BAB II TINJAUAN PUSTAKA. unggul dari tetuanya (Sudaryani dan Santosa, 2000). Menurut Suharno (2012)

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam pembibit terbagi atas 4 yaitu ayam pembibit Pure Line atau ayam

TINJAUAN PUSTAKA. telur sehingga produktivitas telurnya melebihi dari produktivitas ayam lainnya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam pembibit atau parent stock (PS) adalah ayam penghasil final stock

II. TINJAUAN PUSTAKA. Perusahaan penetasan final stock ayam petelur selalu mendapatkan hasil samping

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. unggul dari tetuanya. Ayam pembibit terbagi atas 4 yaitu ayam pembibit Pure

II. TINJAUAN PUSTAKA. ayam yang umumnya dikenal dikalangan peternak, yaitu ayam tipe ringan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ayam ras petelur adalah ayam yang dipelihara dengan tujuan untuk menghasilkan

I. PENDAHULUAN. Protein hewani memegang peran penting bagi pemenuhan gizi masyarakat. Untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. induk yang menghasilkan telur tetas untuk mendapatkan Day Old Chick (DOC)

1. PENDAHULUAN. Produktivitas ayam petelur selain dipengaruhi oleh faktor genetik juga

TINJAUAN PUSTAKA. Tabel 1. Standar Performa Mingguan Ayam Broiler CP 707

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam broiler merupakan ayam penghasil daging dalam jumlah yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam pembibit merupakan ayam penghasil bibit final stock pada ayam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memiliki genetik yang dapat menghasilkan produksi baik. Menurut (Rasyaf,

I. PENDAHULUAN. Permintaan masyarakat terhadap sumber protein hewani seperti daging, susu, dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam petelur merupakan ayam yang dipelihara khusus untuk diambil

I. PENDAHULUAN. pembangunan kesehatan dan kecerdasan bangsa. Permintaan masyarakat akan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menghasilkan bibit induk atau bibit sebar. Ayam yang akan digunakan sebagai

II. TINJAUAN PUSTAKA. penghasil telur juga dapat dimanfaatkan sebagai ternak penghasil daging

I. PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan penduduk yang semakin pesat, permintaan produk

TINJAUAN PUSTAKA. banyak telur dan merupakan produk akhir ayam ras. Sifat-sifat yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kemampuan untuk menyeleksi pejantan dan betina yang memiliki kualitas tinggi

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ayam tipe petelur yang jantan dikenal dengan sebutan ayam jantan tipe medium,

TINJAUAN PUSTAKA. masyarakat kita, adalah ayam petelur jenis unggul yang mempunyai daya

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. masyarakat menyebabkan konsumsi protein hewani pun meningkat setiap

I. PENDAHULUAN. peternakan pun meningkat. Produk peternakan yang dimanfaatkan

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. ayam hutan merah atau red jungle fowls (Gallus gallus) dan ayam hutan hijau

I. PENDAHULUAN. Secara umum, ternak dikenal sebagai penghasil bahan pangan sumber protein

TINJAUAN PUSTAKA. (Setianto, 2009). Cahaya sangat di perlukan untuk ayam broiler terutama pada

Gambar 3. Kondisi Kandang yang Digunakan pada Pemeliharaan Puyuh

I. PENDAHULUAN. Broiler adalah ayam yang memiliki karakteristik ekonomis, memiliki

TINJAUAN PUSTAKA Probiotik

I. PENDAHULUAN. tinggi. Fakta ini menyebabkan kebutuhan yang tinggi akan protein hewani

I. PENDAHULUAN. pemenuhan kebutuhan protein hewani masyarakat dan meningkatkan. kesejahteraan peternak. Masalah yang sering dihadapi dewasa ini adalah

I. PENDAHULUAN. Sektor peternakan sangat penting dalam memenuhi kebutuhan gizi. Sumber daya

I. PENDAHULUAN. umur 4 5 minggu. Sifat pertumbuhan yang sangat cepat ini dicerminkan dari. modern mencapai di bawah dua (Amrullah, 2004).

II. TINJAUAN PUSTAKA. yang relatif singkat (Murtidjo, 2001). Menurut Kartasudjana dan Suprijatna

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 3. Suhu Kandang Selama Lima Minggu Penelitian Pengukuran Suhu ( o C) Pagi Siang Sore 28-32

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. fungsi, yaitu sebagai ayam petelur dan ayam potong.

I. PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan waktu, pertambahan jumlah penduduk,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. umur 5-6 minggu dengan tujuan sebagi penghasil daging dengan bobot badan 1,9 kg

HASIL DAN PEMBAHASAN. Puyuh mengkonsumsi ransum guna memenuhi kebutuhan zat-zat untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. umumnya dipanen pada umur 5 6 minggu dengan tujuan sebagai penghasil

PROTER UNGGAS PETELUR MK PROTER UNGGAS SEMESTER V PS PROTER 16 DESEMBER 2014

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ayam ayam lokal (Marconah, 2012). Ayam ras petelur sangat diminati karena

II. TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan bobot tubuh yang dapat dicapai oleh ayam, maka dikenal tiga tipe

I. PENDAHULUAN. semakin meningkat. Hal ini ditandai dengan banyaknya perusahaan baru

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam ras adalah jenis ayam-ayam unggul impor yang telah dimuliabiakan

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. biaya dalam wujud investasi (modal investasi) maupun biaya produksi. Pakan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kondisi Ayam Broiler Awal Penelitian

I. PENDAHULUAN. Broiler merupakan salah satu sumber protein hewani yang dapat memenuhi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Usaha pembibitan ayam merupakan usaha untuk menghasilkan ayam broiler

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kelinci New Zealand White berasal dari Amerika. Menurut Tambunan dkk.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam broiler merupakan ayam yang berasal dari hasil genetik yang

PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan Terhadap Konsumsi Ransum Ayam Broiler

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang berasal dari strain-strain hasil produk dari perusahaan pembibitan. Ayam ras

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Konsumsi ransum merupakan jumlah ransum yang dikonsumsi dalam

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Wiharto (2002) a yam petelur adalah ayam-ayam betina dewasa

I. PENDAHULUAN. Meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap kebutuhan protein hewani,

MANAJEMEN PEMBERIAN PAKAN AYAM BROILER

I. TINJAUAN PUSTAKA. memiliki karakteristik ekonomis dengan ciri khas yaitu pertumbuhan yang cepat, konversi

TINJAUAN PUSTAKA. merupakan makhluk hidup yang tidak lepas dari waktu. Kenyataan ayam

TINJAUAN PUSTAKA Karakteristik Puyuh

HASIL DAN PEMBAHASAN. dalam jangka waktu tertentu. Tingkat konsumsi pakan dipengaruhi oleh tingkat

TINJAUAN PUSTAKA. Burung puyuh dalam istilah asing disebut quail yang merupakan bangsa

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kondisi Umum Penelitian

KAJIAN KEPUSTAKAAN. japanese quail (Coturnix-coturnix Japonica) mulai masuk ke Amerika. Namun,

TINJAUAN PUSTAKA. perkembangan di Inggris dan Amerika Serikat, itik ini menjadi popular. Itik peking

I. PENDAHULUAN. masyarakat di pedesaan. Ternak itik sangat potensial untuk memproduksi telur

MATERI DAN METODE. Tabel 3. Komposisi Nutrisi Ransum Komersial.

I. TINJAUAN PUSTAKA. A. Puyuh

I. PENDAHULUAN. Usaha peternakan merupakan salah satu usaha yang dapat dilakukan untuk

I. PENDAHULUAN. pesat. Perkembangan tersebut diiringi pula dengan semakin meningkatnya

PENDAHULUAN. Latar Belakang. sudah melekat dengan masyarakat, ayam kampung juga dikenal dengan sebutan

[Evaluasi Hasil Produksi Ternak Unggas]

TINJAUAN PUSTAKA. termasuk ke dalam ordo Galliformes, famili Phasianidae, genus Gallus dan

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan selama 3 minggu dari April 2014, di peternakan

PENDAHULUAN. Daging unggas adalah salah jenis produk peternakan yang cukup disukai. Harga yang relatif terjangkau membuat masyarakat atau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pertumbuhan cepat, kulit putih dan bulu merapat ke tubuh (Suprijatna et al., 2005).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam broiler termasuk ke dalam ordo Galliformes,familyPhasianidae dan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pakan Penelitian

TINJAUAN PUSTAKA. Ayam betina mempunyai alat repruduksi yang terdiri dari oviduct dan ovary.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam lokal persilangan merupakan ayam lokal yang telah mengalami

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam parent stock adalah ayam penghasil ayam komersil yang merupakan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. dengan kaidah-kaidah dalam standar peternakan organik. Pemeliharaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Suprijatna, 2006). Karakteristik ayam broiler yang baik adalah ayam aktif, lincah,

PENGARUH KEPADATAN KANDANG TERHADAP PERFORMA PRODUKSI AYAM PETELUR FASE AWAL GROWER

HASIL DAN PEMBAHASAN. Total jumlah itik yang dipelihara secara minim air sebanyak 48 ekor

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Break Even Point adalah titik pulang pokok dimana total revenue = total

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam broiler tidak dibedakan jenis kelamin jantan atau betina, umumnya dipanen

Performa Pertumbuhan Puyuh Petelur Betina Silangan... Henry Geofrin Lase

I. TINJAUAN PUSTAKA. hingga diperoleh ayam yang paling cepat tumbuh disebut ayam ras pedaging,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. konstruksi khusus sesuai dengan kapasitas produksi, kandang dan ruangan

Transkripsi:

3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Pebibit Ayam pebibit adalah ayam yang dipelihara dengan tujuan untuk menghasilkan keturunan yang mempunyai kualitas genetik yang sama atau lebih unggul dari tetuanya (Sudaryani dan Santosa, 2000). Menurut Suharno (2012) ada 4 usaha pembibitan yaitu pembibitan untuk menghasilkan ayam galur murni (pure line), pembibitan untuk menghasilkan ayam pebibit buyut (great grandparent stock), pembibitan untuk menghasilkan ayam pebibit nenek (grandparent stock), dan pembibitan untuk menghasilkan ayam pebibit induk (parent stock). Parent stock ini bila dibibitkan lagi keturunannya disebut final stock. Final stock sudah tidak dapat disilangkan lagi sebab produksi telur atau daging dari hasil persilangan final stock akan jauh menurun sehingga sifat unggulnya telah berkurang. Tipe ayam pebibit ada dua macam yaitu tipe ayam bibit petelur dan tipe ayam bibit pedaging. Ciri ayam bibit petelur adalah berbadan ramping, kecil, mata bersinar dan berjengger tunggal merah darah. Ayam bibit pedaging mempunyai bobot badan yang besar, jengger dan pial merah darah serta mata bersinar (Rasyaf, 2008). Strain ayam pebibit pedaging yang biasa digunakan adalah Starbro, Arbor Accres, Avian, Cobb 500, Cobb 100, Isa Vedette, Kimber, Lohman Broiler, Ross dan Jumbo (Asohi, 2001). Bibit ayam yang dihasilkan berupa final stock memiliki keunggulan diantaranya produktivitas dan bobot telur tinggi, konversi

4 pakan rendah, kekebalan dan daya hidup tinggi dan pertumbuhan baik serta masa bertelur panjang (long lay) (Sudarmono, 2003). Target pemeliharaan ayam pebibit pada periode starter grower adalah menghasilkan induk ayam dengan nilai keseragaman populasi yang tinggi baik dilihat dari bentuk morfologi badan, bobot badan maupun kematangan seksual serta nilai mortalitas yang rendah (Hybro Breeder Farm, 2003). 2.2. Kepadatan Kandang Kandang merupakan tempat ayam tinggal dan tempat ayam beraktivitas sehingga kandang yang nyaman (comfort zone) sangat berpengaruh pada pencapaian produktivitas sehingga akan diperoleh pertumbuhan optimal dan menghasilkan performa yang baik. Kandang juga berfungsi menyediakan lingkungan yang nyaman agar ternak terhindar dari stres (Suprijatna et al., 2005). Standar iklim mikro yang berpengaruh terhadap kepadatan kandang menurut (North, 1984) dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Standar Ideal Iklim Mikro Kandang Iklim (Parameter) Standar Minimal Maksimal Kecepatan angin 1,0 m/s 1,5 m/s Radiasi matahari 366 kkal/m 2 /jam 400 kkal/m 2 /jam Gas yang dibutuhkan unggas (O 2 ) ±10 liter/jam Gas yang bersifat racun (H 2 S, NO 2, NH 3 ) 800 ppm Sumber : North, 1984 Daya tampung kandang terbuka untuk ayam bibit pedaging dewasa 3 4 ekor/m 2 dengan sistem litter atau 4 5 ekor/m 2 dengan sistem 2/3 slat. Daya

5 tampung kandang tertutup untuk ayam bibit pedaging dewasa 4 5 ekor/m 2 dengan sistem litter atau 5 6 ekor/m 2 dengan sistem 2/3 slat (Peraturan Menteri Pertanian, 2011). Kepadatan kandang yang terlalu tinggi akan menyebabkan beberapa masalah diantaranya adalah tingkat konsumsi pakan berkurang, pertumbuhan ayam terhambat, efisiensi pakan berkurang, tingkat kematian meningkat dan kasus kanibalisme meningkat (Fadilah, 2013). Kepadatan kandang akan mempengaruhi aktivitas ayam, selain itu juga dapat meningkatkan persaingan antar ayam dalam memperoleh oksigen. Kandang yang padat akan menurunkan ketersediaan oksigen, selain itu feses yang dihasilkan akan lebih banyak sehingga amonia meningkat. Oksigen yang berkurang dan amonia yang meningkat menjadi penyebab terganggunya kesehatan ayam. Keadaan ini akan menyebabkan metabolisme dalam tubuh terganggu dan akan memicu ayam terserang penyakit pernapasan (Miku dan Sumiati, 2010). Kotoran ayam selain berdampak negatif terhadap kesehatan manusia yang tinggal dilingkungan sekitar peternakan, juga berdampak negatif terhadap ternak dan menyebabkan produktivitas ternak menurun. Pengelolaan lingkungan peternakan yang kurang baik dapat menyebabkan kerugian ekonomi bagi peternak itu sendiri karena gas-gas tersebut dapat menyebabkan produktivitas ayam menurun sedangkan biaya kesehatan semakin meningkat yang menyebabkan keuntungan peternak menipis (Pauzenga, 1991).

6 2.3. Pakan dan Pemberian Pakan Target dari pemeliharaan periode grower adalah untuk mendapatkan ayam induk yang seragam pertumbuhannya atau bobot badan antar ayam hampir sama, sehingga diharapkan pada saat dewasa kelamin terjadi secara serentak (Kartasudjana dan Suprijatna, 2006). Pakan yang diberikan pada ayam merupakan hal yang perlu mendapatkan perhatian, sebab pakan yang kurang memenuhi standar mutu sebagai pakan ayam yang baik dapat menjadi salah satu penyebab ayam sakit, untuk itu agar dicapai efisiensi dan produktivitas yang optimal maka perlu adanya koordinasi antara pakan, pemeliharaan, kesehatan dan program pengelolaan usaha (PT. Charoen Pokphand Jaya Farm, 2015). Ada tiga macam bentuk pakan campuran yang homogen, yakni tepung (mash), butiran atau pelet, dan pecahan atau remah (crumble). Pakan bentuk tepung adalah pakan yang dibuat berbentuk halus atau tepung. Pakan bentuk pelet adalah pakan bentuk tepung (mash) yang dicetak menjadi butiran (Yaman, 2013). Bentuk butiran pecah (crumble) merupakan perkembangan lebih lanjut dari bentuk pelet. Asal mulanya juga sama, yaitu dari bentuk tepung komplit karena setiap partikel butiran tersebut sudah mengandung semua unsur gizi yang dibutuhkan (Rasyaf, 2008). Standar kebutuhan nutrisi menurut (Hybro Breeder Farm, 2003) dapat dilihat pada Tabel 2.

7 Tabel 2. Standar Ideal Zat Pakan Ayam Pebibit Periode Grower Nutrien Standar Air <14% Energi 2575 kkal/kg Protein Kasar 16,8 % Serat Kasar <7% Lemak Kasar 2,5-7% Abu 5-8% Kalsium 1-1,2% Fosfor 0,40% Sumber : Hybro Breeder Farm, 2003 Cara pemberian pakan ayam pebibit khususnya pada periode grower adalah dengan melakukan pemuasaan dan pendobelan pemberian pakan. Model yang sering digunakan adalah skip a day, yaitu satu hari ayam diberi makan dan satu hari berikutnya ayam dipuasakan. Model ini biasanya dilakukan pada umur 7 11 minggu. Program pendobelan pemberian pakan tersebut harus diatur agar jumlah pakan grower tidak melebihi jumlah pakan pada masa fase layer. Lima hari makan dua hari puasa, pola pemberian pakan pada model ini yaitu tiga hari berturut turut makan, satu hari puasa, dua hari berturut turut makan, dan satu hari puasa (Rahayu et al., 2011). 2.4. Temperatur dan Kelembaban Ayam memiliki kebutuhan temperatur kandang yang berbeda untuk setiap periode kehidupannya. Semakin bertambah umur, ayam semakin membutuhkan suhu kandang yang lebih sejuk. Temperatur kandang yang terlalu tinggi bisa menyebabkan stres dan cekaman panas, sehingga akan meningkatkan

8 konsumsi air minumnya, tetapi menurunkan tingkat konsumsi pakan. Penurunan konsumsi pakan pada ayam akan menyebabkan asupan nutrien dalam tubuh berkurang sehingga dapat menghambat pertumbuhannya (Miku dan Sumiati, 2010). Temperatur ideal untuk ayam pembibit periode grower adalah 25-28ºC (Setyono, 2013). Kelembaban kandang juga akan berpengaruh pada aktivitas ayam, bahkan dapat mempengaruhi kesehatan ayam terutama kepekaan terhadap penyakit pernapasan. Kelembaban kandang yang tinggi menyebabkan litter cepat basah dan akan memicu tumbuhnya jamur. Kelembaban kandang yang tinggi akan menyebabkan kandang berdebu serta mikroorganisme akan tumbuh dan berkembangbiak dengan baik sehingga ayam akan rentan terhadap penyakit. Untuk memudahkan dalam pengaturan dan pengontrolan kelembaban, dapat berpedoman pada standar. Kelembaban udara yang ideal untuk ayam pembibit periode grower adalah 60-70 % (Medion, 2009). 2.5. Kontrol Bobot Badan Keseragaman ayam diketahui melalui pengontrolan bobot badan ayam (Peraturan Menteri Pertanian, 2011). Kontrol bobot badan pada periode grower dilakukan untuk mendapatkan produksi yang baik. Kontrol bobot badan dilakukan dengan cara penimbangan sampel sebanyak 5-10 % dari jumlah ayam setiap minggu. Rumus untuk menghitung kontrol bobot badan dapat ditulis sebagai berikut :

9 Body Weight (g) = Total bobot badan yangditimbang Jumlah sampel Penimbangan bobot badan dilakukan mulai umur 4 minggu dan ayam yang mempunyai bobot badan dibawah standar dipisahkan dan diberi ransum yang berkualitas dan berkuantitas baik, sedangkan apabila ayam terlalu gemuk maka dilakukan pembatasan pemberian pakan agar bobot badan sesuai dengan standar (Kartasudjana dan Suprijatna, 2006). Standar bobot badan ayam pembibit periode grower dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Standar Bobot Badan Ayam Pebibit Periode Grower Bobot Badan (g) Umur (Minggu) Betina Jantan 6 660 1075 7 760 1215 8 870 1345 9 980 1465 10 1090 1585 Sumber : Hybro Breeder Farm, 2003 Pertambahan bobot badan dipengaruhi oleh suhu lingkungan atau cekaman panas yang mengakibatkan nafsu makan menurun yang berakibat pada pertumbuhan bobot badan ayam. Kontrol bobot badan dilakukan dengan cara culling, yaitu pemisahan ayam yang berkualitas rendah, misalnya terlihat lemah dan tidak lincah, pertumbuhannya lambat (kerdil) dibandingkan dengan yang lainnya, dan ayam yang terluka akibat dipatuk ayam lain (Mulyono dan Raharjdo, 2008).

10 2.6. Konsumsi Pakan Konsumsi pakan adalah jumlah pakan yang dimakan ayam selama masa pemeliharaan untuk memenuhi kebutuhannya. Konsumsi pakan meningkat bila kebutuhan energi belum terpenuhi. Pakan dengan energi tinggi dikonsumsi lebih sedikit dibandingkan dengan pakan dengan kandungan energi rendah. Konsumsi pakan dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut: Konsumsi pakan (g/ekor/minggu) = jumlah pemberian (g) jumlah ayam(ekor) Konsumsi pakan dapat mempengaruhi peningkatan pertambahan bobot badan yaitu semakin tinggi tingkat konsumsi pakan maka tinggi pula pertumbuhan bobot badannya, karena salah satu fungsi pakan dalam tubuh ayam selain untuk kebutuhan hidup pokok juga untuk pertumbuhan. Konsumsi pakan yang tinggi namun pertambahan bobot badan rendah disebabkan karena pakan yang dikonsumsi tidak bisa dicerna dengan baik dan nutrien dalam pakan banyak yang dibuang dalam bentuk feses (Bell dan Weaver, 2002). Tingkat energi menentukan jumlah pakan yang dikonsumsi. Ayam cenderung meningkatkan konsumsinya jika kandungan energi ransum rendah dan sebaliknya konsumsi akan menurun jika kandungan energi ransum meningkat. Konsumsi pakan dipengaruhi oleh suhu, sistem pemberian pakan, frekuensi pakan, kesehatan ayam, kualitas pakan serta sifat genetik dari ayam (Rasyaf, 2008). Standar konsumsi pakan ayam pembibit periode grower menurut (Hybro Breeder Farm, 2003) dapat dilihat pada Tabel 4.

11 Tabel 4. Standar Konsumsi Pakan Ayam Pebibit Periode Grower Konsumsi Pakan (g/ekor/hari) Umur (Minggu) Betina Jantan 6 48 66 7 52 67 8 56 68 9 58 70 10 61 73 Sumber : Hybro Breeder Farm, 2003 2.7. Konversi Pakan Konversi pakan atau feed convertion ratio (FCR) adalah banyaknya pakan yang dihabiskan oleh ayam dalam waktu tertentu. Peternak menghendaki pertumbuhan yang relatif cepat dengan pakan yang lebih sedikit sehingga kemampuan prima ayam akan muncul. Standar konversi pakan ayam pembibit periode grower menurut (Aviagen, 2013) dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Standar Konversi Pakan Ayam Pebibit Periode Grower Sumber : Aviagen, 2013 Umur (Minggu) Konversi Pakan 1-6 1,75-1,81 6-20 2,00-2,15 20-64 2,00-2,50 Tinggi atau rendahnya angka konversi pakan disebabkan oleh banyaknya pakan yang terbuang, kualitas pakan yang jelek, temperatur didalam kandang yang tinggi, kandungan gas amonia didalam kandang tinggi, sering terjadi kebocoran tempat pakan dan ayam sakit (Fadilah, 2013). Konversi ransum yang semakin rendah berarti efisiensi penggunaan ransum semakin tinggi dan

12 sebaliknya semakin tinggi konversi ransum berarti ransum yang dibutuhkan untuk meningkatkan bobot badan persatuan berat menjadi semakin tinggi (Wahju, 1997). Konversi pakan dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut: Konversi pakan = Jumlah pakan yangdikonsumsi (g) Pertambahan bobot badan (g) Konversi pakan akan meningkat sesuai umur ayam. Semakin kecil angka konversi pakan menunjukkan semakin baik efisiensi penggunaan pakan. Bila angka perbandingan kecil berarti kenaikan berat badan memuaskan atau ayam makan tidak terlalu banyak untuk meningkatkan berat badannya (North, 1984). Nilai FCR yang semakin besar dibandingkan dengan standar maka mengindikasikan terjadi pemborosan pakan sebagai akibat tidak maksimalnya manfaat pakan terhadap pertambahan bobot badan ayam. Salah satu faktor yang menyebabkan pemborosan pakan adalah stres. Stres direspon oleh tubuh dengan memobilisasi glukosa untuk diubah menjadi energi dan digunakan untuk menekan stres itu sendiri. Akibatnya, hanya sedikit energi yang diarahkan untuk pertumbuhan bobot badan (Medion, 2009). 2.8. Deplesi Deplesi adalah penyusutan jumlah ayam yang disebabkan oleh dua faktor yaitu kematian dan afkir (culling). Persentase deplesi maksimal adalah ±5 %. Jumlah ayam yang mati dan afkir harus selalu dicatat, karena setiap ada

13 penyusutan dalam jumlah tertentu maka program pakan akan disesuaikan dengan populasi terakhir. Rumus tingkat deplesi (D) dapat ditulis sebagai berikut : Deplesi (%) = Jumlah ayam mati + afkir 100% Populasiawal Pengafkiran karena sakit dan cacat dapat diputuskan berdasarkan pertimbangan resiko dan ekonomi. Pertimbangan resiko didasarkan pada potensi kesembuhan, keparahan penyakit dan seberapa besar resiko yang dihadapi seperti kematian, gangguan pertumbuhan dan penularan pada ayam yang lain. Pertimbangan ekonomi biasanya terkait dengan berkurangnya keuntungan akibat pengeluaran biaya pengobatan dan pakan selama ayam sakit. Hal ini biasa terjadi pada ayam sakit yang sudah mendekati umur panen (Medion, 2009). 2.9. Uniformity (Keseragaman) Pada pemeliharaan ternak berupa pembibitan maupun penggemukan, keseragaman sangat penting artinya, misalnya keseragaman bobot badan bagi bakal indukan ayam pedaging (broiler breeder) maupun indukan petelur (Thamrin, 2013). Keseragaman (uniformity) menjadi ukuran variabilitas ayam dalam suatu populasi. Tingkat keseragaman yang baik (good uniformity) harus mencapai 80 %, karena tingkat keseragaman selama periode starter merupakan dasar awal untuk mencapai keseragaman periode berikutnya (Gustira et al., 2015). Keseragaman yang tinggi menjadi syarat penting agar produksi telur atau hen day production bisa mencapai puncak. Keseragaman ayam yang tidak optimal akan

14 berpengaruh pada waktu mulai berproduksi sangat beragam sehingga puncak produksi sulit dicapai (Medion, 2009). Rumus untuk mengukur uniformity dapat ditulis sebagai berikut : Uniformity (%) = Berat Sampel Masuk Range 100 % Total Number of Birds Kasus ayam dengan bobot badan di bawah standar (slow growth) akan lebih banyak ditemukan pada puncak musim penghujan, puncak musim kemarau, atau pada musim pancaroba yaitu musim pergantian antara musim kemaraupenghujan atau pergantian dari musim penghujan-kemarau (Fadilah, 2013).