sampai benih mati. 20 Faktor yang mempengaruhi viabilitas benih dalam penyimpanan dapat dibedakan menjadi dua yaitu faktor dalam dan faktor luar. Faktor dalam meliputi jenis dan sifat benih, viabilitas awal benih dan kadar air benih; sedangkan faktor luar meliputi kelembaban, suhu, gas di sekitar benih, dan mikroorganisme (Sutopo, 1993). Laju kemunduran viabilitas benih akan berjalan lambat seiring dengan semakin rendahnya suhu dan laju kemunduran viabilitas benih akan berjalan cepat seiring dengan semakin tingginya suhu. Hal ini sesuai dengan kaidah yang menyatakan bahwa setiap penurunan suhu sebesar 5 C pada tempat penyimpanan, maka umur benih dapat diperpanjang setengahnya. Kaidah ini hanya berlaku untuk suhu berkisar 0 50 C (Harrington, 1959 dalam Sutopo, 1993). Vigor benih adalah kemampuan benih menghasilkan tanaman normal pada lingkungan yang kurang memadai (suboptimum) dan mampu disimpan pada kondisi simpan yang suboptimum (Sadjad, 1994). Sedangkan Isely (1957) dalam Pramono (2009) mengemukakan bahwa vigor benih adalah total sifat-sifat benih yang menciptakan tegakan yang memuaskan pada kondisi lapang yang tidak menguntungkan. Ciri-ciri benih bervigor yaitu tahan bila disimpan, dapat berkecambah dengan cepat dan seragam, bebas dari penyakit benih, tahan terhadap gangguan mikroorganisme, bibit tumbuh kuat baik pada tanah basah maupun kering, bibit 20

mampu memanfaatkan bahan makanan yang ada di dalam benih dengan 21 maksimal; sehingga tumbuh jaringan baru, laju pertumbuhan bibit tinggi, dan mampu berproduksi tinggi dalam waktu tertentu (Sutopo, 1993). Benih buncis varietas LE 155 yang berasal dari Perancis adalah buncis tipe tegak tanpa ajir. Benih ini memiliki ciri masak fisiologi berdasarkan deskripsi varietasnya yaitu polong berwarna kuning. Varietas ini berbeda dari semula yang berwarna hijau. Vigor yang merupakan derajat kehidupan benih dan diukur dari benih berkecambah, kecepatan perkecambahan, jumlah kecambah normal pada berbagai lingkungan yang memadai. Vigor benih yang tinggi dapat dilihat dari semua pengamatan perkecambahan baik secara morfologi maupun fisiologi yang mempengaruhi kecepatan dan keseragaman pertumbuhan benih pada berbagai lingkungan, ini merupakan tolok ukur ketahanan benih (fisiologi) atau kesehatannya (Delouche dalam Kuswanto, 1996). Kemunduran suatu benih dapat diterangkan sebagai turunnya kualitas atau viabilitas benih yang mengakibatkan rendahnya vigor serta buruknya pertumbuhan tanaman dan produksi yang tidak optimal. Kejadian tersebut merupakan suatu proses yang tak dapat balik dari kualitas suatu benih. Benih yang memiliki vigor rendah akan berakibat terjadinya kemunduran yang cepat selama penyimpanan benih, makin sempitnya keadaan lingkungan tempat benih dapat tumbuh, kecepatan berkecambah benih menurun, kepekaan akan serangan hama dan penyakit meningkat, meningkatnya jumlah kecambah abnormal, dan rendahnya produksi tanaman (Sajad, 1993). Panen, pengeringan, pengolahan, dan penyimpanan yang baik merupakan usaha-usaha yang dapat membantu 21

22 menghambat proses kemunduran benih. Dengan penyimpanan yang baik dapat memperlambat terjadinya kemunduran fisiologi benih yang sudah mencapai vigor maksimum pada saat masak fisiologi. 2.5 Daya simpan benih Hampir semua benih tanaman pertanian memerlukan penyimpanan sampai ditanam pada periode berikutnya. Penyimpanan perlu dilakukan untuk mempertahankan viabilitas benih dalam periode simpan yang sepanjang mungkin. Benih yang semakin lama disimpan, maka laju kemunduran benih tidak dapat dihindari sampai benih tersebut mati. Kemunduran benih adalah turunnya kualitas, sifat, atau viabilitas benih yang mengakibatkan semakin rendahnya vigor benih atau jeleknya pertanaman dan hasil. Kejadian ini merupakan proses degenerasi yang tidak dapat kembali dari mutu benih setelah mencapai mutu yang maksimum (Suseno, 1975 dalam I Made 2011). Vigor daya simpan adalah vigor benih selama periode simpan atau periode II. Uji vigor daya simpan adalah menguji vigor dari benih yang memiliki status viabilitas awal periode II atau dalam periode II. Vigor genetik adalah vigor benih yang disebabkan oleh faktor genetik. Vigor genetik akan dapat jelas terlihat pada pengujian lot benih dari sifat genetik yang berbeda, seperti antarspesies, antarvarietas, atau antargalur. Penyimpanan dilakukan untuk benih yang tidak langsung dipakai (karena kelebihan ataupun memang harus disimpan dulu sebelum ditanam). Cara yang dapat digunakan untuk menghambat deteriorasi (kemunduran) yaitu benih harus 22

disimpan dengan metode tertentu agar benih tidak mengalami penurunan mutu 23 (Hertiningsih, 2009). Benih yang mempunyai daya simpan lama berarti mampu melewati periode simpan yang panjang. Teknologi benih selalu berupaya untuk dapat menghasilkan benih yang mampu melampaui periode simpan sepanjang mungkin. Vigor daya simpan ialah suatu parameter vigor benih yang ditunjukkan dengan kemampuan benih untuk disimpan dalam keadaan suboptimum (Sadjad,. dkk, 1999). 23