BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
STUDI PENETAPAN DAERAH BAHAYA (DANGEROUS AREA) DI PELABUHAN TANJUNG PERAK SURABAYA BERDASARKAN AIS DATA

Analisa Resiko Tubrukan Kapal Tanker Secara Dinamik Pada Alur. Menggunakan Traffic Based Model. Oleh: Andrew Pradana Putra

APLIKASI AUTOMATIC IDENTIFICATION SYSTEM (AIS) UNTUK MENENTUKAN RISK COLLISION KAPAL BERDASARKAN FUZZY INFERENCE SYSTEM

PROPOSAL TUGAS AKHIR (LK 1347)

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

Studi Penentuan Hazard Navigation Map Melalui Implementasi Danger Score Dengan Memanfaatkan Data Automatic Identification System (AIS)

ANALISIS PROFIL RISIKO KAPAL TANKER PADA DAERAH PELAYARAN TERBATAS

THE ANALYSIS OF SAFETY LEVEL OF SHIP NAVIGATION IN MADURA STRAIT BY USING ENVIRONMENTAL STRESS MODEL

K : DIMAS CRISNALDI ERNAND DIMAS

Kata Kunci AIS, Danger Score, GIS, Monitoring Keselamatan Kapal, Shipping Database.

Studi Working Party. a. Deteksi pesan AIS dari satelit b. Penyiaran informasi keamanan dan keselamatan dari dan ke kapal dan pelabuhan

OCKY NOOR HILLALI

KEMENTERIAN PERHUBUNGAN MINISTRY OF TRANSPORTATION DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN LAUT DIRECTORATE GENERAL OF SEA TRANSPORTATION

Analisa Risiko Tubrukan Tanker Secara Dinamik Pada Alur Pelayaran Selat Madura Dengan Menggunakan Traffic Base Model

Abstrak. Kata kunci: Automatic Identification System (AIS), Pergerakan Kapal, GIS (Geographic Information System)

Studi Perancangan Sistem Kendali Lalu Lintas Kapal di Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya Berdasarkan Aplikasi Sistem Pakar

P E N J E L A S A N A T A S PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG KENAVIGASIAN

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BIDANG PERHUBUNGAN. SUB BIDANG SUB SUB BIDANG RINCIAN URUSAN KABUPATEN 1. Perhubungan Darat. 1. Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (LLAJ)

Melaksanakan Urusan Pemerintah di Bidang Perhubungan, Komunikasi dan Informatika berdasarkan azas Otonomi dan Tugas Pembantuan

BAB II JENIS-JENIS KEADAAN DARURAT

AGENDA ITEM Latar Belakang

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 05 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH DI PELABUHAN

BAB I PENDAHULUAN. lautan 38% : 62%, memiliki pulau, dimana 6000 di antaranya telah

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

Laporan Akhir Studi Penyusunan Kebutuhan Norma, Standar, Pedoman, dan Kriteria (NSPK)di Bidang Pelayaran KATA PENGANTAR

No Undang Nomor 17 tahun 2008 tentang Pelayaran, Pasal 369 Undang- Undang Nomor 1 tahun 2009 tentang Penerbangan, dan Undang- Undang Nomor 22

G. URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DI BIDANG PERHUBUNGAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

STATUS REKOMENDASI KESELAMATAN SUB KOMITE INVESTIGASI KECELAKAAN PELAYARAN KOMITE NASIONAL KESELAMATAN TRANSPORTASI. Penerima Receiver.

FINAL KNKT KOMITE NASIONAL KESELAMATAN TRANSPORTASI REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 1992 TENTANG PELAYARAN [LN 1992/98, TLN 3493]

Mochamad Faridz Ristanto Pembimbing Dr. Ir. Achmad Affandi, DEA Michael Ardita, S.T, M.T

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kota Semarang merupakan ibu kota propinsi Jawa Tengah. Kota

DATA KEPADATAN LALU LINTAS KAPAL DI SELAT SINGAPURA DAN PERAIRAN BATAM MENGGUNAKAN DATA AIS (AUTOMATIC IDENTIFICATION SYSTEM)

Analisis Model Pembiayaan Investasi Pengembangan Alur Pelayaran Berbasis Public Private Partnership (Studi Kasus: Sungai Kapuas)

P. BIDANG PERHUBUNGAN SUB BIDANG SUB SUB BIDANG URAIAN

P. BIDANG PERHUBUNGAN SUB BIDANG SUB SUB BIDANG URAIAN

KATA PENGANTAR DAFTAR ISI. Kata Pengantar... i Daftar Isi... ii

KAJIAN TERJADINYA KECELAKAAN KAPAL DI LAUT AKIBAT HUMAN ERROR


PENENTUAN NILAI KETERSEDIAAN (AVAILABILITY) SEBAGAI DASAR EVALUASI DESAIN ACID GAS REMOVAL UNIT

BUPATI LUMAJANG PROVINSI JAWA TIMUR

STUDI PENENTUAN DRAFT DAN LEBAR IDEAL KAPAL TERHADAP ALUR PELAYARAN (Studi Kasus: Alur Pelayaran Barat Surabaya)

TIPE DERMAGA. Dari bentuk bangunannya, dermaga dibagi menjadi dua, yaitu

Tugas Akhir. Kegiatan Bongkar Muat Curah Kering. Pelabuhan Khusus Petrokimia Gresik)

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

Pedoman dan penetapan tata cara penyusunan dan penetapan rencana umum jaringan transportasi jalan.

PEMODELAN SEBARAN TUMPAHAN MINYAK DI ALUR PELAYARAN BARAT SURABAYA

BAB V PENUTUP. 5.1 Kesimpulan. Berdasarkan hasil dari penelitian yang telah dilakukan maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:

DATA INVESTIGASI KECELAKAAN PERKERETAAPIAN TAHUN Sumber: Database KNKT Desember 2013

BUPATI BARITO UTARA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

Pengendalian Kapal-kapal Di Pelabuhan Tanjung Perak Berbasis Logika Fuzzy

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG KENAVIGASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 2001 TENTANG KEPELABUHANAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LANGGAR ATURAN SANKSI MENUNGGU TAHAP II

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG KENAVIGASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

[Standar Pelayanan Minimum KM. Andalus] 1

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan akan jasa angkutan laut semakin lama semakin meningkat, baik

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

C I N I A. Kajian Traffic Separation Scheme di Wilayah Perairan Teluk Bintuni. Abstrak

DATA INVESTIGASI KECELAKAAN PELAYARAN TAHUN (Database KNKT, 25 November 2016) Oleh: Ketua Sub Komite Investigasi Kecelakaan Pelayaran

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 81 TAHUN 2000 TENTANG KENAVIGASIAN

BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 53 TAHUN 2016 TENTANG

PENGEMBANGAN PERANGKAT SIMULASI MARINE TRAFFIC MELALUI INTEGRASI AUTOMATIC IDENTIFICATION SYSTEM (AIS) DAN GEOGRAPHICAL INFORMATION SYSTEM (GIS)

Badan Litbang Perhubungan telah menyusun kegiatan penelitian yang dibiayai dari anggaran pembangunan tahun 2010 sebagai berikut.

Auditorium KNKT, Kementerian Perhubungan 28 Desember Interviewing Techniques in Accident Investigation NTSC In-House Training

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM. 52 TAHUN 2012 TENTANG ALUR-PELAYARAN SUNGAI DAN DANAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2013 TENTANG INVESTIGASI KECELAKAAN TRANSPORTASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia dengan jumlah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Seiring dengan perkembangan dunia yang menuntut kemajuan IPTEK

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. yakni perbandingan terhadap satuan mobil penumpang. Penjelasan tentang jenis. termasuk di dalamnya jeep, sedan dan lain-lain.

BAB 4 ANALISIS PELAKSANAAN PERENCANAAN ALUR PELAYARAN

BAB I PENDAHULUAN. otonomi daerah akan memicu peningkatan ekonomi serta mengembangkan

ANALISIS MANAJEMEN PENGOPERASIAN KAPAL YANG AMAN DI PERAIRAN DANGKAL DAN TERBATAS

PERENCANAAN LAYOUT DAN TIPE DERMAGA PELABUHAN PETI KEMAS TANJUNG SAUH, BATAM

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2013 TENTANG INVESTIGASI KECELAKAAN TRANSPORTASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM. 84 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA INDUK PELABUHAN LINAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Tabel : Kegiatan Arus Barang di Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya/ Activity Flow of Goods at Tanjung Perak Harbour Surabaya 2011( Ton )

RANCANGAN PERATURAN MENTERI TENTANG PENYELENGGARAAN PELABUHAN PENYEBERANGAN MENTERI PERHUBUNGAN,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG KENAVIGASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

SURAT PERINTAH Nomor : KP. 004/ /.STIP-17

Asraf Ali Hamidi JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2013

Pesawat Polonia

FINAL KNKT Laporan Investigasi Kecelakaan Laut

2 Tahun 2009 Nomor 151, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5070); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2010 tentang Kenavigasian (Lemb

ANALISA EVAKUASI PENUMPANG PADA KAPAL RO-RO MENGGUNAKAN DISCRETE EVENT SIMULATION DAN SOCIAL FORCE MODEL

BUPATI PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG KENAVIGASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESENTASI TUGAS AKHIR EVALUASI LOKASI PENGEMBANGAN PELABUHAN TANJUNG PERAK

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 05 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH DI PELABUHAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

DESAIN AKSES OPTIMUM DAN SISTEM EVAKUASI SAAT KONDISI DARURAT PADA KM. SINAR BINTAN. Disusun Oleh: Nuke Maya Ardiana

PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 69 TAHUN 2016 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS PERHUBUNGAN PROVINSI JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. merupakan kekayaan yang luar biasa bagi bangsa Indonesia. 1

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Selat Madura merupakan jalur pelayaran paling padat di wilayah Indonesia timur. Tahun 2010 lalu alur selat Madura dilintasi 30.000 kapal per tahun, sementara pada tahun 2005 baru ada 14.686 kapal per tahun. Padahal, kapasitas daya dukung alur sebanyak 27.000 kapal per tahun, dengan lebar outher channel 100m kedalaman rata-rata 9,5 meter, dan panjang kapal rata-rata 130 meter [kompas, 12/03/2011]. Pemerintah berencana memperdalam dan memperlebar alur pelayaran di Selat Madura. Pasalnya, berulang kali terjadi tabrakan antar kapal. Dengan rencana pembukaan beberapa terminal dan pelabuhan baru, rencana pelebaran dan pengerukan tidak akan berpengaruh secara siknifikan, dikarenakan dapat dipastikan lalu lintas kapal juga akan semakin meningkat sehingga alur itu juga akan makin padat. Banyak laporan kepada pemerintah tentang alur Selat Madura ini. karena inilah akses utama menuju Pelabuhan Tanjung Perak (Surabaya) dan Gresik. Berdasarkan pengamatan, saat menyusuri alur kapal Selat Madura memang tampak kepadatan di alur itu. Parahnya, banyak kapal lego jangkar tepat di alur. Persoalannya, kapal yang parkir itu sangat mengganggu pergerakan kapal memasuki wilayah kerja Pelabuhan Tanjung Perak maupun Gresik. Selain itu, juga rawan kecelakaan. Apalagi, ketika arus di Selat Madura sedang kencang. Dari marine transportation accidents 2003-2008, dengan mengambil sumber dari cetak biru pembangunan perhubungan laut, tabel 1.1, dapat diketahui jumlah kecelakaan di Indonesia termasuk tinggi. Dari kejadian kecelakaan tersebut tidak hanya berakibat pada kerugian materiil saja namun juga merenggut banyak korban nyawa hilang sia-sia. Pada kapal-kapal tua/melewati batas usia yang telah ditentukan, kurangnya alat canggih/modern yang dapat mendeteksi/meminimalkan terjadinya kecelakaan, memaksa operasi kapal tergantung dari kompetensi crew kapal. 1

Tabel 1. 1. Grafik data kecelakaan kapal Indonesia dari tahun 2003-2008 (marine transportation accidents 2003-2008 dari cetak biru pembangunan perhubungan laut) Number of Accidents 180 160 140 120 100 80 60 40 20 0 159 125 138 119 71 79 2003 2004 2005 2006 2007 2008 Year Menurut catatan ILU (Institut of London Underwriter) 95 kapal hilang selama tahun 1995, dan pada tahun 1996 ILU mencatat 1.190 orang meninggal /hilang dilaut. DNV memperkirakan Kerugian finansial mencapai $US 10 Milyar yang diakibatkan kecelakaan kapal. Ada beberapa phenomena kecelakaan antara lain: - Collision/ tubrukan : akibat pertemuan/tubrukan sesama kapal - Contact/ impact : akibat tubrukan antara kapal dan objek lain - Grounding/stranding : akibat mengenai dasar laut/pantai - Foundering/flooding : akibat bukaan dan air masuk - Kerusakan mesin/hull : kerusakan mesin/hull menyebabkan kecelakaan - Kebakaran/ledakan : akibat api/ledakan/keluarnya muatan berbahaya Untuk meningkatkan tingkat keselamatan di laut maka di dalam SOLAS pada chapter IV regulation 19 telah diatur, untuk kapal cargo diatas 300 gross tonnage yang dibangun setelah 1 Juli 2002 atau sebelum 1 juli 2002 tetapi untuk pelayaran internasional dan kapal kargo dengan 500 gross tonnage keatas meskipun tidak untuk pelayaran internasional serta semua kapal penumpang diwajibkan memasang peralatan Automatic Identification System (AIS). Yaitu peralatan pelacakan kapal untuk mengidentifikasi dan menemukan kapal dengan bertukar data secara elektronik dengan kapal lain yang berdekatan dan stasiun VTS. Informasi yang didapat dari AIS berasal dari radar. 2

Database kapal dan kepadatan lalu-lintas pelayaran yang diterima AIS receiver dapat berupa static information (IMO number, nama kapal, call sign, type kapal, dimensi kapal lokasi antena pada kapal) dan Dynamic information. (coordinate universal time/utc, course over ground/cog, speed over ground/ SOG, heading dan navigation status). Pada penyusunan tesis ini, penulis memanfaatkan AIS data, tidak hanya untuk keperluan pengawasan atau mengetahui data dan posisi kapal saja, namun lebih untuk melakukan Risk assessment akibat terjadinya kecelakaan khususnya tubrukan/collision. Untuk mengetahui kondisi/tingkat resiko suatu kapal pada suatu jalur pelayaran. Jika disuatu daerah pelayaran diketahui memiliki probabilitas terjadinya kecelakaan tinggi maka dapat diambil kebijakan untuk meminimalisasi kemungkinan terjadinya kecelakaan, dan apabila terjadi kecelakaan dapat diambil tindakan untuk mengurangi konsekuensi yang ditimbulkan. 1.2 Perumusan Masalah Didalam melakukan analisa sebuah resiko akibat tubrukan kapal maka beberapa hal yang harus dipenuhi antara lain: - Penilaian frekuensi/ probabilitas terjadinya tubrukan (Assessment of collision frequencies) - Penilaian konsekuensi dari Tubrukan (Assessment of collision consequences) - Menghitung resiko akibat tubrukan (Calculation of collision risk) Pada point pertama diatas, frekuensi atau likelihood merupakan kemungkinan atau probabilitas suatu resiko dalam hal ini tubrukan kapal yang akan muncul dalam suatu periode waktu pada suatu jalur pelayaran. Pada point kedua, konsekuensi merupakan suatu akibat dari suatu kejadian, dalam hal ini tubrukan kapal, yang biasa di expresikan sebagai kerugian dari suatu kejadian/ resiko tubrukan kapal. Pada point ketiga, menghitung resiko akibat tubrukan. Resiko merupakan kombinasi dari dua point diatas, probabilitas dan konsekuensi dari tubrukan kapal. Dalam mentukan indek resiko, didalam IMO telah mencantumkan secara 3

sederhana untuk melaksanakan perhitungan/ mengukur indek tingkat resiko. Namun untuk beberapa Kriteria, IMO tidak mencantumkannya secara jelas, oleh karena itu dalam analisa ini dapat digunakan beberapa kriteria dari beberapa regulator untuk menentukan apakah kriteria tersebut bisa diterima/acceptable atau tidak. Selanjutnya, dalam thesis ini akan memodelkan lalu-lintas pergerakan kapal pada daerah dengan tingkat kepadatan pelayaran yang tinggi untuk mengetahui probabilitas tejadinya tubrukan kapal dengan data dari AIS pada situasi kapal berpapasan/head-on, mendahului/overtaking dan bersimpangan/ crossing. Setelah probabilitas tubrukan dari suatu jalur pelayaran dan konsekuensi diketahui maka permasalahan berikutnya adalah menentukan tingkat resiko kapal yang melewati daerah terebut. Batasan masalah pada pengerjaan tugas akhir ini adalah sebagai berikut : - Analisa dilakukan pada daerah yang memiliki kepadatan lalu-lintas kapal dan terjadinya kecelakaan tinggi seperti pada selat Madura. - Analisa dilakukan pada bulan dimana terdapat transportasi laut paling padat selama 1 tahun. - Karakteristik pelayaran dan topologi relative konstan - Kapal yang dianalisa adalah kapal yang terdeteksi dengan AIS. 1.3 Tujuan dan Luaran Yang Diharapkan Secara khusus penulisan ini memiliki beberapa tujuan: - Mengembangkan teknologi yang telah ada untuk tujuan menangani permasalahan keselamatan dilaut. - Menjadikan data yang dihasilkan oleh peralatan AIS dapat diolah untuk mengetahui probabilitas dan resiko terjadinya tubrukan dari kapal yang terdeteksi AIS pada suatu jalur pelayaran. - Mencari metode alternatif yang optimim untuk mendapatkan pengetahuan dalam pencegahan kecelakaan dilaut. 4

Secara umum kegunaan program dari penulisan tesis ini adalah melakukan perhitungan kemungkinan terjadinya kecelakaan di daerah pelayaran, sehingga akan dapat dilakukan risk assessment. Beberapa manfaat dari penulisan penelitian ini adalah: Untuk perusahaan perkapalan / ship owner, hasil analisa dapat dijadikan sebagai alat untuk meningkatkan majemen keselamatan seperti: - Membandingkan probabilitas terjadinya kecelakaan setiap jalur pelayaran yang akan dilalui. - Untuk mengetahui rangking jalur jalur yang memiliki tingkat resiko terjadinya kecelakaan. - Untuk mendukung/membantu ship operator dalam menentukan jalur yang lebih aman. - Untuk meningkatkan manajemen keselamatan berbasis resiko. Untuk pemangku kewenangan/ pemerintah hasil ini diharapkan dapat dijadikan pertimbangan dalam pengambilan keputusan untuk pengembangan suatu daerah pelayaran karena akan dapat dilihat tingkat resiko dari masing-masing jalur pelayaran sehingga dapat ditentukan skala prioritas pembangunan/ pengembangan. 5

Halaman ini sengaja dikosongkan 6