BAB III METODOLOGI PENELITIAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam bab ini akan diuraikan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

B. Model Penelitian Penelitian Tindakan Kelas terdiri dari beberapa model yaitu: Model PTK Kurt Lewin Model PTK Kemmis dan Mc Taggart

BAB III METODE PENELITIAN

B. Disain Penelitian Pada penelitian ini menggunakan desain penelitian Kemmis dan Taggart (dalam Wiriaatmadja: 2008)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE DAN PROSEDUR PENELITIAN. sendiri melalui refleksi diri dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya

Jasmanyah76.wordpress.com

BAB III METODE DAN PROSEDUR PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian mengenai pembelajaran melalui model cooperative learning tipe

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode Penelitian Tindakan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. tindakan kelas. Dalam penelitian ini penelitian difokuskan pada situasi kelas, di

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

Kemmis & Mc. Taggart (Basrowi, 2008: 26) memandang PTK sebagai

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian Tindakan Kelas. Istilah dalam bahasa Inggris adalah Classroom Action

BAB III METODOLOGI PENELITIAAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) yang. dikembangkan oleh Kemmis & Taggart 1988, menurutnya Perencanaan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

problem-problem praktis masyarakat dalam situasi problematik dan pada Defenisi menurut Stephen Kemmis (1983) :

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pengertian metodologi penelitian menurut Sukardi (2004: 19) adalah

BAB III METODE PENELITIAN A.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODELOGI PENELITAN

BAB III METODELOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini memungkinkan peneliti melakukan beberapa tindakan kelas

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. penelitian tindakan kelas (PTK) atau Classroom Action Research.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. yang dilakukan oleh guru di kelasnya sendiri secara kolaboratif dan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 1 Panjang Selatan Kecamatan Panjang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) adalah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE DAN PROSEDUR PENELITIAN

BAB III METODE DAN PROSEDUR PENELITIAN

Perencanaan. Siklus I. Pengamatan. Perencanaan. Siklus III. Pengamatan. Perencanaan. Pengamatan. Hasil Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE DAN RENCANA PENELITIAN. kelas (PTK) dengan sifat kolaboratif yakni dengan melibatkan beberapa pihak. 27

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. pelajaran 2013/2014 selama 3 (tiga) bulan mulai dari bulan Juli sampai

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SMK Negeri 4 Kota

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas V SDN 3 Sukadadi Kabupaten

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODELOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. terkendali untuk menemukan dan memecahkan masalah pembelajaran di kelas.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) merupakan terjemahan dari Classroom Action

BAB III METODE PENELITIAN

Transkripsi:

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metoda Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research). Menurut Hopkins (Komalasari, 2010: 270) penelitian tindakan kelas (PTK) dirumuskan sebagai penelitian yang mengombinasikan prosedur penelitian dengan tindakan substantif, suatu tindakan yang dilakukan dalam disiplin inkuiri, atau suatu usaha seseorang untuk memahami apa yang terjadi, sambil terlibat dalam sebuah prosedur perbaikan dan perubahan. Sedangkan Suhardjono (Komalasari, 2010: 271) mengatakan bahwa penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh guru, bekerjasama dengan peneliti lainnya (atau dilakukan sendiri oleh guru yang bertindak sebagai peneliti) dikelas atau di sekolah tempat dia mengajar dengan penekanan pada penyempurnaan atau peningkatan proses dan praktis pembelajaran. Kemmis menjelaskan bahwa penelitian tindakan adalah sebuah bentuk inkuiri reflektif yang dilakukan secara kemitraan mengenai situasi social tertentu (termasuk pendidikan) untuk meningkatkan rasionalitas dan keadilan dari a) Kegiatan praktek social atau pendidikan mereka, b) pemahaman mereka mengenai kegiatan-kegiatan praktek pendidikan ini, dan c) situasi yang memungkinkan terlaksananya kegiatan praktek ini (Wiriaatmadja, 2012: 12). Arikunto (2010: 03) dalam bukunya menyatakan bahwa penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi di sebuah kelas secara bersamaan. Tindakan tersebut diberikan oleh guru atau dengan arahan dari guru yang dilakukan oleh siswa. Senada dengan Arikunto, Suhardjono mengungkapkan bahwa penelitian tindakan kelas adalah penelitian tindakan yang dilakukan di kelas dengan tujuan memperbaiki/meningkatkan mutu praktik pembelajaran (2010: 59). Sedangkan Mc Niff (Arikunto, dkk, 2010: 102) dalam bukunya yang berjudul Action Research Prinsciples and Practise memandang PTK sebagai

30 bentuk penelitian reflektif yang dilakukan oleh pendidik sendiri terhadap kurikulum, pengembangan sekolah, meningkatkan prestasi belajar, pengembangan keahlian mengajar, dan sebagainya. Karakteristik Penelitian Tindakan Kelas menurut Supardi (Arikunto, 2010: 06) adalah sebagai berikut. 1. Problema yang diangkat oleh penelitian Tindakan Kelas adalah problema yang dihadapi oleh guru di kelas. 2. Adanya aksi / tindakan tertentu untuk memperbaiki proses belajar mengajar di kelas. 3. Dengan Penelitian Tindakan Kelas harus menunjukkan adanya perubahan ke arah perbaikan dan peningkatan secara positif. Prosedur penelitian tindakan kelas menurut Hopkin (Komalasari, 2010: 271) ini yakni: 1. Perencanaan (planning) 2. Pelaksanaan tindakan kelas (action) 3. Observasi (observation) dan refleksi (reflection) dalam setiap siklus. B. Model Penelitian Model penelitian tindakan kelas (PTK) yang digunakan dalam penelitian ini adalah model daur siklus yang dikembangkan oleh Kemmis dan Mc Taggart. Model ini mencakup empat komponen, yaitu: rencana (planning), tindakan (action), observasi (observation) dan refleksi (reflection). Berikut ini merupakan gambar dari alur penelitian tindakan kelas model Kemmis dan Mc.Taggrart :

31 Gambar 3.1 Model Siklus PTK Kemmis dan Mc. Taggart (Kusumah, 2010: 21) Model Kemmis & McTaggart merupakan pengembangan dari konsep dasar yang diperkenalkan Kurt Lewin, hanya saja komponen tindakan (acting) dan pengamatan (observing) dijadikan satu kesatuan karena keduanya merupakan tindakan yang tidak terpisahkan, terjadi dalam waktu yang sama (Kusumah, 2010: 27). Model Kemmis dan Taggart ini mencakup empat fase dalam setiap siklusnya, yaitu setelah melaksanakan observasi awal, dibuat rencana tindakan, dilakukan pelaksanaan tindakan dengan pengamatan selama proses pelaksanaan tindakan. Setelah pelaksanaan selesai, dilakukan refleksi tindakan. Setiap refleksi tindakan pada siklus dijadikan acuan dalam membuat rencana tindakan siklus berikutnya. Dalam penelitian tindakan kelas, siklus merupakan daur yang dilakukan secara bertahap dan sesuai dengan kebutuhan pembelajaran di kelas. Jumlah siklus tidak ditentukan secara pasti dalam setiap penelitian tindakan kelas. Setiap siklusnya memiliki tujuan pembelajaran yang telah disesuaikan dengan kebutuhan pembelajaran yang akan diteliti.

32 C. Subjek Penelitian Subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas V SDN Sukajaya Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat berjumlah 35 orang yang terdiri dari 25 orang siswa laki-laki dan 10 orang siswa perempuan. D. Prosedur Penelitian Prosedur yang ditempuh dalam penelitian ini mengacu pada model yang dikembangkan oleh Kemmis dan Taggart. Tahapan setiap siklusnya mencakup empat yaitu tahap perencanaan (planning), tahap pelaksanaan (action), tahap pengamatan (observation), dan tahap refleksi (reflection). Guru yang dibantu oleh dua orang observer melakukan pengamatan pada setiap tindakan yang dilakukan setiap siklus. a. Perencanaan Perencaan pada penelitian ini meliputi: perizinan kepada pihak sekolah, pembuatan surat keputusan pembimbing skripsi, pembuatan surat keputusan judul skripsi, pembuatan surat keputusan dari pihak direktorat. b. Pelaksanaan Pelaksanaan pada penelitian ini akan diuraikan pada setiap siklusnya sebagai berikut. 1. Siklus I a) Tahap Perencanaan (Planning) Pada tahap perencanaan, peneliti merancang pembelajaran IPA materi proses daur air dengan model pembelajaran Kooperatif tipesnowball Throwing beserta langkah-langkah yang sesuai dengan model pembelajaran ini, yaitu penjelasan dari guru, pembentukan kelompok, pemanggilan ketua kelompok, penjelasan oleh ketua kelompok kepada anggotanya, diskusi kelompok mengenai pertanyaan, pelemparan bola salju, dan penjawaban pertanyaan dari setiap kelompok. Peneliti menyiapkan segala keperluan dalam pembelajaran

33 seperti media pembelajaran serta menyiapkan instrumen pembelajaran seperti RPP dan LKS serta instrumen penelitian sepertipedoman observasi, angket, lembar tes awal dan tes akhir. Selain itu dilakukan revisi pada instrumen tersebut setelah melalui tahap konsultasi dengan pembimbing. b) Tahap Pelaksanaan (Action) Perencanaan yang telah dirancang untuk pelaksanaan siklus I, dilakukan pada proses pembelajaran di kelas. Kegiatan yang dilakukan pada siklus I yaitu saat awal pembelajaran, siswa diberikan tes awal untuk mengukur pemahaman awal siswa mengenai materi sebelum dilakukan proses pembelajaran. Saat memasuki tahap eksplorasi, siswa dengan bimbingan guru mengenal mengenai proses terjadinya Daur Air. Lalu masing-masing ketua kelompok dipanggil oleh guru untuk mendengarkan kembali penjelasan guru mengenai materi yang telah disampaikan. Setelah itu masing-masing ketua kelompok menyampaikan kembali materi yang telah disampaikan oleh guru kepada teman satu kelompoknya sehingga terjadilah diskusi kelompok. Setelah waktu habis, siswa melakukan kegiatan diskusi kelompok untuk mendiskusikan pertanyaan apa yang akan mereka tulis dan lontarkan untuk kelompok lain. Setelah itu mereka akan meremas-remas kertas tersebut dan melemparkan kepada kelompok lain. Setelah mendapat pertanyaan dari kelompok lainnya, masing-masing kelompok akan menjawab pertanyaan tersebut dengan diskusi kelompok terlebih dahulu sebelumnya. Pada akhir pembelajaran, siswa diberikan tes akhir untuk mengukur hasil belajar siswa diakhir pembelajaran. c) Tahap Pengamatan (Observation) Pada tahap ini dilakukan pengamatan oleh observer terhadap penerapan model pembelajaran Kooperatif tipe Snowball Throwing dengan menggunakan instrumen lembar observasi aktivitas guru dan siswa. Selain itu observer juga melakukan pengamatan dengan

34 menggunakan instrumen lembar observasi format observasi aktivitas siswa dan format observasi sikap siswa. Observer juga melakukan dokumentasi serta mencatat jalannya pembelajaran dengan penerapan model pembelajaran Kooperatif tipe Snowball Throwing. d) Tahap Refleksi (Reflection) 2. Siklus II Pada tahapan ini, peneliti melakukan refleksi serta analisis berdasarkan temuan saat melakukan pembelajaran serta hasil observasi yang dilakukan oleh observer. Peneliti menganalisis kekurangan serta kelemahan model pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing pada pembelajaran yang dilakukan pada siklus I ini. Pada tahap ini dailakukan pula evaluasi hasil belajar siswa dalam pembelajaran sehingga terlihat hasil pencapaiannya. Setelah dilakukan analisis tersebut, peneliti merancang perbaikan-perbaikan sebagai tindak lanjut untuk dapat diterapkan pada siklus ke II. a) Tahap Perencanaan (Planning) Pada tahap perencanaan, peneliti merancang pembelajaran IPA berdasarkan hasil refleksi yang telah dilakukan pada siklus sebelumnya. Hasil refleksi pada siklus sebelumnya dijasikan acuan dalam perbaikan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing pada siklus selanjutnya. Seperti halnya tahap perencanaan di siklus I, peneliti membuat RPP dan instrumen yang diperlukan untuk pelaksanaan tindakan siklus II dan melakukan konsultasi atas tindak lanjut yang telah dibuat untuk pelaksanaan di siklus ke-ii. b) Tahap Pelaksanaan (Action) Pada tahap ini, sebelum dilakukan pembelajaran terlebih dahulu siswa mengerjakan tes awal. Setelah itu barulah dilakukan pembelajaran mengenai berbagai tindakan manusia yang dapat mempengaruhi Daur Air. Pada fase eksplorasi, siswa kembali melakukan diskusi kelompok untuk pengajuan pertanyaan untuk pelemparan pada kelompok lain. Pada fase pelemparan bola

35 salju siswa melakukan pelemparan kertas yang didalamnya berisi pertanyaan dan telah diremas-remas. Setelah mendapat pertanyaan dari kelompok lain, masing-masing kelompok melakukan diskusi kelompok mengenai jawaban dari pertanyaan yang mereka dapatkan. Setelah itu masing-masing perwakilan kelompok menjawab pertanyaan tersebut. Dengan bimbingan guru, diskusi kelas mengenai jawaban dari masing-masing kelompokpun dapat dilakukan dengan tertib. Setelah selesai melakukan pelemparan bola salju, masingmasing kelompok melakukan diskusi pengerjaan Lembar kerja Siswa. Pada akhir pembelajaran, guru memberikan tes akhir kepada siswa untuk mengetahui ketercapaian pembelajaran yang telah dilakukan. c) Tahap Pengamatan (Observation) Sama halnya dengan pengamatan yang dilakukan pada siklus sebelumnya, guru dibantu oleh wali kelas dan teman sejawat sebagai pengamat didalam kelas saat berlangsungnya kegiatan belajar dan pembelajaran IPA. Pengamat mengamati keberlangsungan pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing serta mengamati aktivitas serta sikap siswa serta menuliskan saran perbaikan untuk pembelajaran selanjutnya. d) Tahap Refleksi (Reflection) Pada tahap refleksi siklus II ini guru melakukan diskusi dengan observer mengenai pembelajaran yang berlangsung serta mendiskusikan mengenai kelemahan yang masih harus diperbaiki serta keunggulan yang dapat diterapkan kembali pada siklus selanjutnya. Jika masih ada kelemahan yang belum teratasi oleh guru, maka peneliti harus memikirkan cara agar dapat menutupi kekurangan pada siklus-siklus sebelumnya agar lebih baik lagi. 3. Siklus III a) Tahap Perencanaan (Planning)

36 Sama halnya dengan perencanaan pada siklus I dan II, hasil refleksi dan tindak lanjut yang telah peneliti buat pada siklus sebelumnya dijasikan acuan sebagai perencanaan pelaksanaan pada siklus III. Peneliti kembali membuat instrumen pembelajaran dengan melakukan kosultasi terlebih dahulu. b) Tahap Pelaksanaan (Action) Pada tahap pelaksanaan siklus III ini, siswa kembali dikenalkan pada materi Pentingnya melakukan penghematan air. Pada fase eksplorasi ini, siswa melakukan diskusi kelompok mengenai pertanyaan yang akan mereka tulis di kertas dengan bimbingan guru. Setelah selesai menuliskan pertanyaan mengenai materi pentingnya menghemat penggunaan air di kertas kelompok masing-masing, dengan aba-aba guru siswa melempar kertas kepada kelompok lain. Setelah itu pembahasan masing-masing pertanyaan dan guru membagikan Lembar Kerja Siswa agar siswa dapat lebih memahami apa yang telah mereka pelajari. Pada akhir pembelajaran siswa mengerjakan tes akhir. c) Tahap Pengamatan (Observation) Pengamatan kembali dilakukan oleh wali kelas serta teman sejawat peneliti. Observer menuliskan apa yang mereka temukan dikelas selama pembelajaran berlangsung. Observer juga memberikan kritik serta saran atas pembelajaran yang telah peneliti lakukan didalam kelas. Observer mengamati setiap aktivitas siswa berupa lembar observasi aktivitas dan sikap siswa selama mengikuti pembelajaran didalam kelas. d) Tahap Refleksi (Reflection) Pada tahap ini kembali peneliti beserta observer melakukan analisis mengenai ketercapaian pembelajaran selama di kelas. Guru dan observer bersama-sama mendiskusikan mengenai hasil belajar siswa serta tindakan perbaikan apa yang seharusnya dilakukan oleh guru dalam siklus selanjutnya. E. Instrumen Penelitian

37 Instrumen adalah alat yang digunakan untuk mengumpulkan data, adapun intrumen yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Instrumen Pembelajaran a. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Rencana pelaksanaan pembelajaran yang dibuat memuat standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator pencapaian kompetensi, tujuan pembelajaran, materi pokok, metode pembelajaran, skenario pembelajaran yang mengacu pada model pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing dan evaluasi. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ini dibuat per siklus dan bertujuan sebagai pedoman dalam pembelajaran yang akan dilaksanakan dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing. b. Lembar Kerja Siswa Lembar kerja siswa merupakan instrumen yang digunakan ketika proses pembelajaran dan memuat berbagai kegiatan siswa agar lebih memahami pembelajaran yang telah diikuti. Lembar kerja siswa digunakan agar siswa mampu dan aktif berdiskusi dengan teman satu kelompoknya. 2. Instrumen Pengumpulan Data a. Tes Tes merupakan metode pengumpulan data penelitian yang berfungsi untuk mengukur kemampuan seseorang (Mulyatiningsih, 2011: 55). Tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes awal dan tes akhir. Tes ini digunakan untuk mengukur kemampuan kognitif (hasil belajar) siswa. Tes awal diberikan pada awal pembelajaran, dan tes akhir diberikan pada akhir pembelajaran untuk mengukur kemampuan siswa sebelum dan sesudah pembelajaran. b. Pedoman Observasi Aktivitas Guru dan Siswa Pedoman observasi ini digunakan untuk melihat keterlaksanaan tahapan-tahapan pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing oleh guru dan siswa. Dalam pengisian lembar observasi ini dibuat kolom ya atau tidak yang dapat diisi dengan tanda checklist ( ). Selain membuat tanda

38 checklist ( ), observer juga mengisi kolom keterangan untuk memuat saransaran observer atau kekurangan-kekurangan aktivitas guru dan siswa selama proses pembelajaran yang dapat dijadikan sebagai bahan refleksi pada akhir pembelajaran. c. Pedoman Observasi Kemampuan Afektif (sikap) dan Psikomotor (aktivitas) Siswa Pedoman observasi sikap dan aktivitas siswa digunakan untuk mengukur ketercapaian ranah afektif dan psikomotor siswa selama pembelajaran berlangsung terutama ketika siswa melakukan diskusi. Masingmasing ranah memuat empat aspek yang akan diobservasi. d. Angket Angket atau kuesioner merupakan alat pengumpulan data yang memuat sejumlah pertanyaan atau pernyataan yang harus dijawab oleh subjek penelitian (Mulyatiningsih, 2011: 60). Kuesioner atau angket dapat mengungkap banyak hal sehingga dalam waktu singkat diperoleh banyak data/keterangan. Pada penelitian ini, angket atau kuesioner dibuat dalam bentuk pernyataan untuk menggali informasi dan kesan siswa setelah mengikuti pembelajaran dengan menggunakan pmodel pembelajaran Kooperatif tipe Snowball throwing. Objek yang mengisi pernyataan dalam angket atau kuesioner adalah siswa didalam kelas dimana dilakukan penelitian. F. Pengolahan dan Analisis Data Analisis data dilakukan melalui teknik pengolahan data berdasarkan perolehan dari hasil penelitian sesuai dengan penggunaan instrumennya. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis kualitatif dan kuantitatif, diantaranya yaitu: 1. Hasil Tes

39 Analisis data yang dilakukan pada data hasil tes yaitu dengan analisis kuantitatif. Adapun pengolahan data tes tersebut dilakukan dengan beberapa teknik, diantaranya : a. Penskoran Untuk menghindari unsur subjektivitas, penskoran dilakukan dengan berdasarkan pada ketentuan standar nilai untuk setiap soal. Soal yang digunakan berupa uraian dengan masing-masing soal memiliki bobot yang sama atau berbeda, tergantung pada tingkat kesulitan soal. Masing-masing soal memiliki kriteria penskoran yang berbeda. b. Menghitung Rata-rata Skor rata-rata tes awal dan tes akhir dapat dihitung dengan menggunakan rumus : (Rahayu, 2011) Keterangan : x = rata-rata hitung = jumlah skor keseluruhan N = jumlah siswa atau banyaknya data c. Menghitung Gain Skor Pretest dan Posttest Gain antara skor pretest dan posttest dapat dihitungdengan menggunakan rumus: Gain (G)= skor post test - skor pre test d. Menghitung Gain Yang Dinormalisasi (Rahayu, 2011) < g > =

40 ( (Kristiana, 2012) Tabel 3.1 Interpretasi Nilai Gain Yang Dinormalisasi Nilai <g> Kriteria g 0,7 Tinggi 0,7 > g 0,3 Sedang g < 0,3 Rendah (Hake,1998 dalam Kristiana, 2012) e. Menghitung Persentase Jumlah Siswa Tuntas Untuk menghitung persentase jumlah siswa yang tuntas atau telah memenuhi nilai KKM pada mata pelajaran IPA yaitu 65, diformulasikan sebagai berikut : Presentase Siswa Tuntas = 2. Hasil Observasi Melalui observasi, peneliti menumpulkan data mengenai aktivitas siswa dan guru untuk melihat keterlaksanaan pembelajaran dengan

41 menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwingdan kemampuan siswa dalam ranah afektif dan psikomotor. Analisis data yang dilakukan pada hasil observasi ini adalah analisis data kualitatif yang disertai dengan perhitungan persentase pencapaiannya. a. Menghitung Keterlaksanaan Pembelajaran Adapun cara untuk menghitung persentase keterlaksanaan pembelajaran menggunakan rumus : % Keterlaksanaan Pembelajaran = (Yuliati, 2011) Kemudian untuk menginterpretasikan keterlaksanaannya dapat ditentukan berdasarkan kategori pada tabel di bawah ini. Tabel 3.2 Interpretasi Keterlaksanaan Model Pembelajaran Persentase (%) Interpretasi 80 100 Sangat Baik 60 79 Baik 40 59 Cukup 21 39 Kurang 0 20 Sangat Kurang (Syah dalam Yuliati, 2011) b. Menghitung Kemampuan Afektif Siswa

42 Data hasil belajar afektif siswa diolah dengan menghitung skor total hasil belajar afektif setiap jenjangnya dan menghitung presentase ketercapaian hasil belajar afektif siswa dengan persamaan rumus : % aspek afektif = Tabel 3.3 Tabel 3.3 Interpretasi Hasil Belajar Afektif Siswa Persentase (%) Interpretasi 80 100 Sangat Baik 60 79 Baik 40 59 Cukup 21 39 Rendah 0 20 Sangat Rendah (Ridwan, S 2000:13 dalam Kristriana, 2012) c. Menghitung Kemampuan Psikomotor Siswa Data hasil belajar psikomotor siswa diolah dengan menghitung skor total hasil belajar psikomotor untuk setiap jenjangnya dan menghitung presentase ketercapaian hasil belajar psikomotor siswa dengan persamaan rumus : % aspek psikomotor =

43 Tabel 3.4 Interpretasi Hasil Belajar Psikomotor Siswa Persentase (%) Interpretasi 90 100 Sangat Terampil 75 89 Terampil 55 74 Cukup Terampil 31 54 Kurang Terampil 0 30 Sangat Kurang Terampil (Panggabean, 1996 dalam Kristriana, 2012) 3. Angket Angket dilakukan untuk memperoleh data atau informasi berupa tanggapan dari siswa mengenai model pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing yang diterapkan selama pembelajaran didalam kelas. Dalam hal ini, siswa dapat mengungkapkan pendapat mereka mengenai pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing menurut mereka sendiri. Pengisian angket dilakukan setelah siswa mengerjakan tes akhir. Hasil angket dijadikan sebagai bahan refleksi pada pembelajaran yang dijabarkan secara deskriptif.