Temu Tekms Fungsional non Penehn 2000 TEKNIS PENETASAN TELUR SEMI INTENSIF Sumantri Balai Penelitian Ternak Po Box 221 Bogor 16002 RINGKASAN Perubahan sistem pemeliharaan dan pemasaran hasil produksi memerlukan manajemen yang balk terutama didalam upaya penetasan telur dari yang sangat tradisional menuju ke intensif, sehingga secara teknis penetasan diperlukan rekayasa yang optimal dan berkelanj utan. Kata kunci : Telur, penetasan, semintensif. PENDAHULUAN Prinsip penetasan telur dengan menggunakan mesin tetas (Incubator) adalah sama dengan penetasan menggunakan induk, hanya berbeda pada jumlah telur yang ditetaskan. Semakin besar Incubator yang digunakan, semakin besar pula jumlah telur yang dapat ditetaskan. Dalam kesempatan ini akan diuraikan cara-cara penetasan telur dengan menggunakan mesin tetas sederhana yang menggunakan sumber pemanas lampu minyak tanah/listrik, mulai dari teknis pembuatan mesin tetas sampal dengan manajemen operasionalnya. BAHAN DAN ALAT PADA MESIN TETAS INCUBATOR SE I l hr HATCHER REGULATOR CANDLING Alat penetas dengan sumber pemanas buatan baik listrik,uap panas maupun minyaktanah Mesin tetas yang digunakan khusus untuk pengeraman telur dari hari ke-1 s/d 17 pada ayam / hari I sld 25 pada itik Mesin tetas yang digunakan khusus untuk pengeraman telur dari hari ke-18 s/d 21 pada avam sedang pada itik hari ke-25 s/d 28. Alat pengukur suhu pada incubator yang kerjanva secara otomatis Peneropong telur dengan menggunakan sinar untuk melihat perkembangan embrio (bakal anak) di dalam telur yang ditetaskan 230
Temu Teknis Fungsionat non Penebti 2000 BAGIAN DAN PERLENGKAPAN MESIN TETAS Bagian-bagian dan perlengkapan yang ada pada mesin tetas sederhana dengan sumber pemanas lampu minyak tanah/listrik terdirt dari 1. Tabung/pipa seng aluminium dengan diameter kurang lebih 5 cm, untuk penyalur panas. 2. Regulator : berfungsi untuk mengatur suhu dalam mesin tetas agar tetap stabil dalam suhu 90-103 F. 3. Rak telur : berfungsi untuk menyimpan telur yang akan ditetaskan. 4. Bak air : fungsinya untuk menampung air agar ruang mesin tetas ada keseimbangan kelembaban. 5. Alat pemutar telur /pembalik telur 6. Thermometer : berguna untuk mengetahui keadaan suhu dalam ruang mesing tetas. 7. Hygrometer : berguna untuk mengontrol prosentase kelembaban yang ada dalam ruangan mesin tetas. 8. Lampu minyak tanah, yang umum digunakan biasanya lampu penerangan biasa yang memiliki semprong/cerobong. Itandul 'jbandul Penyeimbang 4- Sungkup Pipa Penyalur E Udara Panas Ventilasi -. I Saluran Pembuangan Panas Ventilasi ~ Diameter 3 c, n x 2 L Q -b Thennostat Telur 000000tn00000n A i r Lampi. Minyak INCUBATOR VERSI LAMPU MINYAK Gambar 1. Mesin Tetas Lamp Minyak Tanah, Kapasitas 110 butir 23 1
Temu Teknis Fungsional non Peneliti 2000 OPERASIONAL PENETASAN TELUR Mengingat incubator ini sangat sederhana, maka sebelum telur-telur disusun dalam egg Iray (rak telur) sebaiknya telur diberi tanda agar memudahkan mengingatnya. Misalnya bagian bawah diberi tanda "A" dan bagian atasnya diberi tanda "B". Langkah pelaksanaan penetasan telur 1. Telur yang sudah bersih diletakan pada rak telur dengan sudut 60 derajat, dengan bagian yang tumpul (rongga udara) di bagian atas, kemudian rak telur dimasukan ke dalam incubator dan pintu incubator ditutup. 2. Pertahankan suhu agar konstan (90-103 F), dengan kelembaban 55-80%, dan incubator harus diamati minimal tiga kali sehari dan selama tiga hari pertama dan tiga hari terakhir incubator tidak boleh dibuka, karena periode ini merupakan periode kritis. Periode kritis pertama (tiga hari pertama) disebabkan karena perkembangan embrio yang cepat dan besar, disamping konsentrasi bahan padat dan perubahan material kimiawi juga puncak produksi asam laktat dicapai pada han keempat. Sedangkan periode kritis kedua disebabkan oleh karena embrio telah sempurna dan pergerakan dari embrio untuk mendapatkan posisi yang normal dalam pemecahan krabang telur. 3. Pemutaran telur dilakukan pada hari ke-3 s/d hari ke-17 dan pada itik pada hari ke-3 s/d hari ke-25 minimal 2-3 kali sehari, lebih sering lebih baik, dan selania pemutaran telur ini adalah untuk menyeragamkan suhu pada pemutaran telur dan mencegah agar embrio yang berkembang tidak menempel pada membran sel. Untuk memudahkan pengontrolan suhu dan kelembaban, termometer dan hygrometer agar diletakan persis dibelakang kaca pintu mesin tetas. Setelah memasuki masa kritis ke-2 (tiga hari terakhir) telur tidak perlu/jangan dibalik, dan alat pembalik agar dikeluarkan dari rak telur, namun telur tetap dalam posisi miring ( 60 ) dengan bagian yang tumpul/rongga udara ada dibagian atas. 4. Ventilasi diatur agar udara dalam incubator dapat selalu berganti dengan udara yang segar. 5. Peneropongan telur (candling) selama penetasan biasanya dilakukan sebanyak 3 kali. Kegunaan peneropongan ini adalah untuk mengeluarkan telur yang infertil dan embrio yang mati dalam penetasan setelah dilakukan peneropongan. Telur yang infertil dan embrio yang mati akan menghasilan gas berbau dan merugikan dalam mesin tetas. Peneropongan I Dilakukan pada han ke-6 s/d 7 untuk melihat perkembangan embrio dalam telur. Jika telur itu fertil dan berkembang di dalam telur nampak arteri / pembuluh darah yang berwarna merah dan diskus germinalis (inti) menyebar ke seluruh bagian telur. Bila telur infertil dan embrio mati / tidak berkembang, maka telur akan nampak bening, yang terlihat hanya titik germinalis. Telur yang semacam ini sebaiknya dikeluarkan dari mesin tetas. 2 3 2
Temu Teknis Fungswnal non Peneliti 2000 Peneropongan II Dilakukan pads hari ke-18 untuk melihat embrio yang hidup, peneropongan pertama terns berkembang atau coati. Peneropongan III Dilakukan pada hari ke-25 untuk melihat embrio yang mati agar segera dikeluarkan dari incubator. Pengeluaran anak ayam/itik sesudah menetas dilakukan setelah anak ayam/itik bulunya kering dan telur yang lain sudah menetas semua pada hari ke-28 hari ke-29. Telur-telur yang tidak menetas pada hari ke-29 sebaiknya dikeluarkan dari incubator dan dimusnahkan. Anak ayam/itik yang menetas dibawa ke tempat lain untuk segera diseleksi sesuai dengan kebutuhan dan tujuan. Setelah kegiatan penetasan berakhir lakukanlah desinfeksi penghapus hamaan pada mesin tetas dan jangan sekali-kali menyimpan mesin tetas dalam keadaan kotor. MEMILIH TELUR TETAS Ada karakteristik/ciri tertentu dari telur-telur yang diketahui mempunyai hubungan dengan daya tetas. Penentuan telur fertil dan jenis kelamin dan luar adalah lebih banyak spekulatif, seperti bukti kebenaran berat jenis telur terhadap telur fertil dan infertil masih diteliti, bentuk telur tidak mempunyai nilai dan petunjuk terhadap jenis kelamin anak itik, maka yang panjang kecil dipercaya sebagai jantan dan yang pendek bulat dipercaya betina. Dal= memilih telur tetas (telur yang ditunasi) dan mampu menjadi anak itik yang hidup sehat dan bertumbuh sesuai dengan tujuan pemeliharaan dengan syarat-syarat adalah 1. Berasal dari induk yang dipelihara dengan bebek jantan (breeder farm). 2. Induk telah bertelur selama 2-3 bulan dimana telur yang dihasilkan sudah seragam. 3. Besar, bentuk dan warna telur harus seragam sesuai dengan sifat induk (gen). 4. Kerabang harus kuat tapi tidak terlalu tebal. 5. Berat telur kurang lebih 61 gr (RIR). 6. Bebas dari cacat telur. 7. Indek telur yang baik adalah 76%. SYARAT PENYIMPANAN TELUR SEBELUM DITETASKAN 1. 0 Harus dicegah penyimpanan telur yang terlalu lama pada suhu dibawah 40 F. 2. Menyimpan telur tetas pada suhu 60 0 F tidak baik bila terlalu lama. 2 3 3
Temu Teknis Fungsional non Peneliti 2000 3. Yang ing baik untuk penyimpanan telur dalam jangka waktu relalif lama adalah 50-60 4. Batas penyimpanan telur tetas maksimum adalah 10 hari, tetapi penyimpanan 7 hari atau kurang dari 7 hari adalah lebih baik. 5. Kelembaban yang tinggi adalah lebih baik dari yang rendah. Sedangkan kelembaban relatif yang baik antara 60%-80%. 6. Tempat penyimpanan telur harus terlindung dari panas dan angin langsung. Luas ruangan (M3 ) Tabel 1. Dosis penggunaan KMnO4 (Kalium Premanganat) Dosis KMNO4 (sendok makan) Dosis Formalin (sendok makan) 1 0,5 1 2 1,0 2 5 1,5 5 10 3,0 10 Luas ruangan (M3) Dosis KMNO4 (sendok makan) Dosis Formalin 40% (sendok makan ) Tabel 2. Contoh Penurunan Daya Tetas Akibat Tidak Diseleksi No. Jenis cacat telur tetas Prosentase telur tetas Telur terlalu kecil. i : dari 45 y ) 80% 2 Telur ban ak bercak darah lod t) 72% 3 7 71% 68% 5 Telur an retak 53% 6. Telur an bentukn. tidak normal 49% 7 Telur.. besar dan keraban y'. tebal sekali 47/o 8 Telur.. hilan : ro : i 32% Telur normal dengan berat 50 s/d 59 gr dan tanpa 87% cacat serta memiliki index 74% PEMBAHASAN Dan persiapan mesin tetas dan tata cara operasional dan pemilihan telur, kwalitas telur dan sumber bibitnya, maka akan berhasil. Usaha dibidang penetasan telur walaupun dengan menggunakan mesin tetas semi intensif. Dengan menggunakan mesin merk Missouri kapasitas 100 butir dengan sistem kombinasi lampu templok dengan listrik. Mesin ini digunakakan oleh kelompok Silih Asih Ciburuy. 234
Terms Tekms Fungsional non Penebn 2000 Tabel 3. Penetasan telur dengan menggunakan mesin tetas semi intensif Telur Masuk Candling I Candling 11 Candling III Fert (% ) Tabel 4. K M M 1 100 8 4 2 86 2 100 15 8 3 74 3 100 11 4 6 4 100 14 6 4 Fertilitas dan Daya Tetas Dari Telur-Telur Hasil Inseminasi Buatan dan Kawin Alam Urutan Ulangan Telur Fertilitas Daya Tetas'~ Diinkubasi (%) (%) (Butir) I HasilIB 52 71,2 88,9 Kawin Alam - - - II Hasil1 13 20 76,7 47,8 Kawin Alam 100 50 58 III HasilIB 21 90,5 68,5 Kawin Alam 100 80 0 IV HasilIB 32 78,1 84 Kawin Alain 100 50 50 Rata-rata HasilIB 50,6 79,2 72,3 Kawin Alam 100 60 36 Sumber : Iskandar dkk. (1993) Angka dihitung dari jumlah telur yang fertil Tabel 5. Fertilitas dan Daya Tetas Dari Telur-Telur Hasil Inseminasi Buatan Path Silangan Pelung Buras dan Buras-Buras Ulangan Telur Diinkubasi (Butir) Fertilitas (%) Daya Tetas (%) Pertama ~~ Pelting >< Buras 70 54,28 78,95 Buras >< Buras 72 48,61 94,28 Kedua ~~ Pelting >< Buras 127 64.57 84,15 Buras >< Buras 37 48,65 61,11 Ketiga 2 3 5
Tenor Tekns Fungsionoi non Penellti 2000 Pelung x Buras 87 81,61 84,51 Buras x Buras 32 68,75 81,82 Keempat Pelung >< Buras 313 86,58 80,81 Buras >< Buras 65 69,23 77,78 Pengencer 5X, Pengencer 2X CARA PEMECAHAN MASALAH Pemecahan masalah dalam penetasan telur dengan menggunakan mesin tetas sederhana harus dupayakan beberapa hal antara lain 1. Diupayakan mesin tetas harus selalu bebas dari hama dan penyakit. 2. Melakukan pengontrolan dart alat mesin tetas tersebut 3. Pelaku/pekerja dalam mengoperasikan mesin tetas harus menguasai seluk beluk mesin tetas dan pengetahuan dibidang penetasan telur 4. Bekerja dibidang penetasan telur harus teliti, ulet dan sabar, sebab menetaskan telur memerlukan waktu cukup lama ± 21 hari pada penetasan telur itik. 5. Pemilihan telur, kuwalitas telur dan breeding merupakan hal yang terkait dalam upaya keberhasilan menetaskan telur. KESIMPULAN Penetasan telur secara semi intensif dapat digunakan sebagai pengganti cara penetasan tradisional, sehingga kebutuhan akan bibit ayam / itik dapat terpenuhi, dan pada akhirnya swasembada pangan khususnya telur akan tercapai dengan baik. Bambang S. Beternak Itik Secara Intensif DAFTAR BACAAN Anonimus, 1982. Tata Cara Penetasan Telur Ayam dan Itik, Missouri Bahrun, A.B. Pertanian Agribisnis Karya Nyata Cinagar Gunawan, B. 1996. Hasil Penelitian Teknis Reproduksi Untuk Meningkatkan Mutu Bibit Ayam Buras, Balm Penelitian Temak, Ciawi. Iskandar, S. E., Basuno Q., Inseminasi Buatan Pada Usaha Pembibitan Ayam Buras Kelompok Tani di Desa Gunung Cupu, Ciamis, Prosiding Komunikasi dan Aplikasi Teknologi Hasil Penelitian Peternakan, BPT Ciawi. 236