BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Selat Madura merupakan jalur pelayaran paling padat di wilayah Indonesia timur. Tahun 2010 lalu alur selat Madura dilintasi 30.000 kapal per tahun, sementara pada tahun 2005 baru ada 14.686 kapal per tahun. Padahal, kapasitas daya dukung alur sebanyak 27.000 kapal per tahun, dengan lebar outher channel 100m kedalaman rata-rata 9,5 meter, dan panjang kapal rata-rata 130 meter [kompas, 12/03/2011]. Pemerintah berencana memperdalam dan memperlebar alur pelayaran di Selat Madura. Pasalnya, berulang kali terjadi tabrakan antar kapal. Dengan rencana pembukaan beberapa terminal dan pelabuhan baru, rencana pelebaran dan pengerukan tidak akan berpengaruh secara siknifikan, dikarenakan dapat dipastikan lalu lintas kapal juga akan semakin meningkat sehingga alur itu juga akan makin padat. Banyak laporan kepada pemerintah tentang alur Selat Madura ini. karena inilah akses utama menuju Pelabuhan Tanjung Perak (Surabaya) dan Gresik. Berdasarkan pengamatan, saat menyusuri alur kapal Selat Madura memang tampak kepadatan di alur itu. Parahnya, banyak kapal lego jangkar tepat di alur. Persoalannya, kapal yang parkir itu sangat mengganggu pergerakan kapal memasuki wilayah kerja Pelabuhan Tanjung Perak maupun Gresik. Selain itu, juga rawan kecelakaan. Apalagi, ketika arus di Selat Madura sedang kencang. Dari marine transportation accidents 2003-2008, dengan mengambil sumber dari cetak biru pembangunan perhubungan laut, tabel 1.1, dapat diketahui jumlah kecelakaan di Indonesia termasuk tinggi. Dari kejadian kecelakaan tersebut tidak hanya berakibat pada kerugian materiil saja namun juga merenggut banyak korban nyawa hilang sia-sia. Pada kapal-kapal tua/melewati batas usia yang telah ditentukan, kurangnya alat canggih/modern yang dapat mendeteksi/meminimalkan terjadinya kecelakaan, memaksa operasi kapal tergantung dari kompetensi crew kapal. 1
Tabel 1. 1. Grafik data kecelakaan kapal Indonesia dari tahun 2003-2008 (marine transportation accidents 2003-2008 dari cetak biru pembangunan perhubungan laut) Number of Accidents 180 160 140 120 100 80 60 40 20 0 159 125 138 119 71 79 2003 2004 2005 2006 2007 2008 Year Menurut catatan ILU (Institut of London Underwriter) 95 kapal hilang selama tahun 1995, dan pada tahun 1996 ILU mencatat 1.190 orang meninggal /hilang dilaut. DNV memperkirakan Kerugian finansial mencapai $US 10 Milyar yang diakibatkan kecelakaan kapal. Ada beberapa phenomena kecelakaan antara lain: - Collision/ tubrukan : akibat pertemuan/tubrukan sesama kapal - Contact/ impact : akibat tubrukan antara kapal dan objek lain - Grounding/stranding : akibat mengenai dasar laut/pantai - Foundering/flooding : akibat bukaan dan air masuk - Kerusakan mesin/hull : kerusakan mesin/hull menyebabkan kecelakaan - Kebakaran/ledakan : akibat api/ledakan/keluarnya muatan berbahaya Untuk meningkatkan tingkat keselamatan di laut maka di dalam SOLAS pada chapter IV regulation 19 telah diatur, untuk kapal cargo diatas 300 gross tonnage yang dibangun setelah 1 Juli 2002 atau sebelum 1 juli 2002 tetapi untuk pelayaran internasional dan kapal kargo dengan 500 gross tonnage keatas meskipun tidak untuk pelayaran internasional serta semua kapal penumpang diwajibkan memasang peralatan Automatic Identification System (AIS). Yaitu peralatan pelacakan kapal untuk mengidentifikasi dan menemukan kapal dengan bertukar data secara elektronik dengan kapal lain yang berdekatan dan stasiun VTS. Informasi yang didapat dari AIS berasal dari radar. 2
Database kapal dan kepadatan lalu-lintas pelayaran yang diterima AIS receiver dapat berupa static information (IMO number, nama kapal, call sign, type kapal, dimensi kapal lokasi antena pada kapal) dan Dynamic information. (coordinate universal time/utc, course over ground/cog, speed over ground/ SOG, heading dan navigation status). Pada penyusunan tesis ini, penulis memanfaatkan AIS data, tidak hanya untuk keperluan pengawasan atau mengetahui data dan posisi kapal saja, namun lebih untuk melakukan Risk assessment akibat terjadinya kecelakaan khususnya tubrukan/collision. Untuk mengetahui kondisi/tingkat resiko suatu kapal pada suatu jalur pelayaran. Jika disuatu daerah pelayaran diketahui memiliki probabilitas terjadinya kecelakaan tinggi maka dapat diambil kebijakan untuk meminimalisasi kemungkinan terjadinya kecelakaan, dan apabila terjadi kecelakaan dapat diambil tindakan untuk mengurangi konsekuensi yang ditimbulkan. 1.2 Perumusan Masalah Didalam melakukan analisa sebuah resiko akibat tubrukan kapal maka beberapa hal yang harus dipenuhi antara lain: - Penilaian frekuensi/ probabilitas terjadinya tubrukan (Assessment of collision frequencies) - Penilaian konsekuensi dari Tubrukan (Assessment of collision consequences) - Menghitung resiko akibat tubrukan (Calculation of collision risk) Pada point pertama diatas, frekuensi atau likelihood merupakan kemungkinan atau probabilitas suatu resiko dalam hal ini tubrukan kapal yang akan muncul dalam suatu periode waktu pada suatu jalur pelayaran. Pada point kedua, konsekuensi merupakan suatu akibat dari suatu kejadian, dalam hal ini tubrukan kapal, yang biasa di expresikan sebagai kerugian dari suatu kejadian/ resiko tubrukan kapal. Pada point ketiga, menghitung resiko akibat tubrukan. Resiko merupakan kombinasi dari dua point diatas, probabilitas dan konsekuensi dari tubrukan kapal. Dalam mentukan indek resiko, didalam IMO telah mencantumkan secara 3
sederhana untuk melaksanakan perhitungan/ mengukur indek tingkat resiko. Namun untuk beberapa Kriteria, IMO tidak mencantumkannya secara jelas, oleh karena itu dalam analisa ini dapat digunakan beberapa kriteria dari beberapa regulator untuk menentukan apakah kriteria tersebut bisa diterima/acceptable atau tidak. Selanjutnya, dalam thesis ini akan memodelkan lalu-lintas pergerakan kapal pada daerah dengan tingkat kepadatan pelayaran yang tinggi untuk mengetahui probabilitas tejadinya tubrukan kapal dengan data dari AIS pada situasi kapal berpapasan/head-on, mendahului/overtaking dan bersimpangan/ crossing. Setelah probabilitas tubrukan dari suatu jalur pelayaran dan konsekuensi diketahui maka permasalahan berikutnya adalah menentukan tingkat resiko kapal yang melewati daerah terebut. Batasan masalah pada pengerjaan tugas akhir ini adalah sebagai berikut : - Analisa dilakukan pada daerah yang memiliki kepadatan lalu-lintas kapal dan terjadinya kecelakaan tinggi seperti pada selat Madura. - Analisa dilakukan pada bulan dimana terdapat transportasi laut paling padat selama 1 tahun. - Karakteristik pelayaran dan topologi relative konstan - Kapal yang dianalisa adalah kapal yang terdeteksi dengan AIS. 1.3 Tujuan dan Luaran Yang Diharapkan Secara khusus penulisan ini memiliki beberapa tujuan: - Mengembangkan teknologi yang telah ada untuk tujuan menangani permasalahan keselamatan dilaut. - Menjadikan data yang dihasilkan oleh peralatan AIS dapat diolah untuk mengetahui probabilitas dan resiko terjadinya tubrukan dari kapal yang terdeteksi AIS pada suatu jalur pelayaran. - Mencari metode alternatif yang optimim untuk mendapatkan pengetahuan dalam pencegahan kecelakaan dilaut. 4
Secara umum kegunaan program dari penulisan tesis ini adalah melakukan perhitungan kemungkinan terjadinya kecelakaan di daerah pelayaran, sehingga akan dapat dilakukan risk assessment. Beberapa manfaat dari penulisan penelitian ini adalah: Untuk perusahaan perkapalan / ship owner, hasil analisa dapat dijadikan sebagai alat untuk meningkatkan majemen keselamatan seperti: - Membandingkan probabilitas terjadinya kecelakaan setiap jalur pelayaran yang akan dilalui. - Untuk mengetahui rangking jalur jalur yang memiliki tingkat resiko terjadinya kecelakaan. - Untuk mendukung/membantu ship operator dalam menentukan jalur yang lebih aman. - Untuk meningkatkan manajemen keselamatan berbasis resiko. Untuk pemangku kewenangan/ pemerintah hasil ini diharapkan dapat dijadikan pertimbangan dalam pengambilan keputusan untuk pengembangan suatu daerah pelayaran karena akan dapat dilihat tingkat resiko dari masing-masing jalur pelayaran sehingga dapat ditentukan skala prioritas pembangunan/ pengembangan. 5
Halaman ini sengaja dikosongkan 6