OTOMATISASI MESIN TETAS UNTUK MEINGKATKAN PRODUKSI DOC (DAY OLD CHICK) AYAM LURIK DAN EFISIENSI USAHA

dokumen-dokumen yang mirip
Penyiapan Mesin Tetas

TUGAS AKHIR PERANCANGAN DAN PENGEMBANGAN MESIN TETAS TELUR

BAB 1 PENDAHULUAN. Tingginya kebutuhan masyarakat akan daging ayam membuat proses

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hingga menetas, yang bertujuan untuk mendapatkan individu baru. Cara penetasan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan selama satu bulan pada 28 Mei--28 Juni 2012,

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Kelompok Tani Ternak Rahayu merupakan suatu kelompok peternak yang ada di

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dikenal dengan istilah susut tetas. Pengaruh perlakuan terhadap susut tetas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. konstruksi khusus sesuai dengan kapasitas produksi, kandang dan ruangan

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. banyaknya telur yang menetas dibagi dengan banyaknya telur yang fertil.

BAB II DASAR TEORI. Sedangkan dalam penetasan telur itu sendiri selama ini dikenal ada dua cara, yakni: Cara alami Cara buatan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada1 Maret--12 April 2013 bertempat di Peternakan

III. BAHAN DAN MATERI. Penelitian ini dilaksanakan selama 3 minggu pada Desember 2014 Januari 2015,

I. PENDAHULUAN. dalam kehidupan sehari-hari. Saat ini kemajuan teknologi di dunia elektronika dan

1. Pendahuluan. 2. Kajian Pustaka RANCANG BANGUN ALAT PENETAS TELUR SEDERHANA MENGGUNAKAN SENSOR SUHU DAN PENGGERAK RAK OTOMATIS

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan selama satu bulan pada 1 Maret--5 April 2013

ALAT PENETAS TELUR OTOMATIS DENGAN KAMERA PEMANTAU

DESAIN MESIN PENETAS TELUR OTOMATIS BERBASIS MIKROKONTROLER TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. efektif karena satu induk ayam kampung hanya mampu mengerami maksimal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memperbanyak jumlah daya tetas telur agar dapat diatur segala prosesnya serta

BAB III PEMBUATAN ALAT Tujuan Pembuatan Tujuan dari pembuatan alat ini yaitu untuk mewujudkan gagasan dan

PENDAHULUAN. semakin pesat termasuk itik lokal. Perkembangan ini ditandai dengan

I. PENDAHULUAN. Seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk di Indonesia, permintaan

PENDAHULUAN. penyediaan daging itik secara kontinu. Kendala yang dihadapi adalah kurang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. serta meningkatnya kesadaran akan gizi dan kesehatan masyarakat. Akan

BAB I PENDAHULUAN. dalam beberapa kasus hingga mengalami kebangkrutan. termometer. Dalam proses tersebut, seringkali operator melakukan kesalahan

BAB I PENDAHULUAN. khususnya akan kebutuhan daging unggas maupun telur yang kaya akan sumber

Kata kunci: penetasan, telur itik Tegal, dan mesin tetas

RANCANG BANGUN PENGONTROL SUHU DAN KELEMBABAN UDARA PADA PENETAS TELUR AYAM BERBASIS ARDUINO MEGA 2560 DILENGKAPI UPS

BAB II LANDASAN TEORI

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PEMBIBITAN DAN PENETASAN

BAB I PENDAHULUAN. telur yang sudah ada sekarang menurut penulis masih kurang optimal, karena

Irawati Bachari, Iskandar Sembiring, dan Dedi Suranta Tarigan. Departemen Perternakan Fakultas Pertanian USU

BAB IV HASIL DAN UJI COBA

PELUANG BISNIS PENETASAN TELUR ITIK

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Bumirestu, Kecamatan Palas, Kabupaten

HATCH PERIOD AND WEIGHT AT HATCH OF LOCAL DUCK (Anas sp.) BASED ON DIFFERENCE OF INCUBATOR HUMIDITY SETTING AT HATCHER PERIOD

BAB I PENDAHULUAN. berdampak pada tingkat konsumsi masyarakat yang meningkat, pada khususnya akan kebutuhan

I. PENDAHULUAN. Usaha peternakan merupakan salah satu usaha yang dapat dilakukan untuk

SISTEM KONTROL SUHU PADA MESIN TETAS TELUR AYAM BURAS HEMAT ENERGI DAYA TETAS OPTIMAL

Penelitian ini telah dilakukan selama 2 bulan pada bulan Februari-Maret di Laboratorium Patologi, Entomologi dan Mikrobiologi, dan Laboratorium

I. PENDAHULUAN. peternakan seperti telur dan daging dari tahun ke tahun semakin meningkat.

Temu Teknis Fungsionat non Penebti 2000 BAGIAN DAN PERLENGKAPAN MESIN TETAS Bagian-bagian dan perlengkapan yang ada pada mesin tetas sederhana dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penetasan telur ada dua cara, yaitu melalui penetasan alami (induk ayam)

BAB I PENDAHULUAN. unggas untuk mewujudkan beternak itik secara praktis. Dahulu saat teknologi

HASIL DAN PEMBAHASAN. Inseminasi Buatan pada Ayam Arab

BAB III ANALISIS MASALAH DAN RANCANGAN ALAT

MATERI DAN METODE. Materi

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH UMUR INDUK ITIK DAN SPECIFIC GRAVITY TERHADAP DAYA TETAS DAN MORTALITAS EMBRIO

SAEI (Saba Auto Eggs Incubator (With Auto Rotating Eggs Mechanism))

PERBANDINGAN FERTILITAS SERTA SUSUT, DAYA DAN BOBOT TETAS AYAM KAMPUNG PADA PENETASAN KOMBINASI

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dengan metode-metode mengajar lainnya. Metode ini lebih sesuai untuk mengajarkan

I. PENDAHULUAN. Protein hewani memegang peran penting bagi pemenuhan gizi masyarakat. Untuk

Pengaruh Umur dan Pengelapan Telur terhadap Fertilitas dan Daya Tetas

Sumber pemenuhan kebutuhan protein asal hewani yang cukup dikenal. masyarakat Indonesia selain ayam ialah itik. Usaha beternak itik dinilai

I. PENDAHULUAN. Peningkatan populasi penduduk di Indonesia menyebabkan perkembangan

TINJAUAN PUSTAKA. Itik adalah salah satu jenis unggas air ( water fowls) yang termasuk dalam

PENDAHULUAN. memenuhi kebutuhan sumber protein. Di Indonesia terdapat bermacam-macam

THE EFFECTS OF THE BRANDS OF LAMPS ON THE RADIATION HEAT AS THE HEAT SOURCE OF POULTRY HATCHERIES

III. METODOLOGI PENELITIAN. pengeringan tetap dapat dilakukan menggunakan udara panas dari radiator. Pada

TATALAKSANA PENETASAN TELUR ITIK

PROFIL LABORATORIUM PRODUKSI TERNAK UNGGAS

PENGARUH BANGSA ITIK ALABIO DAN MOJOSARI TERHADAP PERFORMAN REPRODUKSI (REPRODUCTIVE PERFORMANCE OF ALABIO AND MOJOSARI DUCKS) ABSTRACT ABSTAAK

BLOWER DAN KIPAS SENTRIFUGAL

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April November 2016 di Desa

I. PENDAHULUAN. masyarakat menyebabkan konsumsi protein hewani pun meningkat setiap

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. species dari Anas plitirinchos yang telah mengalami penjinakan atau domestikasi

Pengaruh Umur Induk dan Specific...Netty Siboro PENGARUH UMUR INDUK ITIK DAN SPESIFIC GRAVITY TERHADAP KARAKTERISTIK TETASAN

BAB II KONSEP DASAR LEMARI PENGERING PAKAIAN

1. PENDAHULUAN. Salah satu produk peternakan yang memberikan sumbangan besar bagi. menghasilkan telur sepanjang tahun yaitu ayam arab.

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 6. Kualitas Eksterior Telur Tetas Ayam Arab

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. 3.1 Alat Penelitian Adapun alat-alat yang digunakan dalam penelitian adalah sebagai

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian tentang Pengaruh Indeks Bentuk Telur terhadap Daya Tetas dan

I Peternakan Ayam Broiler

TINJAUAN PUSTAKA. Itik adalah salah satu jenis ungags air ( water fawls) yang termasuk dalam

Rancang Bangun Incubator dengan Suhu dan Kelembaban Udara Terkendali untuk Penetasan Telur Ulat Sutera

[Pemanenan Ternak Unggas]

Pengaruh Umur Telur Tetas Itik Mojosari dengan Penetasan Kombinasi terhadap Fertilitas dan Daya Tetas

PENGARUH FREKUENSI PEMUTARAN DAN PEMBILASAN DENGAN LARUTAN DESINFEKTANTERHADAP DAYA TETAS, MORTALITAS DAN BOBOT TETAS AYAM ARAB

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PROTER UNGGAS PETELUR MK PROTER UNGGAS SEMESTER V PS PROTER 16 DESEMBER 2014

PENGARUH UMUR TELUR TETAS PERSILANGAN ITIK TEGAL DAN MOJOSARI DENGAN PENETASAN KOMBINASI TERHADAP FERTILITAS DAN DAYA

BAB III METODE PENELITIAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. morfologi. Penilaian dilakukan pada DOD yang baru menetas untuk melihat

PEDOMAN TEKNIS PENGEMBANGAN PEMBIBITAN AYAM LOKAL TAHUN 2012 DIREKTORAT PERBIBITAN TERNAK

Hasil Tetas Puyuh Petelur Silangan Bulu Coklat dan Hitam...Sarah S.

MATERI DAN METODE Waktu dan Tempat Materi Ulat Sutera Bahan-Bahan Alat

[Pengelolaan Penetasan Telur]

I. PENDAHULUAN an sejalan dengan semakin meningkatnya pendapatan per kapita masyarakat,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam Kedu merupakan salah satu ayam lokal langka Indonesia. Ayam. bandingkan dengan unggas lainnya (Suryani et al., 2012).

Struktur Telur. Suhardi, S.Pt.,MP Universitas Mulawarman

Gambar 3. Kondisi Kandang yang Digunakan pada Pemeliharaan Puyuh

Brooding Management. Danang Priyambodo

BAB I PENDAHULUAN. sirkulasi udara oleh exhaust dan blower serta sistem pengadukan yang benar

RANCANG BANGUN PENGONTROL SUHU DAN KELEMBABAN UDARA PADA PENETAS TELUR AYAM BERBASIS ARDUINO MEGA 2560 DILENGKAPI UPS TUGAS AKHIR

RINGKASAN BAKING AND ROASTING

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. JUDUL PROGRAM Desain Alat Sistem Kontrol Suhu dan Kelembaban Untuk Optimasi Proses Pembuatan Tempe Pada Skala Industri Rumah Tangga

Transkripsi:

OTOMATISASI MESIN TETAS UNTUK MEINGKATKAN PRODUKSI DOC (DAY OLD CHICK) AYAM LURIK DAN EFISIENSI USAHA Suyatno. 1) Ringkasan Permasalahan utama usaha peternakan ayam Lurik di Jawa Timur adalah keterbatasan bibit DOC untuk peremajaan maupun membuka usaha baru. Selama ini bibit ayam diperoleh di sentra pembibitan, khususnya di Tulungagung. Peternak ayam Lurik di Malang sangat sulit memperoleh bibit, karena harus pesan dalam waktu yang cukup lama (minimal 3 bulan). Kondisi ini disebabkan permintaan bibit sangat tinggi, sedangkan produksi bibit relatif terbatas. Untuk itu, peternak mitra berusaha menghasilkan bibit ayam dengan menggunakan tetas sederhana. Kendala utama dalam penggunaan tetas ini adalah daya tetas yang masih rendah (60-65%), karena kontrol suhu, kelembaban, dan cara pemutaran telur masih manual. Oleh karena itu perlu dilakukan otomatisasi tetas yang dapat meningkatkan daya tetas telur. Keterbatasan penggunaan tetas manual adalah : (1) pemutaran telur manual, (2) kontrol suhu kurang baik, (3) distribusi panas dan kelembaban kurang merata, serta (4) stabilitas panas dalam kurang baik. Kondisi tersebut menyebabkan perkembangan embrio kurang baik dan bahkan meningkatkan kematian embrional ayam, sehingga daya tetas telur rendah. Untuk mengatasi hal itu, maka dalam program vucer ini, pelaksana melakukan otomatisasi tetas, khususnya dalam pemutaran rak telur dan pengontrolan suhu serta kelembaban yang menjamin perkembangan embrio lebih baik. Program ini diterapkan pada peternakan ayam Lurik yang dikelola Pak Irfan di desa Kajang Santri Kecamatan Junrejo Kota Batu. Hasil kegiatan diperoleh daya tetas telur ayam lurik yang tinggi, yaitu berkisar antara 81-83%. Daya tetas yang tinggi ini merupakan indikator bahwa otomatisasi tetas yang didesain sudah mampu berfungsi dengan baik. Rak telur pada tetas dapat berputar secara otomatis setiap 4 jam sekali (6 kali dalam 24 jam). Putaran ini sangat halus, sehingga tidak menimbulkan getaran tinggi pada telur. Selain itu, suhu dan kelembaban dapat merata, karena digunakan blower. Kelembaban yang ditimbulkan juga sangat baik dengan digunakannya pengatur uap air dalam. Pengisian air juga sangat mudah dan tidak mempengaruhi suhu, karena disikan dari luar melalui tabung sederhana. Stabilitas panas dalam terjamin akibat penggunaan lapisanlapisan dinding dari bahan yang baik. 1) Staf Pengajar Fak. Peterrnakan UMM 17 17

Kesimpulan yang diperoleh adalah : peternak sangat diuntungkan dengan program otomatisasi tetas. Peternak merasa lebih efisien dalam penggunakan tenaga, lebih praktis dan mampu menambah pendapatan akibat kapasitas yang tinggi (600 butir telur) dan daya tetas yang tinggi. Peternak mendapatkan motivasi kuat untuk mengembangkan usahanya menjadi pembibitan ayam lurik, karena pelaksana memberikan pengetahuan tentang pembibitan dan penetasan ayam yang sebelumnya tidak dimilikinya. PENDAHULUAN Usaha peternakan ayam Lurik yang dikelola oleh Bpk. Irfan sudah mulai sejak tahun 2000. Tujuan utama usaha peternakan yang dikelola tersebut adalah untuk menghasilkan telur konsumsi. Masalah utama yang dihadapi oleh peternak mitra adalah keterbatasan produksi bibit ayam Lurik, khususnya DOC (Day Old Chick), sehingga tidak mampu melayani seluruh pembeli yang memesan. Salah satu faktor penyebabnya adalah daya tetas telur yang belum maksimal (baru sekitar 60-65%), sebagai akibat masih digunakannya tetas konvensional. Kontruksi tetas ini masih sederhana, yaitu terbuat dari triplek dengan pemanas llampu listrik. Mesin ini belum dilengkapi dengan beberapa komponen untuk otomatisasi, sehingga cara pemutaran telur masih dikerjakan secara manual. Selain itu kontrol suhu dan kelembaban masih menggunakan termometer dan hygrometer biasa yang ditempatkan di dalam tetas. Kelemahan tetas konvensional ini antara lain: (1) pemutaran dengan tangan masih kurang halus dan menimbulkan getaran yang dapat mengakibatkan kematian embrio ayam; (2) tidak dapat melakukan pemutaran yang merata pada semua telur; (3) frekuensi pemutaran telur sangat terbatas, yaitu hanya tiga kali sehari (pagi, siang, dan sore); (4) suhu dan kelembaban kurang merata; serta (5) panas dalam kurang stabil. Untuk itu perlu penerapan teknologi tepat guna yang mudah dikerjakan, murah, meningkatkan produksi DOC, dan sekaligus dapat meningkatkan efisiensi usaha. TUJUAN DAN MANFAAT a. Tujuan 1) Untuk menghasilkan desain tetas dengan sistem pemutaran telur secara otomatis dan kontrol suhu digital. 2) Untuk meningkatkan daya tetas telur ayam Lurik. 3) Untuk meningkatkan produksi bibit (DOC dan pullet) ayam Lurik. 4) Untuk meningkatkan efisiensi usaha melalui pengurangan waktu dan tenaga yang semula digunakan untuk memutar telur. b. Manfaat 1) Meningkatkan produksi bibit (DOC) ayam Lurik di peternak mitra. 2) Menambah informasi tentang sistem penetasan telur semi modern yang sebelumnya hanya dikeluarkan oleh pabrik-pabrik dari luar negeri. 3) Desain tetas ini selanjutnya bermanfaat bagi dunia akademik, khususnya dalam memberikan pengetahuan tetas kepada para mahasiswa sudah tidak lagi menggunakan cara-cara manual. KERANGKA PENYELESAIAN MASALAH Mesin tetas konvensional yang digunakan mempunyai beberapa kelemahan, yaitu : (1) Pemutaran telur masih dilakukan secara manual, (2) Kontrol suhu masih menggunakan termometer biasa, (3) Aerasi di dalam tetas belum sempurna, dan (4) Sulit untuk menjaga stabilitas suhu. Berdasarkan kelemahan tersebut, maka dalam program vucer ini akan didesain tetas otomatis dengan menambahkan beberapa komponen untuk otomatisasi. Otomatisasi yang dimaksud adalah membuat desain baru tetas yang dapat memutar telur secara otomatis. Pemutaran telur dapat dilakukan secara berkala setiap waktu tertentu, tergantung waktu yang diinginkan. Motor akan diberi tuas yang diberi tempat untuk menaruh egg tray. Rak telur disusun secara bertingkat, satu dengan yang lain dihubungkan dengan palt besi tipis, sehingga dapat bergerak bersama-sama sesuai putaran motor. Untuk mengatur waktu putar, motor dihubungkan dengan riley dan akhirnya dihubungkan dengan timer (motor jam yang sudah dipola khusus untuk waktu putar). Kontrol suhu selama ini menggunakan termometer biasa yang ditempatkan di dalam tetas. Penempatan termometer di dalam tetas ini kurang baik, karena untuk melihatnya harus membuka terlebih dahulu. Akibatnya suhu tetas menjadi turun. Oleh karena itu termometer tersebut akan diganti dengan termometer digital yang ditempatkan di luar tetas. Keuntungan termometer digital ini akan lebih akurat, mudah dilihat/dikontrol dan tidak mengganggu kestabilan suhu. Untuk memperbaiki distribusi panas dan kelembaban dalam, maka akan ditambahkan kipas angin (blower). Kipas angin ukuran sedang ini akan didesian ulang siripnya, sehingga memungkinkan untuk dapat mendistribusikan panas dan kelembaban ke seluruh ruangan di dalam tetas. Selain itu juga ditambahkan komponen pengatur uap air. Keuntungan penambahan kipas ini adalah seluruh telur yang ditetaskan akan memperoleh panas secara merata, sehingga meningkatkan daya tetas. Keuntungan lain adalah akan menghasilkan kelembaban udara yang baik. Peternak mitra selama ini menggunakan tetas dengan bahan dinding triplek 1 lapis. Kondisi ini menyebabkan panas dalam tidak stabil, karena pengaruh suhu luar. Akibatnya suhu berfluktuasi antara pagi, siang dan malam hari. Untuk mengatasi hal ini, dinding dibuat 3 lapis, yaitu triplek tebal halus, gabus dan teriplek yang dibalut dengan lapisan anti air di bagian bawah. Kondisi ini akan lebih menjamin stabilitas suhu dalam ruang tetas, karena panas tidak dapat merambat keluar, demikian pula suhu luar tidak dapat merambat masuk ke dalam. PELAKSANAAN KEGIATAN a. Penyelesaian Masalah Untuk mengatasi masalah-masalah tersebut, maka dalam program vucer ini telah dilaksanakan beberapa perbaikan dan penyempurnaan. Peternak mitra bersedia untuk dibimbing dan diberi bantuan tetas otomatis untuk mengatasi masalah 18 19

tersebut. Langkah-langkah kegiatan untuk merealisasikan penyelesaian masalah tersebut adalah sebagai berikut : 1. Memberi pengertian, pengetahuan dan ketrampilan tentang penetasan telur dan teori penetasan telur yang baik pada peternak. 2. Pembuatan tetas otomatis kapasitas 500 butir telur. Mesin tetas otomatis ini didesain sendiri oleh Tim Pelaksana dengan teknologi yang cukup baik, tetapi mudah dalam pengoperasiannya. Otomatisasi tetas didesain dengan menggunakan komponen sebagai berikut: (1) Penggunaan motor khusus dalam tetas untuk melakukan pemutaran telur secara otomatis 6 kali dalam 24 jam, (2) Penggunaan kontrol suhu digital yang ditempatkan di bagian luar tetas, (3) Penggunaan kipas angin (blower) yang ditempatkan di dalam bagian bawah yang berfungsi untuk mendistribusikan panas dan kelembaban secara merata ke seluruh bagian tetas, (4) Penggunaan pengatur uap air, serta (5) Penggunaan bahan dinding tetas untuk menjamin stabilitas panas. Tabel 1. penerapan teknologi pada tetas Kegiatan vucer dilaksanakan dengan metode bimbingan langsung. Pelaksana menggunakan metode tatap muka langsung, bimbingan individual serta praktek langsung. Teori diberikan melalui penjelasan ke peternak mitra tentang bibit, pengadaan telur bibit (fertil), tetas dan pengoperasiannya. Target utama yang dicanangkan pelaksana adalah, peternak mitra memperoleh pengetahuan tentang pembibitan ayam Lurik, memproduksi telur fertile melalui inseminasi buatan serta ketrampilan mengoperasikan tetas otomatis yang diberikan. Tujuan akhir tentu saja agar pendapatan peternak meningkat sebagai akibat dari pemakaian teknologi penetasan yang diberikan. Pelaksanaan kegiatan dibagi dalam beberapa tahap, yaitu tahap persiapan, tahap pelaksanaan serta monitoring dan evaluasi. Tahapan-tahapan kegiatan tersebut telah dilaksanakan oleh tim pelaksana kepada peternak mitra. Pada tahap pelaksanaan dilakukan bimbingan awal, pembuatan tetas, demo alat di laboratorium, bimbingan dan demo alat kepada peternak, uji coba penetasan, dan akhirnya pelaksanaan penetasan oleh peternak sendiri. Setelah program vucer selesai, tim pelaksana masih akan memantau terus hingga beberapa waktu. Bentuk pemantauan ini berupa kunjungan langsung untuk memastikan tetas berfungsi baik dan dilaksanakan oleh peternak mitra. Peternak mitra juga masih dapat melakukan konsultasi, baik melalui tatap muka maupun melalui telepon. HASIL KEGIATAN a. Mesin Tetas Otomatis Mesin tetas otomatis yang dirancang oleh tim pelaksana program vucer ternyata mempunyai kemampuan yang baik. Mesin ini dibuat dengan spesifikasi sebagai berikut : panjang = 60 cm, lebar= 50 cm, tinggi = 1,5 M, jumlah rak = 8 buah dengan kapasitas = + 600 butir telur ayam Kampung/Lurik. Bahan yang digunakan : tripleks, kayu, kawat, dan lainlain serta dilengkapi dengan panel kontrol suhu digital, rak telur (8 buah), tuas, tombol sehingga mudah dilihat. Tabung air untuk menjaga kelembaban juga ditempatkan di bagian luar. Frekuensi pemutaran telur dibuat 6 kali dalam 24 jam. Rak akan berputar 90o secara otomatis, lembut, dan tanpa getaran yang dapat merusak pembuluh darah embrio. b. Hasil Uji Coba Mesin Tetas Mesin tetas otomatis yang sudah selesai dibuat, pertama kali dilakukan demo di laboratorium. Demo ini dimaksudkan untuk menguji teknis tetas, dalam arti untuk mengetauhi fungsi. Alat ini termasuk baru dan pertama kali dibuat dengan teknologi sederhana, sehingga perlu dilakukan uji coba terlebih dahulu. Pada saat uji coba, pelaksana mencoba menetaskan 100 butir telur ayam KampUng dan ayam Lurik. Pelaksanaan di laboratorium Fakultas Peternaka-Perikaann Universitas Muhammadiyah Malang. Hasil uji coba ditampilkan pada tabel 2. Tabel 1. Hasil uji coba penetasan telur ayam kampung/lurik di laboratorium. 1. Jumlah Telur 98-2. Telur Fertil 71 72% 3. Telur Menetas 39-4. Daya Tetas*) 54% N0 Kelemahan tetas pada peternak mitra Langkah pemecahan 1. Mesin tetas masih konvensional Penggunaan tetas yang lebih baik 2. Pemutaran telur secara manual Pemutaran telur secara otomatis 3. Kontrol suhu dengan Pemindahan dan termometer dalam penggantian kontrol suhu 4. Distribusi panas dan kelembaban kurang merata 5. Stabilitas panas dalam belum baik Perbaikan aerasi dalam Stabilisasi panas dalam Teknologi yang diterapkan Otomatisasi Penambahan motor khusus Penambahan kontrol suhu digital di luar Penembahan kipas angin dan blower dalam Pembuatan 3 lapisan dinding tetas on/off pemutar rak telur otomatis, timer, pengatur uap air, blower pendistribusi suhu dan kelembaban. Mesin tetas dapat di-set up suhunya, yaitu sesuai kehendak peternak. Pengaturan suhu sangat mudah, karena kontrol suhu dibuat secara digital dan ditempatkan di bagian luar tetas, Tabel 2 memperlihatkan bahwa daya tetas telur masih termasuk rendah, yaitu hanya 54%. Dari telur sejumlah 98 butir yang dibeli bebas di pasar dan peternak, ternyata hanya 72% yang fertil, sedangkan sisanya tidak fertil (tanpa bibit). Hasil pengamatan terhadap tetas diperoleh informasi : (1) Mesin 20 21

tetas sudah dapat dihidupkan, (2) Panas yang ditimbulkan sudah mampu memanasi tetas hingga suhu yang ditetapkan, (3) Rak telur sudah dapat berputar secara otomatis 6 kali dalam 24 jam (4 jam sekali), halus, lembut dan hampir tanpa getaran yang berarti, (4) Panel kontrol suhu digital sudah berfungsi baik. Hasil kajian dan evaluasi menyimpulkan bahwa tetas kurang berfungsi optimal dengan daya tetas 54% disebabkan oleh beberapa hal sebagai berikut : (1) Suhu penetasan dalam kurang stabil dan tidak merata, dan (2) Kelembaban udara kurang baik dan tidak merata. Penyebabnya adalah ada komponen heater yang kurang berfungsi baik dan segera dapat diatasi. cara melakukan seleksi bibit dan cara pemeliharaan bibit yang baik. Materi ini dapat dipahami dengan baik oleh peternak. Perlu diketahui bahwa sebelum ini, peternak tidak mempunyai pengetahuan sama sekali dalam hal perbibitan ayam Lurik. Demikian pula tentang sistem seleksi ayam, peternak juga belum tahu caranya. Hasil evaluasi, ternyata peternak juga mampu menyerap materi yang diberikan, sehingga siap untuk mengoperasikan sendiri. c. Hasil Demo Penetasan oleh Peternak Mitra Hasil demo (uji coba) oleh peternak disajikan pada tabel 3. Tabel 3. Hasil uji coba penetasan telur oleh peternak mitra dengan tetas 1. Jumlah Telur 400-2. Telur Fertil 386 91,5% 3. Telur Menetas 302-4. Daya Tetas*) 82,51% c. Hasil Bimbingan Teknis ke Peternak Mitra Sebelum dilakukan demo tetas oleh peternak, tim pelaksana melakukan beberpa bimbingan teknis. Materi yang diberikan secara lisan berupa: bibit ayam Lurik dan sistem seleksi, pengadaan bibit, pengadaan telur fertil, sistem penetasan dan tentang pengoperasian tetas otomatis. Pengetahuan tentang bibit ayam Lurik meliputi : cara memilih pejantan dan induk, Tabel 3 memperlihatkan bahwa daya tetas telur sangat tinggi, yaitu sekitar 82,51%. Hal ini berati masin tetas otomatis sudah berfungsi baik, dan peternak mampu mengoperasikan masin dengan baik. Masalah yang muncul dalam uji coba adalah : peternak masih sulit memasang kawat ram yang berfungsi untuk mencegah jatuhnya DOC dari rak setelah menetas. Untuk itu, pelaksana memberi saran agar peternak memasang kawat pada saat posisi rak miring, tetapi perlu mengamankan telur agar tidak bergerak. Caranya dengan memberi gabus pada susunan telur itu, sehingga pada saat pemasangan tidak terjadi pergerakan telur yang dapat mematikan embrio ayam. E. Hasil Penetasan oleh Peternak Mitra Setelah dilakukan evaluasi dan perbaikan terhadap tetas dan cara pengoperasian, maka peternak secara resmi melakukan penetasan perdana dengan telur ayam Lurik. Pada penetasan perdana ini, hasilnya tersaji pada tabel 4. Tabel 4. Hasil penetasan I oleh peternak mitra dengan tetas otomatis program vucer Tabel 4. Hasil penetasan II oleh peternak mitra dengan tetas otomatis program vucer karena beberapa syarat penetasan sesuai dengan kondisi alami pengeraman. Penetasan sangat tergantung oleh beberapa factor antara lain suhu dan kelembaban udara dalam serta pemutaran telur. Hal ini sesuai dengan pendapat Tullett (1990) bahwa keberhasilan penetasan tergantung dari suhu, kelembaban, frekuensi pemutaran telur, ventilasi dan kebersihan telur. Suhu inkubator yang paling baik adalah 37,5-37,8 0C. Sedangkan menurut Tri Yuwanto (1983) untuk daerah tropik suhu ideal penetasan adalah 38,5-39,4 0C. 1. Jumlah Telur 400-2. Telur Fertil 330 82,50% 3. Telur Menetas 271-4. Daya Tetas*) 82,12% 1. Jumlah Telur 500-2. Telur Fertil 406 81,20% 3. Telur Menetas 332-4. Daya Tetas*) 81,17% Selanjutnya peternak mencoba menetaskan telur lagi. Kali ini mencoba dengan jumlah yang sama, yaitu 400 butir telur ayam Lurik. Hasil penetasan disajikan pada table 5. Hasil penerapan tetas otomatis ternyata menjamin daya tetas yang tinggi, Penghambatan pertumbuhan embrio terjadi karena hal-hal berikut: (1) pengurangan pertukaran gas, kegagalan chorioallantois menjadi garis permukaan yang lengkap pada membran kerabang dalam; (2) pengurangan perluasan daerah vaceculosa, pembatasan pengambilan nutrien oleh embrio dan (3) 22 23

kegagalan embrio dalam menggunakan sisa albumen (Tullett dan Deeming, 1987). Willson (1991) menyatakan bahwa pemutaran telur sebaiknya dilakukan setiap jam sekali dan dihentikan pada hari ke delapan belas inkubasi. Pada seri penelitian lain penghentian pemuataran telur pada hari ke 13 dan 16 tidak menyebabkan penurunan daya tetas. Suyatno (2001) melaporkan bahwa secara sederhana pemutaran telur secara otomatis dapat digunakan motor dengan menggunakan motor power window yang dihubungkan dengan rak telur. Penggunakan motor ini ternyata mampu memperbaiki daya tetas telur ayam kampung hingga mencapai 95% dari keseluruhan telur fertil yang ditetaskan (Suyatno, 2001). Hasil penelitian sebelumnya, penggunaan tetas otomatis Humidare produksi USA bahkan mampu menetaskan telur hampir 100% dari telur fertil (Suyatno, 1999). Secara umum penerapan tetas otomatis ini membawa dampak yang baik bagi peternak. Peternak terdorong untuk terus menggunakan, apalagi setelah diberi bimbingan teori dan teknis tentang penetasan telur. Peternak juga semakin tertarik untuk memproduksi bibit ayam Lurik yang dapat dijual atau minimal untuk peremajaan sendiri. Peternak juga memperoleh pengetahuan baru tentang pembibitan ayam Lurik. Dengan tambahan informasi pengetahun dan bantuan tetas otomatis ini, pelaksana optimis bahwa peternak mitra dapat mengembangkan usahanya ke arah penyediaan bibit (DOC). Target akhir diharapkan permasalahan ketersediaan bibit ayam dapat sedikit terpecahkan. KESIMPULAN DAN SARAN a. Kesimpulan 1. Otomatisasi tetas menyebabkan daya tetas yang tinggi, yaitu di atas 80% dengan kualitas DOC yang relatif baik. 2. Penambahan motor khusus untuk memutar telur secara otomatis dapat mengefisienkan tenaga serta kematian embrional ayam dapat dikurangi, sehingga daya tetas meningkat. 3. Penggunaan blower ternyata menjamin pendistribusian panas dan kelembaban yang baik di dalam tetas. 4. Penambahan komponen pengatur uap air mampu memperbaiki kelembaban udara dalam tetas untuk menjamin daya tetas yang tinggi. 5. Bahan dinding tetas yang dibuat berlapis mampu menstabilkan suhu dalam tetas. 6. Peternak memperoleh banyak keuntungan dalam penggunaan tetas otomatis, yaitu menambah pendapatan, meningkatkan efisiensi tenaga serta memperoleh pengetahuan tambahan yang sangat berguna bagi pengelolaan usaha pembibitan ayam. 7. Peternak merasa terdorong untuk lebih meningkatkan usahanya, khususnya ingin mengembangkan usaha pembibitan ayam Lurik, sehingga kendala keterbatasan bibit untuk peremajaan dapat teratasi. b. S a r a n 1. Sejalan dengan program vucer yang diberikan kepada peternak mitra, maka sebaiknya peternak mitra meningkatkan manajemen pemeliharaan ayam, khususnya ayam yang akan digunakan sebagai induk dan pejantan untuk menghasilkan telur fertil. 2. Peternak mitra dapat menggunakan tetas otomatis ini untuk memproduksi DOC yang dapat digunakan untuk peremajaan sendiri atau dijual, sehingga menambah pendapatan selain telur konsumsi. 3. Peternak mitra sudah saatnya melakukan penerapan manajemen usaha pembibitan yang baik, yaitu dengan melakukan analisis ekonomi. 4. Mengingat manfaat yang ada, maka pemerintah melalui DIKTI perlu mempertahankan program vucer pada masa yang akan datang. DAFTAR PUSTAKA Deeming, D.C, 1989. Characteristic ofuntuned eggs: critical period, retarded embryonic growth and poor albumen utilization. Br. Poult. Sci. 30: 253-263. Suyatno, 1999. Kultur In Vitro Embrio Ayam Dari Ovum Fertil. Thesis. Program Studi Bioteknologi. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta., 2001. Penyempurnaan Mesin Tetas Konvensional Dengan Penambahan Beberapa Komponen Untuk Otomatisasi Pemuatan Telur. Laporan Penelitian DPP. Universitas Muhammadiyah Malang. Tri Yuwanta, 1983. Bebarapa Metode Praktis Penetasan Telur. Dirjen DIKTI Depdikbud. Jakarta. Tullett, S.G., 1990. Science and the art of incubation. Pult. Sci. 69 : 1-15 Tullett, S.G. and D.C. Deeming, 1982. The relationship between eggshell porosity and axygen consumption of the embryo in he domistic fowl. Comp. Biochem. Physiol. 72A : 529-533. Tullett, S.G. and F.G. Burton, 1987. Effect of two gas mixtures on growth of the domestic fowl embryo from days 14 through 17 of incubation. J. Exp. Zool. Suppl. 1 : 347-350 Willson, H.R., 1991. Interrelationships of egg size, chick size, posthatching growth and hatchability. World,s Poult. Sci. J. 47 : 5-20. 24 25