BAB II PABRIK GULA KWALA MADU (PGKM) SEBELUM TAHUN 1984

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. zaman penjajahan) yang sebenarnya merupakan sistem perkebunan Eropa.

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Langkat Sumatera Utara. Pabrik tersebut terletak di Jalan Binjai-Stabat. KM 32 dan beranjak ± 4000 m dari jalan utama.

BAB I PENDAHULUAN. yang putih dan terasa manis. Dalam bahasa Inggris, tebu disebut sugar cane. Tebu

BAB I PENDAHULUAN. merupakan satu dari dua pabrik gula yang saat ini dimiliki oleh PT. Perkebunan

BAB I PENDAHULUAN. gula ke II di Sumatera Utara sesudah Pabrik Gula Sei Semayang.

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB I. Indonesia tidak dapat terus menerus mengandalkan diri dari pada tenaga kerja

BAB 1 PENDAHULUAN. di Pulau Jawa. Sementara pabrik gula rafinasi 1 yang ada (8 pabrik) belum

PABRIK GULA KWALA MADU (PGKM) PT. PERKEBUNAN IX ( )

BAB I PENDAHULUAN. Menuju Swasembada Gula Nasional Tahun 2014, PTPN II Persero PG Kwala. Madu yang turut sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang

PENDAHULUAN Latar Belakang

stabil selama musim giling, harus ditanam varietas dengan waktu kematangan yang berbeda. Pergeseran areal tebu lahan kering berarti tanaman tebu

RINGKASAN EKSEKUTIF DAMARIS BARUS Marimin Sri Hartoyo.

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Gula merupakan salah satu komoditi strategis bagi perekonomian Indonesia, karena merupakan salah satu dari sembilan

BAB I PENDAHULUAN. beras, jagung dan umbi-umbian menjadikan gula sebagai salah satu bahan

DAFTAR ISI. Daftar Tabel... xiv Daftar Gambar... xv Daftar Lampiran... xvi

I. PENDAHULUAN. Salah satu sasaran pembangunan nasional adalah pertumbuhan ekonomi dengan

BAB I PENDAHULUAN. bumi ini yang tidak membutuhkan air. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

I. PENDAHULUAN. berbasis tebu merupakan salah satu sumber pendapatan bagi sekitar 900 ribu

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN Sejarah Perusahaan PT. Perkebunan Nusantara II Pabrik Gula

TINJAUAN PUSTAKA. Budidaya tebu adalah proses pengelolaan lingkungan tumbuh tanaman

I. PENDAHULUAN. zaman pendudukan Belanda. Pabrik-pabrik gula banyak dibangun di Pulau Jawa,

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada tahun 1965, Indonesia mengalami perekonomian merosot, inflasi tidak

I Ketut Ardana, Hendriadi A, Suci Wulandari, Nur Khoiriyah A, Try Zulchi, Deden Indra T M, Sulis Nurhidayati

PENDAHULUAN. unik yang berbeda dengan komoditi strategis lain seperti beras. Di satu sisi gula

REKAYA DAN UJI KINERJA ALAT ROGES TEBU BAB I PENDAHULUAN

I. PENDAHULUAN. Kebiasaan masyarakat Indonesia mengonsumsi gula akan berimplikasi pada

DUKUNGAN SUB SEKTOR PERKEBUNAN TERHADAP PELAKSANAAN KEBIJAKAN

I. PENDAHULUAN. berbagai macam produk baik dari sektor hortikultura maupun perkebunan. Seiring

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan Konsumsi Gula Tahun Periode

BAB I PENDAHULUAN. menggantungkan nasibnya bekerja disektor pertanian (Husodo, dkk, 2004:23- meningkatnya peranan sektor-sektor industri.

BAB I PENDAHULUAN. peranan yang sangat penting dalam ketahanan nasional, mewujudkan ketahanan

I. PENDAHULUAN. sebagai pihak yang menyewakan lahan atau sebagai buruh kasar. Saat itu,

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

V. KERAGAAN INDUSTRI GULA INDONESIA

KEADAAN UMUM Sejarah Perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan negara yang kaya akan Sumber Daya Alam (SDA),

BAB I PENDAHULUAN. Gula pasir merupakan kebutuhan pokok strategis yang memegang peran

I. PENDAHULUAN. sektor yang mempunyai peranan yang cukup strategis dalam perekonomian

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

- Menghantar/memindahkan zat dan ampas - Memisahkan/mengambil zatdengan dicampur untuk mendapatkan pemisahan (reaksi kimia)

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. yaitu perkebunan tebu yang berada cukup dekat disekitar pabrik, dengan luas areal

Upaya Peningkatan Produksi dan Produktivitas Gula dalam Perspektif Perusahaan Perkebunan Negara

V. EKONOMI GULA. dikonsumsi oleh masyarakat. Bahan pangan pokok yang dimaksud yaitu gula.

TEBU. (Saccharum officinarum L).

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 45 TAHUN 2006 TENTANG PETUNJUK TEKNIS GERAKAN PENINGKATAN RENDEMEN TEBU DI JAWA TIMUR

DINAMIKA DAN RISIKO KINERJA TEBU SEBAGAI BAHAN BAKU INDUSTRI GULA DI INDONESIA

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan alih fungsi lahan pertanian. Di satu pihak, pemerintah daerah

TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Agribisnis Gula Subsistem Input Subsistem Usahatani

PENENTUAN RENDEMEN GULA TEBU SECARA CEPAT 1

4. ANALISIS SISTEM 4.1 Kondisi Situasional

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Latar Belakang Pendirian Pabrik Sejarah Perkembangan Pabrik

BAB I PENDAHULUAN. Tebu merupakan tumbuhan sejenis rerumputan yang dikelompokkan

BAB I PENDAHULUAN. Dilihat dari Sumber Daya Alam (SDA) dan iklimnya, Indonesia memiliki

Lampiran 1 Daftar Wawancara

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

USAHA MIKRO GULA MERAH TEBU DI DESA MANGUNREJO KECAMATAN NGADILUWIH DAN DESA CENDONO KECAMATAN KANDAT KABUPATEN KEDIRI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tebu ( Saccharum officinarum L.) merupakan tanaman penting sebagai penghasil

TESIS. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-2 PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN AGRIBISNIS.

I. PENDAHULUAN. pemerintah yang konsisten yang mendukung pembangunan pertanian. Sasaran pembangunan di sektor pertanian diarahkan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Kemampuan sektor pertanian dalam

PERMASALAHAN PENGEMBANGAN TEMBAKAU DI JAWA TIMUR. Dinas Perkebunan Propinsi Jawa Timur

STRATEGI BISNIS DALAM MENGHADAPI PELEMAHAN EKONOMI DUNIA 2017 CORPORATE ENTREPRENEURSHIP

I.PENDAHULUAN Pada Pembangunan Jangka Panjang Kedua (PJP II) yang sedang berjalan,

STUDI KASUS PERMASALAHAN KOMODITAS KEDELAI DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA

I. PENDAHULUAN. Di Indonesia gula merupakan komoditas terpenting nomor dua setelah

ABSTRAK DAN EXECUTIVE SUMMARY PENELITIAN PEMBINAAN PERAN INDUSTRI BERBASIS TEBU DALAM MENUNJANG SWASEMBADA GULA NASIONAL.

I. PENDAHULUAN. Gula merupakan salah satu komoditas perkebunan strategis Indonesia baik

DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN

BAB I PENDAHULUAN. sumber pendapatan bagi sekitar ribu RTUT (Rumah Tangga Usahatani Tani) (BPS, 2009).

I. PENDAHULUAN. sebagai dasar pembangunan sektor-sektor lainnya. Sektor pertanian memiliki

perluasan kesempatan kerja di pedesaan, meningkatkan devisa melalui ekspor dan menekan impor, serta menunjang pembangunan wilayah.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tebu (Saccarum officinarum L) termasuk famili rumput-rumputan. Tanaman

PEMBUATAN ASAM OKSALAT DARI AMPAS TEBU DENGAN PROSES PELEBURAN ALKALI SKRIPSI. Oleh : SITA ARIDEWI

PENDAHULUAN. Tebu atau Saccharum officinarum termasuk keluarga rumput-rumputan. Mulai

Tanggung Jawab Pabrik Gula Trangkil dalam Kerja Sama dengan Petani Tebu Rakyat di Trangkil Kabupaten Pati. Ema Bela Ayu Wardani

I. PENDAHULUAN. Tebu (Saccharum officinarum L.) adalah salah satu komoditas perkebunan

ANALISA PEMAKAIAN BAHAN BAKAR DENGAN MELAKUKAN PENGUJIAN NILAI KALOR TERHADAP PERFOMANSI KETEL UAP TIPE PIPA AIR DENGAN KAPASITAS UAP 60 TON/JAM

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara pertanian, artinya sektor tersebut memegang

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI DAN IMPOR KEDELAI DI INDONESIA. Oleh : RIKA PURNAMASARI A

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Permasalahan Industri Gula Indonesia 2.2. Karakteristik Usahatani Tebu

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Posisi Pertanian yang Tetap Strategis Masa Kini dan Masa Depan Jumat, 22 Agustus 2014

VARIETAS UNGGUL BARU (PSDK 923) UNTUK MENDUKUNG SWASEMBADA GULA

I. PENDAHULUAN. terhadap perkembangan ekonomi suatu wilayah. Karena memiliki nilai ekonomi

I. PENDAHULUAN. untuk mendatangkan hasil dalam bidang pertanian. tanaman yang diusahakan yaitu tanaman pangan, hortikultura dan tanaman

I. PENDAHULUAN. Tanaman tebu (Saccharum officinarum L.) adalah satu anggota famili rumputrumputan

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

Transkripsi:

BAB II PABRIK GULA KWALA MADU (PGKM) SEBELUM TAHUN 1984 2.1 Latar Belakang Berdirinya PGKM Gula yang dalam hal ini adalah gula pasir merupakan suatu komoditi strategis yang memiliki kedudukan unik yang berbeda dengan komoditi strategis lain seperti beras. Mengingat pentingnya peranan gula ini maka pemerintah memberikan perhatian yang besar terhadap penyediaan bahan ini. Di satu sisi gula merupakan salah satu bahan kebutuhan pokok yang dikonsumsi masyarakat secara luas. Akan tetapi di sisi lain komoditi gula juga termasuk dalam jenis komoditi yang masih terkena cukai. Keadaan ini tentu akan mempengaruhi kebijaksanaan dan sistem pergulaan yang terjadi baik dari segi produksi, pengolahan dan pemasarannya. Kebijaksanaan pergulaan pada dasarnya mengandung empat hal yaitu kebijaksanaan di bidang produksi, pemasaran, harga dan pemenuhan kebutuhan gula. Di bidang produksi, kebijaksanaan pemerintah untuk mencapai swasembada gula tidak strategis seperti pada beras, sehingga menempatkan prioritas peningkatan produksi gula di bawah beras. Situasi demikian mengandung implikasi yang cukup besar karena gula dan beras merupakan tanaman yang memiliki kompetisi penggunaan lahan yang tinggi. Baik gula maupun beras, sebagian besar produksi masih dihasilkan di Pulau Jawa pada lahan pengairan baik. Keadaan ini menyebabkan usaha meningkatkan produksi beras dan gula secara bersama-sama sering dihadapkan 11

pada faktor keterbatasan lahan. Sesuai dengan keadaan alam Indonesia yang beriklim tropis di mana tebu tumbuh dengan sangat baik maka pabrik gula di Indonesia menggunakan tebu sebagai bahan bakunya. Oleh sebab itu, dalam upaya mencapai swasembada gula tentu sangat diperlukan ekstensifikasi lahan penanaman tebu serta penambahan jumlah pabrik gula yang tentu saja harus dilakukan di luar Pulau Jawa. Uraian di atas menjadi faktor yang melatarbelakangi pendirian pabrik gula di luar Pulau Jawa di mana Pabrik Gula Kwala Madu PT. Perkebunan IX adalah salah satu realisasi dari proyek pemerintah ini. Banyak hal yang telah diupayakan pemerintah mulai dari melakukan kerja sama dengan perusahaan asing untuk mendapatkan dana pembangunan pabrik gula serta pemberian kredit lunak bagi masyarakat untuk penambahan jumlah lahan penanaman tebu. Oleh karena itulah maka selain perusahaan milik negara, rakyat juga ikut dalam membudidaya tebu yang dikenal dengan nama Tebu Rakyat Bebas (TRB) dan Tebu Rakyat Intensifikasi (TRI). Tabel 2.1 berikut menerangkan bagaimana perkembangan areal Tebu Rakyat Intensifikasi: 12

TABEL 2.1 Perkembangan Areal Tebu Rakyat Intensifikasi (TRI) No. Propinsi Tahun (Ha) 1984 1985 1986 1987 1. Jawa Timur 111.054 128.144 141.343 138.491 2. Jawa Tengah 54.541 52.322 57.492 59.490 3. Jawa Barat 11.215 13.659 14.779 14.235 4. Yogyakarta 4.127 5.993 5.656 2.936 5. Lampung - - 734 1.238 6. Sumatera Utara - - 264 698 Sumber: A. Moerdokusumo, 1993 : 11 2.1.1 Kebijakan Pemerintah Besarnya peranan yang dimiliki oleh gula ini maka persediaannya merupakan faktor yang mempengaruhi stabilitas ekonomi nasional. Dalam kenyataannya kebutuhan gula nasional masih belum dapat dipenuhi dari produksi gula nasional sehingga pemerintah harus mengimpor gula dari luar negeri atau dengan kata lain Indonesia masih tergantung pada negara lain. Tabel 2.2 berikut menerangkan angka impor gula Indonesia dari tahun 1982 hingga 1989: 13

TABEL 2.2 Impor Gula Indonesia No. Tahun Nilai US$ Jumlah Impor 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 1982 1984 1985 1986 1987 1988 1989-1.263 1.600 16.386 27.598 36.838 51.675 Sumber: A. Moerdokusumo, 1993 : 11 685.000 1.588 2.463 58.564 132.561 132.636 161.931 Untuk mencegah terus berlangsungnya impor gula yang menelan dana jutaan dollar AS itu, menjelang akhir PELITA III (1982), pemerintah menetapkan suatu kebijaksanaan agar kebutuhan gula Indonesia dapat dipenuhi dengan produksi dalam negeri. Adapun langkah-langkah yang ditempuh untuk mencapai tujuan tersebut meliputi 4 program, yaitu: 1. Rehabilitasi dan perluasan kapasitas pabrik gula di Jawa. 2. Membangun pabrik-pabrik gula baru di luar Jawa. 3. Peningkatan Program Tebu Rakyat Intensifikasi (TRI). 4. Stabilisasi harga gula di dalam negeri. Hal inilah yang mendasari dibangunnya Pabrik Gula Kwala Madu PT. Perkebunan IX yang merupakan salah satu dari realisasi proyek pemerintah. Pabrik tersebut dibangun berdasarkan kontrak yang dibuat oleh Pemerintah RI melalui 14

perantaraan Departemen Pertanian dengan Hitachi Zosen yang merupakan perusahaan kontraktor Jepang. Perjanjian kontrak ditandatangani pada tanggal 23 Nopember 1981 sedangkan masa pembangunan fisik serta pemasangan seluruh peralatan pabrik mulai dilaksanakan pada tanggal 6 Pebruari 1982. Masa pembangunan berlangsung selama kurang lebih dua tahun dan menelan biaya sebesar ± Rp. 35.000.000.000,-. Jika dilihat dari jumlah dana yang dihabiskan hanya untuk pembangunan Pabrik Gula Kwala Madu PT. Perkebunan IX tentu sangat mencengangkan bagi kita. Belum lagi proyek pemerintah lainnya yang dicanangkan pada tahun yang sama hanya untuk mencapai swasembada gula. Apalagi proyek tersebut dilakukan dengan bantuan modal asing. Namun perlu kita ketahui bahwa pada dasarnya kebijakan pergulaan di Indonesia memiliki beberapa tujuan antara lain: 1. Meningkatkan produksi menuju swasembada. 2. Penyerapan tenaga kerja dan meningkatkan kesejahteraan petani. 3. Meningkatkan penggunaan lahan kurang produktif. 4. Sebagai sumber pendapatan untuk mendorong pengembangan industri gula. 5. Meningkatkan penerimaan negara melalui pajak gula/industri pergulaan. 6. Sebagai sarana meningkatkan kemampuan golongan ekonomi lemah. Dari sini dapat kita lihat bahwa proyek pemerintah ini merupakan proyek jangka panjang di mana tujuan yang ingin dicapai yaitu pemenuhan kebutuhan gula nasional dengan produksi gula nasional tanpa ada impor gula dari negara lain. Selain 15

itu, pencapaian swasembada gula tentu akan berujung pada peningkatan devisa negara. 2.1.2 Tujuan Pendirian PGKM Pabrik Gula Kwala Madu PT. Perkebunan IX didirikan selain sebagai implementasi proyek pemerintah juga memiliki tujuan dasar yaitu: 1. Dapat menyerap tenaga kerja sebanyak-banyaknya. 2. Pengadaan gula untuk wilayah Sumatera Utara dalam usaha swasembada gula. 3. Memberikan pemasukan kepada kas negara. 4. Meningkatkan pendapatan masyarakat melalui Tebu Rakyat Intensifikasi (TRI). Beberapa hal yang disebutkan di atas tentu menyadarkan kita betapa buruknya pun suatu proyek pemerintah di mata kita namun di sisi lain masih memiliki efek positif yang terkadang tidak terbesit di dalam nalar kita. 2.2 Persiapan Produksi Perdana PGKM Keberhasilan proses produksi gula ditentukan baik oleh faktor-faktor yang bersifat teknis maupun non-teknis. Berkaitan dengan faktor teknis, upaya mencapai produktifitas dan produksi yang maksimal dapat dilakukan melalui penerapan teknis budidaya yang tepat. Demikian pula penanganan panen hingga pengolahan tebu menjadi gula. Dalam hal ini diperlukan teknologi pengolahan gula sehingga produk ini bisa disimpan lama selama periode menunggu untuk dikonsumsi. Keseluruhan 16

rangkaian kegiatan tersebut yaitu sejak penanaman tebu hingga tahap panen maupun pasca-panennya merupakan kegiatan yang saling terkait satu sama lain yang pada prinsipnya setiap tahap kegiatan harus diusahakan sedemikian rupa untuk dapat memperoleh gula maksimal dengan tingkat kehilangan seminimal mungkin. 2.2.1 Dana Pabrik Gula Kwala Madu PT. Perkebunan IX merupakan pabrik gula kedua di Sumatera Utara setelah Pabrik Gula Sei Semayang (PGSS) PT. Perkebunan IX. Jika Pabrik Gula Sei Semayang merupakan proyek dengan dana PT. Perkebunan IX sendiri maka Pabrik Gula Kwala Madu merupakan proyek pemerintah dengan pihak PT. Perkebunan IX. Di sini pihak PT. Perkebunan IX ditunjuk sebagai agen pelaksana untuk mengolahnya dengan angka perbandingan 60:40 di mana 40% dana pemerintah sedangkan 60% merupakan dana PT. Perkebunan IX. Di sini perlu dijelaskan bahwa Hitachi Zosen yang telah disebutkan sebelumnya merupakan wakil dari PT. Perkebunan IX dalam hal pemenuhan dana pembangunan pabrik gula. Setelah pabrik gula selesai dibangun maka pengolahannya kemudian dipegang oleh PT. Perkebunan IX. 2.2.2 Lokasi Pabrik Gula Kwala Madu PT. Perkebunan IX berada ± 4 Km dari jalan utama diantara Tandem dan Kwala Begumit. 17 Pabrik ini menempati lokasi seluas ± 2,5 Ha. Pabrik mengarah ke jalan utama dan sumber air (sungai) berada ± 8 Km di belakang 17 Jalan utama yang dimaksud merupakan jalan yang menghubungkan antara Medan dengan Pangkalan Berandan. Sementara itu Pabrik Gula Kwala Madu PT. Perkebunan IX berjarak ± 45 Km dari Medan. 17

pabrik. Keseluruhan bangunan pabrik merupakan bangunan yang permanen dan sebagian besar menggunakan kerangka besi. Pabrik Gula Kwala Madu PT. Perkebunan IX didirikan pada bekas areal penanaman tembakau atau lebih tepatnya di wilayah Afdeling Pongei Kebun Kwala Begumit PT. Perkebunan IX di Kabupaten Langkat. Gambar 2.1 berikut merupakan layout dari Pabrik Gula Kwala Madu PT. Perkebunan IX: GAMBAR 2.1 Layout Pabrik Gula Kwala Madu PT. Perkebunan IX Sumber: Manajemen Pabrik Gula Kwala Madu (PGKM) PT. Perkebunan IX 18

Keterangan Gambar: 1. Pintu Masuk 2. Boundan Fence Line 3. Weigh Budge 4. Tempat Penampungan Tebu 5. Cane Handling Station 6. Space Parts House 7. Work Shop 8. Molasses Tank 9. Mill House 10. Line House 11. Sulphun House 12. Boiling House 13. Boiler 14. Boiler Control House 15. Power dan W.T. House 16. Factory Office dan Laboratorium 17. Sugar Wake House 18. Condensate Tank 19. Bagasse Storage 20. Oil Tank 21. Water Treatment House 19

22. Water Treatment Station 23. Drainale 24. Water Intake 2.2.3 Bahan Baku Bahan baku merupakan bahan yang terlibat langsung dalam proses produksi atau dengan kata lain bahan yang digunakan langsung sebagai bahan utama dalam proses produksi. Pengadaan bahan baku Pabrik Gula Kwala Madu PT. Perkebunan IX diperoleh dari kebun sendiri, tanaman Tebu Rakyat Bebas dan Tebu Rakyat Intensifikasi. Kadar gula dalam batang tebu dipengaruhi oleh berbagai faktor diantaranya iklim, jenis tebu yang ditanam, pemeliharaan tanaman dan jenis tanah. Komposisi dalam batang tebu dapat dilihat pada Tabel 2.3 berikut: TABEL 2.3 Komposisi Kandungan Zat yang Terkandung dalam Batang Tebu No. Kandungan Zat Jumlah (%) 1. Monosacharida 2. Sacharosa (gula) 3. Serat (Cellulosa dan Pentijon) 4. Zat Anorganik 5. Asam Organik 6. Bahan Lain 7. Air Sumber: Mubyarto dan Daryanti, 1991 : 27 0,5 1,5 11 19 11 19 0,5 1,5 0,5 12 65 75 20

Dalam pengadaan bahan baku dalam hal ini adalah tebu, Pabrik Gula Kwala Madu PT. Perkebunan IX menanam berbagai jenis tebu yaitu B2.110, B2.134, F.171, F.154, PS.58, dan BM.261 dengan total luas areal kebun 8.434,53 Ha. Saat yang tepat untuk memanen atau menebang tebu adalah pada tingkat kemasakan yang maksimal yaitu pada saat kadar sacharosa dalam batang tebu berada pada titik puncaknya. Untuk mengetahui saat tebang yang tepat, kurang lebih tiga bulan sebelum masa giling dilakukan analisis penetapan kemasakan tebu setiap dua minggu sekali. Dari hasil analisis tersebut dapat diketahui besarnya angka rendemen sebagai dasar perhitungan untuk menentukan apakah tanaman tebu dalam satu areal tertentu sudah tiba saatnya untuk ditebang. Batang tebu hasil tebangan kemudian diangkut ke pabrik dengan menggunakan truk. Gambar 2.2 berikut merupakan diagram pengolahan tebu menjadi gula: 21

GAMBAR 2.2 Diaram Alir Pengolahan Tebu Menjadi Gula Batang Tebu Air Imbibisi Penggilingan (Ekstraksi) Ampas Nira Mentah Bahan Pembersih Pembersihan (Klarifikasi) Blotong Nira Bersih Penguapan (Evaporasi) Air Nira Pekat Pengkristalan (Kristalisasi) Air Masekuit Pemisahan Kristal Melasse Kristal Gula Sumber: Mubyarto dan Daryanti, 1991 : 36 22

2.2.4 Pembagian Keuntungan Diawal Produksi Sesuai dengan posisinya sebagai agen pelaksana maka PT. Perkebunan IX tidak sepenuhnya memiliki keuntungan yang diperoleh dari produksi gula di Pabrik Gula Kwala Madu. Porsinya yang 60:40 mengharuskan PT. Perkebunan IX membagi keuntungan yang diperoleh untuk diberikan kepada pemerintah setelah dikurangi biaya produksi. Belum lagi pembayaran kredit kepada pihak Hitachi Zosen atas biaya yang dikeluarkan untuk pembangunan pabrik. Oleh sebab itu keuntungan di awal produksi lebih diutamakan untuk pembayaran kredit yang sebelumnya digunakan untuk biaya pembangunan Pabrik Gula Kwala Madu. 23