PENGARUH IKLIM KERJA PANAS TERHADAP DEHIDRASI DAN KELELAHAN PADA TENAGA KERJA BAGIAN BOILER DI PT ALBASIA SEJAHTERA MANDIRI KABUPATEN SEMARANG

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan hidup manusia secara luas, namun tanpa disertai dengan

HUBUNGAN IKLIM KERJA DAN STATUS GIZI DENGAN PERASAAN KELELAHAN KERJA PADA TENAGA KERJA BAGIAN PRODUKSI DI PABRIK KOPI PD. AYAM RAS KOTA JAMBI TAHUN

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN. mencakup syarat-syarat keselamatan kerja yang berkaitan dengan suhu,

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan bagi pekerja (Sucipto, 2014). Dalam lingkungan industri, proses. terhadap kondisi kesehatan pekerja (Kuswana, 2015).

BAB I PENDAHULUAN. berlebihan dan kondisi fisik yang lain dapat mengakibatkan gangguan

PENGARUH IKLIM KERJA PANAS TERHADAP KELELAHAN TENAGA KERJA DI BAGIAN PELEBURAN LOGAM KOPERASI BATUR JAYA CEPER KLATEN ARTIKEL PUBLIKASI ILMIAH

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT TEKANAN PANAS DENGAN FREKUENSI DENYUT NADI PEKERJA PANDAI BESI DI KELURAHAN PADEBUOLO

BAB I PENDAHULUAN. Industrialisasi akan selalu diiringi oleh penerapan teknologi tinggi.

BAB I PENDAHULUAN. dihindari, terutama pada era industrialisasi yang ditandai adanya proses

BAB I PENDAHULUAN. maupun psikis terhadap tenaga kerja (Tarwaka, 2014). Dalam lingkungan

KEBISINGAN DAN TEKANAN PANAS DENGAN PERASAAN KELELAHAN KERJA PADA TENAGA KERJA BAGIAN DRILLING PERTAMINA EP JAMBI

PERBEDAAN TINGKAT DEHIDRASI DAN KELELAHAN PADA KARYAWAN TERPAPAR IKLIM KERJA MELEBIHI NAB ( STOCK YARD

PERBEDAAN TINGKAT DEHIDRASI DAN KELELAHAN PADA PEKERJA TERPAPAR IKLIM KERJA PANA DI BAGIAN PENGEPAKAN DAN PELINTINGAN DI PT.

BAB V PEMBAHASAN. saat penelitian dilakukan yang diukur dengan satuan tahun. Dalam

PENGARUH IKLIM KERJA TERHADAP DEHIDRASI PADA KARYAWAN UNIT WORKSHOP PT. INDO ACIDATAMA Tbk, KEMIRI, KEBAKKRAMAT, KARANGANYAR NASKAH PUBLIKASI

*Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Sam Ratulangi Manado

EVALUASI KONDISI IKLIM KERJA DI LABORATORIUM BETON TEKNIK SIPIL INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

NASKAH PUBLIKASI. Disusun Oleh : Taufiq Abdullah J

BAB I PENDAHULUAN. Keselamatan kerja merupakan salah satu prasyarat yang ditetapkan dalam

PUBLIKASI ILMIAH. Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan

PENGARUH IKLIM KERJA TERHADAP PRODUKTIVITAS KERJA PADA PEMBUATAN KAPAL FIBER (STUDI KASUS: PT. FIBERBOAT INDONESIA)

Skripsi ini Disusun Guna Memenuhi Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun Oleh:

HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN KELELAHAN KERJA PADA TENAGA KERJA BAGIAN WEAVING DI PT. ISKANDAR INDAH PRINTING TEXTILE SURAKARTA

PENGARUH MUSIK KERJA TERHADAP TINGKAT KELELAHAN DAN PRODUKTIVITAS KERJA KARYAWAN UNIT FILLING PT. INDO ACIDATAMA Tbk, KEMIRI, KEBAKRAMAT, KARANGANYAR

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN HEAT STRAIN PADA TENAGA KERJA YANG TERPAPAR PANAS DI PT. ANEKA BOGA MAKMUR

HUBUNGAN BEBAN KERJA FISIK MANUAL DAN IKLIM KERJA TERHADAP KELELAHAN PEKERJA KONSTRUKSI BAGIAN PROJECT RENOVASI WORKSHOP MEKANIK

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhannya. Dengan bekerja, manusia berharap akan memperoleh suatu

Indeks Suhu Bola Basah (ISBB)/WBGT (Wet Bulb Globe Temperature Index)

HUBUNGAN ANTARA IKLIM KERJA DENGAN PRODUKTIVITAS KARYAWAN MENYETRIKA UNIT GARMEN PT APAC INTI CORPORA SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat kota besar yang mengandalkan kepraktisan sehingga

ANALISIS HUBUNGAN STATUS GIZI DAN IKLIM KERJA DENGAN KELELAHAN KERJA DI CATERING HIKMAH FOOD SURABAYA

ANALISIS KUISIONER LINGKUNGAN KERJA DAN GANGGUAN KESEHATAN PEKERJA DI INDUSTRI GERABAH - JOGJAKARTA

STUDI KOMPARASI DAMPAK PENGGUNAAN AC (AIR CONDITIONING) PADA BUS TERHADAP TINGKAT KELELAHAN PENGEMUDI

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) TERHADAP KEDISIPLINAN PEMAKAIAN MASKER PADA PEKERJA BAGIAN WINDING

FISIOLOGI DAN PENGUKURAN KERJA

BAB I PENDAHULUAN. panas umumnya lebih banyak menimbulkan masalah dibanding iklim kerja dingin,

HUBUNGAN BEBAN KERJA DENGAN KELELAHAN KERJA PADA PEKERJA INDUSTRI RUMAH TANGGA RAMBAK KERING DESA DOPLANG KECAMATAN TERAS BOYOLALI

PENGARUH PENAMBAHAN WAKTU ISTIRAHAT PENDEK TERHADAP KELELAHAN KERJA PADA PAKERJA PELINTING ROKOK DI PT. DJITOE INDONESIA TOBACCO BAB I

Kata Kunci: Kelelahan Kerja, Shift Kerja, PLTD.

PENGARUH INTENSITAS PENERANGAN TERHADAP KELELAHAN MATA PADA KARYAWAN BAGIAN PRODUKSI PELINTINGAN MANUAL DI PT. DJITOE INONESIA TOBAKO

EVALUASI KONDISI IKLIM KERJA DI BENGKEL KONSTRUKSI POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PERBEDAAN HASIL BELAJAR BIOLOGI MENGGUNAKAN PEMBELAJARAN WHAT IS MY LINE

DINASTI TUNGGAL DEWI J

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. dengan kadar yang melebihi nilai ambang batas (NAB), yang diperkenankan

-THESIS (TI )- Perancangan Model Penilaian Potensi Personal Protective Clothing (PPC) dalam Mempengaruhi Kinerja Karyawan di Lingkungan Panas

BAB I PENDAHULUAN. untuk keperluan suatu usaha dimana terdapat sumber-sumber bahaya (UU no. 1/

BAB I PENDAHULUAN. ribuan orang cedera setiap tahun (Ramli, 2009). (K3) perlu mendapat perhatian yang sebaik-baiknya sehingga diharapkan

STUDI PERBEDAAN KELELAHAN KERJA BERDASARKAN PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN (EXTRA FOODING) (Studi di PT. Besmindo Materi Sewatama, Pekopen Tambun Bekasi)

HUBUNGAN ANTARA BEBAN KERJA FISIK DENGAN KELELAHAN KERJA PADA TENAGA KERJA BAGIAN PRODUKSI TULANGAN BETON DI PT WIJAYA KARYA BETON Tbk.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

HIGEIA JOURNAL OF PUBLIC HEALTH RESEARCH AND DEVELOPMENT

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan masih dilaksanakan Indonesia pada segala bidang guna

BAB V PEMBAHASAN. A. Karakteristik Responden. Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui karakteristik subjek. penelitian tenaga kerja meliputi :

BAB I PENDAHULUAN. dikehendaki yang bersumber dari alat-alat proses produksi dan/atau alat-alat. (Permenakertrans RI Nomor PER.13/MEN/X/2011).

PUBLIKASI ILMIAH. Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan

PERBEDAAN TEKANAN DARAH SEBELUM DAN SESUDAH TERPAPAR PANAS PADA PEKERJA BAGIAN BOTTLING PROCESS PT SINAR SOSRO DELI SERDANG TAHUN 2013

HUBUNGAN BEBAN KERJA DENGAN KELELAHAN KERJA PADA PETUGAS SAMPAH DI KELURAHAN SUMBER KOTA SURAKARTA

tenaga kerja yang sesuai dengan jenis pekerjaannya (Suma mur, 2014). organisasi atau pemegang jabatan dalam jangka waktu tertentu.

NASKAH PUBLIKASI. Diajukan Oleh: DEWI KUSMIYATI A

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado. Kata Kunci: Intensitas Kebisingan, Kelelahan Kerja, Tenaga Kerja Ground Handling

*Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universtas Sam Ratulangi Manado

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENGARUH KARAKTERISTIK INDIVIDU DAN KESEJAHTERAAN KARYAWAN TERHADAP KINERJA PETUGAS POLIKLINIK RS PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN TEKANAN PANAS DENGAN SISTOLIK DAN DIASTOLIK SERTA KELELAHAN KERJA PEKERJA UNIT PENGECORAN LOGAM

PENGARUH INTENSITAS PENERANGAN TERHADAP KELELAHAN MATA PADA SISWA KELAS IV DAN V SEKOLAH DASAR NEGERI 02 KURIPAN-PURWODADI ARTIKEL PUBLIKASI ILMIAH

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELELAHAN PADA PEKERJA DI PT KALIMANTAN STEEL

BAB I PENDAHULUAN. Temperature merupakan keadaan udara pada waktu dan tempat. pertukaran panas diantara tubuh dan lingkungan sekitar.

PERBEDAAN TEKANAN DARAH DAN KELELAHAN KERJA PADA TENAGA KERJA TERPAPAR PANAS DI ATAS DAN DI BAWAH NAB DI PT. ANEKA ADHILOGAM KARYA CEPER KLATEN

BAB V PEMBAHASAN. penggerindaan dan pengelasan di area malting, dan finishing produk. Lokasi

DETERMINAN KELUHAN AKIBAT TEKANAN PANAS PADA PEKERJA BAGIAN DAPUR RUMAH SAKIT DI KOTA MAKASSSAR

HUBUNGAN ANTARA SHIFT

NASKAH PUBLIKASI Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Gelar Sarjana Strata-1 Program Studi Akuntansi.

HUBUNGAN TEKANAN PANAS DAN BEBAN KERJA FISIK DENGAN KELELAHAN KERJA PADA TENAGA KERJA WANITA BAGIAN SEWING DI CV.

Rimba Putra Bintara Kandung E2A307058

BAB I PENDAHULUAN. Di zaman globalisasi dan pasar bebas WTO (World Trade Organization)

Pengertian Iklim Kerja Macam-Macam Iklim Kerja

ABSTRACT. Conclusion: Suggested to use mask and gloves and also have consumption of isotonic water every minutes after drink mineral water.

BAB I PENDAHULUAN. penggunaan mesin-mesin, pesawat, instalasi dan bahan-bahan berbahaya akan

HUBUNGAN ANTARA BEBAN KERJA DENGAN KELELAHAN KERJA PADA KARYAWAN BAGIAN CUTTING PT. DAN LIRIS BANARAN KABUPATEN SUKOHARJO NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN KEPATUHAN INSTRUKSI KERJA DENGAN KEJADIAN KECELAKAAN KERJA PADA BAGIAN PRODUKSI DI PT. ANEKA ADHILOGAM KARYA CEPER KLATEN

HUBUNGAN TEKANAN PANAS DAN BEBAN KERJA DENGAN KELELAHAN KERJA PADA TENAGA KERJA WEAVING PT. ISKANDAR INDAH PRINTING TEXTILE

BAB V PEMBAHASAN. A. Perbedaan tekanan darah pada tenaga kerja terpapar panas di atas dan. di bawah NAB di PT. Aneka Adhilogam Karya Ceper Klaten.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di Indonesia telah ditetapkan lamanya waktu bekerja sehari maksimum

Riset Informasi Kesehatan, Vol. 6 No.1 Juni 2017

BAB I PENDAHULUAN. statis artinya normalnya fungsi alat-alat tubuh pada waktu istirahat dan sehat

NASKAH PUBLIKASI. Disusun Oleh : Ocky Angling Margiasih J

BAB I PENDAHULUAN. (2007) menjelaskan bahwa tubuh manusia rata-rata tersusun atas 75% air dan

PENGARUH INTENSITAS KEBISINGAN TERHADAP DENYUT NADI PEKERJA SEBELUM DAN SESUDAH BEKERJA DI PT ISKANDAR INDAH PRINTING TEXTILE SURAKARTA

NASKAH PUBLIKASI ILMIAH Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Jurnal Keperawatan, Volume X, No. 2, Oktober 2014 ISSN ANALISIS KARAKTERISTIK PEKERJA DENGAN GANGGUAN KETULIAN PEKERJA PABRIK KELAPA SAWIT

BAHAN AJAR GIZI OLAHRAGA DEHIDRASI. Oleh: Cerika Rismayanthi, M.Or

SUSI ARYATI A

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Industri akan selalu diikuti oleh penerapan teknologi tinggi penggunaan

PENINGKATAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR IPS TENTANG KENAMPAKAN ALAM MELALUI METODE JIGSAW SISWA KELAS IV SD NEGERI 1 JEMAWAN JATINOM, KLATEN TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. penggunaan mesin-mesin, pesawat, instalasi, dan bahan-bahan berbahaya akan terus

*Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sam Ratulangi Manado

PENGARUH MODAL USAHA DAN TINGKAT PENDIDIKAN TERHADAP PENDAPATAN PEDAGANG DI PASAR GEDE HARDJONAGORO SURAKARTA TAHUN 2012/2013 NASKAH PUBLIKASI

Transkripsi:

PENGARUH IKLIM KERJA PANAS TERHADAP DEHIDRASI DAN KELELAHAN PADA TENAGA KERJA BAGIAN BOILER DI PT ALBASIA SEJAHTERA MANDIRI KABUPATEN SEMARANG NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh: NINDI PUSPITA SARI J 410 100 045 PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2014

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA FAKULTAS ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT Jl. A. Yani Tromol Pos I Pabelan, Kartasura Telp. (0271) 717417, Fax : 7151448 Surakarta 57102 Surat Persetujuan Artikel Publikasi Ilmiah Yang bertanda tangan ini pembimbing/ skripsi/ tugas akhir : Pembimbing I Nama : Tarwaka, PGDip.Sc,M.Erg NIK : 19640929 198803 1019 Pembimbing II Nama : Dr. Suwaji S.MKes NIK : 19531123 198303 1002 Telah membaca dan mencermati naskah artikel publikasi ilmiah, yang merupakan ringkasan skripsi/tugas akhir dari mahasiswa: Nama : Nindi Puspita Sari NIM : J 410 100 045 Program Studi : Kesehatan Masyarakat Judul Skripsi : PENGARUH IKLIM KERJA PANAS TERHADAP DEHIDRASI DAN KELELAHAN PADA TENAGA KERJA BAGIAN BOILER DI PT ALBASIA SEJAHTERA MANDIRI KABUPATEN SEMARANG Naskah artikel tersebut, layak dan dapat disetujui untuk dipublikasikan. Demikian persetujuan dibuat, semoga dapat dipergunakan seperlunya. Surakarta, November 2014 Pembimbing I Pembimbing II Tarwaka, PGDip.Sc,M.Erg Dr. Suwaji S.MKes NIK.19640929 198803 1019 NIK.19531123 198303 1002 SURAT PERNYATAAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH Bismillahirrahmanirrohim Yang bertanda tangan dibawah ini, saya: Nama : NINDI PUSPITA SARI NIM : J 410 100 045 Fak/ Prodi : FIK/Kesehatan Masyarakat Jenis : Skripsi Judul : PENGARUH IKLIM KERJA PANAS TERHADAP DEHIDRASI DAN KELELAHAN PADA TENAGA KERJA BAGIAN BOILER DI PT ALBASIA SEJAHTERA MANDIRI KABUPATEN SEMARANG Dengan ini menyatakan bahwa saya menyetujui untuk : 1. Memberikan hak bebas royalti kepada perpustakaan UMS atas penulisan karya ilmiah saya, demi pengembangan ilmu pengetahuan. 2. Memberikan hak menyimpan, mengalih mediakan/ mengalih formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), mendistribusikan serta menampilkannya dalam bentuk softcopy untuk kepentingan akademis kepada Perpustakaan UMS, tanpa perlu meminta ijin dari saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/ pencipta. 3. Bersedia dan menjamin untuk menanggung secara pribadi tanpa melibatkan pihak Perpustakaan UMS, dari semua bentuk tuntutan hukum yang timbul atas pelanggaran hak cipta dalam karya ilmiah ini. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan semoga dapat digunakan sebagaimana mestinya. Surakarta, November 2014 Yang Menyatakan (Nindi Puspita Sari)

PENGARUH IKLIM KERJA PANAS TERHADAP DEHIDRASI DAN KELELAHAN PADA TENAGA KERJA BAGIAN BOILER DI PT ALBASIA SEJAHTERA MANDIRI KABUPATEN SEMARANG Nindi Puspita Sari*, Tarwaka**, Suwaji*** *Mahasiswa S1 Kesehatan Masyarakat FIK UMS, **Dosen Kesehatan Masyarakat FIK UMS, ***Dosen Kesehatan Masyarakat FIK UMS ABSTRAK Tempat kerja boiler merupakan tempat kerja dimana tersedia 16 ruang Kiln Dry dengan panas yang berasal dari uap panas 2 buah boiler berkapasitas 12.000 ton berbahan bakar potongan dan serbuk kayu dilakukan secara manual oleh tenaga kerja dan dilakukan di ruang terbuka terkena sinar matahari langsung sehingga dapat mengakibatkan iklim kerja panas, rasa haus, dan lelah yang dapat mempengaruhi kinerja tenaga kerja dalam bekerja. Tujuan dalam penelitian ini untuk mengetahui adanya pengaruh iklim kerja panas terhadap dehidrasi dan kelelahan pada tenaga kerja bagian boiler di PT. Albasia Sejahtera Mandiri Kabupaten Semarang. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah tenaga kerja pada bagian produksi dan boiler yang berjumlah 30 orang. Pemilihan sampel menggunakan metode total sampling. Uji statistic dengan uji Mann Whitney dan Independent sample t- test menggunakan SPSS. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa terdapat pengaruh antara iklim kerja panas terhadap dehidrasi dengan hasil uji Mann Whitney (p = 0,023) dan ada pengaruh iklim kerja panas terhadap kelelahan dengan hasil uji Independent sample t-test (p = 0,000) pada tenaga kerja bagian boiler di PT Albasia Sejahtera Mandiri Kabupaten Semarang. Kata kunci : Iklim Kerja Panas, Dehidrasi, Kelelahan ABSTRACT The workplace boiler was workplace where has 16 Kiln Dry rooms with a heat comes from hot vapour of boilers have 12000 ton capacity with fuel of powder and wood cutting was done manually by employees in outdoor so they can be lightened by sunlight. It can make a hot work climate, thirsty, and fatigue that can influence employee's work. The aim of this research is to know about the influence hot work climate on employees against dehydration and fatigue unit boiler PT Albasia Sejahtera Mandiri, Semarang Regency. The research uses analytical observational design with cross sectional approach. The research's population 30 employees of production and boiler unit. Technique of sampling uses total sampling method. Statistical test uses spss by uji Mann Whitney dan Independent Sample T-Test. The result statistic showed that these influence between hot work climate to dehydration with statistic test use Mann Whitney (p=0.023) and there influence hot work climate to fatigue with statistic test use Independent Sample T-Test (p=0.000) of employees in PT Albasia Sejahtera Mandiri, Semarang Regancy. Keywords: Hot work climate, Dehydration, Fatigue. Universitas Muhammadiyah Surakarta Page 1

PENDAHULUAN Penggunaan teknologi maju tidak dapat dielakkan, terutama pada era industrialisasi yang ditandai adanya proses mekanisme, elektrifikasi dan modernisasi serta transformasi globalisasi. Dalam keadaan demikian penggunaan mesin-mesin, pesawat, instalasi dan bahan-bahan berbahaya akan terus meningkat sesuai kebutuhan industrialisasi. Disamping memberikan kemudahan bagi suatu proses produksi, tentunya efek samping yang tidak dapat dielakkan adalah bertambahnya jumlah dan ragam sumber bahaya bagi pengguna teknologi itu sendiri. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 menekankan tentang upaya meningkatkan derajat kesehatan para pekerja/ buruh dengan cara pencegahan kecelakaan dan penyakit akibat kerja, pengendalian bahaya di tempat kerja, promosi kesehatan, pengobatan dan rehabilitasi. Di daerah tropis masalah pemaparan panas menjadi faktor penting yang harus diperhatikan. Disamping cuaca kerja, sebetulnya tubuh sendiri ketika melakukan aktifitas juga mengeluarkan panas. Bila seseorang sedang bekerja, tubuh pekerja tersebut akan mengadakan interaksi dengan keadaan lingkungan yang terdiri dari suhu udara, kelembaban dan gerakan atau aliran udara. Proses metabolisme tubuh yang berinteraksi dengan panas di lingkungannya akan mengakibatkan pekerja mengalami tekanan panas. Tekanan panas ini dapat disebabkan karena adanya sumber panas maupun karena ventilasi yang tidak baik. Tekanan panas yang berlebihan akan menyebabkan pekerja cepat lelah (Subaris dan Haryono, 2007). Salah satu efek tekanan panas pada pekerja adalah kelelahan. Kelelahan adalah suatu mekanisme perlindungan tubuh agar tubuh terhindar dari kerusakan lebih lanjut sehingga terjadi pemulihan setelah istirahat. Kelelahan diatur secara sentral oleh otak. Pada susunan syaraf pusat terdapat sistem aktifitas (bersifat simpatis) dan inhibisi (bersifat parasimpatis). Istilah kelelahan biasanya menunjukkan kondisi yang berbeda-beda dari setiap individu, tetapi semuanya bermuara kepada kehilangan efisiensi dan penurunan kapasitas kerja serta ketahanan tubuh (Tarwaka dkk, 2004). Tubuh kehilangan banyak cairan tubuh dan elektrolit karena digunakan untuk menjaga tubuh dalam keadaan suhu normal. Penggantian cairan tubuh dan elektrolit yang tepat akan mengurangi dampak yang lebih parah akibat dehidarsi. Dalam cairan tubuh terdapat elektrolit berupa kation dan anion. Kation yang utama dalam cairan tubuh adalah sodium (Na + ) dan Potasium (K + ), sedangkan anion utama adalah klorida (Cl - ) (Jamaludin dkk, 2012). PT. Albasia Sejahtera Mandiri Kabupaten Semarang merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang pengolahan kayu sengon/ Albasia dengan jenis produk setengah jadi Bare Core dan Block Board untuk orientasi ekspor ke Cina dan Taiwan serta kapasitas produksi 150.000 m 3 / tahun. Tersedia 16 ruang Kiln Dry dengan panas yang berasal dari uap panas 2 bauh Boiler berkapasitas 12.000 ton (berbahan bakar potongan dan serbuk kayu). Berdasarkan hasil survei pendahuluan yang dilakukan di industri pengolahan kayu, peneliti melakukan pengukuran iklim kerja di bagian boiler dan bagian produksi dengan menggunakan alat ukur Heat Stress Area Universitas Muhammadiyah Surakarta Page 2

Monitor dan diperoleh hasil yaitu suhu diluar ruangan di bagian boiler sebesar 32,0 0 C dan bagian produksi yang berada didalam ruangan sebesar 27,0 0 C. Untuk beban kerja dikategorikan beban kerja sedang, hal ini diketahui dari hasil pengukuran denyut nadi pada 2 tenaga kerja dan hasil pengukuran denyut nadi masing-masing adalah 125 denyut/ menit dan 110 denyut/ menit dengan waktu kerja setiap jam adalah 75%-100%. Dari hasil wawancara sebagian besar tenaga kerja mengalami keluhan seperti mudah merasa haus, cepat merasa ngantuk, dan cepat merasa letih, sehingga mempengaruhi kinerja para tenaga kerja di bagian boiler. METODE Jenis penelitian yang dilakukan ini adalah penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Tempat penelitian dilakukan di bagian boiler PT. Albasia Sejahtera Mandiri Kabupaten Semarang yang dilakukan bulan September-Oktober 2014. Populasi dalam penelitian ini seluruh tenaga kerja bagian boiler dan bagian produksi di PT Albasia Sejahtera Mandiri Kabupaten Semarang dengan jumlah 30 orang. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode total Sampling. Jumlah sampel adalah seluruh populasi sebanyak 30 orang yaitu pada bagian produksi yang tidak melebihi NAB sebanyak 15 pekerja sedangkan pada bagian boiler yang melebihi NAB yaitu sebanyak 15 pekerja. Analisis data yang akan digunakan adalah analisis univariat dan analisis bivariat. Ananlisis univariat digunakan untuk penggambaran dilakukan dengan menggunakan distribusi frekuensi masing-masing variabel. Sedangkan analisis bivariat digunakan untuk melihat pengaruh iklim kerja panas terhadap dehidrasi dan kelelahan. Penelitian menggunakan uji Mann Whitney dan uji Independent Sample t-test. HASIL A. Hasil Analisis Univariat 1. Data Karakteristik Responden a. Umur Kelompok umur responden pada bagian produksi <29 tahun sebanyak 6 responden (40%) dan kelompok umur 29 tahun sebanyak 9 responden (60%). Sedangkan responden pada bagian produksi kelompok umur <29 tahun sebanyak 9 responden (60%) dan pada bagian boiler kelompok umur 29 tahun sebanyak 6 responden (40%). Dengan rata-rata umur pada bagian produksi 29.53±6.53 th dan rata-rata umur pada bagian boiler 29.06±7.35 th. Dari hasil uji tabulasi (crosstab) umur dengan dehidrasi didapatkan nilai presentasi umur dengan <rata-rata dehidrasi nilai presentasi total dehidrasi adalah 53.3% dan rata-rata dehidrasi adalah 46.7%. Sedangkan pada umur dengan <rata-rata kelelahan nilai presentasi total kelelahan adalah 43.3% dan rata-rata produktivitas adalah 56.7%. b. Jenis Kelamin Tenaga kerja pada bagian produksi dan bagian boiler di PT Albasia Sejahtera Mandiri Kabupaten Semarang yang menjadi sampel dalam penelitian ini keseluruhan adalah lakilaki. c. Masa Kerja Responden yang memiliki masa kerja <2.5 tahun pada bagian produksi berjumlah 4 responden (26.67%) dan pada bagian boiler berjumlah 9 responden (60%). Sedangkan responden yang memiliki masa kerja 2.5 tahun pada bagian produksi berjumlah 11 responden (73.33%) dan pada bagian boiler berjumlah 6 responden (40%). Dengan rata-rata masa kerja pada bagian produksi 2.66±1.11 th, dan ratarata pada bagian boiler 2.33±0.81 th. Universitas Muhammadiyah Surakarta Page 3

Dari hasil uji tabulasi (crosstab) umur dengan dehidrasi didapatkan nilai presentasi masa kerja dengan < rata-rata dehidrasi nilai presentasi total dehidrasi adalah 53.3% dan rata-rata dehidrasi adalah 46.7%. Sedangkan pada masa kerja dengan < rata-rata kelelahan nilai presentasi total kelelahan adalah 43.3% dan rata-rata produktivitas adalah 56.7%. Tabel 8. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur Kategori Umur Produksi Boiler N % N % <29 Tahun 6 40 9 60 29 Tahun 9 60 6 40 Jumlah 15 100 15 100 Tabel 9. Hasil Uji Tabulasi Umur dengan Dehidrasi dan Kelelahan Umur Dehidrasi Kelelahan Total Total <Rata-rata Rata-rata < Rata-rata Rata-rata N % N % N % N % N % N % < 29 tahun 7 46.7 8 53.3 15 100 6 40.0 9 60.0 15 100 29 tahun 9 60.0 6 40.0 15 100 7 46.7 8 53.3 15 100 Total 16 53.3 14 46.7 30 100 13 43.3 17 56.7 30 100 Tabel 10. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Masa Kerja Kategori Masa Kerja Produksi Boiler N % N % <2.5 Tahun 4 26.67 9 60 2.5 Tahun 11 73.33 6 40 Jumlah 15 100 15 100 Masa Kerja Dehidrasi Kelelahan Total Total <Rata-rata Rata-rata < Rata-rata Rata-rata N % N % N % N % N % N % < 2.5 tahun 5 38.5 8 61.5 13 100 2 15.4 11 84.6 13 100 2.5 tahun 11 64.7. 6 35.3 17 100 11 64.7 6 35.3 17 100 Total 16 53.3 14 46.7 30 100 13 43.3 17 56.7 30 100 2. Hasil Pengukuran Penelitian a. Hasil pengukuran iklim kerja ISBB iklim kerja pada bagian produksi (Indoor) hasil tertinggi adalah 27.5 0 C dan terendah adalah 26.5 0 C dengan rata-rata ISBB boiler (Outdoor) 27.0 0 C dan standar deviasi 0.43. Sedangkan hasil pengukuran ISBB iklim kerja pada bagian boiler hasil tertinggi 32.6 0 C dan terendah adalah 31.4 0 C dengan rata-rata ISBB produksi 32.0 0 C dan standar deviasi 0.53. Nilai ambang batas (NAB) didasarkan pada Permenakertrans Universitas Muhammadiyah Surakarta Page 4

No.Per.13/MEN/X/2011 tentang faktor fisika dan faktor kimia di tempat kerja. Tabel 12. Hasil Pengukuran Iklim Kerja Panas di Bagian Produksi dan Bagian Boiler. Titik Pengukuran Beban Kerja ISBB Iklim Kerja ( 0 C) Bagian Produksi (Indoor) ISBB Iklim Kerja ( 0 C) Bagian Boiler (Outdoor) NAB ( 0 C) 1 Sedang 26.5 31.4 28 2 Sedang 26.8 31.7 28 3 Sedang 27.5 32.6 28 4 Sedang 27.2 32.2 28 Rata-rata 27.0 32.0 Standar Deviasi 0.43 0.53 28 Keterangan <NAB >NAB b. Hasil Pengukuran Dehidrasi Responden Dehidrasi responden pada tenaga kerja di bagian produksi terdapat 11 responden (73.33%) tidak mengalami dehidrasi dan 4 responden (26.67%) mengalami dehidrasi ringan. Sedangkan pada tenaga kerja di bagian boiler terdapat 5 responden (33.33%) tidak mengalami dehidrasi dan 10 responden (66.67%) yang mengalami dehidrasi ringan. Tabel 13.Hasil Pengukuran Dehidrasi Responden Berdasarkan Penurunan Berat Badan. Kategori Dehidrasi Produksi Boiler N % N % Tidak Dehidrasi 11 73.33 5 33.33 Dehidrasi Ringan 4 26.67 10 66.67 Jumlah 15 100 15 100 c. Hasil Pengukuran Kelelahan Responden Sebelum dan Setelah Bekerja Kelelahan responden pada tenaga kerja di bagian produksi terdapat 7 responden (46.67%) yang tidak mengalami kelelahan atau normal dan 8 responden (53.33%) yang mengalami kelelahan ringan. Sedangkan pada tenaga kerja di bagian boiler 8 responden (53.33%) yang mengalami kelelahan ringan dan 7 responden (46.67%) yang mengalami kelelahan sedang. Universitas Muhammadiyah Surakarta Page 5

Tabel 14. Hasil Pengukuran Kelelahan Kerja dengan Kecepatan Waktu Reaksi Rangsang Cahaya Sebelum dan Setelah Bekerja pada Bagian Boiler dan Bagian Produksi Kategori Kelelahan Produksi Boiler N % N % Normal 7 46.67 - - Kelelahan Ringan 8 53.33 8 53.33 Kelelahan Sedang - - 7 46.67 Jumlah 15 100 15 100 B. Hasil Analisis Bivariat a. Pengaruh Iklim kerja Panas terhadap Dehidrasi Berdasarkan Selisih Berat Badan Berdasarkan hasil uji Mann Whitney dapat dijelaskan bahwa nilai signifikan 0.023 atau p 0.05 maka ada pengaruh yang signifikan iklim kerja panas terhadap dehidrasi. Tabel 16.Uji Iklim Kerja Panas terhadap Selisih Berat Badan dengan Uji Mann Whitney. Uji Mann Whitney Dehidrasi (kg) Rata-rata Standar Deviasi P-value Keterangan Iklim Kerja Panas* Selisih Berat Badan 0.60 0.67 0.023 Signifikan b. Pengaruh Iklim Kerja Panas terhadap Kelelahan Berdasarkan hasil uji Independent sample t-test dapat dijelaskan bahwa nilai signifikan 0.000 atau p 0.05 maka ada pengaruh yang signifikan iklim kerja panas terhadap kelelahan. Independent sample t-test adalah membandingkan rata-rata dua group yang tidak saling berpasangan atau berkaitan dua sampel yang berbeda. Uji Independent samplettest. Rata-rata Standar Deviasi Kelelahan (milidetik) P-value Keterangan Iklim Kerja Panas* Kelelahan Setelah Kerja 339.97 98.07 0.000 Signifikan PEMBAHASAN A. Gambaran Umum 1. Karakteristik Responden a. Umur Sampel yang digunakan dalam penelitian ini tidak ditentukan batasan umur. Kelompok umur responden pada bagian produksi <29 tahun sebanyak 6 responden dan kelompok umur 29 tahun sebanyak 9 responden. Sedangkan responden pada bagian produksi Universitas Muhammadiyah Surakarta Page 6

kelompok umur <29 tahun sebanyak 9 responden dan pada bagian boiler kelompok umur 29 tahun sebanyak 6 responden. Ratarata umur pada bagian produksi 29.53±6.53 th dan rata-rata umur pada bagian boiler 29.06±7.35 th. Tabel 9 tabulasi umur dengan dehidrasi responden yang berumur <29 tahun mempunyai nilai < ratarata dehidrasi sebanyak 7 orang (46.7 %) dan nilai rata-rata dehidrasi sebanyak 8 orang (53.3 %), sedangkan yang berumur 29 tahun mendapatkan hasil nilai < rata-rata dehidrasi sebanyak 9 orang (60.0 %) dan rata-rata dehidrasi adalah 6 orang (40.0%). Sedangkan tabel tabulasi umur dengan kelelahan responden yang berumur <29 tahun mempunyai nilai < rata-rata kelelahan sebanyak 6 orang (40.0 %) dan nilai ratarata kelelahan sebanyak 9 orang (60.0 %), sedangkan yang berumur 29 tahun mendapatkan hasil nilai < rata-rata kelelahan sebanyak 7 orang (46.7 %) dan rata-rata kelelahan adalah 8 orang (53.3%). Menurut Indra (2014), umur merupakan salah satu sifat atau karakteristik tentang seorang individu karena mempunyai hubungan yang erat dengan keterpaparan. Umur juga mempunyai hubungan dengan besarnya risiko terhadap penyakitpenyakit tertentu. Secara teoritis, pertambahan umur dapat menyebabkan bertambahnya keluhan kesehatan yang dirasakan. Faktor penting terkait umur yang memengaruhi terjadinya keluhan kesehatan adalah penurunan fungsi jantung dan efisiensi pengeluaran keringat. Orang dengan umur yang lebih tua cenderung memilki kekuatan maksimum pemompaan darah oleh jantung yang berkurang dan lebih lambat dibanding yang muda. Hal ini membuat tubuh lebih lambat mengalirkan panas dari inti tubuh ke bagian kulit. b. Jenis Kelamin Sampel dalam penelitian ini adalah tenaga kerja yang berjenis kelamin laki-laki. Sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Adiningsih (2013), pria pada umumnya memiliki daya tahan tubuh terhadap panas yang lebih baik daripada wanita. Seorang wanita lebih tahan terhadap suhu dingin daripada suhu panas. Hal ini disebabkan karena tubuh seorang wanita mempunyai jaringan dengan daya konduksi yang lebih rendah terhadap dingin dan daya konduksi yang lebih besar terhadap panas dibandingkkan dengan pria, sehingga praktis wanita akan lebih banyak memberikan reaksi perifer bila bekerja dengan cuaca yang panas. c. Masa Kerja Berdasarkan hasil penelitian bahwa responden yang memiliki masa kerja <2.5 tahun pada bagian produksi berjumlah 4 responden (26.67%) dan bagian boiler berjumlah 9 responden (60%). Sedangkan responden yang memiliki masa kerja 2.5 tahun pada bagian produksi berjumlah 11 responden (73.33%) dan bagian boiler berjumlah 6 responden (40%). Dengan rata-rata masa kerja pada bagian produksi 2.66±1.11 th, dan rata-rata pada bagian boiler 2.33±0.81 th. Tabel 10 tabulasi masa kerja dengan dehidrasi responden yang masa kerja <2.5 tahun mempunyai nilai < rata-rata dehidrasi sebanyak 5 orang (38.5 %) dan nilai ratarata dehidrasi sebanyak 8 orang (61.5 %), sedangkan yang masa Universitas Muhammadiyah Surakarta Page 7

kerja 2.5 tahun mendapatkan hasil nilai < rata-rata dehidrasi sebanyak 11 orang (64.7 %) dan rata-rata dehidrasi adalah 6 orang (35.3%). Sedangkan tabel tabulasi masa kerja dengan kelelahan responden yang masa kerja <2.5 tahun mempunyai nilai < rata-rata kelelahan sebanyak 2 orang (15.4 %) dan nilai rata-rata kelelahan sebanyak 11 orang (84.6 %), sedangkan yang masa kerja 29 tahun mendapatkan hasil nilai < rata-rata kelelahan sebanyak 11 orang (64.7 %) dan rata-rata kelelahan adalah 6 orang (35.3%). Sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Adiningsih (2013), masa kerja dengan waktu yang cukup lama dapat diasumsikan bahwa tenaga kerja sudah terampil dalam melakukan pekerjaannya, jenis kegiatan yang dilakukan selalu sama sehingga menimbulkan kebiasaan. Semakin lama masa kerja seseorang, makin besar pemaparan panas yang diterimanya sehingga mengakibatkan kelelahan. B. Analisis Iklim Kerja Pengukuran iklim kerja dilakukan untuk membandingkan nilai iklim kerja yang ada dengan standar atau Nilai Ambang Batas (NAB). Pengukuran dilakukan di 4 titik untuk mendapatkan nilai rata- rata iklim kerja. Hasil pengukuran iklim kerja pada bagian boiler dan bagian produksi dilakukan masing-masing 4 titik pengukuran didapatkan hasil rata-rata pada bagian produksi 27 0 C dan bagian boiler 32 0 C. Pengukuran tersebut menunjukkan bahwa pada bagian produksi tidak melebihi NAB dan pada bagian boiler melebihi NAB. Berdasarkan Permenakertrans RI No. PER.13/MEN/X/2011 tentang nilai ambang batas faktor fisika dan faktor kimia di tempat kerja, nilai ambang batas faktor fisika untuk iklim kerja panas adalah 28 0 C untuk jenis pekerjaan atau beban kerja dalam kategori sedang dengan pengaturan waktu kerja 75% dan waktu istirahat 25%. Apabila tenaga kerja bekerja di tempat kerja yang melebihi NAB iklim kerja maka dapat mengalami efek tekanan panas. Efek tekanan panas terjadi sebagai akibat dari proses tubuh dalam mempertahankan panas tubuh tidak berhasil (Nawawinetu, 2010). Efek tekanan panas tersebut dapat berupa keluhan subjektif akibat tekanan panas seperti mengeluh rasa panas, banyak keringat, selalu haus, perasaan tidak enak dan hilangnya nafsu makan yang disebabkan oleh hilangnya cairan dari tubuh oleh penguapan keringat (Suma mur, 2009). C. Analisis Dehidrasi Berdasarkan hasil pengukuran dehidrasi responden pada tenaga kerja pada tenaga kerja di bagian produksi terdapat 11 responden (73.33%) tidak mengalami dehidrasi dan 4 responden yang mengalami dehidrasi ringan (26.67%). Sedangkan di bagian boiler terdapat 5 responden (33.33%) tidak mengalami dehidrasi dan 10 responden (66.67%) mengalami dehidrasi ringan. Menurut Suma mur (2009) pekerjaan di tempat panas harus diperhatikan secara khusus kebutuhan air dan garam sebagai pengganti cairan untuk penguapan. Air minum merupakan unsur pendingin tubuh yang penting dalam lingkungan panas terutama bagi tenaga kerja yang terpapar oleh panas yang tinggi sehingga banyak mengeluarkan keringat. Universitas Muhammadiyah Surakarta Page 8

D. Analisis Kelelahan Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa responden yang tidak mengalami kelelahan atau normal pada iklim kerja bagian produksi <NAB sebanyak 7 responden (46.67%) dan sebanyak 8 responden (53.33%) yang mengalami kelelahan ringan. Sedangkan responden yang mengalami kelelahan ringan pada iklim kerja bagian boiler >NAB sebanyak 8 responden (53.33%) dan sebanyak 7 responden (46.67%) yang mengalami kelelahan sedang. Kelelahan yang terjadi disebabkan karena terpapar panas yang melebihi Nilai Ambang Batas. Selain itu kelelahan dapat diakibatkan karena faktor lain seperti usia, jenis kelamin, kondisi kesehatan, beban kerja, waktu istirahat, dan waktu bekerja, serta keadaan perjalanan yaitu waktu perjalanan dari dan ke tempat kerja yang seminimal mungkin dan seaman mungkin berpengaruh terhadap kondisi kesehatan kerja pada umumnya dan kelelahan kerja khususnya (Setyawati, 2007). E. Analisis Pengaruh Iklim Kerja Panas terhadap Dehidrasi Hasil perhitungan pengaruh iklim kerja panas terhadap dehidrasi dengan bantuan program SPSS uji uji Mann Whitney menunjukkan bahwa nilai p adalah 0.023 atau p 0.05. Nilai tersebut menunjukkan bahwa ada pengaruh yang signifikan antara iklim kerja terhadap dehidrasi. Hasil penelitian yang dilakukan sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Jamaludin dkk (2012), hasil penelitian menunjukan bahwa nilai rata-rata hasil pengukuran iklim kerja panas adalah 30.3 0 C yang berarti diatas Nilai Ambang Batas. Hasil penilaian dengan menggunakan metode kuesioner adalah yang terpapar iklim kerja panas sebanyak (69.7%) mengalami dehidrasi ringan, dan yang mengalami dehidrasi berat sebanyak (23.3%). Hasil uji statistik menunjukkan 0.001 0.05 berarti hasilnya signifikan. Sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Mardiana (2012), Penyediaan air minum dalam jumlah yang cukup perlu diperhatikan karena kekurangan cairan dapat menyebabkan dehidrasi. Dehidrasi menyebabkan deplesi adenosin tri phosphate (ATP) dan phosphocreatin yang menyebabkan kelelahan otot sehingga dapat menurunkan produktivitas kerja. Dehidrasi yang berkepanjangan dapat menyebabkan gangguan fungsi ginjal. Ginjal merupakan organ yang berperan besar dalam proses regulasi cairan tubuh. Selain itu, dehidrasi juga dapat mempengaruhi berat badan seseorang akibat keringat dan urin yang keluar selama beraktivitas. F. Analisis Pengaruh Iklim Kerja Panas terhadap Kelelahan Hasil perhitungan pengaruh iklim kerja panas terhadap kelelahan dengan bantuan program SPSS uji Independent sample t-test menunjukkan bahwa nilai p adalah 0.000 atau p 0.05. Nilai tersebut menunjukkan bahwa ada pengaruh yang signifikan antara iklim kerja panas dengan kelelahan. Hasil penelitian yang dilakukan sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Fahri dan Pasha (2010), hasil penelitian menunjukan bahwa nilai rata-rata tekanan panas antara 30,31 ºC sampai dengan 31,81 ºC yang berarti diatas Nilai Ambang Batas (NAB). Hasil penilaian dengan Universitas Muhammadiyah Surakarta Page 9

menggunakan metode kuesioner adalah yang terpapar iklim kerja panas 16 orang mengalami kelelahan dan 14 orang tidak mengalami kelelahan. Hasil uji statistik membuktikan nilai p = 0,045 0.05, nilai tersebut menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara tekanan panas dengan kelelahan. Adanya hubungan antara tekanan panas dengan perasaan kelelahan kerja yang dialami tenaga kerja yang berada ditempat kerja tersebut, hal ini disebabkan oleh panas yang berasal dari tungku pembakaran boiler dan juga berasal dari sinar matahari yang sangat cepat membuat konsentrasi tenaga kerja berkurang dan menguras tenaga sehingga memacu timbulnya perasaan kelelahan. PENUTUP A. SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada 30 tenaga kerja dibagian boiler di PT. Albasia Sejahtera Mandiri Kabupaten Semarang dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Hasil pengukuran ISBB iklim kerja di bagian produksi (Indoor) diperoleh nilai rata-rata sebesar 27.0 0 C yang berarti tidak melebihi Nilai Ambang Batas (NAB), Sedangkan ISBB iklim kerja di bagian boiler (Outdoor) diperoleh nilai rata-rata sebesar 32.0 0 C yang berarti melebihi Nilai Ambang Batas (NAB). 2. Hasil pengukuran dehidrasi berdasarkan penurunan berat badan responden pada tenaga kerja di bagian produksi terdapat11 responden ( 73.33%) tidak mengalami dehidrasi dan 4 responden (26.67%) mengalami dehidrasi ringan. Sedangkan pada tenaga kerja di bagian boiler terdapat 5 responden (33.33%) tidak mengalami dehidrasi dan 10 responden (66.67%) yang mengalami dehidrasi ringan. 3. Hasil pengukuran kelelahan responden di bagian produksi terdapat 7 responden (46.67%) yang tidak mengalami kelelahan atau normal dan 8 responden (53.33%) yang mengalami kelelahan ringan. Sedangkan pada tenaga kerja di bagian boiler 8 responden (53.33%) yang mengalami kelelahan ringan dan 7 responden (46.67%) yang mengalami kelelahan sedang. Berdasarkan hasil pengujian statistic untuk pengaruh iklim kerja panas terhadap dehidrasi pada tenaga kerja diperoleh nilai p value 0.023 atau p 0.05. Maka hasil dari uji Mann Whitney menyatakan ada pengaruh yang signifikan antara iklim kerja panas terhadap dehidrasi. 4. Berdasarkan hasil pengujian statistic untuk pengaruh iklim kerja panas terhadap kelelahan pada tenaga kerja diperoleh nilai p value 0.000 atau p 0.05. Maka hasil dari uji Independent sample t-test menyatakan ada pengaruh yang signifikan antara iklim kerja panas terhadap kelelahan. B. Saran 1. Bagi Manager Perusahaan Lingkungan kerja yang mempunyai tekanan panas hendaknya dilakukan upaya pengendalian yaitu : a. Menyediakan air minum yang banyak dan bersih dianjurkan minum sebanyak 150-200 cc setiap 15-20 menit apabila ada yang belum beraklimatisasi minum air ditambah garam (0,03% NaCl) berguna supaya Universitas Muhammadiyah Surakarta Page 10

cairan dan suhu tubuh tetap normal dan hal ini agar tidak terjadinya dehidrasi. b. Menyediakan alat pelindung diri bagi tenaga kerja seperti menyediakan pakaian khusus yang berbahan katun dapat menyerap keringat untuk menjaga kulit agar tetap kering sehingga dapat terhindar dari rasa gatal atau biang keringat buntat dan menggunakan penutup kepala agar sinar matahari tidak langsung terkena kulit kepala. c. Menyediakan tempat istirahat yang nyaman sejuk dengan suhu (0ºC-26ºC). 2. Bagi Kepala Bagian Perusahaan a. Meningkatkan fasilitas perusahaan untuk mempermudah tenaga kerja dalam mengakses air minum, misalnya menambah jumlah galon dan dispenser atau menyediakan botol minum yang mudah dibawa saat bekerja. b. Memberikan edukasi pada tenaga kerja tentang kebutuhan cairan tubuh untuk lingkungan kerja panas dengan aktifitas tinggi. 3. Bagi Tenaga Kerja Tenaga Kerja harus memenuhi kebutuhan konsumsi cairan berupa minum air putih yang dianjurkan sebanyak 8 gelas per harinya dan yang sudah ditambah larutan garam biasanya dipakai dalam larutan NaCl (kadar NaCl 0.03%). DAFTAR PUSTAKA Adiningsih, R. 2013. Faktor yang Mempengaruhi Kejadian Heat Strain Pada Tenaga Kerja yang Terpapar Panas Di PT. Aneka Boga Makmur. Vol. 2. No. 2 Juli- Desember 2013: 145 153. Adi, Dewa Putu G.S., Suwondo, Ari., dan Lestyanto, Daru,. 2013. Hubungan Antara Iklim Kerja, Asupan Gizi Sebelum Bekerja, Dan Beban Kerja Terhadap Tingkat Kelelahan Pada Pekerja Shift Pagi Bagian Packing PT. X, Kabupaten Kendal. Volume 2, Nomor 2, April 2013. Arief, LM. 2013. Monitoring Lingkungan Kerja Tekanan Panas/ Heat Stress. Budiono S., Jusuf R.M.S., Pusparini A. 2003. Bunga Rampai Hiperkes dan Keselamatan Kerja. Semarang: Universitas Diponegoro. Depkes RI. 2003. Modul Pelatihan Bagi Fasilitator Kesehatan Kerja. Jakarta: Depkes RI Pusat Kesehatan Kerja. Fahri, S., dan Pasha, E. 2010. Kebisingan dan Tekanan Panas dengan Perasaan Kelelaham Kerja Pada Tenaga Kerja Bagian Drilling Pertamina EP Jambi. Jambi: Politeknik Kesehatan. Indra, M., Furqaan, N., dan Andi, W. 2014. Determinan Keluhan Akibat Tekanan Panas Pada Pekerja Dapur Rumah Sakit Di Kota Makassar. [Skripsi Ilmiah]. Makassar: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin. Istiqomah, F.H., dan Nawawinetu, E.D. 2013. Faktor Dominan yang Berpengaruh Terhadap Munculnya Keluhan Subjektif Akibat Tekanan Panas Pada Tenaga Kerja Di PT>IGLAS (Persero). Vol. 2. No. 2 Juil- Desember 2013: 175 184. Universitas Muhammadiyah Surakarta Page 11

Jamaludin, J., Lestantyo, D., dan Wahyuni, I. 2012. Kelelahan Pada Pekerja Bagian Pengepakan di PT. X Semarang. Vol. 11 / No. 1, April 2012. Khakima, Nisa N. 2011. Perbedaan Kelelahan Tenaga Kerja Sebelum Dan Sesudah Terpapar Panas Di Industri Pengecoran Logam Nedya Aluminium Klaten. [Skripsi Ilmiah]. Surakarta : Fakultas Kedokteran Universita Sebelas Maret. Mangkuprawira, Sjafri. 2007. Manajemen Mutu Sumber Daya Manusia. Bogor: Ghalia Indonesia. Mardiana, Kartini., Apoina, dan Widjasena, Bayu. 2012. Pemberian Cairan Karbohidrat Elektrolit, Status Hidrasi dan Kelelahan pada Pekerja Wanita. Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro dan Ikatan Dokter Indonesia Wilayah Jawa Tengah: Volume 46, 6 Nomor 1, Tahun 2012. Nawawinetu, E.D. 2010. Modul Kuliah Heat Stress. Surabaya: Universitas Airlangga. Notoatmodjo, Soekidjo. 2010.Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT Rineka Cipta. Nurmianto E. 2004. Ergonomi Konsep Dasar dan Aplikasinya. Surabaya: Guna Widya. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi NOMOR PER.13/MEN/X/2011 Tahun 2011. Nilai Ambang Batas Faktor Fisika dan Kimia di Tempat Kerja. Putri, SN. 2009. Pedoman Teknik Cara Penentuan Lokasi Tempat Istirahat di Jalan Bebas Hambatan. Keputusan Direktur Jendral Bina Marga. Setyawati, Lientje K.M. 2007. Selintas Tentang Kelelahan Kerja. Yogyakarta: Amara Books. Soedirman. 2011. Higiene Perusahaan. Magelang: Justisia Teknika. Sawka, Michael N., dan Mountain, Scott J. Fluid and electrolyte supplementation for exercise heat stress. Am J Clin Nutr. 2000;72:564-72. Subaris, H, dan Haryono. 2007. Hygiene Lingkungan Kerja. Jogyakarta: Mitra Cendikia Press. Suma mur, 1996. Keselamatan Kerja dan Pencegahan Kecelakaan. Jakarta : CV Haji Masagung. Suma mur, P.K. 2009. Hygiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja (Hiperkes). Jakarta: Sagung Seto. Tarwaka., Bakri, Solichul HA., dan Sudiajeng, Lilik. 2004. Ergonomi untuk Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Produktivitas. Surakarta: Uniba Press. Tarwaka. 2008. Keselamatan dan Kesehatan Kerja: Manajemen dan Implementasi K3 di Tempat Kerja. Surakarta: Harapan Press. Tarwaka. 2010. Ergonomi Industri Dasar-Dasar Pengetahuan Ergonomi dan Aplikasi di Universitas Muhammadiyah Surakarta Page 12

Tempat Kerja. Surakarta: Harapan Press. Tilong, Adi A. 2012. Deteksi Gangguan Kesehatan dengan Lidah, Bau Nafas, dan Urine. Jogjakarta : BUKU BIRU. Wignjosoebroto S. 2003. Studi Gerak dan Waktu Teknik Analisis untuk Peningkatan Produktifitas Kerja. Surabaya: Guna Widya. Universitas Muhammadiyah Surakarta Page 13