Lokakarya Fungsiona/ Non Peneiti 1997 TEKNIK BUDIDAYA RUMPUT BRACHIARIA DECUMBENS (RUMPUT BEDE) Oyo, T. Hidayat, Ida Heliati dan Mat Solihat Balai Penelitian Ternak Ciawi, P.O. Box 221, Bogor 16002 PENDAHULUAN Brachiaria decumbens atau yang lebih dikenal rumput bede, rumput signal merupakan rumput pakan temak jenis unggul disamping jenis rumput lainnya. Rumput ini berasal dari daerah Uganda, Afrika. Rumput bede termasuk rumput berumur panjang, dapat tumbuh dengan membentuk hamparan lebat dan penyebarannya sangat cepat melalui stolon. Rumput bede berdaun kaku, pendek, berbulu halus, warna hijau gelap dan berstruktur agak kasar. Rumput bede tahan penggembalaan berat, tahan injakan dan renggutan serta tahan kekeringan dan responsif terhadap pemupukan nitrogen. Selain itu rumput ini juga cepat tumbuh dan berkembang sehingga mudah menutup tanah, tetapi tidak tahan terhadap genangan air. Rumput ini merupakan bahan hay yang balk, karena batangnya kecil mudah menjadi kering. Rumput bede dapat tumbuh baik pada ketinggian 0-1200 m (dataran rendah sampai dataran tinggi) dengan curah hujan 762-1500 mm/tahun, kemasaman tanah (ph) 6-7 (Kismono dan Susetyo, 1977). Di Indonesia rumput bede banyak dijumpai di pinggir jalan, pinggir selokan, lapangan, pematang sawah dan di tempat-tempat lainnya yang berbatu. Perkembangbiakan rumput bede di Indonesia sebenarnya sudah tersebar luas, namun pengembangan secara budidaya dan secara ekonomis masih sangat terbatas dibandingkan dengan pengembangan rumput raja (king grass) dan rumput gajah (elephant grass) yang sudah dikenal lebih dahulu oleh petani peternak. Rumput bede perlu dikembangkan dan dikelola dengan balk karena sebagai salah satu sumber penyediaan pakan ternak yang dapat menanggulangi kekurangan pakan ternak pada musim kemarau yang merupakan masalah bagi petani peternak. Keistimewaan rumput ini adalah tahan hidup di musim kemarau (tahan kering), selain itu karena mempunyai perakaran yang sangat kuat dan cepat menutup tanah sehingga dapat mengurangi erosi (Siregar, 1987). Oleh karena itu jenis rumput ini dapat ditanam di lahan yang terlantar yang umumnya daerahnya kering dan sering memiliki kemiringan yang terjal, sehingga erosi tanah merupakan masalah utama. Rumput ini juga memiliki nilai palatabilitas yang cukup bagi ternak ruminansia (L't Mannne tje dan Jones, 1992). 103
A. Pengolahan tanah METODE PENANAMAN RUMPUT BEDE Pada prinsipnya pengolahan tanah sama seperti persiapan untuk penanaman rumput unggul lainnya. Tanah dicangkul 1-2 kali tergantung keadaan tanah dengan kedalaman 20-30 cm, lalu diratakan (Soegiri dkk. 1980). Apabila tanahnya luas dan lahan olahannya datar dapat dilakukan secara mekanis yaitu dengan cara menggunakan traktor tangan, kemudian tanah dibersihkan dari sisa tanaman yang tidak berguna (gulma). B. Pemilihan bibit Pemilihan bibit adalah faktor yang sangat penting dan menentukan dalam budidaya rumput bede. Bibit yang digunakan harus sesuai dengan lingkungan setempat dan mudah dikembangkan serta dikelola, agar diperoleh mutu dan produksi yang balk. Rumput bede dapat diperbanyak dan dikembangbiakan dengan pots (anakan) atau biji. Penggunaan pots (anakan) lebih baik karena disamping cepat tumbuh, juga cepat menyebar dan resiko kematian di lapangan lebih kecil. Pada penanaman rumput dengan pots dipilih tanaman yang sehat, mempunyai banyak akar dan calon anakan baru (bagian tepi). Selain itu bagian ujung vegetatifnya harus dipotong. Hal ini dimaksudkan agar tanaman baru tersebut tidak tertampau banyak penguapan atau menghindari pelayuan. C. Waktu dan cara tanam Waktu tanam yang balk adalah awal musim hujan atau pertengahan musim hujan, karena pertumbuhan awal tanaman rumput bede membutuhkan air lebih banyak. Pada penanaman dengan pots sebelum bibit ditanam di lapangan, bagian atas pots harus dipotong terlebih dahulu dan disisakan kirakira 15-20 cm. Akar pots yang terlalu panjang dapat dipotong untuk memudahkan penanaman. Buat lubang tanam sedalam 10-15 cm, lalu dimasukan bibit bede (2-3 batang setiap lubang) dengan posisi tegak lurus, kemudian ditutup dengan tanah bekas membuat lubang tanam (tanah lapisan atas berada di bawah dan sebaliknya) hal ini dilakukan karena lapisan atas Iebih subur, gembur dan banyak mengandung kompos yang penting bagi hara tanaman. Cara tanam atau sistem tanam pada rumput bede dapat dilakukan dengan cara tunggal (rumput bede seluruhnya), campuran (rumput bede dengan legum herba dan sistem Iorong/alley cropping (rumput bede dengan legume pohon). Hasil penelitian yang dilakukan penulis di Desa Pasir Salam, Kecamatan Nyalindung, Kabupaten Sukabumi (tahun 1995-1996), pada cara atau sistem tanam campuran rumput bede dan kaliandra, rumput bede dan 1 04
glirisidia serta rumput bede dan flemingia (alley cropping) dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Jarak bans legume (m) Produksi segar rumput bede yang ditanam diantara beberapa jenis legum pohon, 4 x panenan dengan interval potong 40 had Jenis hijauan (gr) bede di kaliandara bede di glirisidia bede di flemingia 2 1470,83 1395,84 1024,59 3 758,06 1206,80 1119,45 4(1) 1049,16 1364,34 908,33 4(2) 1065,63 1204,78 989,59 6 1550,76 1346,00 751,67 Dari tabel di atas dapat disimpulkan, penanaman rumput bede dengan kaliandra produksi tertinggi dicapai pada jarak 6 m (1550,76 gr) dan 2 m (1470,83 gr). Pada penanaman rumput bede dengan glirisidia produksi tertinggi dicapai pada jarak 2 m (1395,84 gr) dan 4(1) m (1364,34 gr). Sedangkan pada penanaman rumput bede dengan flemingia produksi tertinggi pada jarak 3 m (1119,45 gr) dan 2 m (1024,59 gr). D. Jarak tanam dan sistem tanam Jarak tanam yang sering digunakan untuk penaman rumput bede adalah : 30x30 cm atau 40x4Ocm (AKK, 1983) Kebutuhan benih dan bibit tiap hektarnya adalah Menggunakan bibit pols, tergantung jarak tanam yang dipergunakan mencapai + 40.000-60.000 pols. Menggunakan biji/benih kira-kira 2-4 kg/ha. Per kilogram berat biji bede cv. Basilisk mengandung lebih kurang 450000 butir/kg. Rumput bede dapat ditanam tunggal atau campuran dengan leguminosa herba. Jenis legum yang cocok (kompatibel) adalah Stylosanthes, Centrosema, Pueraria dan Desmodium heterophyllum ( Skerman, 1990). E. Pemupukan Tujuan pemupukan adalah memberikan zat hara makanan dalam tanah yang digunakan tanaman, untuk memperbaiki struktur 4anah, sehingga diharapkan akan meningkatkan produksi rumput baik kuantitas maupun kualitasnya. 1 05
Tanaman rumput bede sangat responsif terhadap pemupukan nitrogen, karena itu rumput bede membutuhkan pupuk yang mengandung unsur nitrogen banyak, baik dari pupuk organik (pupuk kandang, kompos dan pupuk hijau) maupun pupuk inorganik/pupuk buatan (Urea, Zwavelziur Amoniak/ZA). Pemupukan dasar untuk rumput bede dilakukan bersamaan dengan pengolahan tanah. Dosis pemupukan disesuaikan dengan kesuburan tanah, karena penggunaan pupuk buatan yang terlalu tinggi akan meracuni tanah dan tanaman. Dosis pemupukan untuk rumput bede yang sering digunakan adalah : Pupuk kandang sebanyak 20-30 ton/ha/th, diberikan bersamaan dengan pengolahan tanah. Pupuk Triple Super Posfat/TSP, KCL atau ZK (Zwalvelziur Kali) sebanyak 150-200 kg/ha/th, diberikan sebelum atau bersamaan tanam sebagai pupuk dasar. Pemupukan dengan Urea sebanyak 250-300 kg/ha/th, diberikan setelah rumput berumur 2 minggu setelah tanam di lapangan. Pemupukan lanjutan diberikan setiap selesai potong/defoliasi dengan pupuk urea sebanyak 50 kg/ha/potong dengan cara disebar atau dibenam dalam tanah. F. Pemeliharaan Faktor pemeliharaan tanaman akan menentukan terhadap hasil produktivitas tanaman. Pada awal penanaman perlu dilakukan pemeliharaan yang intensif, terutama penyiangan. Setelah pertumbuhan merata, pemeliharaan rumput bede termasuk mudah karena setelah membentuk hamparan yang lebat dan menutup tanah bisa bersaing dengan gulma. G. Defoliasi atau Panenan Untuk menjamin pertumbuhan rumput bede yang optimal dengan kandungan gizi tinggi maka defoliasi atau panenan harus dilakukan pada periode yang tepat. Panenan pada rumput bede bisa dilakukan dengan pemotongan atau penggembalaan ternak. Pemotongan atau penggembalaan pertama dapat dilakukan setelah tanaman rumput bede berumur 2 bulan bila keadaan memungkinkan (cukup hujan) dengan tujuan untuk meratakan dan merangsang pertumbuhan akar tanaman. Pemotongan/penggembalaan berikutnya dilakukan setiap 5-6 minggu (40 hari) pada musim hujan, sedangkan musim kemarau diperpanjang sampai 8 minggu (60 hari). Tinggi potong rumput bede biasanya 5-15 cm dari permukaan tanah pada musim hujan, sedangkan pada musim kemarau biasanya lebih dari 15 cm dari permukaan tanah. 1 06
PRODUKSI DAN KUALITAS HIJAUAN Dengan pengolahan tanah yang balk, pemupukan yang tepat serta interval potong yang cocok rumput bede dapat menghasilkan produksi segar 171 ton/ha/th dengan produksi kering 36,1 ton/ha/th dengan interval potong 6 minggu (Siregar, 1987). Di Koronivia, daerah basah Fiji, menghasilkan 34,1 ton/ha/th bahan kering, sedangkan di kepulauan Solmon dicapai produksi bahan kering 30,0 tonlha/th (Skerman, 1990). Tabel 1. Produksi hijauan segar selama 5 priode pemotongan, interval potong 40 had Jenis hijauan Rataan produksi per potong (kg/4m ) Rataan 1 2 3 4 5 B.decumbens (r. bede) 15,7 13,9 15,1 27,9 18,1 18,1 Elephant grass (r. gajah) 13,9 22,2 19,6 31,6 11,3 19,7 Tabel 2. Rata-rata komposisi kimia dad 5 priode pemotongan (persentase bahan kering) Jenis hijauan PrK SK Lk BETN Abu Ca P B. decumbens 8,3 38,3 1,2 41,6 10,6 0,40 0,13 Elephant grass 10,7 36,6 1,1 42,4 9,2 0,36 0,24 Tabel 3. Total Nutrisi Tercema (TNT) hijauan 5 priode pemotongan (kg/4m 2) Jenis hijauan TNT % bahan kering Produksi TNT (kg/4m 2) B. decumbens 54,07 1,9 Elephant grass 51,00 1,8 Sumber : Batubara dan Manurung (1990) Jika rumput ini dipergunakan sebagai rumput gembala, ternak dilepas saat rumput bede berumur 2 bulan setelah tanam di lapangan, setelah berumur 2 bulan biasanya akar rumput sudah cukup kuat sehingga Iebih tahan injakan dan renggutan. Penggembalaan selanjutnya dapat dilakukan setiap 40 had pada musim hujan dan 60 had pada musim kemarau. Di Colombia dengan penggembalaan sapi 2 ekor/ha pada rumput bede dapat menghasilkan pertambahan bobot badan 0,60 kg/hari (Crowder dkk., 1970). Hasil analisis bahan kering rumput bede di Kenya menunjukkan persentase protein kasar 11,2, serat kasar 28,0, abu 9,9. Di Indonesia lokasi Sumatera Utara persentase protein kasar 8,3 serat kasar 38,3 abu 10,6 (Batubara dan Manurung, 1990). 1 0 7
Sebagai perbandingan produksi segar, komposisi kimia, dan Total Nutrisi Tercerna dari 5 priode pemotongan dengan interval potong 40 hari antara rumput bede dengan rumput gajah dapat dilihat pada Tabel 1, 2 dan 3. KESIMPULAN DAN SARAN Brachiaria decumbens atau rumput bede sebagai pakan ternak yang mudah ditanam Tahan terhadap renggutan dan injakan ternak Tahan terhadap kekeringan tetapi tidak tahan genangan air Selain sebagai pakan ternak dapat juga digunakan sebagai penahan erosi/penutup tanah pada tanah yang miring dan terjal Rumput bede dapat ditanam dari dataran rendah hingga dataran tinggi Rumput bede dapat ditanam secara tunggal, campuran dengan leguminosa herba dan campuran dengan legume pohon (sistem lorong) Rumput bede disukai ternak ruminansia, balk ruminansia kecil maupun besar (palatabilitas cukup baik), merupakan bahan hay yang balk karena mempunyai batang kecil yang mudah menjadi kering dan Total Nutrisi Tercernanya cukup baik Untuk memperoleh hasil hijauan rumput bede yang optimal baik kualitas maupun kuantitas maka perlu diadakan penelitian dan pembudidayaan rumput bede secara meluas seperti halnya pembudidayaan pada rumput gajah dan rumput raja yang sudah tersebar luas dan dikenal oleh petani peternak DAFTAR BACAAN AKK. 1983. Hijauan Makanan Ternak Potong, Kerja dan Perah. Penerbit Kanisius. Crowder, Chaverra and Lotero. 1970. Animal Production. In Tropical grasses. Food and Agriculture Organization of the United Nation. Ed. P.J. Skerman and F. Riveros. Rome. 1990. Kismono, I. dan S. Susetyo. 1977. Pengenalan Jenis Hijaun Tropika Penting. Produksi Hijauan Makanan Ternak Untuk Sapi Perah. BPLPP. Lembang, Bandung. 1977. Leo P. Batubara dan T. Manurung. 1990. Evaluasi Beberapa Jenis Rumput Untuk Padang Penggembalaan Domba 1. Produktivitas dan uji Palatabilitas beberapa jenis rumput lntroduksi. Dalam Ilmu Dan Peternakan Volume 4 No 1 Juni 1990. 4 (1) : Halaman 209-210. 1 0 8
L.'t Mannetje and R.M. Jones. 1992. Plant Resources of South East Asia No 4. Forages PROSEA Bogor. Indonesia. Reksohadiprodjo, S. 1981. Produksi Tanaman Hijauan Tropik Penting Penerbit BPFE Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta. Reksohadiprodjo, S. 1985. Produksi Biji Rumput dan Legum Makanan Ternak Tropik. Penerbit Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Siregar, M.E. 1987. Produktivitas dan Kemampuan Menahan Erosi Species Rumput dan Leguminosa Terpilih Sebagai Pakan Ternak yang Ditanam Pada Tampingan Teras Bangku di DAS Citanduy, Ciamis. Soegiri, J., H.S. Ilyas dan Damayanti. 1980. Penuntun Produksi Benih Hijaun Makanan Temak. Ditjen. Peternakan Direktorat Bina Produksi Peternakan. Jakarta. Skerman, P.J. and F. Riveros. 1990. Tropical grasses. Food and Agriculture Organization of the United Nations. Rome, 1990. 1 09