Penampilan Produksi Anak Ayam Buras yang Dipelihara pada Kandang Lantai Bambu dan Litter

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Protein hewani memegang peran penting bagi pemenuhan gizi masyarakat. Untuk

Pengaruh Lanjutan Substitusi Ampas Tahu pada Pakan Basal (BR-2) Terhadap Penampilan Ayam Broiler Umur 4-6 Minggu (Fase Finisher)

PERFORMAN PRODUKSI AYAM PEDAGING YANGDITAMBAH DENGAN TEPUNG BUAH KURMA (Phoenix dactylifera) DALAM RANSUM KOMERSIAL

I. PENDAHULUAN. Secara umum, ternak dikenal sebagai penghasil bahan pangan sumber protein

THE INFLUENCES OF CAGE DENSITY ON THE PERFORMANCE OF HYBRID AND MOJOSARI DUCK IN STARTER PERIOD

Yunilas* *) Staf Pengajar Prog. Studi Peternakan, FP USU.

Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2004

HASIL-HASIL PENELITIAN DAN SUMBANGAN PEMIKIRAN PENGEMBANGAN AYAM KEDU

PENGARUH PEMBERIAN PROTEIN KASAR DENGAN TINGKAT YANG BERBEDA TERHADAP PERFORMAN AYAM KAMPUNG

PRODUKTIVITAS AYAM LOKAL YANG DIPELIHARA SECARA INTENSIF

BAB III MATERI DAN METODE. periode starter terhadap performans pada Ayam Kedu Hitam umur 0-10 Minggu.

(PRODUCTIVITY OF Two LOCAL DUCK BREEDS: ALABIO AND MOJOSARI RAISED ON CAGE AND LITTER HOUSING SYSTEM) ABSTRACT ABSTAAK PENDAHULUAN

PENAMPILAN PRODUKSI AYAM BROILER YANG DIBERI TEPUNG GAMBIR (Uncaria Gambir Roxb) SEBAGAI FEED ADDITIVE DALAM PAKAN.

KINERJA AYAM KAMPUNG DENGAN RANSUM BERBASIS KONSENTRAT BROILER. Niken Astuti Prodi Peternakan, Fak. Agroindustri, Univ. Mercu Buana Yogyakarta

SKRIPSI. PERFORMAN AYAM ARAB YANG DIBERI EKSTRAK PEGAGAN (Centella asiatica (L.) Urban) PADA UMUR 8-13 MINGGU. Oleh: Ardianto

PERTUMBUHAN AYAM BURAS PERIODE GROWER MELALUI PEMBERIAN TEPUNG BIJI BUAH MERAH (Pandanus conoideus LAMK) SEBAGAI PAKAN ALTERNATIF

PERSILANGAN AYAM PELUNG JANTAN X KAMPUNG BETINA HASIL SELEKSI GENERASI KEDUA (G2)

Pengaruh Pengaturan Waktu Pemberian Air Minum yang Berbeda Temperatur terhadap Performan Ayam Petelur Periode Grower.

IV HASIL DAN PEMBAHASAN

OPTIMALISASI TEKNOLOGI BUDIDAYA TERNAK AYAM LOKAL PENGHASIL DAGING DAN TELUR

PENGARUH PEMBERIAN FEED ADDITIVE RI.1 DAN JENIS PAKAN YANG BERBEDA TERHADAP PENAMPILAN AYAM BROILER SKRIPSI ATA RIFQI

PENDAHULUAN. Latar Belakang. sudah melekat dengan masyarakat, ayam kampung juga dikenal dengan sebutan

I. PENDAHULUAN. pembangunan kesehatan dan kecerdasan bangsa. Permintaan masyarakat akan

Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura

Kombinasi Pemberian Starbio dan EM-4 Melalui Pakan dan Air Minum terhadap Performan Itik Lokal Umur 1-6 Minggu

PERFORMAN PERTUMBUHAN AWAL AYAM BURAS PADA FASE STARTER YANG DIBERI RANSUM KOMERSIL AYAM BROILER

Performans Pertumbuhan Itik Talang Benih Jantan dan Betina yang Dipelihara secara Intensif

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH PERENDAMAN NaOH DAN PEREBUSAN BIJI SORGHUM TERHADAP KINERJA BROILER

Pengaruh Lumpur Sawit Fermentasi dalam Ransum Terhadap Performa Ayam Kampung Periode Grower

PENGARUH PEMBERIAN TEPUNG AMPAS TAHU DI DALAM RANSUM TERHADAP BOBOT POTONG, BOBOT KARKAS DAN INCOME OVER FEED COST AYAM SENTUL

Pengaruh Jenis Alat Pemanas Kandang Indukan terhadap Performan Layer Periode Starter

PENGARUH PEMBERIAN BUI PHASEOLUS LUNATUS DALAM RANSUM TERHADAP KONSUMSI PAKAN DAN PERTAMBAHAN BOBOT BADAN AY AM KAMPUNG

PENGARUH PENGGUNAAN ENZYM TERHADAP PRODUKTIVITAS TELUR AYAM BURAS

PERSILANGAN AYAM PELUNG JANTAN DENGAN AYAM BURAS BETINA UNTUK MENINGKATKAN AYAM BURAS PEDAGING

AYAM HASIL PERSILANGAN SEBAGAI ALTERNATIF PENGEMBANGAN USAHA TERNAK UNGGAS

Lokakarya Fungsional Non Peneiti 1997 Sistem Perkandangan 1. Dari umur sehari sampai dengan umur 2 mingggu digunakan kandang triplek + kawat ukuran 1

EFEK PENGGUNAAN KONSENTRAT PABRIKAN DAN BUATAN SENDIRI DALAM RANSUM BABI STARTER TERHADAP EFISIENSI PENGGUNAAN RANSUM. S.N.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Perusahaan penetasan final stock ayam petelur selalu mendapatkan hasil samping

Performa Produksi Telur Turunan Pertama (F1) Persilangan Ayam Arab dan Ayam Kampung yang Diberi Ransum dengan Level Protein Berbeda

[Evaluasi Hasil Produksi Ternak Unggas]

PENGARUH TINGKAT PENGGUNAAN CAMPURAN BUNGKIL INTI SAWIT DAN ONGGOK TERFERMENTASI OLEH

THE INFLUENCES OF CAGE DENSITY ON PERFORMANCE OF HYBRID AND MOJOSARI DUCK IN FINISHER PERIOD

PERFORMANS DAN KARAKTERISTIK AYAM NUNUKAN

PENGARUH DOSIS EM-4 (EFFECTIVE MICROORGANISMS-4) DALAM AIR MINUM TERHADAP BERAT BADAN AYAM BURAS

INTENSIFIKASI TERNAK AYAM BURAS

PERKEMBANGAN AYAM KUB pada Visitor Plot Aneka Ternak BPTP NTB. Totok B Julianto dan Sasongko W R

Pengaruh Tingkat Penambahan Tepung Daun Singkong dalam Ransum Komersial terhadap Performa Broiler Strain CP 707

PENGARUH PERBEDAAN KEPADATAN KANDANG TERHADAP PERFORMA PERTUMBUHAN KELINCI LEPAS SAPIH PERANAKAN NEW ZEALAND WHITE SKRIPSI BADRI YUSUF

PERFORMAN AYAM BROILER JANTAN YANG DISUPLEMENTASI EKSTRAK KULIT MANGGIS DALAM RANSUM

PENGKAJIAN PEMANFAATAN TEPUNG DAUN PISANG TERHADAP PERFORMAN AYAM BURAS DI JAYAPURA

SUPLEMENTASI BEBERAPA PROBIOTIK MELALUI AIR MINUM TERHADAP PERFORMANS AYAM BROILER PERIODE AKHIR

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN PEPAYA TERHADAP TAMPILAN PRODUKSI AYAM BROILER (The Effect of Papain Extract on the Broiler Performance)

Ade Trisna*), Nuraini**)

Lokakarya Nasional Inovasi Teknologi Pengembangan Ayam Lokal

PENGARUH PENGGANTIAN SEBAGIAN PAKAN KOMERSIAL AYAM BROILER DENGAN BAHAN PAKAN LAIN TERHADAP PERTUMBUHAN AYAM KAMPUNG DAN PENDAPATAN PETERNAK

Perbandingan Performans Dua Strain Broiler Yang Mengonsumsi Air Kunyit

PERFORMA DAN NILAI EKONOMIS AYAM BROILER YANG DIBERI FEED ADDITIVE "SIGI LNDAH" DALAM AIR MINUM SKRIPSI TITISARI

II. TINJAUAN PUSTAKA. ayam yang umumnya dikenal dikalangan peternak, yaitu ayam tipe ringan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada Februari -- Maret 2013 di kandang percobaan

BAB III METODE PENELITIAN Analisis proksimat dilakukan di Laboratorium Nutrisi dan Makanan Ternak

I. PENDAHULUAN. masyarakat di pedesaan. Ternak itik sangat potensial untuk memproduksi telur

RANGKUMAN HASIL PENGKAJIAN AYAM BURAS DI KABUPATEN BENGKULU UTARA

MENGENAL SECARA SEDERHANA TERNAK AYAM BURAS

B. W. Utomo, L. D. Mahfudz, E. Suprijatna* Program S-1 Peternakan Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro Semarang

I. PENDAHULUAN. Sektor peternakan sangat penting dalam memenuhi kebutuhan gizi. Sumber daya

TINJAUAN PUSTAKA. dari hasil domestikasi ayam hutan merah atau red jungle fowls (Gallus gallus) dan

1. PENDAHULUAN. Produktivitas ayam petelur selain dipengaruhi oleh faktor genetik juga

PENGARUH PENUNDAAN PENANGANAN DAN PEMBERIAN PAKAN SESAAT SETELAH MENETAS TERHADAP PERFORMANS AYAM RAS PEDAGING ABSTRACT

Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya, Palembang 2. Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu, Bengkulu ABSTRAK

EFFECT OF HOUSE TEMPERATURE ON PERFORMANCE OF BROILER IN STARTER PERIOD

POTENSI PENGEMBANGAN AYAM BURAS DI KALIMANTAN SELATAN

Respon Pertumbuhan dan Efisiensi Produksi Ayam Broiler yang Mendapat Perlakuan Perbedaan Frekuensi Penaburan Zeolit pada Alas Litter

I. PENDAHULUAN. Usaha peternakan merupakan salah satu usaha yang dapat dilakukan untuk

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Rataan jumlah konsumsi pakan pada setiap perlakuan selama penelitian dapat. Perlakuan R1 R2 R3 R4 R5

Animal Agricultural Journal, Vol. 1. No. 1, 2012, p Online at :

I. PENDAHULUAN. masyarakat menyebabkan konsumsi protein hewani pun meningkat setiap

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan selama 30 hari pada 16 Maret sampai 15 April 2014,

PROFIL USAHATANI UNGGAS DI KABUPATEN BREBES (STUDI KASUS)

PERFORMA AYAM BROILER YANG DIBERI RANSUM BERBASIS JAGUNG DAN BUNGKIL KEDELAI DENGAN SUPLEMENTASI DL-METIONIN SKRIPSI HANI AH

I. PENDAHULUAN. pemenuhan kebutuhan protein hewani masyarakat dan meningkatkan. kesejahteraan peternak. Masalah yang sering dihadapi dewasa ini adalah

I. PENDAHULUAN. Broiler merupakan salah satu sumber protein hewani yang dapat memenuhi

RINGKASAN. Pembimbing Utama : Dr. Ir. Ibnu Katsir Ammllah, MS. Pembimbing Anggota : Dr. Ir. Surniati, MSc.

PENGARUH SUPLEMENTASI ASAM AMINO DL-METIONIN DAN L-LISIN KADALUARSA DALAM PAKAN TERHADAP PERFORMAN AYAM BROILER

PENGARUH PENUNDAAN PENANGANAN DAN PEMBERIAN PAKAN SESAAT SETELAH MENETAS TERHADAP PERFORMANS AYAM RAS PEDAGING ABSTRACT

PEMANFAATAN LIMBAH RESTORAN UNTUK RANSUM AYAM BURAS

Pengaruh Imbangan Energi dan Protein Ransum terhadap Energi Metabolis dan Retensi Nitrogen Ayam Broiler

PEMBERIAN PAKAN TERBATAS DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PERFORMA AYAM PETELUR TIPE MEDIUM PADA FASE PRODUKSI KEDUA

Efektifitas Berbagai Probiotik Kemasan Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Burung Puyuh (Coturnix coturnix japonica)

RESPONS KOMPOSISI TUBUH DOMBA LOKALTERHADAP TATA WAKTU PEMBERIAN HIJAUAN DAN PAKAN TAMBAHAN YANG BERBEDA

HASIL DAN PEMBAHASAN. dalam jangka waktu tertentu. Tingkat konsumsi pakan dipengaruhi oleh tingkat

BAB III MATERI DAN METODE. Pertanian, Universitas Diponegoro pada tanggal 22 Oktober 31 Desember 2013.

EFEK LAMA WAKTU PEMBATASAN PEMBERIAN PAKAN TERHADAP PERFORMANS AYAM PEDAGING FINISHER

Tugas Mata Kuliah Perencanaan Program PP (Menyusun Proposal Evaluasi Dampak Dengan Judul Sistem Perkandangan Ayam Buras) Oleh Junaidi Pangeran

KONSUMSI RANSUM, PERTAMBAHAN BOBOT BADAN DAN KONVERSI RANSUM AYAM LOKAL DI JIMMY S FARM CIPANAS KABUPATEN CIANJUR

PEMANFAATAN MANURE HASIL DEGRADASI LARVA LALAT HITAM (Hermetia illucens L) SEBAGAI PENGGANTI TEPUNG IKAN TERHADAP PENAMPILAN AYAM BURAS FASE GROWER

Dulatip Natawihardja Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran Jatinangor, Sumedang ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. produktivitas ayam buras salah satunya dapat dilakukan melalui perbaikan

RESPON PENGGANTIAN PAKAN STARTER KE FINISHER TERHADAP KINERJA PRODUKSI DAN PERSENTASE KARKAS PADA TIKTOK. Muharlien

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Transkripsi:

Penampilan Produksi Anak Ayam Buras yang Dipelihara pada Kandang Lantai Abdul Azis, Anie Insulistyowati, Pudji Rahaju dan Afriani 1 Intisari Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penampilan produksi anak ayam buras yang dipelihara dalam kandang dengan sistem lantai bambu dan lantai litter. Penelitian ini menggunakan 100 ekor anak ayam buras jenis kelamin campuran umur 7 hari yang dipelihara pada dua jenis lantai kandang sebagai perlakuan, yaitu lantai kandang dari bambu dan lantai kandang litter dengan bahan dari serutan kayu. Ransum yang diberikan terdiri dari ransum anak ayam broiler yang diberikan dari umur 7 sampai 28 hari, dan ransum ayam buras super yang diberikan dari umur 28 sampai 56 hari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsumsi ransum dan pertambahan berat badan anak ayam buras yang dipelihara pada kandang lantai litter lebih tinggi (P<0,01) dibandingkan dengan lantai bambu selama periode brooding (umur 7 hingga 28 hari). Tidak terdapat perbedaan konsumsi ransum, pertambahan berat badan dan konversi ransum di antara kedua jenis lantai kandang selama periode pertumbuhan( 28 hingga 56 hari). Disimpulkan bahwa performan anak ayam buras yang dipelihara pada kandang lantai litter lebih baik dari lantai bambu selama periode umur 7 sampai 28 hari, dan relatif sama diantara kedua jenis lantai kandang tersebut selama periode umur 28 hingga 56 hari. Kata Kunci : Ayam Buras, Penampilan Produksi, Sistem Lantai Abstract The objective of the experiment was to study performance of buras chickens reared on bamboo floor and litters system. One hundred unsex buras chickens age 7 days were used in this research that reared into 2 floor system as treatment. The treatments were bamboo floor and litter floor. The result of the experiment showed that feed intake and body growth of buras chicks reared on litter floor higher (P<0.01) than bamboo floor during 7 to 28 days of age. There were no difference litter and bamboo floor system on feed intake, body growth and feed convertion during 28 to 56 days of age. It was concluded that performance of buras chicks reared on litter floor system had better than 1 Staf Pengajar Fakultas Peternakan Universitas Jambi, Jambi 242

bamboo floor during 7 to 28 days of age and were no difference during 28 to 56 days of age. Key Words : Buras Chicken, Floor System, Performance. Pendahuluan Indonesia banyak memiliki ternak unggas lokal yang berpotensi tinggi untuk pengembangan peternakan nasional. Salah satu jenis unggas lokal yang potensinya cukup besar adalah ayam buras. Kontribusi ayam buras ini dalam menyumbangkan produksi daging nasional tidaklah sedikit. Hal ini mengindikasikan bahwa ayam buras mempunyai peranan yang cukup besar dalam pembangunan peternakan di Indonesia, dan sekaligus sebagai basis ekonomi petani di pedesaan untuk mencapai pertanian maju. Berkembangnya usaha restoran yang menyajikan menu masakan khas ayam buras berdampak terhadap peningkatan permintaan akan ayam buras muda. Keadaan ini memberikan prospek yang baik bagi pengembangan usahatani ayam buras berorientasi komersial. Pengembangan ayam buras kearah yang lebih baik masih terasa sukar dilaksanakan karena sistem pemeliharaan ayam masih dilakukan secara tradisional. Pemeliharaan anak ayam yang baru menetas pada umumnya diumbar bebas bersama induk sepanjang hari. Kerugian akibat dari cara pemeliharaan seperti demikian menyebabkan produktivitas ayam menjadi rendah (Kingstone, 1979; Mugiyono, et al. 1989). Sehubungan dengan hal ini, Kingstone dan Creswell (1982), Creswell dan Gunawan (1982) menyarankan bahwa produktivitas ayam buras dapat ditingkatkan melalui pemeliharaan secara intensif. Salah satu faktor lingkungan yang perlu mendapat perhatian dalam pemeliharaan ayam buras secara intensif adalah perkandangan. Berbagai sistem perkandangan yang dapat digunakan dalam pemeliharaan ayam buras, antara lain sistem umbaran terbatas, panggung dengan lantai dari bambu atau kayu dan sistem litter. Pada pola pemeliharaan ayam secara semi intensif, sistem kandang yang umum digunakan adalah kandang umbaran terbatas dengan lantai tanah. Subiharta, dkk. (1995) melaporkan bahwa pada pola pemeliharaan secara intensif, penampilan produksi ayam buras muda yang dipelihara pada lantai bambu lebih baik dibandingkan dengan kandang umbaran terbatas dengan alas tanah. Keadaan 243

demikian disebabkan oleh faktor kondisi lantai tanah yang kurang higienis dan kemungkinan terdapatnya bibit parasit yang dapat ber-pengaruh terhadap pertumbuhan ayam. Walaupun demikian, penggunaan kandang dengan lantai tanah dengan atau tanpa alas dari berbagai bahan litter umumya lebih banyak digunakan karena murah dan mudah dibandingkan dengan sistem lainnya, Di samping itu, bahan litter yang digunakan sebagai alas kandang dapat membantu mempertahankan kehangatan lingkungan kandang, sehingga cukup baik bagi anak ayam selama periode brooding. Sejauh ini, perbandingan penampilan produksi ayam buras yang dipelihara dari sistem litter dan lantai bambu masih belum banyak diketahui. Sehubungan dengan hal tersebut di atas, kesesuaian sistem lantai kandang khususnya pada pemeliharaan ayam buras selama periode brooding dan pertumbuhan merupakan pertimbangan untuk memberikan lingkungan yang nyaman di dalam kandang, sehingga akan dapat menghasilkan pertumbuhan yang optimal. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penampilan produksi anak ayam buras yang dipelihara dalam kandang dengan sistem lantai bambu dan lantai litter. Materi dan Metode Penelitian ini menggunakan anak ayam buras jenis kelamin campuran umur 7 hari sebanyak 100 ekor. Anak ayam tersebut ditempatkan pada kandang dengan dua jenis alas lantai, yaitu lantai bambu dan lantai litter dengan ukuran masing-masing kandang 70 x 70 x 60 cm. Jumlah kandang berdasarkan alas lantai masing-masing sebanyak 10 buah dengan jumlah anak ayam sebanyak 5 ekor per kandang. Ransum yang diberikan pada periode anakan (starter) dari umur 1 hingga 28 hari adalah ransum komersial ayam broiler (protein 20%), sedangkan periode selanjutnya (28 hingga umur 56 hari) digunakan ransum ayam buras super (protein 14%). Ransum dan air minum diberikan ad libitum. Pemeliharaan anak ayam buras selama penelitian dibagi 2 (dua) periode, yaitu periode brooding dan starter (7 sampai 28 hari) dan periode pertumbuhan (28 sampai 56 hari). Perlakuan yang dicobakan adalah 2 jenis alas lantai kandang, yaitu : Kandang dengan alas lantai bambu dan Kandang dengan alas lantai litter. Penempatan ayam pada masing-masing perlakuan 244

dimulai dari umur 7 hari. Setiap perlakuan memiliki 10 (kelompok kandang) sebagai ulangan dengan jumlah ayam 5 ekor per kelompok kandang. Peubah yang diamati adalah berat badan, pertambahan berat badan, konsumsi ransum dan konversi ransum, Analisis statistik terhadap semua peubah yang diamati dilakukan dengan menggunakan uji-t (t-test) untuk mengetahui perbedaan dari dua jenis lantai kandang (Steel dan Torrie, 1991). Hasil dan Pembahasan Konsumsi Ransum Konsumsi ransum ayam buras yang dipelihara pada lantai bambu dan litter berdasarkan periode umur ayam disajikan pada Tabel 1. Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa konsumsi ransum pada ayam buras yang dipelihara pada kandang sistem lantai litter lebih besar (P<0,01) dari lantai bambu selama periode brooding dan starter (umur 7 hingga 28 hari). Konsumsi ransum relatif tidak berbeda (P>0,05) diantara kedua sistem lantai tersebut selama periode pertumbuhan (umur 28 hingga 56 hari). Keadaan ini disebabkan oleh aktivitas ayam seperti mengkaiskais litter dan bergerak pada kandang dengan lantai litter lebih aktif dibandingkan dengan kandang alas bambu. Dengan demikian, kebutuhan energi pada kelompok ayam yang dipelihara pada kandang lantai litter lebih tinggi. Sebagian besar sumber energi untuk memenuhi kebutuhan tersebut diperoleh dari ransum yang dikonsumsi. Tabel 1. Konsumsi Ransum Ayam Buras pada Dua Jenis Lantai Kandang Berdasarkan Umur Pemeliharaan. Umur Sistem Lantai Kandang (hari) Bambu Litter Probabilitas. gr/ekor.. 7 28 476,55 ± 10,24 A 499,42 ± 16,96 B P<0,01 28 56 1161,08 ± 84,05 1148,94 ± 47,74 P>0,05 7-56 1637,63 ± 90,65 1671,65 ± 63,90 P>0,05 Keterangan : Angka yang diikuti huruf besar pada baris yang sama berbeda pada taraf 1%. Hasil ini berbeda dengan laporan Subiharta et al., (1995) bahwa konsumsi ransum ayam buras pada kandang dengan lantai tanah dengan umbaran terbatas lebih rendah dibandingkan dengan 245

ayam yang dipelihara pada kandang lantai bambu. Keadaan demikian wajar terjadi karena pada kondisi pemeliharaan dengan umbaran terbatas ayam bebas mencari makanan lain berupa rerumputan, serangga dan cacing disekitar lingkungannya sebagai tambahan makanan. Dengan demikian, kondisi seperti ini dapat mengurangi penggunaan ransum yang diberikan sehingga konsumsi ransum tersebut lebih rendah jika dibandingkan dengan kondisi pemeliharaan pada lantai litter. Faktor yang dapat mempengaruhi konsumsi ransum disamping faktor lingkungan adalah sistem perkandangan dan kepadatan ayam dalam kandang (Scott, 1976) Pertambahan Bobot Badan Rataan pertambahan berat badan ayam buras yang dipelihara pada lantai bambu dan litter berdasarkan periode umur disajikan pada Tabel 2. Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa Pertambahan bobot badan ayam buras dari umur 7 sampai 28 hari yang dipelihara di lantai litter lebih besar (P<0,01) dibandingkan dengan lantai bambu. Keadaan ini terjadi karena didukung oleh konsumsi ransum yang nyata lebih besar pada kandang sistem lantai litter, sehingga kelebihan energi yang dikonsumsi untuk kebutuhan aktivitas ayam dapat dimanfaatkan untuk pertumbuhan. Hal ini menunjukkan bahwa pertambahan bobot badan yang tinggi seiring dengan konsumsi ransum. Margawati (1989) melaporkan bahwa ada hubungan positif antara jumlah konsumi ransum dengan pertambahan bobot badan ayam buras, baik jantan maupun betina. Tabel 2. Pertambahan Bobot Badan Ayam Buras Pada Dua Jenis Lantai Kandang Berdasarkan Umur Pemeliharaan. Umur Jenis Lantai Kandang (hari) Bambu Litter Probabilitas. gr/ekor.. 7 28 195,78 ± 11,12 A 209,35 ± 11,23 B P<0,01 28 56 356,87 ± 47,64 346,76 ± 31,29 P>0,05 7 56 556,71 ± 54,22 560,88 ± 40,69 P>0,05 Keterangan : Angka yang diikuti huruf besar pada baris yang sama berbeda pada taraf 1%. Pertambahan bobot badan di antara kedua jenis lantai kandang pada umur 28 hingga 56 hari relatif tidak berbeda (P>0,05). 246

Bobot badan yang dicapai hingga umur 56 minggu pada kandang dengan sistem lantai bambu dan litter, masing-masing 633,62 dan 630,67 gram. Bobot badan yang dicapai selama pemeliharaan pada kedua jenis lantai kandang disajikan pada Gambar 1. Hasil ini lebih tinggi dibandingkan laporan Creswell dan Gunawan (1982), bahwa pemeliharaan ayam buras pada lingkungan yang baik dengan lantai litter dapat menghasilkan bobot badan sekitar 553 gram pada umur 8 minggu. 700 600 Berat Badan (gr) 500 400 300 200 100 0 7 hari 14 hari 21 hari 28 hari 35 hari 42 hari 49 hari 56 hari Umur L-Bambu L-Litter Gambar 1. Bobot Badan Ayam Buras Selama Pemeliharaan pada Dua Jenis Lantai Kandang Konversi Ransum Rataan konversi ransum ayam buras yang dipelihara pada lantai bambu dan litter berdasarkan periode umur ayam disajikan pada Tabel 3. Tabel 3. menunjukkan bahwa konversi ransum ayam buras yang dipelihara pada kandang dengan lantai bambu dan litter tidak menunjukkan perbedaan yang nyata (P>0,05). Hasil menunjukkan bahwa kondisi lantai kandang tidak berpengaruh terhadap konversi ransum ayam buras. Sejalan dengan laporan Subiharta, et al. (1995) bahwa ini bentuk lantai kandang tidak berpengaruh terhadap konversi ransum pada ayam buras jantan periode grower. 247

Tabel 3. Umur (hari) Konversi Ransum Ayam Buras pada Dua Jenis Lantai Berdasarkan Umur Pemeliharaan. Jenis Lantai Kandang Probabilitas Bambu Litter 7 28 2,44 ± 0,09 2,39 ± 0,06 P>0,05 28 56 3,21 ± 0,17 3,33 ± 0,28 P>0,05 7-56 2,91 ± 0,10 2,95 ± 0,14 P>0,05 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penampilan produksi anak ayam buras yang dipelihara selama periode brooding dan starter (umur 7 sampai 28 hari) pada kandang lantai litter lebih baik dari lantai bambu. Daftar Pustaka Creswell, D.C. dan B. Gunawan. 1982. Ayam-ayam lokal di Indonesia : Sifat-sifat produksi pada lingkungan yang baik. Project for Animal Research and Development. Balai Penelitian Ternak, Bogor. Kingstone, D.J. 1979. Peranan ayam kampung berkeliaran di Indonesia. Seminar Ilmu dan Industri Perunggasan II. Pusat Penelitian dan Pengembangan Ternak Bogor. Kingstone, D.J. dan D.C. Creswell. 1982. Ayam-ayam lokal di Indonesia : Populasi dan sifat-sifat produksi di lima desa di Jawa Barat. Project for Animal Research and Development. Balai Penelitian Ternak, Bogor. Margawati, E.T. 1989. Efisiensi penggunaan ransum oleh ayam kampung jantan dan betina pada periode pertumbuhan. Proceeding Seminar Nasional Tentang Unggas Lokal. Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro. Semarang Mugiyono., S. Sukardi, dan E. Tugiyanti, 1989. Perbandingan pemeliharaan ayam buras secara tradisional dan semi intensif. Proceedings Seminar tentang Unggas Lokal. Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro. Semarang. Scott, M.L., M.C. Nesheim and Young. 1976. Nutrition of the Chickens. 2 nd Edition. 248

M.L. Scott and Associates. New York. Steel, R.G.D., and J.H. Torrie. 1991. Prinsip dan Prosedur Statistik. Suatu Pendekatan Biometrik. Alih bahasa. B. Sumantri. Gramedia. Jakarta. Subiharta, D.M., Yuwono, Muryanto, dan W. Dirdjopratono. 1995. Pengaruh tipe kandang dan kualitas ransum terhadap penampilan ayam buras jantan muda umur 2-4 bulan. Jurnal Ilmiah Penelitian Ternak Klepu. 3: 22-25 249

250