BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran IPA khususnya fisika mencakup tiga aspek, yakni sikap,

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) pembelajaran fisika

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Stevida Sendi, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewi Elyani Nurjannah, 2013

BAB I PENDAHULUAN. bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang sangat penting bagi siswa. Seperti

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Yuliani Susilawati,2013

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan mata pelajaran fisika pada jenjang Sekolah Menengah Atas. (SMA)/ Madrasah Aliyah (MA) berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan

JIPFRI: Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika dan Riset Ilmiah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pelajaran Fisika merupakan salah satu bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan berpikir kritis dan kreatif untuk memecahkan masalah dalam

BAB I PENDAHULUAN. tentang gejala-gejala alam yang didasarkan pada hasil percobaan dan

BAB I PENDAHULUAN. Mata pelajaran fisika di tingkat SMA diajarkan sebagai mata pelajaran

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan sains diarahkan untuk mencari tahu dan berbuat sehingga

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. bahasan fisika kelas VII B semester ganjil di salah satu SMPN di Kabupaten

BAB I PENDAHULUAN. (SMA)/Madrasah Aliyah (MA). Fungsi dan tujuan mata pelajaran fisika di SMA

BAB 1 PENDAHULUAN. langkah-langkah observasi, perumusan masalah, pengujian hipotesis melalui

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan pada hari Jum at, tanggal 25 November

BAB I PENDAHULUAN. Banyak ahli mengemukakan bahwa pembelajaran merupakan implementasi

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran sains di sekolah dimaksudkan untuk menanamkan. keyakinan kepada Tuhan Yang Maha Esa, mengembangkan keterampilan sikap

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Proses pembelajaran dengan model pembelajaran berbasis praktikum,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Pemerintah telah melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan mutu

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Muhammad Gilang Ramadhan,2013

II. TINJAUAN PUSTAKA. meningkatkan hasil belajar siswa apabila secara statistik hasil belajar siswa menunjukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. siswa sebagai pengalaman yang bermakna. Keterampilan ilmiah dan sikap ilmiah

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan aspek penting dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. siswa (membaca, menulis, ceramah dan mengerjakan soal). Menurut Komala

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan pengamatan penulis selama melakukan studi lapangan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Efektivitas pembelajaran merupakan suatu ukuran yang berhubungan dengan tingkat

BAB I PENDAHULUAN. 2. Memupuk sikap ilmiah yaitu jujur, obyektif, terbuka, ulet, kritis dan dapat bekerjasama dengan orang lain

BAB I PENDAHULUAN. Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) ditetapkan berdasarkan tingkat

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Elly Hafsah, 2013

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan pikiran dalam mempelajari rahasia gejala alam (Holil, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang

I. PENDAHULUAN. permasalahannya dekat dengan kehidupan sehari-hari. Konsep dan prinsip

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan

PENINGKATAN KECAKAPAN AKADEMIK SISWA SMA DALAM PEMBELAJARAN FISIKA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING

2 BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan pengalaman pada kegiatan proses pembelajaran IPA. khususnya pada pelajaran Fisika di kelas VIII disalah satu

BAB I PENDAHULUAN. ditakuti dan tidak disukai siswa. Kecenderungan ini biasanya berawal dari

BAB I PENDAHULUAN. Fisika merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan alam yang

BAB I PENDAHULUAN. Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk

A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan yang penting dalam mempersiapkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Muhamad Ihsanudin, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Adelia Alfama Zamista, 2015

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Atamik B, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran fisika saat ini adalah kurangnya keterlibatan mereka secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak menyenangkan, duduk berjam-jam dengan mencurahkan perhatian

BAB I PENDAHULUAN. Pada tingkat SMA/MA, mata pelajaran IPA khususnya Fisika dipandang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Ilmu kimia merupakan bagian dari IPA yang mempelajari struktur, susunan,

BAB I PENDAHULUAN. seperti rasa ingin tahu, terbuka, jujur, dan sebagainya. 1 Pembelajaran IPA secara

BAB I PENDAHULUAN. Pada abad XXI dikenal sebagai abad globalisasi dan abad teknologi

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan mata pelajaran yang berkaitan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penguasaan konsep siswa terhadap materi fluida statis diukur dengan tes

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran problem solving merupakan salah satu model pembelajaran

I. PENDAHULUAN. Ilmu kimia merupakan bagian dari ilmu IPA yang mempelajari tentang gejalagejala

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan memiliki peran dan berpengaruh positif terhadap segala bidang

I. PENDAHULUAN. Ilmu kimia merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang berkaitan

BAB I PENDAHULUAN. tentang apa yang telah kita kerjakan. Energi didefinisikan oleh ilmuwan

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik yang dapat memberikan pengaruhnya terhadap pertumbuhan baik

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan hasil observasi awal pada salah satu SMP swasta di Bandung,

BAB I PENDAHULUAN. Fisika merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang berkaitan

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan mata pelajaran yang berkaitan

PEMBEKALAN KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF SISWA SMA MELALUI PEMBELAJARAN FISIKA BERBASIS MASALAH

II. TINJAUAN PUSTAKA. Efektivitas pembelajaran merupakan suatu ukuran yang berhubungan dengan tingkat

Nurlia 1 *, Mursalin 2 *, Citron S. Payu 3 **

I. PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu yang berkaitan dengan cara

I. PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan suatu sistem atau proses membelajarkan siswa yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu mata pelajaran sains yang diberikan pada jenjang pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang

BAB I PENDAHULUAN. Fisika merupakan salah satu cabang sains yang mempelajari gejala-gejala

I. PENDAHULUAN. dibangun melalui pengembangan keterampilan-keterampilan proses sains seperti

Pengaruh Model Pembelajaran Predict, Observe And Explain terhadap Keterampilan Proses Sains Siswa Kelas X Sma Negeri 1 Balaesang

BAB I PENDAHULUAN. (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis,

BAB I PENDAHULUAN. Pelajaran fisika merupakan salah satu wahana untuk menumbuhkan kemampuan

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah kuasi

I. PENDAHULUAN. Siswa sulit untuk mengaplikasikan hasil pembelajaran fisika dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Biologi merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan yang paling penting

DAFTAR ISI BAB II PEMBELAJARAN IPA TERPADU MODEL CONNECTED, PENGUASAAN KONSEP KEPENDUDUKAN DAN LINGKUNGAN, DAN SIKAP ILMIAH SISWA...

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. berdasarkan temuan yang diperoleh selama penelitian. Analisis terhadap hasil tes

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Desy Mulyani, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Nokadela Basyari, 2015

BAB I PENDAHULUAN. Pasal 40 Undang-Undang RI No 20 Tahun 2013 Pendidik dan Kependidikan berkewajiban :

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Pre Experimental Design

II. TINJAUAN PUSTAKA. Inkuiri merupakan salah satu model pembelajaran aktif. Kardi (2003: 3) Inkuiri merupakan model pembelajaran yang dirancang untuk

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam bab ini akan diuraikan hal-hal yang berkaitan dengan metode

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dalam standar isi dinyatakan pendidikan IPA khususnya fisika diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Mata pelajaran fisika sebagai salah satu bagian dari IPA hendaknya dikelola dengan baik untuk melatihkan berbagai keterampilan yang dimiliki siswa. Hal ini sejalan dengan fungsi dan tujuan mata pelajaran fisika di tingkat SMA yang menyatakan bahwa mata pelajaran fisika merupakan sarana (Depdiknas, 2006: 443-444): 1) Mengembangkan pengalaman untuk dapat merumuskan masalah, mengajukan dan menguji hipotesis melalui percobaan, merancang dan merakit instrumen percobaan, mengumpulkan, mengolah, dan menafsirkan data, serta mengkomunikasikan hasil percobaan secara lisan dan tertulis, 2) Mengembangkan kemampuan bernalar dalam berpikir analisis induktif dan deduktif dengan menggunakan konsep dan prinsip fisika untuk menjelaskan berbagai peristiwa alam dan menyelesaian masalah baik secara kualitatif maupun kuantitatif, 3) Menguasai konsep dan prinsip fisika serta mempunyai keterampilan mengembangkan pengetahuan, dan sikap percaya diri sebagai bekal untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi serta mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dari uraian tersebut tampak bahwa penyelenggaraan mata pelajaran fisika di SMA dimaksudkan sebagai sarana melatih dan mengembangkan keterampilan siswa untuk mengajukan hipotesis, merencanakan percobaan, menafsirkan data hasil percobaan dan berkomunikasi agar siswa dapat menguasai konsep dan prinsip fisika serta mengembangkan pengetahuan. Keterampilan-keterampilan

2 yang dapat diberikan lewat pembelajarn IPA salah satunya adalah keterampilan proses sains. Ratna Wilis Dahar (1985) mengutip pendapat Mecheling dan Oliver (1983) yang mengemukakan bahwa keterampilan-keterampilan proses yang diajarkan dalam pendidikan sains memberikan penekanan pada keterampilan berpikir yang dapat berkembang pada anak, sehingga anak dapat mempelajarinya dan ingin mengetahuinya. Pengetahuan ditandai dengan adanya kemampuan siswa dalam memahami apa yang telah ditemukan dan diperolehnya dalam pembelajaran. Pemahaman ini merupakan hal yang esensial dalam suatu pembelajaran karena merupakan salah satu tujuan dari pembelajaran yaitu untuk membekali peserta didik dengan pengetahuan, pemahaman, dan sejumlah kemampuan yang dipersyaratkan untuk memasuki jenjang pendidikan yang lebih tinggi serta untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi (Depdiknas, 2003: 27). Keterampilan proses sains memiliki kedudukan yang sangat penting dalam memahami pengetahuan sains. Menurut Hill dalam Mahmuddin, (2003) mengemukakan bahwa terbentuknya pengetahuan dalam sains dilakukan melalui proses yang ilmiah. Dari paparan di atas diketahui bahwa dengan dilatihkannya keterampilan proses sains maka akan tinggi pula pemahaman konsep yang dimiliki oleh siswa. Dari hasil studi pendahuluan di salah satu SMA di Bandung yang dilakukan peneliti dengan cara memperhatikan proses pembelajaran di kelas diperoleh data sebagai berikut: Guru menjelaskan konsep mengenai pemuaian akibat pengaruh kalor dengan demonstrasi. Sebelum melakukan demonstrasi, guru bertanya : 1. Apa yang terjadi pada balon jika botol dimasukan ke dalam air panas? 2. Apa yang terjadi pada balon jika botol dimasukan ke dalam air es? seluruh jawaban siswa ditulis di papan tulis oleh guru. Kemudian siswa memperhatikan demonstrasi yang dilakukan guru sehingga siswa dapat melihat

3 betul atau tidaknya jawaban mereka. Setelah itu guru menjelaskan konsep yang berhubungan dengan demonstrasi yang telah dilakukan dan memberikan contoh soal kemudian siswa mengerjakan latihan soal. Dari pengamatan penulis, dari mulai tahap awal pembelajaran sampai tahap akhir kegiatan pembelajaran keterampilan proses yang dilakukan siswa hanya keterampilan mengamati saja, sedangkan keterampilan yang lainnya tidak dilatihkan seperti keterampilan berhipotesis, merencanakan serta melakukan percobaan, menginterpretasi data dan berkomunikasi. Hal ini berpengaruh pada pemahaman konsep siswa yang kurang. Ini dibuktikan dari kemampuan siswa menyelesaikan soal. Dari 2 soal C2 (pemahaman) pada ranah kognitif taksonomi Bloom, hanya 56 % siswa yang menjawab soal dengan benar. Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan oleh Sahri di salah satu SMA di kota Bandung dengan cara wawancara langsung dengan salah seorang guru mata pelajaran fisika diperoleh data sebagai berikut: a. Berdasarkan data yang diperoleh, diketahui bahwa pada semester I tahun pelajaran 2010-2011, sebagian besar nilai siswa berada dibawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata hasil Ujian Tengah Semester di kelas X yang masih rendah yaitu menunjukkan 48 sedangkan KKM yang ditargetkan oleh sekolah yang bersangkutan untuk mata pelajaran fisika adalah sebesar 65. b. Metode pembelajaran dengan demonstrasi atau eksperimen jarang dilakukan. Kemudian berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan oleh Rahmat menunjukan bahwa pemahaman konsep fisika siswa SMA yang menjadi salah satu tujuan dalam pembelajaran fisika masih termasuk dalam kategori rendah. Hal ini diketahui melalui analisis terhadap hasil studi lapangan di kelas yang dilakukannya. Berdasarkan studi lapangan diperoleh bahwa Sebagian besar proses pembelajaran fisika untuk kelas X dilaksanakan dengan menggunakan metode ceramah dengan nilai rata-rata ulangan harian kelas hanya mencapai 3,62.

4 Analisis lebih lanjut dilakukannya terhadap tiap butir soal ditemukan bahwa dari 7 soal tes kemampuan pada tahap C2 (pemahaman), hanya 50 % siswa yang menjawab soal-soal tersebut dengan benar. Dari hasil analisis ini, dapat disimpulkan bahwa kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal pada tahap C2 termasuk pada kategori rendah. Dari permasalahan di atas maka perlu adanya upaya perbaikan proses pembelajaran agar siswa lebih banyak terlibat dalam pembelajaran sehingga keterampilan siswa dapat lebih ditingkatkan. Proses pembelajaran hendaknya dapat lebih memberi pengalaman kepada siswa untuk mengajukan hipotesis dari masalah yang diamati, merancang dan melakukan penyelidikan melalui percobaan untuk memperoleh data yang dapat diinterpretasi, diolah dan dianalisis oleh siswa serta memberi pengalaman kepada siswa untuk mengkomunikasikan hasil temuannya. Beberapa keterampilan yang perlu dilatihkan dan ditingkatkan inilah yang oleh para ahli pendidikan disebut sebagai keterampilan proses sains, meliputi keterampilan mengamati, mengklasifikasikan, berkomunikasi, mengukur, memprediksi, menginferensi, mengidentifikasi dan mengontrol variabel, mengajukan hipotesis, menginterpretasi data, mendefinisikan secara operasional, merencanakan percobaan, melakukan percobaan dan mengkonstruksi model (Koes, 2003: 107). Permasalahan-permasalahan kemampuan siswa yang dikemukakan di atas merupakan permasalahan kemampuan dalam pemahaman juga. Bloom et al (1981: 221), menyatakan pemahaman terdiri atas tiga kemampuan yaitu translasi (kemampuan menerjemahkan), interpretasi (kemampuan menafsirkan), dan ekstrapolasi (kemampuan meramalkan). Salah satu metode pembelajaran yang dapat diterapkan untuk dapat meningkatkan keterampilan proses sains dan pemahaman konsep siswa adalah metode eksperimen. Menurut Schoenherr (1996) yang dikutip oleh Palendeng (2003:81) dalam Martiningsih (2007) menyatakan bahwa metode eksperimen adalah metode yang sesuai untuk pembelajaran sains, karena metode eksprimen

5 mampu memberikan kondisi belajar yang dapat mengembangkan kemampuan berfikir dan kreativitas secara optimal. Siswa diberi kesempatan untuk menyusun sendiri konsep-konsep dalam struktur kognitifnya, selanjutnya dapat diaplikasikan dalam kehidupannya. Dalam metode eksperimen siswa melakukan suatu percobaan tentang sesuatu hal, mengamati prosesnya serta menuliskan hasil percobaannya, merumuskan hipotesis sementara berdasarkan hasil pengamatannya, membuktikan kebenaran dari dugaan awal (verifikasi) yang telah dirumuskan dan dilakukan melalui kerja kelompok. Siswa diharapkan merumuskan hasil percobaan dan membuat kesimpulan, kemudian hasil pengamatan itu dikomunikasikan ke kelas. Menurut Djamarah (2002:95) dalam Martiningsih (2007) proses belajar mengajar dengan metode eksperimen, siswa diberi kesempatan untuk mengalami sendiri atau melakukan sendiri, mengikuti suatu proses, mengamati suatu obyek, keadaan atau proses sesuatu. Dengan demikian, siswa dituntut untuk mengalami sendiri, mencari kebenaran, atau mencoba mencari suatu hukum atau dalil, dan menarik kesimpulan dari proses yang dialaminya itu. Dari literatur tersebut menunjukkan bahwa pembelajaran dengan metode eksperimen dapat melatih siswa untuk meningkatkan keterampilan proses sains karena siswa mengalami sendiri apa yang dipelajarinya melalui proses ilmiah. serta pembelajaran melalui metode eksperimen dapat diterapkan untuk meningkatkan pemahaman konsep karena materi pelajaran yang didapatkan siswa akan mudah diingat dan mudah diterapkan pada kehidupan sehari-harinya. Maka dari paparan di atas dirasa perlu dilakukan penelitian dengan judul Penerapan Metode Eksperimen Untuk Meningkatkan Keterampilan Proses Sains dan Pemahaman Konsep.

6 B. RUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah : Apakah penerapan metode eksperimen dapat meningkatkan keterampilan proses sains dan pemahaman konsep fisika siswa? Untuk lebih terarahnya penelitian ini, maka rumusan masalah diatas dijabarkan menjadi pertanyaan sebagai berikut: 1. Bagaimana peningkatan keterampilan proses sains siswa dengan menerapkan metode eksperimen? 2. Bagaimana peningkatan pemahaman konsep fisika siswa dengan menerapkan metode eksperimen? C. BATASAN MASALAH Agar penelitian ini memiliki arah yang jelas, maka masalah yang diteliti dibatasi meliputi : 1. Peningkatan keterampilan proses yang dimaksud dalam penelitan ini adalah perubahan positif dari hasil pretest dan posttest pada keterampilan proses sains yang mencakup keterampilan mengajukan hipotesis, menginterpretasi data, merencanakan percobaan, memprediksi dan keterampilan mengklasifikasikan yang dinyatakan dengan nilai rata-rata gain ternormalisasi. 2. Peningkatan pemahaman konsep yang dimaksud dalam penelitian ini adalah adanya peningkatan pemahaman konsep siswa pada aspek translasi, interpretasi, dan ekstrapolasi yang diperoleh berdasarkan selisih hasil tes pada sebelum pembelajaran (pretest) dan setelah dilakukan pembelajaran (posttest) melalui metode eksperimen.

7 D. VARIABEL PENELITIAN 1. Variabel bebas, adalah metode eksperimen. 2. Variabel terikat, adalah keterampilan proses sains dan pemahaman konsep fisika siswa. E. DEFINISI OPERASIONAL 1. Metode ekspeimen merupakan metode pemberian kesempatan kepada anak didik perorangan atau kelompok, untuk dilatih melakukan suatu proses atau percobaan. (Syaiful Bahri Djamarah, 2000). Dalam metode eksperimen siswa melakukan suatu percobaan tentang sesuatu hal, mengamati prosesnya serta menuliskan hasil percobaannya, merumuskan hipotesis sementara berdasarkan hasil pengamatannya, membuktikan kebenaran dari dugaan awal (verifikasi) yang telah dirumuskan dan dilakukan melalui kerja kelompok. Siswa diharapkan merumuskan hasil percobaan dan membuat kesimpulan, kemudian hasil pengamatan itu dikomunikasikan ke kelas. 2. Keterampilan proses sains (KPS) yang dimaksud adalah keterampilan ilmiah yang terarah (baik kognitif maupun psikomotor) yang dapat digunakan untuk menemukan suatu konsep atau prinsip atau teori, untuk mengembangkan konsep yang telah ada sebelumnya, ataupun untuk melakukan penyangkalan terhadap suatu penemuan (falsifikasi) (Indrawati, 1999:3). Instrumen yang digunakan untuk mengukur keterampilan proses sains adalah tes. Tes digunakan untuk mengetahui kemampan KPS sebelum dan sesudah pembelajaran. Aspek KPS yang dites yaitu mengajukan hipotesis, menginterpretasi data, merencanakan percobaan, memprediksi dan keterampilan mengklasifikasikan 3. Pemahaman konsep adalah kemampuan siswa dalam memaknai ilmu pengetahuan secara ilmiah baik secara teori maupun penerapannya dalam

8 kehidupan sehari-hari (Slameto, 2003). Pemahaman konsep adalah suatu kemampuan siswa dalam memaknai suatu fenomena atau peristiwa, kejadian, objek, kegiatan atau hubungan yang diperoleh siswa melalui tes. Kemampuan pemahaman ini meliputi : Translasi, Interpretasi, dan Ekstrapolasi (Bloom, 1978). Pemahaman yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah peningkatan perolehan nilai siswa dari tes awal (pretes) dan tes akhir (postes). Peningkatan ini diukur melalui perhitungan gain ternormalisasi pada setiap pembelajaran. Skor gain yang ternormalisasi yaitu perbandingan gain rata-rata aktual dengan gain rata-rata maksimum, adapun klasifikasi tingkatan gain ternormalisasi yang meliputi: g 0,7 termasuk kriteria tinggi, 0,7 > g 0,3 termasuk kriteria sedang, dan g < 0,3 termasuk pada kriteria rendah. Sehingga setelah diketahui skor pretest dan posttest dapat diketahui peningkatan pemahaman konsep siswa dengan gain ternormalisasi tersebut. F. HIPOTESIS Hipotesis yang diajukan pada penelitian ini adalah: 1. Hipotesis nol (H 0 ) Tidak terdapat peningkatan keterampilan proses sains dan pemahaman konsep dengan diterapkannya metode eksperimen. 2. Hipotesis satu (H 1 ) Adanya peningkatan keterampilan proses sains dan pemahaman konsep dengan diterapkannya metode eksperimen. G. TUJUAN PENELITIAN Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui peningkatan keterampilan proses sains setelah diterapkan pembelajaran melalui metode eksperimen.

9 2. Untuk mengetahui peningkatan pemahaman konsep fisika siswa setelah diterapkan pembelajaran melalui metode eksperimen. H. MANFAAT PENELITIAN Dari hasil penelitian diharapkan mempunyai beberapa manfaat, yaitu: 1. Bagi para peneliti lain, diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi bahan masukan dan kajian untuk penelitian lebih lanjut. 2. Bagi guru, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan dalam pelakasanaan pembelajaran fisika.