BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan pembahasan yang telah dipaparkan, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: a. Perhitungan harga pokok produksi pada UKM Konveksi Pak Kirwono masih menggunakan metode yang konvensional. Biaya overhead yang dibebankan dengan menambahkan mark-up sebesar Rp5.000 untuk setiap pengerjaan satu buah celana. Perhitungan biaya overhead ini tidak tepat sehingga akan menghasilkan harga pokok produksi yang tidak akurat. Oleh karena itu, perlu diadakan perhitungan harga pokok produksi dengan metode yang tepat. Pengumpulan biaya menggunakan metode process costing dapat menjadi alternatif perhitungan harga pokok produksi pada UKM ini. Perhitungan dilakukan dengan membagi antara total biaya produksi yang terjadi dengan unit yang diproduksi. b. Harga jual yang diterapkan UKM Konveksi Pak Kirwono tidak tepat. Biaya operasional yang terjadi tidak dipertimbangkan dalam penentuan harga jual sehingga harga jual yang selama ini diterapkan tidak menutupi biaya operasional yang terjadi. Untuk itu perlu dilakukan perhitungan ulang dalam penentuan harga jual produk yang 58
dihasilkan UKM tersebut. Penentuan harga jual metode cost plus pricing dapat menjadi solusi alternatif dari permasalahan harga jual tersebut. Perhitungan dilakukan dengan menambahkan harga pokok produksi per unit dengan biaya operasional per unit dan dikalikan dengan mark-up yang sudah ditentukan. c. Klasifikasi biaya yang terjadi pada proses produksi UKM Konveksi Pak Kirwono meliputi biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik. Biaya bahan baku berupa kain bahan kaos spandek yang digunakan sebagai bahan utama pembuatan celana. Biaya tenaga kerja langsung terdiri dari 6 orang karyawan bagian penjahitan dan satu orang karyawan bagian pemotongan kain. Komponen biaya overhead pabrik diantaranya benang jahit, karet pinggang, kancing variasi, biaya listrik, serta depresiasi mesin pabrik dan peralatan. d. Perhitungan harga pokok produksi dengan process costing dilakukan dengan mengumpulkan semua elemen biaya dan dibagikan dengan unit celana yang selesai diproduksi. Biaya aktual bahan baku sebesar Rp 54.400.000. biaya tenaga kerja langsung sebesar Rp9.345.000 dan overhead pabrik sejumlah Rp10.807.123. Unit yang sihasilkan perusahaan selama bulan Januari adalah 4.630 unit. Total biaya poduksi yaitu Rp74.552.123. Hasil harga pokok produksi yang didapat dari perhitungan menggunakan metode process costing yaitu 59
Rp15.578. Angka ini memiliki selisih Rp3.372 dari harga pokok produksi yang diterapkan perusahaan sebesar Rp18.950. e. Harga pokok produksi yang selama ini ditetapkan perusahaan terlalu tinggi. Hal ini disebabkan oleh perhitungan biaya overhead yang tidak tepat. Biaya overhead dihitung dengan menambahkan mark-up sebesar Rp5.000 untuk setiap potong celana. Elemen biaya seperti biaya bahan penolong yang digunakan untuk melengkapi celana seperti benang, karet pinggang, celana variasi dan label belum diperhitungkan dengan akurat. Biaya penyusutan mesin dan peralatan pabrik juga belum diperhitungkan. Namun dengan menambahkan mark-up sebesar Rp 5.000 untuk setiap potong celana menyebabkan pembebanan biaya yang teralu tinggi. f. Harga jual yang selama ini diterapkan perusahaan yaitu dengan menambahkan mark-up sebesar 30% dari harga pokok produksi. Harga pokok produksi yang diterapkan perusahaan sebesar Rp18.950, jika ditambah mark-up 30% maka akan menghasilkan angka Rp25.000 dengan pembulatan. g. Harga jual yang diterapkan menggunakan metode cost plus pricing dengan mark-up sebesar 50% dikalikan harga pokok produksi Rp 15.578 menghasilkan harga Rp24.000 per unit celana. Harga ini lebih rendah dibanding harga jual yang selama ini diterapkan oleh 60
perusahaan. Hal ini disebabkan oleh efisiensi biaya overhead yang dapat menurunkan harga pokok produksi perusahaan. h. Laba bersih yang dihasilkan dengan perhitungan harga pokok produksi metode process costing lebih besar dibandingkan dengan metode yang diterapkan perusahaan. Laba bersih menggunakan metode perusahaan yaitu sebesar Rp24.085.000 sedangkan laba bersih yang dihasilkan dengan metode process costing yaitu Rp37.229.000. Laba bersih yang diperoleh menggunakan kedua metode ini menghasilkan selisih Rp13.144.000. Hal ini menunjukkan bahwa metode perhitungan harga pokok produksi menggunakan metode process costing mempunyai dampak yang baik bagi perusahaan. Perhitungan biaya yang lebih akurat dapat menghasilkan harga jual yang sesuai dengan kos produksi perusahaan sehingga dapat menghasilkan laba yang lebih akurat. 5.2 Saran Berdasarkan kesimpulan yang telah dipaparkan diatas, saran yang diberikan penulis kepada UKM Konveksi Pak Kirwono akan dijabarkan dalam rincian sebagai berikut: a. UKM Konveksi Pak Kirwono sebaiknya meninjau ulang perhitungan harga pokok produksi yang selama ini diterapkan perusahaan. Biaya overhead pabrik seharusnya dibebankan berdasarkan kos yang sesungguhnya terjadi agar menghasilkan angka 61
yang lebih akurat. Seluruh biaya produksi dihitung secara rinci agar menghasilkan harga pokok produksi yang lebih akurat. b. Perhitungan harga pokok produksi dengan metode process costing dapat menjadi alternatif untuk perbaikan dalam menghasilkan harga pokok yang lebih akurat. Pihak UKM Konveksi Pak Kirwono dapat menggunakan informasi ini untuk menghasilkan efisiensi dan efektivitas dalam proses produksi celana. c. Sebaiknya perusahaan membuat laporan keuangan yang lebih rinci dengan menyajikan biaya operasional sebagai pengurang laba kotor perusahaan. 62