Temu Teknis Fungsionat non Penebti 2000 BAGIAN DAN PERLENGKAPAN MESIN TETAS Bagian-bagian dan perlengkapan yang ada pada mesin tetas sederhana dengan

dokumen-dokumen yang mirip
Penyiapan Mesin Tetas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. konstruksi khusus sesuai dengan kapasitas produksi, kandang dan ruangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hingga menetas, yang bertujuan untuk mendapatkan individu baru. Cara penetasan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memperbanyak jumlah daya tetas telur agar dapat diatur segala prosesnya serta

TATALAKSANA PENETASAN TELUR ITIK

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Kata kunci: penetasan, telur itik Tegal, dan mesin tetas

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan selama satu bulan pada 28 Mei--28 Juni 2012,

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Bumirestu, Kecamatan Palas, Kabupaten

HASIL DAN PEMBAHASAN. Inseminasi Buatan pada Ayam Arab

Struktur Telur. Suhardi, S.Pt.,MP Universitas Mulawarman

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penetasan telur ada dua cara, yaitu melalui penetasan alami (induk ayam)

BAB II LANDASAN TEORI

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada1 Maret--12 April 2013 bertempat di Peternakan

Irawati Bachari, Iskandar Sembiring, dan Dedi Suranta Tarigan. Departemen Perternakan Fakultas Pertanian USU

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Kelompok Tani Ternak Rahayu merupakan suatu kelompok peternak yang ada di

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April November 2016 di Desa

Penelitian ini telah dilakukan selama 2 bulan pada bulan Februari-Maret di Laboratorium Patologi, Entomologi dan Mikrobiologi, dan Laboratorium

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan selama satu bulan pada 1 Maret--5 April 2013

PENETAPAN INTERVAL INSEMINASI BUATAN (IB) PADA AYAM BURAS

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian tentang Pengaruh Indeks Bentuk Telur terhadap Daya Tetas dan

I PENDAHULUAN. tidak dapat terbang tinggi, ukuran relatif kecil berkaki pendek.

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. 3.1 Alat Penelitian Adapun alat-alat yang digunakan dalam penelitian adalah sebagai

I. PENDAHULUAN. peternakan seperti telur dan daging dari tahun ke tahun semakin meningkat.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dengan metode-metode mengajar lainnya. Metode ini lebih sesuai untuk mengajarkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Itik merupakan ternak jenis unggas air yang termasuk dalam kelas Aves, ordo

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. 1. Telur itik Pajajaran sebanyak 600 butir. Berasal dari itik berumur 25 35

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. species dari Anas plitirinchos yang telah mengalami penjinakan atau domestikasi

I. PENDAHULUAN. Seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk di Indonesia, permintaan

III. BAHAN DAN MATERI. Penelitian ini dilaksanakan selama 3 minggu pada Desember 2014 Januari 2015,

PEMBIBITAN DAN PENETASAN

lebih dari 219 juta ekor (1992) dan merupakan 63,79% dari jumlah semua unggas yang dibudidayakan di Indonesia secara nasional dengan kontribusi daging

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ayam arab (Gallus turcicus) adalah ayam kelas mediterain, hasil persilangan

I. PENDAHULUAN. serta meningkatnya kesadaran akan gizi dan kesehatan masyarakat. Akan

1. Pendahuluan. 2. Kajian Pustaka RANCANG BANGUN ALAT PENETAS TELUR SEDERHANA MENGGUNAKAN SENSOR SUHU DAN PENGGERAK RAK OTOMATIS

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi

1. PENDAHULUAN. Salah satu produk peternakan yang memberikan sumbangan besar bagi. menghasilkan telur sepanjang tahun yaitu ayam arab.

TINJAUAN PUSTAKA. Itik adalah salah satu jenis unggas air ( water fowls) yang termasuk dalam

I. PENDAHULUAN. Peningkatan populasi penduduk di Indonesia menyebabkan perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. efektif karena satu induk ayam kampung hanya mampu mengerami maksimal

TINJAUAN PUSTAKA. Itik adalah salah satu jenis ungags air ( water fawls) yang termasuk dalam

PENDAHULUAN. penyediaan daging itik secara kontinu. Kendala yang dihadapi adalah kurang

SeminarNasional Peternakan dan Veteriner ARGONO R. SET10K0 1 dan ISTIANA 2

PENDAHULUAN. memenuhi kebutuhan sumber protein. Di Indonesia terdapat bermacam-macam

Pengaruh Umur dan Pengelapan Telur terhadap Fertilitas dan Daya Tetas

PELUANG BISNIS PENETASAN TELUR ITIK

BAB II DASAR TEORI. Sedangkan dalam penetasan telur itu sendiri selama ini dikenal ada dua cara, yakni: Cara alami Cara buatan

MATERI DAN METODE. Materi

BAB I PENDAHULUAN. unggas untuk mewujudkan beternak itik secara praktis. Dahulu saat teknologi

II. TINJAUAN PUSTAKA. arab dengan ayam buras. Ayam arab mulai dikenal oleh masyarakat kira-kira

Gambar 1. Itik Alabio

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ayam Lokal

Itik Petelur - Itik Indian Runner (Malaysia dan Cina) - Itik Khaki Cambell (Inggris) - Itik lokal tersebar di Indonesia (Itik Cirebon, Itik Tegal, Iti

ALAT PENETAS TELUR OTOMATIS DENGAN KAMERA PEMANTAU

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dikenal dengan istilah susut tetas. Pengaruh perlakuan terhadap susut tetas

Sumber pemenuhan kebutuhan protein asal hewani yang cukup dikenal. masyarakat Indonesia selain ayam ialah itik. Usaha beternak itik dinilai

PENGARUH FREKUENSI PEMUTARAN DAN PEMBILASAN DENGAN LARUTAN DESINFEKTANTERHADAP DAYA TETAS, MORTALITAS DAN BOBOT TETAS AYAM ARAB

PRODUKTIVITAS AYAM LOKAL YANG DIPELIHARA SECARA INTENSIF

BAB 1 PENDAHULUAN. Tingginya kebutuhan masyarakat akan daging ayam membuat proses

MATERI DAN METODE. Gambar 3. Rodalon

I. PENDAHULUAN. Pembangunan peternakan dari tahun ke tahun semakin pesat dengan

OTOMATISASI MESIN TETAS UNTUK MEINGKATKAN PRODUKSI DOC (DAY OLD CHICK) AYAM LURIK DAN EFISIENSI USAHA

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. membentuk beberapa variasi dalam besar tubuh, konformasi, dan warna bulu.

EVALUASI TELUR TETAS ITIK CRp (CIHATEUP X RAMBON) YANG DIPELIHARA PADA KONDISI MINIM AIR SELAMA PROSES PENETASAN

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Gambaran Umum Pengembangan Usaha Ternak Ayam Buras di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. khususnya akan kebutuhan daging unggas maupun telur yang kaya akan sumber

[Pengelolaan Penetasan Telur]

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. banyaknya telur yang menetas dibagi dengan banyaknya telur yang fertil.

THE EFFECTS OF THE BRANDS OF LAMPS ON THE RADIATION HEAT AS THE HEAT SOURCE OF POULTRY HATCHERIES

II. TINJAUAN PUSTAKA. Itik lokal Indonesia dikenal sebagai keturunan itik Indian Runner yang banyak

PENGARUH BANGSA ITIK ALABIO DAN MOJOSARI TERHADAP PERFORMAN REPRODUKSI (REPRODUCTIVE PERFORMANCE OF ALABIO AND MOJOSARI DUCKS) ABSTRACT ABSTAAK

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. larva. Kolam pemijahan yang digunakan yaitu terbuat dari tembok sehingga

PENDAHULUAN. salah satunya pemenuhan gizi yang berasal dari protein hewani. Terlepas dari

PERBANDINGAN FERTILITAS SERTA SUSUT, DAYA DAN BOBOT TETAS AYAM KAMPUNG PADA PENETASAN KOMBINASI

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilakukan di Pusat Pembibitan Puyuh Fakultas Peternakan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 6. Kualitas Eksterior Telur Tetas Ayam Arab

PENINGKATAN PRODUKTIVITAS AYAM BALI DENGAN POLA SELEKSI PRODUKSI

BAB I PENDAHULUAN. berdampak pada tingkat konsumsi masyarakat yang meningkat, pada khususnya akan kebutuhan

BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Tujuan Pustaka Jufril, D., (2015), melakukan penelitian tentang implementasi mesin penetas telur otomatis adapun hasil

PERFORMA TELUR TETAS BURUNG PUYUH JEPANG (Coturnix coturnix japonica) BERDASARKAN PERBEDAAN BENTUK TELUR

SISTEM KONTROL SUHU PADA MESIN TETAS TELUR AYAM BURAS HEMAT ENERGI DAYA TETAS OPTIMAL

Telur ayam konsumsi SNI 3926:2008

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Kondisi Umum Kandang Local Duck Breeding and Production Station

HASIL DAN PEMBAHASAN. Total jumlah itik yang dipelihara secara minim air sebanyak 48 ekor

TEKNOLOGI BUDIDAYA ITIK DI LAHAN PEKARANGAN Oleh Ermidias Penyuluh Pertanian Madya I.PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. dalam beberapa kasus hingga mengalami kebangkrutan. termometer. Dalam proses tersebut, seringkali operator melakukan kesalahan

Edisi Agustus 2013 No.3520 Tahun XLIII. Badan Litbang Pertanian

SAEI (Saba Auto Eggs Incubator (With Auto Rotating Eggs Mechanism))

I. PENDAHULUAN. unggas di Sumatera Barat, salah satunya adalah peternakan Itik. Di Nagari Pitalah,

KARAKTERISTIK POLA PEMBIBITAN ITIK PETELUR DI DAERAH SENTRA PRODUKSI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dan Pengembangan Budidaya Ikan Hias, Depok Jawa Barat.

ARTIKEL PENGARUH PROPORSI TELUR HASIL IB (AYAM BANGKOK DAN AYAM BROILER) DALAM MESIN OTOMATIS

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

MATERI DAN METODE Waktu dan Tempat Materi Ulat Sutera Bahan-Bahan Alat

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Teknik Pemijahan ikan lele sangkuriang dilakukan yaitu dengan memelihara induk

INTENSIFIKASI TERNAK AYAM BURAS

MODUL PROGRAM KEAHLIAN BUDIDAYA TERNAK KODE MODUL SMKP3P03BTE

BAHAN DAN METODE. Tabel 1. Subset penelitian faktorial induksi rematurasi ikan patin

Transkripsi:

Temu Tekms Fungsional non Penehn 2000 TEKNIS PENETASAN TELUR SEMI INTENSIF Sumantri Balai Penelitian Ternak Po Box 221 Bogor 16002 RINGKASAN Perubahan sistem pemeliharaan dan pemasaran hasil produksi memerlukan manajemen yang balk terutama didalam upaya penetasan telur dari yang sangat tradisional menuju ke intensif, sehingga secara teknis penetasan diperlukan rekayasa yang optimal dan berkelanj utan. Kata kunci : Telur, penetasan, semintensif. PENDAHULUAN Prinsip penetasan telur dengan menggunakan mesin tetas (Incubator) adalah sama dengan penetasan menggunakan induk, hanya berbeda pada jumlah telur yang ditetaskan. Semakin besar Incubator yang digunakan, semakin besar pula jumlah telur yang dapat ditetaskan. Dalam kesempatan ini akan diuraikan cara-cara penetasan telur dengan menggunakan mesin tetas sederhana yang menggunakan sumber pemanas lampu minyak tanah/listrik, mulai dari teknis pembuatan mesin tetas sampal dengan manajemen operasionalnya. BAHAN DAN ALAT PADA MESIN TETAS INCUBATOR SE I l hr HATCHER REGULATOR CANDLING Alat penetas dengan sumber pemanas buatan baik listrik,uap panas maupun minyaktanah Mesin tetas yang digunakan khusus untuk pengeraman telur dari hari ke-1 s/d 17 pada ayam / hari I sld 25 pada itik Mesin tetas yang digunakan khusus untuk pengeraman telur dari hari ke-18 s/d 21 pada avam sedang pada itik hari ke-25 s/d 28. Alat pengukur suhu pada incubator yang kerjanva secara otomatis Peneropong telur dengan menggunakan sinar untuk melihat perkembangan embrio (bakal anak) di dalam telur yang ditetaskan 230

Temu Teknis Fungsionat non Penebti 2000 BAGIAN DAN PERLENGKAPAN MESIN TETAS Bagian-bagian dan perlengkapan yang ada pada mesin tetas sederhana dengan sumber pemanas lampu minyak tanah/listrik terdirt dari 1. Tabung/pipa seng aluminium dengan diameter kurang lebih 5 cm, untuk penyalur panas. 2. Regulator : berfungsi untuk mengatur suhu dalam mesin tetas agar tetap stabil dalam suhu 90-103 F. 3. Rak telur : berfungsi untuk menyimpan telur yang akan ditetaskan. 4. Bak air : fungsinya untuk menampung air agar ruang mesin tetas ada keseimbangan kelembaban. 5. Alat pemutar telur /pembalik telur 6. Thermometer : berguna untuk mengetahui keadaan suhu dalam ruang mesing tetas. 7. Hygrometer : berguna untuk mengontrol prosentase kelembaban yang ada dalam ruangan mesin tetas. 8. Lampu minyak tanah, yang umum digunakan biasanya lampu penerangan biasa yang memiliki semprong/cerobong. Itandul 'jbandul Penyeimbang 4- Sungkup Pipa Penyalur E Udara Panas Ventilasi -. I Saluran Pembuangan Panas Ventilasi ~ Diameter 3 c, n x 2 L Q -b Thennostat Telur 000000tn00000n A i r Lampi. Minyak INCUBATOR VERSI LAMPU MINYAK Gambar 1. Mesin Tetas Lamp Minyak Tanah, Kapasitas 110 butir 23 1

Temu Teknis Fungsional non Peneliti 2000 OPERASIONAL PENETASAN TELUR Mengingat incubator ini sangat sederhana, maka sebelum telur-telur disusun dalam egg Iray (rak telur) sebaiknya telur diberi tanda agar memudahkan mengingatnya. Misalnya bagian bawah diberi tanda "A" dan bagian atasnya diberi tanda "B". Langkah pelaksanaan penetasan telur 1. Telur yang sudah bersih diletakan pada rak telur dengan sudut 60 derajat, dengan bagian yang tumpul (rongga udara) di bagian atas, kemudian rak telur dimasukan ke dalam incubator dan pintu incubator ditutup. 2. Pertahankan suhu agar konstan (90-103 F), dengan kelembaban 55-80%, dan incubator harus diamati minimal tiga kali sehari dan selama tiga hari pertama dan tiga hari terakhir incubator tidak boleh dibuka, karena periode ini merupakan periode kritis. Periode kritis pertama (tiga hari pertama) disebabkan karena perkembangan embrio yang cepat dan besar, disamping konsentrasi bahan padat dan perubahan material kimiawi juga puncak produksi asam laktat dicapai pada han keempat. Sedangkan periode kritis kedua disebabkan oleh karena embrio telah sempurna dan pergerakan dari embrio untuk mendapatkan posisi yang normal dalam pemecahan krabang telur. 3. Pemutaran telur dilakukan pada hari ke-3 s/d hari ke-17 dan pada itik pada hari ke-3 s/d hari ke-25 minimal 2-3 kali sehari, lebih sering lebih baik, dan selania pemutaran telur ini adalah untuk menyeragamkan suhu pada pemutaran telur dan mencegah agar embrio yang berkembang tidak menempel pada membran sel. Untuk memudahkan pengontrolan suhu dan kelembaban, termometer dan hygrometer agar diletakan persis dibelakang kaca pintu mesin tetas. Setelah memasuki masa kritis ke-2 (tiga hari terakhir) telur tidak perlu/jangan dibalik, dan alat pembalik agar dikeluarkan dari rak telur, namun telur tetap dalam posisi miring ( 60 ) dengan bagian yang tumpul/rongga udara ada dibagian atas. 4. Ventilasi diatur agar udara dalam incubator dapat selalu berganti dengan udara yang segar. 5. Peneropongan telur (candling) selama penetasan biasanya dilakukan sebanyak 3 kali. Kegunaan peneropongan ini adalah untuk mengeluarkan telur yang infertil dan embrio yang mati dalam penetasan setelah dilakukan peneropongan. Telur yang infertil dan embrio yang mati akan menghasilan gas berbau dan merugikan dalam mesin tetas. Peneropongan I Dilakukan pada han ke-6 s/d 7 untuk melihat perkembangan embrio dalam telur. Jika telur itu fertil dan berkembang di dalam telur nampak arteri / pembuluh darah yang berwarna merah dan diskus germinalis (inti) menyebar ke seluruh bagian telur. Bila telur infertil dan embrio mati / tidak berkembang, maka telur akan nampak bening, yang terlihat hanya titik germinalis. Telur yang semacam ini sebaiknya dikeluarkan dari mesin tetas. 2 3 2

Temu Teknis Fungswnal non Peneliti 2000 Peneropongan II Dilakukan pads hari ke-18 untuk melihat embrio yang hidup, peneropongan pertama terns berkembang atau coati. Peneropongan III Dilakukan pada hari ke-25 untuk melihat embrio yang mati agar segera dikeluarkan dari incubator. Pengeluaran anak ayam/itik sesudah menetas dilakukan setelah anak ayam/itik bulunya kering dan telur yang lain sudah menetas semua pada hari ke-28 hari ke-29. Telur-telur yang tidak menetas pada hari ke-29 sebaiknya dikeluarkan dari incubator dan dimusnahkan. Anak ayam/itik yang menetas dibawa ke tempat lain untuk segera diseleksi sesuai dengan kebutuhan dan tujuan. Setelah kegiatan penetasan berakhir lakukanlah desinfeksi penghapus hamaan pada mesin tetas dan jangan sekali-kali menyimpan mesin tetas dalam keadaan kotor. MEMILIH TELUR TETAS Ada karakteristik/ciri tertentu dari telur-telur yang diketahui mempunyai hubungan dengan daya tetas. Penentuan telur fertil dan jenis kelamin dan luar adalah lebih banyak spekulatif, seperti bukti kebenaran berat jenis telur terhadap telur fertil dan infertil masih diteliti, bentuk telur tidak mempunyai nilai dan petunjuk terhadap jenis kelamin anak itik, maka yang panjang kecil dipercaya sebagai jantan dan yang pendek bulat dipercaya betina. Dal= memilih telur tetas (telur yang ditunasi) dan mampu menjadi anak itik yang hidup sehat dan bertumbuh sesuai dengan tujuan pemeliharaan dengan syarat-syarat adalah 1. Berasal dari induk yang dipelihara dengan bebek jantan (breeder farm). 2. Induk telah bertelur selama 2-3 bulan dimana telur yang dihasilkan sudah seragam. 3. Besar, bentuk dan warna telur harus seragam sesuai dengan sifat induk (gen). 4. Kerabang harus kuat tapi tidak terlalu tebal. 5. Berat telur kurang lebih 61 gr (RIR). 6. Bebas dari cacat telur. 7. Indek telur yang baik adalah 76%. SYARAT PENYIMPANAN TELUR SEBELUM DITETASKAN 1. 0 Harus dicegah penyimpanan telur yang terlalu lama pada suhu dibawah 40 F. 2. Menyimpan telur tetas pada suhu 60 0 F tidak baik bila terlalu lama. 2 3 3

Temu Teknis Fungsional non Peneliti 2000 3. Yang ing baik untuk penyimpanan telur dalam jangka waktu relalif lama adalah 50-60 4. Batas penyimpanan telur tetas maksimum adalah 10 hari, tetapi penyimpanan 7 hari atau kurang dari 7 hari adalah lebih baik. 5. Kelembaban yang tinggi adalah lebih baik dari yang rendah. Sedangkan kelembaban relatif yang baik antara 60%-80%. 6. Tempat penyimpanan telur harus terlindung dari panas dan angin langsung. Luas ruangan (M3 ) Tabel 1. Dosis penggunaan KMnO4 (Kalium Premanganat) Dosis KMNO4 (sendok makan) Dosis Formalin (sendok makan) 1 0,5 1 2 1,0 2 5 1,5 5 10 3,0 10 Luas ruangan (M3) Dosis KMNO4 (sendok makan) Dosis Formalin 40% (sendok makan ) Tabel 2. Contoh Penurunan Daya Tetas Akibat Tidak Diseleksi No. Jenis cacat telur tetas Prosentase telur tetas Telur terlalu kecil. i : dari 45 y ) 80% 2 Telur ban ak bercak darah lod t) 72% 3 7 71% 68% 5 Telur an retak 53% 6. Telur an bentukn. tidak normal 49% 7 Telur.. besar dan keraban y'. tebal sekali 47/o 8 Telur.. hilan : ro : i 32% Telur normal dengan berat 50 s/d 59 gr dan tanpa 87% cacat serta memiliki index 74% PEMBAHASAN Dan persiapan mesin tetas dan tata cara operasional dan pemilihan telur, kwalitas telur dan sumber bibitnya, maka akan berhasil. Usaha dibidang penetasan telur walaupun dengan menggunakan mesin tetas semi intensif. Dengan menggunakan mesin merk Missouri kapasitas 100 butir dengan sistem kombinasi lampu templok dengan listrik. Mesin ini digunakakan oleh kelompok Silih Asih Ciburuy. 234

Terms Tekms Fungsional non Penebn 2000 Tabel 3. Penetasan telur dengan menggunakan mesin tetas semi intensif Telur Masuk Candling I Candling 11 Candling III Fert (% ) Tabel 4. K M M 1 100 8 4 2 86 2 100 15 8 3 74 3 100 11 4 6 4 100 14 6 4 Fertilitas dan Daya Tetas Dari Telur-Telur Hasil Inseminasi Buatan dan Kawin Alam Urutan Ulangan Telur Fertilitas Daya Tetas'~ Diinkubasi (%) (%) (Butir) I HasilIB 52 71,2 88,9 Kawin Alam - - - II Hasil1 13 20 76,7 47,8 Kawin Alam 100 50 58 III HasilIB 21 90,5 68,5 Kawin Alam 100 80 0 IV HasilIB 32 78,1 84 Kawin Alain 100 50 50 Rata-rata HasilIB 50,6 79,2 72,3 Kawin Alam 100 60 36 Sumber : Iskandar dkk. (1993) Angka dihitung dari jumlah telur yang fertil Tabel 5. Fertilitas dan Daya Tetas Dari Telur-Telur Hasil Inseminasi Buatan Path Silangan Pelung Buras dan Buras-Buras Ulangan Telur Diinkubasi (Butir) Fertilitas (%) Daya Tetas (%) Pertama ~~ Pelting >< Buras 70 54,28 78,95 Buras >< Buras 72 48,61 94,28 Kedua ~~ Pelting >< Buras 127 64.57 84,15 Buras >< Buras 37 48,65 61,11 Ketiga 2 3 5

Tenor Tekns Fungsionoi non Penellti 2000 Pelung x Buras 87 81,61 84,51 Buras x Buras 32 68,75 81,82 Keempat Pelung >< Buras 313 86,58 80,81 Buras >< Buras 65 69,23 77,78 Pengencer 5X, Pengencer 2X CARA PEMECAHAN MASALAH Pemecahan masalah dalam penetasan telur dengan menggunakan mesin tetas sederhana harus dupayakan beberapa hal antara lain 1. Diupayakan mesin tetas harus selalu bebas dari hama dan penyakit. 2. Melakukan pengontrolan dart alat mesin tetas tersebut 3. Pelaku/pekerja dalam mengoperasikan mesin tetas harus menguasai seluk beluk mesin tetas dan pengetahuan dibidang penetasan telur 4. Bekerja dibidang penetasan telur harus teliti, ulet dan sabar, sebab menetaskan telur memerlukan waktu cukup lama ± 21 hari pada penetasan telur itik. 5. Pemilihan telur, kuwalitas telur dan breeding merupakan hal yang terkait dalam upaya keberhasilan menetaskan telur. KESIMPULAN Penetasan telur secara semi intensif dapat digunakan sebagai pengganti cara penetasan tradisional, sehingga kebutuhan akan bibit ayam / itik dapat terpenuhi, dan pada akhirnya swasembada pangan khususnya telur akan tercapai dengan baik. Bambang S. Beternak Itik Secara Intensif DAFTAR BACAAN Anonimus, 1982. Tata Cara Penetasan Telur Ayam dan Itik, Missouri Bahrun, A.B. Pertanian Agribisnis Karya Nyata Cinagar Gunawan, B. 1996. Hasil Penelitian Teknis Reproduksi Untuk Meningkatkan Mutu Bibit Ayam Buras, Balm Penelitian Temak, Ciawi. Iskandar, S. E., Basuno Q., Inseminasi Buatan Pada Usaha Pembibitan Ayam Buras Kelompok Tani di Desa Gunung Cupu, Ciamis, Prosiding Komunikasi dan Aplikasi Teknologi Hasil Penelitian Peternakan, BPT Ciawi. 236