BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA Teori Tanggapan dan Penanganan. yang diterima oleh pancaindra, bayangan di angan-angan.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada bayi dan anak, makan merupakan kegiatan natural yang terjadi

Hesti Lestari Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK Unsrat RSUP Prof dr R.D. Kandou Manado

BAB I PENDAHULUAN. tumbuh dan kembang anak. (Lubis, 2004). tanpa pemberian vitamin dan obat tertentu.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Status nutrisi adalah kondisi kesehatan yang dipengaruhi oleh asupan dan

BAB I PENDAHULUAN. saat pemberian makan. Sensory food aversion atau picky eater adalah suatu

Pendahuluan Pemberian makan pada anak memang sering menjadi masalah bagi orang tua atau pengasuh anak. Fenomena yang ada di masyarakat saat ini masih

PENGARUH PERILAKU MAKAN ORANG TUA TERHADAP KEJADIAN PICKY EATER

BAB 1 PENDAHULUAN. kognitif, spiritual, dan sosial yang begitu signifikan. Pertumbuhan dan

Makanan Sehat Bergizi Seimbang Untuk Pertumbuhan dan Perkembangan Balita

BAB I PENDAHULUAN. nutrisi. Millenium Development Goals (MDGs) yang merupakan. salah satunya adalah kebutuhan nutrisi (BAPPENAS, 2011).

MASALAH MAKAN PADA ANAK

KESULITAN MAKAN PADA ANAK. Oleh : Dr. Djoko Sunarjo, Sp.A.

HOSPITAL MAJAPAHIT Vol 5 No. 2 Nopember 2013

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. respon tiap-tiap orang berbeda (Notoatmodjo,2003). manusia sebagai mahkluk individu, sosial, dan kebutuhan (Purwanto,1999).

NURJANNAH NIM

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN SULIT MAKAN PADA ANAK PRA SEKOLAH DI TK PERTIWI DESA BUGEL KECAMATAN KEDUNG KABUPATEN JEPARA

Ingatlah bahwa pemberian MP ASI ini bertujuan mengenalkan variasi, tekstur serta rasa baru. Selera makan juga bervariasi setiap hari, hari ini dia men

BAB I PENDAHULUAN. Masalah gizi khususnya balita stunting dapat menghambat proses

BAB I PENDAHULUAN. mulut pada masyarakat. Berdasarkan laporan United States Surgeon General pada

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah. Gizi merupakan hal paling penting dalam proses tumbuh kembang

TENTANG KATEGORI PANGAN

Tak perlu khawatir dan jangan dipaksakan,karena nanti ia trauma.

BAB I PENDAHULUAN. Setiap individu mengalami proses perkembangan semasa hidupnya, mulai

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dijelaskan dan diuraikan tentang latar belakang,

BAB I PENDAHULUAN. Hasil penelitian multi-center yang dilakukan UNICEF menunjukkan bahwa MP-

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu faktor yang memegang peranan penting dalam peningkatan kualitas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 5 HASIL PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

DEWI IKA ANIS YULIANI Subject : Pola Asuh, Ibu, Picky Eater (Pilih-pilih Makanan) DESCRIPTION

BAB I PENDAHULUAN. Sejak dahulu Air Susu Ibu merupakan makanan yang terbaik untuk bayi, karena

BAB I PENDAHULUAN. infeksi yang dihasilkan dari interaksi bakteri. Karies gigi dapat terjadi karena

Pertanyaan yang Sering Diajukan (PSD) tentang Suplementasi Vitamin A

TINJAUAN PUSTAKA. Makanan Bayi

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN U BUDIYAH PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN BANDA ACEH TAHUN 2013 ABSTRAK

BAB 1 PENDAHULUAN. menjadi sumber daya yang berkualitas tidak hanya dilihat secara fisik namun

ARIS SETYADI J

BAB 1 PENDAHULUAN. yang apabila tidak diatasi secara dini dapat berlanjut hingga dewasa. Untuk

BAB I PENDAHULUAN. ini merupakan pertumbuhan dasar anak, selain itu juga terjadi perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. suatu proses alamiah, namun sering ibu-ibu tidak berhasil menyusui atau menghentikan

BAB I PENDAHULUAN. yang berusia antara satu sampai lima tahun. Masa periode di usia ini, balita

BAB 1 PENDAHULUAN. sempurna bagi bayi selama bulan-bulan pertama kehidupannya (Margaret

Mengatur Berat Badan. Mengatur Berat Badan

BAB I PENDAHULUAN. masa pertumbuhan dan perkembangan yang dimulai dari bayi (0-1 tahun),

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kehidupan anak, usia dibawah lima tahun merupakan bagian yang sangat

PENGARUH HYPNOPARENTING TERHADAP KEJADIAN PICKY EATER PADA ANAK PRASEKOLAH DI TK ISLAM TERPADU BINA INSANI KECAMATAN MOJOROTO KOTA KEDIRI

BAB 1 PENDAHULUAN. pencapaian tumbuh kembang bayi tidak optimal. utama kematian bayi dan balita adalah diare dan pneumonia dan lebih dari 50%

Modul ke: Pedologi. Cedera Otak dan Penyakit Kronis. Fakultas Psikologi. Yenny, M.Psi., Psikolog. Program Studi Psikologi.

Lampiran 1. Lembaran permohonan menjadi responden LEMBARAN PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. menurunkan angka kematian bayi dan anak. Pada tahun 2008 angka

BAB I PENDAHULUAN. Anemia merupakan suatu kondisi konsentrasi hemoglobin kurang dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENDAHULUAN. dalam kandungan disertai dengan pemberian Air susu ibu (ASI) sejak usia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

GIZI BAYI DAN BALITA. CATUR SAPTANING W, S.Gz, MPH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Konsep Batita atau Tooddler

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN bulan guna memenuhi kebutuhan gizi selain dari ASI. MP-ASI

HUBUNGAN ANTARA PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI DINI DENGAN PERTUMBUHAN BAYI DI DESA PAKIJANGAN KECAMATAN BULAKAMBA KABUPATEN BREBES

BAB 1 PENDAHULUAN. Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan dan

MENGAPA IBU HARUS MEMBERIKAN ASI SAJA KEPADA BAYI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Melindungi kesehatan ibu :

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN. tergantng dari motif yang dimiliki (Taufik, 2007). menggerakkan kita untuk berperilaku tertentu. Oleh karena itu, dalam

Tips Mengatasi Susah Buang Air Besar

II. TINAJUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Pangan merupakan kebutuhan mendasar bagi setiap makhluk hidup

Penyuluhan tentang VAS+D

HUBUNGAN ANTARA PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BAYI USIA 4 6 BULAN SKRIPSI. Diajukan Oleh : Afitia Pamedar J

HUBUNGAN ANTARA POLA PEMBERIAN ASI DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR PADA BATITA DI DESA BOJA KECAMATAN BOJA KABUPATEN KENDAL

BAB I PENDAHULUAN. nutrisi yang baik pada balita (Dinkes, 2007). Perwakilan UNICEF di Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. kematian balita dalam kurun waktu 1990 hingga 2015 (WHO, 2015).

BAB I PENDAHULUAN. Anak yang sehat semakin bertambah umur semakin bertambah tinggi

BAB 1 PENDAHULUAN. ASI Ekslusif pada bayinya (Laksono, 2010). Di daerah pedesaan, pada

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. akhiran pe dan an. Imbuhan pe-an berarti menunjukkan adanya proses. Jadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kebutuhan bayi akan zat gizi sangat tinggi untuk mempertahankan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pemberian ASI (Air Susu Ibu) secara eksklusif sampai usia 6 bulan pertama

KEBUTUHAN NUTRISI PADA ANAK. ANITA APRILIAWATI, Ns., Sp.Kep An Pediatric Nursing Department Faculty of Nursing University of Muhammadiyah Jakarta

Syarat makanan untuk bayi dan anak :

BAB I PENDAHULUAN. otak dimulai dalam kandungan sampai dengan usia 7 tahun (Menteri Negara

BAB I PENDAHULUAN. dengan cara dan jumlah yang tidak memenuhi kebutuhan. 2

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Fungsi Makanan Dalam Perawatan Orang Sakit

BAB I PENDAHULUAN. dalam pengelolaan progam kesehatan. Pada saat ini AKI dan AKB di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan ASI eksklusif atau pemberian ASI secara eksklusif adalah bayi

PEMBERLAKUAN PEDOMAN PELAYANAN ASI EKSKLUSIF DAN INISIASI MENYUSUI DINI (IMD) DI RUMAH SAKIT BERSALIN (RSB) ASIH DIREKTUR RUMAH SAKIT BERSALIN ASIH,

anak yang berusia di bawahnya. Pada usia ini pemberian makanan untuk anak lakilaki dan perempuan mulai dibedakan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pelayanan Kesehatan bagi Anak. Bab 7 Gizi Buruk

Hubungan Pemberian Asi Eksklusif dengan Perkembangan Motorik Halus Anak Usia 7-24 Bulan di Desa Jembungan

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan satu-satunya yang paling sempurna

BAB I PENDAHULUAN. makanan dan minuman lain atau disebut dengan ASI Eksklusif dapat memenuhi

BAB 1 PENDAHULUAN. Pemberian makanan tambahan pada bayi merupakan salah satu upaya. pemenuhan kebutuhan gizi bayi sehingga bayi dapat mencapai tumbuh

BAB 1 PENDAHULUAN. kecerdasan anak dan menyebabkan rendahnya perkembangan kognitif. Jika

Transkripsi:

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Picky Eater Istilah picky eater memang belum begitu dikenal, namun terdapat beberapa definisi yang menjelaskan tentang picky eater, sebagai berikut: Picky eater adalah anak yang susah makan atau hanya suka makanan jenis tertentu saja (Daniel, 2008: 40) Kesulitan makan (picky eater) adalah perilaku anak tidak mau atau menolak untuk makan, atau mengalami kesulitan mengkonsumsi makanan atau minuman dengan jenis dan jumlah sesuai usia secara fisiologis (alamiah dan wajar), yaitu mulai dari membuka mulutnya tanpa paksaan, mengunyah, menelan, hingga sampai terserap di pencernaan secara baik tanpa paksaan dan tanpa pemberian vitamin dan obat tertentu (Judarwanto, 2006) Picky Eater adalah kesulitan makan dengan gejalanya yaitu; makan hanya sedikit, sulit untuk mencoba makanan baru, secara total menghindari beberapa jenis makanan, dan memiliki makanan yang sangat disukainya (Carruth, B. R., & Jean Skinner, et al. 1998). Jadi dapat disimpulkan bahwa picky eater adalah kesulitan makan yang ditandai dengan menolak makan, neophobic, dan memiliki makanan yang sangat disukai.

2.2 Faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Picky Eater 2.2.1 Nafsu makan Picky eaters pada anak yang disebabkan oleh hilangnya nafsu makan dapat terjadi mulai dari tingkat yang ringan hingga yang berat. Gejala ringan dapat berupa kurangnya nafsu makan, pada anak terlihat dari minum susu botol yang sering sisa, mengeluarkan atau menyembur-nyemburkan makanan, dan waktu minum ASI yang singkat, sedangkan gejala berat tampak dalam bentuk anak menutup mulutnya rapatrapat atau menolak makan dan minum susu sama sekali (Judarwanto, 2006: 13). Hilangnya nafsu makan pada anak dapat terjadi karena gangguan saluran cerna, penyakit infeksi akut atau kronis, seperti TBC dan cacingan, alergi makanan dan sebagainya (Judarwanto, 2006). 2.2.2 Kondisi Psikologis Terdapat banyak faktor psikologi yang memperngaruhi nafsu makan. Menurut Illingworth (dalam Tasmin, 2002 ) anak yang sedang merasa tidak bahagia, sedih, depresi atau merasa tidak nyaman dapat mengalami gangguan nafsu makan. Selain itu, penelitian menunjukkan bahwa mood ketika stress berperan pada rendahnya variasi makanan dan kecenderungan terhadap rasa manis (Greeno & Wing, 1994). 2.2.3 Kondisi Fisik Kondisi fisik yang menyebabkan anak menjadi picky eater yaitu karena adanya keterbatasan fisik, terutama organ-organ pencernaannya. Keterbatasan fisik dapat ditandai dengan ketidaknormalan pada sistem saluran cerna, di antaranya yaitu

gangguan penyerapan atau gangguan enzim sehingga nutrisi tidak terserap dengan baik. Beberapa gangguan saluran cerna yang biasa dialami yaitu alergi makanan, celiac, reflux, kolik, pancreatic insufficiency, diare, hepatits, sirosis, bibir sumbing, dan sebagainya. Hal itu menyebabkan anak akan merasa tidak nyaman dan cenderung menolak makan sehingga menyebabkan resiko tinggi untuk gizi buruk (Dorfmann, 2008; Judarwanto, 2006:7). 2.2.4 Interaksi Ibu-Anak Interaksi ibu dan anak merupakan hal penting dalam proses makan. Interaksi yang positif seperti kontak mata, komunikasi dua arah, pujian, dan sentuhan, dan interaksi negatif seperti memaksa makan, membujuk, mengancam, dan perilaku yang mengganggu anak ( melemparkan makanan) dapat berpengaruh terhadap nafsu makannya (Claude, Anne & Bernard Bonning, 2006) Makan merupakan proses yang kompleks dan dinamis, bukan sekedar koordinasi gerak beberapa otot tetapi juga interaksi yang efektif antara pengasuh, anak, dan lingkungan. Masalah makan bisa menjadi indikator kesulitan emosi antara anak dan orang tua khususnya ibunya (Louise, 1999; Wardlan, Gordon M., 1999: 686). Selain itu, Klesges et al dalam Oliveria menemukan bahwa interaksi orang tua yang mendorong anaknya untuk makan mempunyai hubungan yang kuat pada perilaku makan dan berat badan anak. (Oliveria, 2008)

2.2.5 Perilaku Makan Orang Tua Balita merupakan golongan konsumer semipasif/semiaktif, sehingga pemenuhan kebutuhan nutrisi masih bergantung pada orang lain, khususnya ibu atau pengasuhnya ( Soedibyo, 2008). Hasil studi menunjukkan bahwa asupan gizi secara kuat berhubungan dengan ibu dan anak daripada antara ayah dan anak. Selain itu, kebiasaan makan orang tua mempunyai dampak terhadap asupan gizi pada anak prasekolah (Oliveria, 2008). Penelitian menunjukkan bahwa anak perempuan yang picky eater mempunyai ibu dengan variasi asupan sayuran yang rendah (Galloway, 2003) Orang tua banyak mempengaruhi perkembangan pola makan pada anak. Studi kuantitatif yang dipublikasikan tahun 1998 menguji pemilihan makan pada batita yang berhubungan dengan pemilihan makan anggota keluarganya (Skinner et al., 1998). Penelitian lain juga menunjukkan bahwa praktek pemberian makan yang salah dari orang tua atau karena kurang pengalaman dapat menyebabkan anak gagal tumbuh (Williams, 2005: 205). Pengasuh anak dengan karakteristik tertentu mempunyai dampak positif pada keadaan gizi anak. Ibu dari anak yang bergizi baik, merupakan ibu yang terampil mengurus anak, sabar, dan tampak dewasa dibandingkan ibu dari kelompok dengan anak bergizi rendah (LIPI dan UNICEF-Indonesia, 2000:38)

2.2.6 Pemberian ASI Eksklusif Berdasarkan penelitian diketahui bahwa anak picky eater diberi ASI kurang dari 6 bulan. Perilaku picky eater dibentuk karena anak terlalu dini mengenal makanan. Anak yang menyusu ASI cenderung tidak picky karena anak sudah dipajankan dengan variasi rasa melalui ASI. Selain itu, mereka juga membangun pola interaksi ibu-anak yang beragam selama menyusu daripada anak yang meminum susu formula. Sudah diketahui bahwa menyusu ASI mengurangi pengawasan ibu terhadap durasi dan jumlah asupan selama menyusu dan anak yang mampu mengontrol asupannya akan mempunyai asupan energi yang lebih besar saat batita ( Galloway, 2003). Penelitian lain juga menunjukkan bahwa semakin lama ibu menyusui, semakin rendah mereka memaksa anaknya makan pada usia satu tahun. Begitu juga ibu yang memberikan ASI eksklusif selama 6 bulan akan lebih rendah dalam memaksa anaknya untuk makan pada usia satu tahun. Perilaku positif dari menyusui tersebut dapat mengurangi terjadinya picky eater pada anak (Taveras, 2004). 2.3 Gejala Picky Eater Masalah makan pada anak merupakan masalah yang bervariasi mulai dari picky eating, makan makanan yang tidak lazim, makan berlebihan, dan binge eating. Masalah picky eating yang lebih parah dikenal dengan neophobic, fussy eater, pemilih, dan masalah makan. Beberapa studi menunjukkan bahwa anak yang picky eater makan sedikit, memiliki kesukaan makanan yang berlebihan (Wright, 2008; Carruth, B. R., & Jean Skinner, et al. 1998), makan perlahan-lahan, kurang nafsu makan, makan variasi makanan sedikit (Wright, 2008), asupan sayur

yang rendah (Wright, 2008; Corinna, 2003) sulit mencoba makanan baru, dan secara total menghindari beberapa jenis makanan (Carruth, B. R., & Jean Skinner, et al. 1998; Chatoor, et al., 2004;Corinna, 2003; Wright, 2008). Anak yang picky eater (kesulitan makan) mempunyai gejala sebagai berikut: (1) Kesulitan mengunyah, menghisap, menelan makanan atau hanya bisa memakan makanan lunak atau cair, (2) Memuntahkan atau menyembur-nyemburkan makanan yang sudah masuk di mulut, (3) Makan berlama-lama dan memainkan makanan, (4) Sama sekali tidak mau memasukkan makanan ke dalam mulut atau menutup mulut rapat, (5) Memuntahkan atau menumpahkan makanan, menepis suapan dari orangtua, (6) Tidak menyukai banyak variasi makanan (Judarwanto, 2006). 2.4 Dampak Picky Eater Picky eating merupakan fase yang umum pada perkembangan anak yang tidak selalu menyebabkan masalah kesehatan atau sosial, namun picky eating yang ekstrem dapat berakibat buruk, seperti gagal tumbuh, penyakit kronis, dan kematian jika tidak ditangani (Manikam & Perman 2000). Picky Eater juga dapat menyebabkan anak akan kekurangan mikro dan makronutrien yang pada akhirnya dapat mengganggu pertumbuhan fisik yang ditandai dengan berat badan dan tinggi badan kurang atau kesulitan untuk meningkatkan berat badan dan juga gangguan pertumbuhan kognitif ( Lewinsohn, et al., 2005; Daniel, 2008; Dubois, 2007; Wright, 2008; Judarwanto, 2006).

2.5 Penanganan Picky Eater Permasalahan makan merupakan hal yang kompleks. Untuk itu, permasalahan makan haruslah ditangani secara tepat. Dibutuhkan keahlian dalam menawarkan makanan kepada anak, untuk meningkatkan penerimaan anak terhadap makanan, diperlukan pajanan yang sering terhadap makanan tersebut, biasanya delapan sampai lima belas kali pajanan (Carruth BR, Ziegler PJ, Gordon A, & Barr SI., 2004; Infant and Toddler Forum, 2008). Selain itu, makanan baru sebaiknya diperkenalkan tanpa makanan lain dan tidak pada saat anak sakit, seperti demam atau diare (Claude, Anne & Bernard Bonning, 2006) Penanganan pada masalah makan anak meliputi training untuk orang tua, pendidikan gizi, latihan berinteraksi, dan kemampuan dalam menyediakan makanan (Louise, 1999). Selain itu, cara yang terbaik yaitu mengenali penyebab kesulitan makan dan mengatasi penyebabnya secara langsung dan menyeluruh (judarwanto, 2006:30; Cathey, Mary and Nan Gaylord, 2004) Perilaku makan picky eating membuat orang tua fokus pada kecukupan asupan anak dan biasanya orang tua akan memaksa anaknya untuk makan karena kekhawatiran yang berlebihan akan memiliki berat badan rendah padahal perilaku tersebut dapat berakibat negatif pada anak (Dubois et al, 2007; Claude, Anne & Bernard Bonning, 2006). Selain itu, orang tua sebaiknya membangun interaksi makan yang positif, seperti kontak mata, komunikasi dua arah, pujian, dan sentuhan, dan menghindari interaksi negatif seperti memaksa makan, membujuk, mengancam, dan perilaku yang mengganggu anak seperti melempar makanan (Claude, Anne & Bernard Bonning, 2006).

Terdapat beberapa hal yang perlu dilakukan jika menghadapi anak yang sulit makan: 1. Menghidangkan menu yang bervariasi. Hal ini dilakukan agar anak bisa memilih makanan yang disukainya sehingga anak tidak jenuh 2. Mengurangi kudapan diantara jam makan. Pada anak picky eater, porsi cemilan sebaiknya dikurangi, dalam hal ini termasuk pemberian susu. Hal ini dilakukan agar nafsu makan anak tetap terjaga. Dibandingkan anak usia dibawah satu tahun, anak batita sebaiknya diberikan susu yang lebih rendah (Infant and Toddler Forum, 2005) 3. Mempercantik tampilan makanan. Kebanyakan anak batita belajar untuk mengenali makanan yang disukai melalui penglihatannya. Anak bisa menolak biscuit karena bentuknya tidak seperti yang lainnya (Infant and Toddler Forum, 2005) 4. Memperhatikan kondisi psikologis anak. Membuat kondisi pikologis anak menjadi lebih baik dapat meningkatkan nafsu makannya 5. Membiarkan anak makan sendiri. Hal ini dilakukan agar anak dapat bereksplorasi terhadap makanannya, selain itu untuk mengasah kemandirian dan kemampuan motoriknya. 6. Tidak mengikuti keinginan anak dengan mengganti menu sesuai keinginanya, karena mungkin saja ketidaksukaannya disebabkan keinginan menentang dominasi orangtua. Mananamkan kesadaran pada anak bahwa makan adalah suatu tugas, dengan tidak memuji jika makanan dihabiskan, dan juga tidak

memarahi, mengancam, membujuk, menghukum, atau memberi label anak sebagai anak nakal jika makanannya tidak dihabiskan atau tidak mau makan ( Tasmin, 2002)

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI ISTILAH 3.1 Kerangka Konsep - Nafsu Makan (Judarwanto, 2006). - Kondisi Psikologis (Judarwanto, 2006). - Keterbatasan Fisik (Kerwin, 1999; Judarwanto,2006) - Interaksi Ibu-Anak (Chatoor, Irene, Jaclyn surles, Jodi Ganiban, et al., 2004) Picky Eater Pada Anak Gangguan pertumbuhan & Perkembangan - Perilaku Makan Orang Tua (Galloway, 2003; Dubois, 2007; Alarcon et al., 2003) - Pemberian ASI eksklusif (Dubois, 2007; Galloway, 2003).

3.2. Definisi Istilah 3.2.1 Picky Eater Kesulitan makan dengan gejalanya yaitu; makan hanya sedikit, sulit untuk mencoba makanan baru, secara total menghindari beberapa jenis makanan, dan memiliki makanan yang sangat disukainya (Carruth, B. R., & Jean Skinner, et al. 1998). 3.2.2 Nafsu Makan Gangguan nafsu makan yang diakibatkan karena gangguan saluran cerna, penyakit infeksi akut atau kronis (TBC, cacing, dll), alergi makanan, intoleransi makanan dan sebaginya (Judarwanto, 2006). 3.2.3 Kondisi Psikologis Kondisi yang berhubungan dengan persepsi, kognisi, emosi (ketakutan, kecemasan, tidak bahagia, sedih atau depresi ), kepribadian dan perilaku (www.wikipedia.com)

3.2.4 Kondisi Fisik Gangguan fungsi organ tubuh atau kelainan anatomis organ tubuh yang terjadi sejak pembentukan organ dalam kehamilan. Kelainan ini dapat mengganggu proses makan dan pencernaan sehingga menyebabkan anak sulit untuk makan. Kelainan tersebut di antaranya adalah kelainan mulut, tenggorok, dan esofagus: sumbing, lidah besar, tenggorok terbelah, fistula trakeoesofagus, atresia esofagus, laringomalasia, trakeomalasia, kista laring, tumor, tidak ada lubang hidung, serebral palsi, kelainan paru, jantung, ginjal dan organ lainnya sejak lahir atau sejak dalam kandungan (Judarwanto,2006) 3.2.5 Interaksi Ibu dan Anak Suatu aktivitas yang terjadi antara dua atau lebih objek yang memberikan efek satu sama lain, kombinasi beberapa interaksi dapat menghasilkan suatu fenomena (www.wikipedia.com) 3.2.6 Perilaku Makan Respon individu terhadap makanan yang mempunyai frekuensi spesifik, durasi dan tujuan baik disadari maupun tidak (Pusat Kesehatan Kerja Depkes RI, 2008)

3.2.7 Pemberian ASI Eksklusif Pemberian ASI sedini mungkin setelah persalinan, diberikan tanpa jadwal dan tidak diberikan makanan lain walaupun hanya air putih sampai bayi berusia 6 bulan (Irawati, 2007) 3.2.8 Gangguan Pertumbuhan dan Perkembangan Pertumbuhan tubuh yang lambat yang ditandai dengan berat badan dan tinggi badan kurang atau kesulitan untuk meningkatkan berat badan ( Dubois, 2007; Wright, 2008) serta gangguan konsentrasi, gangguan emosi, keterlambatan bicara, dan hiperkinetik (Judarwanto, 2006)