BAB I PENDAHULUAN. juga belajar diluar kelas supaya siswa itu tidak merasa bosan, misalnya saja siswa

dokumen-dokumen yang mirip
NASKAH PUBLIKASI. Oleh : YUYUN MAHBUDATIN NAHARIN NIM. A54A PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN. adanya keterlibatan atau partisipasi yang tinggi dari siswa dalam

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat khususnya generasi muda, yang nantinya akan mengambil alih

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Hasil observasi awal yang dilakukan di kelas XI IPS2 SMA NEGERI 1

BAB I PENDAHULUAN. maupun kewajiban sebagai warga negara yang baik. Untuk mengetahui

I. PENDAHULUAN. Mata pelajaran IPS (Ilmu Pengetahuan Sosial) Terpadu di SMP terdiri dari studi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Sistem pendidikan nasional di era globalisasi seperti saat ini menghadapi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keberhasilan proses pendidikan di Indonesia tidak terlepas dari

BAB 1 PENDAHULUAN. Materi dalam pembelajaran IPS mengandung konsep-konsep yang lebih

BAB I PENDAHULUAN. belajar siswa masih kurang memuaskan. Rata rata ujian formatif siswa masih

BAB I PENDAHULUAN. mata pelajaran yang harus diberikan di Sekolah Dasar (SD). Mata pelajaran ini

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan untuk mengembangkan potensi dirinya. Selain itu, pendidikan. potensi diri yang dilakukan melalui proses pembelajaran.

balik antara guru dan siswa dalam suatu situasi pendidikan. Oleh karena itu, guru dalam menyampaikan pembelajaran dituntut untuk mampu menciptakan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. otoritas tertinggi keilmuan (teacher centered). Pandangan semacam ini perlu

BAB I PENDAHULUAN. pelajaran IPS di SD/MI bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung. Guru sebagai pengajar berharap agar para siswanya. kurang baik. Kompetensi tersebut menurut Benyamin Bloom (1956)

BAB I PENDAHULUAN. Nasional Pendidikan pasal 6 ayat (1) dikemukakan bahwa kurikulum untuk jenis

BAB I PENDAHULUAN. mutu pendidikan nasional dan menghasilkan lulusan yang memiliki keunggulan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di era globalisasi yang semakin berkembang menuntut adanya

BAB I PENDAHULUAN. universal yang dilakukan oleh manusia. Dengan pendidikan diharapkan

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan hidup yang lebih baik. Agar dapat memiliki kemampuan dan

BAB I PENDAHULUAN. ketrampilan menyimak (listening skills), keterampilan berbicara (speaking

BAB V PEMBAHASAN. A. Pengelolaan Pembelajaran dengan Menerapkan Model Pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak menyenangkan, duduk berjam-jam dengan mencurahkan perhatian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan pada hakekatnya adalah upaya yang dilakukan untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. sadar merencanakan kegiatan pengajarannya secara sistematis dengan

BAB I PENDAHULUAN. konsisten terhadap prinsip dan semangat kebangsaan dalam kehidupan. Indonesia, khususnya generasi muda sebagai generasi penerus.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan Nasional sebagaimana tercantum dalam garis-garis besar

BAB I PENDAHULUAN. mata pelajaran yang menakutkan dan susah untuk dipahami. Kebanyakan

BAB I PENDAHULUAN. pembentukan prilaku sosial dan penanaman dasar keilmuan. Tentu saja, kemampuan numerik maupun kemampuan-kemampuan sosio-kultural.

PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Menurut UU SISDIKNAS No.20 tahun 2003 Pendidikan adalah usaha sadar

BAB I PENDAHULUAN. Pangeran Puger No.23 desa Grobogan kecamatan Grobogan. Dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan peserta didik secara optimal. Minat, bakat, kemampuan, dan

BAB I PENDAHULUAN. Guru memegang peranan penting dalam membentuk watak bangsa dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. nasional yang diamanatkan dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan. Nasional Nomor 20 Tahun 2003 akan tercapai bila didukung oleh

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam peningkatan kualitas pendidikan yang juga tidak terlepas dari

I. PENDAHULUAN. Bagian ini akan dibahas beberapa hal yang berkaitan dengan latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembela jaran IPS berkaitan dengan kehidupan manusia yang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. baik jika ada komunikasi yang baik antara guru dengan siswa maupun siswa

dapat tercapai jika peserta didik berusaha secara aktif untuk mencapainya. Keaktifan peserta didik di sini tidak hanya dituntut dari segi fisik,

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan tujuan pendidikan. Tujuan pendidikan dapat dicapai dengan

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian tindakan kelas atau PTK (Classroom Action Research), dimana

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan merupakan pondasi bagi kemajuan suatu bangsa. Pendidikan yang

I. PENDAHULUAN. berlaku sehingga bila kesadaran ini terwujud, maka seseorang dapat

BAB I PENDAHULUAN. Sistem Pendidikan Nasional yang saat ini diberlakukan mempunyai tuntutan

BAB I PENDAHULUAN. siswa dan interaksi antara keduanya, serta didukung oleh berbagai unsurunsur

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray dalam Pembelajaran Matematika di Kelas VIII SMPN 6 X Koto Singkarak

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

I. PENDAHULUAN. membentuk karakter manusia yang memiliki kemampuan akademik dan

BAB I PENDAHULUAN. disiplin dan memajukan daya pikir manusia (Aisyah, 2008:3). Ilmu matematika

BAB I PENDAHULUAN. berprestasi di bidangnya. Dalam kerangka inilah pendidikan diperlukan dan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan. Nasional :

BAB I PENDAHULUAN. manusia, dengan pendidikan manusia berusaha mengembangkan potensi yang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. kondisi pembelajaran awal siswa sebelum diterapkan metode pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kemajuan suatu bangsa adalah mengembangkan ilmu. Diperlukan strategi maupun model pembelajaran yang tepat agar proses

BAB I PENDAHULUAN. dengan siswa dapat memahami dan mengerti maksud pembelajaran.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan mata pelajaran

EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY (TSTS) DAN JIGSAW DITINJAU DARI AKTIVITAS BELAJAR SISWA

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yaitu dengan menempuh proses pembelajaran. juga dikembangkan seperti dibuatnya metode-metode baru dalam belajar

A UMS - Copy SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses belajar merupakan rangkaian kegiatan siswa

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kualitas dan keberhasilan suatu bangsa bisa dilihat dari kualitas pendidikannya. Hal mendasar yang perlu

BAB I PENDAHULUAN. berusaha untuk lebih meningkatkan mutu pendidikan.

2015 PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI PENGETAHUAN SISWA DALAM MATA PELAJARAN IPS SD

BAB I PENDAHULUAN. kompetensi (SK) : 13. Memahami pembacaan cerpen (KD) : 13.1

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPS MELALUI MODEL BELAJAR TWO STAY TWO STRAY

I. PENDAHULUAN. Menurut Hasbullah (2009:2). Kegiatan pokok dalam keseluruhan proses pendidikan di

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. depannya pada hal-hal yang baik. Menurut Sagala (2013 : 3) Pendidikan adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan satu sektor yang paling penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. warga negara yang menguasai pengetahuan (knowladge), keterampilan (skill),

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY (TSTS) UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas. Pendidikan yang. diharapkan dimasa yang akan datang adalah pendidikan yang mampu

1. PENDAHULUAN. menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,

I. PENDAHULUAN. berperan penting dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia.

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian INDAH KOMALA SARI, 2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. belajar siswa tersebut perlu diciptakan suasana proses belajar yang dapat. membangun semangat belajar siswa tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. Keterampilan tersebut masing-masing harus dimiliki oleh siswa untuk dapat

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Indonesia sangat penting untuk dipelajari. adanya gagasan atau sesuatu yang hendak dikomunikasikan.

I. PENDAHULUAN. Salah satu tujuan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) sebagaimana

BAB IV ANALISIS PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN TUTOR SEBAYA PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA KELAS V SDN KARANGMLATI 1 DEMAK

BAB I. aktivitas guru sebagai pengajar. Siswa dapat dikatakan belajar dengan aktif

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan sumber daya manusia yang berkualitas agar kualitas

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam peningkatan sumber daya manusia yang berkualitas, pendidikan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Tujuan umum pendidikan masa kini adalah untuk memberi bekal agar kita

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan berkembangnya zaman dengan adanya teknologi yang canggih kemungkinan besar siswa tidak hanya belajar didalam kelas akan tetapi juga belajar diluar kelas supaya siswa itu tidak merasa bosan, misalnya saja siswa di beri tugas untuk mencari data atau jurnal di internet atau di media masa sesuai dengan pelajarannya. Suasana atau iklim belajar mengajar harus diciptakan dalam proses pembelajaran sehingga dapat memotivasi siswa untuk senantiasa belajar dengan baik dan bersemangat. Sebagaimana diketahui bahwa metode mengajar merupakan sarana interaksi guru dengan siswa di dalam kegiatan belajar mengajar. Dengan demikian, yang perlu diperhatikan adalah ketepatan metode mengajar yang dipilih dengan tujuan, jenis, dan sifat materi pelajaran dengan kemampuan guru dalam memahami dan melaksanakan metode tersebut. Dalam proses kegiatan pembelajaran IPS seringkali mengalami hambatan seperti adanya rasa jenuh, timbulnya rasa bosan pada diri siswa, kurangnya minat siswa terhadap materi pembahasan, dan salah satu factor penyebabnya adalah penggunaan metode pembelajaran yang kurang bervariasi, sehingga menyebabkan jalannya proses pembelajaran kurang kondusif dan efektif, kemudian hasil yang dicapai menjadi tidak maksimal atau belum memenuhi target (kompetensi dasar) sebagaimana yang diharapkan. 1

2 Dalam pembelajaran di sekolah dituntut keaktifan siswa dalam menggali potensi, peran guru tidak kalah pentingnya dalam mencapai tujuan pendidikan. Dalam kaitannya belajar aktif guru harus dapat menciptakan suatu kondisi dimana siswa atau peserta didik tidak merasakan kebosanan, kejenuhan, dan mata pelajaran yang diterima terkesan monoton dan tidak menarik selama proses belajar mengajar berlangsung. Untuk mencapai tujuan tersebut maka guru perlu memahami sedalam-dalamnya tentang pengetahuan yang akan menjadi tanggung jawabnya dan menguasai dengan baik metode dan teknik mengajar. Metode dan teknik mengajar disini tidak berarti berdiri sendiri satu sama lain, melainkan saling berkaitan. Justru proses belajar mengajar yang baik adalah mempergunakan berbagai jenis metode secara bergantian atau saling bahu membahu satu sama lain. Berdasarkan hasil observasi awal menunjukkan bahwa pada saat guru menjelaskan materi siswa hanya mendengarkan, sebagian siswa-siswa yang duduk dibelakang terlihat ramai dan bergurau dengan temannya. Mereka berbicara sendiri dan tidak mendengarkan penjelasan guru. Apabila mereka diawasi oleh guru, maka siswa tersebut seolah-olah sedang mendengarkan penjelasan guru dengan membuka-buka buku paketnya dan serius memperhatikan pelajaran. Sebagian siswa juga ada yang mendengarkan penjelasan guru dengan mencocokkan catatan yang ditulis oleh guru di papan tulis dengan buku paket yang mereka miliki. Pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan oleh siswa hanya sebatas menanyakan bagaimana cara menyelesaikan jawaban soal yang ada dalam buku paket. Siswa lebih terfokus

3 dengan latihan-latihan soal pada buku paket saja. Guru dinilai kurang mengajak siswa menghubungkan materi IPS yang sedang dipelajari dengan permasalahan yang ada dalam kehidupan nyata yang terkait dengan IPS. Guru kurang mengajak siswa untuk melakukan diskusi dan memberikan kesempatan kepada mereka untuk saling bertukar pendapat antar siswa dalam mempelajari materi IPS. Guru melakukan hal tersebut karena ingin menyelesaikan materi dan takut tidak dapat menyampaikan seluruh materi. Hal tersebut berdampak terhadap rendahnya nilai rata-rata aspek kognitif siswa pada materi sebelumnya didapatkan bahwa nilai rata-rata ulangan harian siswa untuk kelas V rendah dan jauh dari KKM sekolah. Hasil ulangan pelajaran IPS materi perjuangan tokoh pejuang masa penjajahan Belanda dan Jepang tersebut didapatkan nilai rata-rata siswa kelas V adalah sebesar 53.46, dengan uraian bahwa siswa yang nilainya di atas KKM hanya 11 siswa atau (55%), sedangkan nilai siswa yang di bawah KKM sebanyak 9 siswa atau (45%) dari jumlah keseluruhan siswa 20. Sehingga hampir seluruh kelas V harus mengikuti ujian perbaikan ulang untuk mata pelajaran IPS pada ulangan harian kesatu. Keadaan ini harus segera diberikan perhatian yang lebih untuk kelas V karena dengan nilai ulangan harian yang rendah kalau tidak segera diberi tindakan akan berdampak pada aspek kognitif yang begitu rendah dan dampak tersebut dapat berkelanjutan sampai pada jenjang berikutnya. Dalam hal ini terlihat bahwa siswa kurang untuk memperoleh pengalaman langsung dalam pembelajaran sehingga aspek afektif siswa terlihat kurang dilatihkan dalam model pembelajaran seperti ini. Temuan yang menunjukkan bahwa aspek afektif

4 siswa yang masih rendah pada saat proses pembelajaran terlihat dari hal-hal yang dilakukan siswa sebagai berikut: 1. Sikap penerimaan, pada sikap penerimaan siswa masih kurang baik hal ini terlihat dari respon siswa terhadap pendapat siswa yang lainnya terkesan cuek dan kurang memperhatikan, terlebih lagi pada saat siswa mencoba menjawab pertanyaan yang dilontarkan oleh guru, dan ternyata jawabannya salah siswa masih banyak yang mengejek maupun menertawakan jawaban tersebut. 2. Sikap partisipasi, pada sikap partisipasi siswa masih kurang hal ini terlihat jelas pada saat guru memberikan soal latihan kepada siswa, maka siswa banyak yang tidak mengerjakan atau mencoba mencari jawaban dari buku, siswa hanya menunggu soal tersebut dibahas oleh siswa yang paling pintar sehingga keaktifan siswa dalam mencari jawaban dari buku masih rendah, hal ini juga terlihat pada saat guru memberikan kesempatan siswa untuk berdiskusi dengan teman sebangkunya, ternyata siswa tidak berdiskusi sama sekali. 3. Penentuan sikap, penentuan sikap siswa terhadap rangsangan yang datang juga masih sangat rendah, hal ini terlihat apabila ada pertanyaan dari guru maupun temannya, respon siswa dalam menanggapi atau menjawab masih rendah 4. Sikap organisasi, sikap organisasi yang dimiliki siswa masih rendah, hal ini terlihat apabila guru memberikan tugas secara kelompok kepada siswa, maka cenderung siswa untuk kurang bekerjasama dengan baik dalam menyelesaikan masalah tersebut, siswa malah menggantungkan jawaban

5 kepada siswa yang dianggap paling pintar dalam kelompok tersebut dan begitu pula siswa yang paling pintar kurang memberi kesempatan kepada siswa yang lainnya untuk ikut serta dalam mengerjakan tugas kelompok yang diberikan oleh guru tersebut. Dari beberapa permasalahan di atas, peneliti berusaha mengatasinya dengan menerapkan pembelajaran kerja kelompok (kooperatif). Pembelajaran kooperatif merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang didasarkan atas kerja kelompok, yang menuntut keaktifan siswa untuk saling bekerjasama dan membantu dalam menyelesaikan masalah atau tugas yang diberikan oleh guru. Melalui pembelajaran kooperatif siswa didorong untuk bekerjasama secara maksimal sesuai dengan keadaan kelompoknya. Kerjasama yang dimaksud dalam pembelajaran kooperatif adalah setiap anggota kelompok harus saling membantu menguasai bahan ajar. Bagi siswa yang mempunyai kemampuan tinggi harus membantu siswa yang berkemampuan rendah agar dapat menguasai materi yang sedang dipelajari sehingga kelompoknya dapat berhasil karena penilaian akhir ditentukan oleh keberhasilan kelompok. Oleh karena itu setiap anggota kelompok harus mempunyai tanggung jawab penuh terhadap kelompoknya. Salah satu model pembelajaran kooperatif adalah model two stay two stray (TSTS), dimana pemilihan model two stay two stray (TSTS) karena model tersebut memiliki kelebihan yaitu keterlibatan siswa sangat besar dalam proses pembelajaran. Guru hanya berperan sebagai fasilitator, artinya tidak ada campur tangan guru yang terlalu jauh dalam penyampaian materi terhadap siswa. Dari sini siswa diharapkan keaktifannya dalam diskusi untuk memecahkan masalah

6 dari materi yang dipelajarinya. Kemampuan akademik siswa yang heterogen dimanfaatkan sebagai acuan untuk membentuk kelompok belajar kooperatif. Berdasarkan uraian tersebut di atas maka peneliti mengambil judul: Peningkatan Prestasi Belajar IPS Dengan Metode Kerja Kelompok Pada Siswa Kelas V SD Negeri 01 Munggur Kecamatan Mojogedang Kabupaten Karanganyar Tahun Pelajaran 2012 / 2013. B. Perumusan Masalah Masalah yang ingin dikaji dalam penelitian ini ialah: 1. Apakah metode pembelajaran kerja kelompok model Dua Tinggal Dua Tamu (Two Stay Two Stray) dapat meningkatkan prestasi belajar IPS pada siswa Kelas V SD Negeri 01 Munggur Kecamatan Mojogedang Kabupaten Karanganyar Tahun Pelajaran 2012 / 2013 atau tidak? 2. Seberapa jauh peningkatan prestasi belajar IPS pada siswa Kelas V SD Negeri 01 Munggur Kecamatan Mojogedang Kabupaten Karanganyar Tahun Pelajaran 2012 / 2013? 3. Bagaimanakah penerapan pembelajaran kerja kelompok model Dua Tinggal Dua Tamu (Two Stay Two Stray) dalam meningkatkan prestasi belajar IPS pada siswa Kelas V SD Negeri 01 Munggur Kecamatan Mojogedang Kabupaten Karanganyar Tahun Pelajaran 2012 / 2013?

7 C. Tujuan Penelitian Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dengan tujuan sebagai berikut: 1. Tujuan Umum Tujuan umum dalam penelitian ini adalah meningkatkan prestasi belajar IPS pada siswa Kelas V SD Negeri 01 Munggur Kecamatan Mojogedang Kabupaten Karanganyar Tahun Pelajaran 2012 / 2013. 2. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui apakah metode pembelajaran kerja kelompok model Dua Tinggal Dua Tamu (Two Stay Two Stray) dapat meningkatkan prestasi belajar IPS pada siswa Kelas V SD Negeri 01 Munggur Kecamatan Mojogedang Kabupaten Karanganyar Tahun Pelajaran 2012 / 2013 atau tidak. b. Untuk mengetahui seberapa jauh peningkatan prestasi belajar IPS pada siswa Kelas V SD Negeri 01 Munggur Kecamatan Mojogedang Kabupaten Karanganyar Tahun Pelajaran 2012 / 2013. c. Untuk mengetahui penerapan pembelajaran kerja kelompok model Dua Tinggal Dua Tamu (Two Stay Two Stray) dalam meningkatkan prestasi belajar IPS pada siswa Kelas V SD Negeri 01 Munggur Kecamatan Mojogedang Kabupaten Karanganyar Tahun Pelajaran 2012 / 2013.

8 D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah atau perbendaharaan ilmu pengetahuan di bidang pendidikan khususnya berkaitan peningkatan prestasi belajar siswa. b. Hasil penelitian ini dapat dipakai sebagai acuan bagi peneliti lebih lanjut untuk penelitian yang sejenis. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Sekolah Dengan hasil penelitian ini diharapkan SD Negeri 01 Munggur Kecamatan Mojogedang Kabupaten Karanganyar dapat menggunakan metode pembelajaran yang tepat dalam pembelajaran agar prestasi belajar siswa lebih baik dan perlu dicoba untuk diterapkan pada pelajaran lain. b. Bagi Guru Sebagai bahan masukan guru dalam meningkatkan mutu pembelajaran di kelasnya. c. Bagi Siswa Sebagai bahan masukan bagi siswa untuk lebih menggali dan mencari informasi dari berbagai sumber belajar dalam rangka meningkatkan prestasi belajarnya.