PENTINGNYA MELATIH KETERAMPILAN BERPIKIR (THINKING SKILLS) DALAM PEMBELAJARAN IPA SMP

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. perubahan yang memacu pada kemandirian siswa dalam menyelesaikan masalah

BAB I PENDAHULUAN. salah satu komponen penting dalam membentuk manusia yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia yang berkualitas. Yaitu sumber daya yang dapat bersaing dan. menetapkan keputusan dengan daya nalar yang tinggi.

2 Penerapan pembelajaran IPA pada kenyataannya di lapangan masih banyak menggunakan pembelajaran konvensional yaitu pembelajaran yang berpusat pada gu

Integrated Science Worksheet Pembelajaran IPA SMP Dalam Kurikulum 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Savitri Purbaningsih, 2013

II. TINJAUAN PUSTAKA. pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas

BAB I PENDAHULUAN. dan upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA),

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi tantangan-tantangan global. Keterampilan berpikir kritis

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan sains dan teknologi adalah suatu keniscayaan. Fisika adalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. diri setiap individu siswa. Mudah masuknya segala informasi, membuat siswa

II. TINJAUAN PUSTAKA. bahwa untuk menemukan pengetahuan memerlukan suatu keterampilan. mengamati, melakukan eksperimen, menafsirkan data

JURUSAN PENDIDIKAN IPA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2016

II. TINJAUAN PUSTAKA. Teori-teori baru dalam psikologi pendidikan dikelompokkan dalam teori pem-belajaran

TINJAUAN PUSTAKA. sendiri. Belajar dapat diukur dengan melihat perubahan prilaku atau pola pikir

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Model Pembelajaran Problem Based Instruction (PBI)

BAB I PENDAHULUAN. mengatasi tantangan dan persaingan global tersebut. Adanya sumber daya. masyarakat luas, khususnya di dunia pekerjaan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dibutuhkan oleh semua orang. Dengan pendidikan manusia berusaha mengembangkan dirinya sehingga

MENGOPTIMALKAN LEARNING CYCLE UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN DAN PENGAPLIKASIAN KONSEP DALAM PEMBELAJARAN FISIKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. kegiatan belajar yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa

BAB I PENDAHULUAN. knowledge, dan science and interaction with technology and society. Oleh

PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan matematika merupakan salah satu unsur utama dalam. mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Hakikatnya matematika

BAB I PENDAHULUAN. dalam membangun Sumber Daya Manusia (SDM) yang bermutu untuk. mengembangkan potensi diri dan sebagai katalisator bagi terjadinya

Berpikir Kritis (Critical Thinking)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kepada semua peserta didik mulai dari sekolah dasar untuk membekali peserta didik

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sri Asnawati, 2013

BAB I PENDAHULUAN. mewarnai berbagai aspek kehidupan masyarakat secara menyeluruh. Masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional) Pasal 37 menegaskan bahwa mata pelajaran matematika

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sementara Cockroft (dalam Abdurrahman, 2009:253) mengemukakan. bahwa:

II. TINJAUAN PUSTAKA. pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas

2015 MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN LOGIS MATEMATIS SERTA KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA SMP MELALUI LEARNING CYCLE 5E DAN DISCOVERY LEARNING

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu yang mempelajari

BAB I PENDAHULUAN. Upaya peningkatan mutu pendidikan dalam ruang lingkup pendidikan

I. PENDAHULUAN. manusia. Hampir seluruh aspek kehidupan manusia berhubungan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat di era global

BAB I PENDAHULUAN. Kemampuan berpikir kreatif dan komunikasi serta teknologi yang maju

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hesty Marwani Siregar, 2015

BAB II KAJIAN TEORITIS. Kemampuan berpikir tingkat tingi dapat dikembangkan dalam proses

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Herman S. Wattimena,2015

PEMBELAJARAN IPA SMP MENURUT KURIKULUM 2013

BAB I PENDAHULUAN. Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) pada hakekatnya adalah produk,

2015 PENGARUH PENGGUNAAN METODE PROBLEM SOLVING DENGAN TEKNIK MEANS-END ANALYSIS (MEA) TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Seperti yang tercantum dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. terutama dalam mata pelajaran matematika sejauh ini telah mengalami

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan generasi emas, yaitu generasi yang kreatif, inovatif, produktif,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) definisi efektivitas adalah sesuatu

SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN FISIKA 2018

I. PENDAHULUAN. Koballa dan Chiappetta (2010: 105), mendefinisikan IPA sebagai a way of

Mengoptimalkan Lerning Cycle untuk Meningkatkan Pemahaman dan Pengaplikasian Konsep dalam Pembelajarn Fisika

BAB I PENDAHULUAN. tingkat hidup atau penghidupan yang lebih tinggi dalam arti mental. Kemudian

2015 PENGARUH METODE GUIDED DISCOVERY LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF DITINJAU DARI KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA

BAB III METODE PENELITIAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Roni Rodiyana, 2013

I. PENDAHULUAN. Pada era global yang ditandai dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karunia Eka Lestari, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

PENGEMBANGAN INTEGRATED ASSESSMENT UNTUK MENGUKUR KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN KETERAMPILAN BERPIKIR SISWA KELAS VII SMP

PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN BERPIKIR KREATIF SISWA PADA PEMBELAJARAN BIOLOGI

PERAN GURU DALAM MENGEMBANGKAN KREATIVITAS ANAK SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. dapat kita temukan dan juga berbagai bidang ilmu yang telah ada dapat dikembangkan

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran pada satuan pendidikan untuk mencapai standar kompetensi

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Hal tersebut sesuai dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 3

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Oleh karena itu peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan hal yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. membuat manusia terus berpikir di dalam hidupnya. Kemampuan berpikir ini

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Risa Aisyah, 2013

BAB III PEMBAHASAN. pembelajaran yang semakin luas membawa banyak perubahan dalam dunia

KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA KELAS X SMA NEGERI 4 SIDOARJO PADA MATA PELAJARAN BIOLOGI

PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK (LKPD)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nurningsih, 2013

Key Words: creative thinking, open ended problems. Mahasiswa Prodi Pendidikan Matematika FKIP Universitas Jember 41

BAB I PENDAHULUAN. tinggi. Soedjadi (dalam FM Fransiska, 2008:1) mengatakan bahwa: untuk

I. PENDAHULUAN. inovatif. Menyadari bagaimana cara memikirkan pemecahan permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan seorang akan menjadi manusia yang berkualitas. UU No 20 tahun

BAB II HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA POKOK BAHASAN MENGHITUNG LUAS PERSEGI DAN PERSEGI PANJANG DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME

BAB I PENDAHULUAN. kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, prinsipprinsip

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terbuka, artinya setiap orang akan lebih mudah dalam mengakses informasi

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran IPA berdasarkan National Education Standart (Asri

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB III METODE PENELITIAN. Beberapa istilah yang digunakan dalam penelitian ini, memiliki definisi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Maimunah, 2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan

KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIK MAHASISWA MELALUI GUIDED DISCOVERY LEARNING DALAM MENENTUKAN BANYAK SEGI-N BERATURAN

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan tidak dapat berjalan baik, tanpa adanya kerja sama dengan berbagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MELALUI LEMBAR KEGIATAN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (LKPBM) Nining Purwati *

II. TINJAUAN PUSTAKA. diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak dengan tiba-tiba. Pengetahuan

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Metode Pembelajaran Inkuiri Terbimbing (Guided Inquiry)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. diri seseorang. Perubahan sebagai hasil dari proses belajar dapat ditunjukan dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

PENTINGNYA MELATIH KETERAMPILAN BERPIKIR (THINKING SKILLS) DALAM PEMBELAJARAN IPA SMP Putri Anjarsari, S.Si, M.Pd putri_anjarsari@uny.ac.id Pendidikan IPA, FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta Makalah disampaikan dalam PPM Optimalisasi Implementasi Kurikulum 2013 dengan Workshop Pengembangan LKS IPA Berpendekatan Guided-Inquiry untuk Mengembangkan Thinking Skills dan Sikap Ilmiah Siswa Pada Tanggal 23 Agustus 2014 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN IPA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

PENTINGNYA MELATIH KETERAMPILAN BERPIKIR (THINKING SKILLS) DALAM PEMBELAJARAN IPA SMP A. PENDAHULUAN Rasional pengembangan kurikulum 2013 salah satunya adalah adanya tantangan eksternal yang dihadapi dunia pendidikan, yang antara lain berkaitan dengan tantangan masa depan dan kompetensi yang diperlukan masa depan. Tantangan masa depan meliputi globalisasi, masalah lingkungan hidup, perkonomian,dll. Sedangkan kompetensi yang dibutuhkan untuk masa depan beberapa diantaranya adalah kemampuan berkomunikasi, kemampuan berpikir jernih dan kritis, kemampuan mempertimbangkan segi moral dalam permasalahan, dan kemampuan dalam hidup bermasyarakat yang mengglobal. Abad 21 menuntut sumber daya manusia yang berkualitas sehingga mampu bersaing dalam persaingan global. Sumber daya manusia yang berkualitas berasal dari proses pendidikan yang berkualitas juga, dimana dalam proses pendidikan tersebut siswa dibekali dengan keterampilanketerampilan guna memecahkan masalah, mencari alternatif solusi pemecahan masalah, dan berpikir reflektif serta evaluatif. Keterampilanketerampilan tersebut merupakan keterampilan-keterampilan berpikir yang meliputi keterampilan berpikir kritis dan kreatif. Keterampilan berpikir merupakan salah satu kecakapan hidup yang perlu dikembangkan melalui proses pendidikan. Keterampilan berpikir sangat penting untuk membekali siswa bersaing di dunia global. Materi IPA yang mempelajari tentang objek dan fenomena alam merupakan hal yang tidak bisa dipisahkan dari keterampilan berpikir. Hal ini disebabkan karena mempelajari objek dan fenomena alam dapat dipahami melalui proses berpikir kritis dan kreatif. Oleh karena itu, dalam makalah ini dibahas mengenai hakekat ipa, pentingnya keterampilan berpikir, dan pembelajaran keterampilan berpikir melalui pelajaran IPA untuk siswa SMP.

B. PEMBAHASAN 1. HAKEKAT IPA IPA merupakan ilmu pengetahuan tentang alam yang mempelajari objek, fenomena dan proses yang terjadi di alam. IPA berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis. Chiappeta dan Koballa (2010:105) mengemukakan bahwa sains pada hakikatnya merupakan cara atau jalan berpikir (a way of thinking), cara untuk penyelidikan (a way of investigating), kumpulan pengetahuan (a body of knowledge), dan science and its interactions with technology and society. Sementara itu, Carin dan Sund (1970: 2) merumuskan bahwa science, then, has three major elements: attitude, process methodes and products. Beberapa pernyataan tersebut memberikan gambaran bahwa pembelajaran IPA tidak hanya menekankan produk saja, melainkan juga pada proses penemuan dan sikap. Melalui proses penemuan tersebut siswa belajar untuk belajar (learn how to learn) yang merupakan inti dari keterampilan berpikir. Lawson (1995:49) menyatakan bahwa Science is essentially a process of accurately describing nature and attempting to create and test theoretical systems that serve to explain natural phenomena. Jadi, sains/ipa merupakan proses penting untuk mendekripsikan alam secara akurat dan membuat serta menguji sistem teoritis yang menjelaskan fenomena alam. Keterampilan berpikir dan pola penting untuk mendeskripsikan serta menjelaskan fenomena di alam dapat dibagi menjadi 7 katergori keterampilan: 1. Mendeskripsikan alam secara akurat. 2. Merasakan dan menyatakan pertanyaan kausal (sebab akibat) tentang alam. 3. Mengenal, membuat, dan menyatakan hipotesis alternatif dan teori. 4. Membuat prediksi logis. 5. Merencanakan dan melakukan eksperimen untuk menguji hipotesis.

6. Mengumpulkan, mengorganisasikan, menganalisis eksprimen yang relevan dan korelasi data. 7. Membuat kesimpulan yang masuk akal. Beberapa keterampilan (7 keterampilan) yang telah dinyatakan sebelumnya merupakan keterampilan berpikir kritis, beberapa yang lain adalah keterampilan berpikir kreatif, dan ada beberapa yang merupakan keterampilan berpikir kritis dan kreatif. Jadi, dalam belajar IPA yang meliputi mendeskripsikan dan menjelaskan fenomena alam diperlukan keterampilan berpikir. 2. PENTINGNYA KETERAMPILAN BERPIKIR Perkembangan ilmu pengetahuan abad 21 menuntut individu untuk menjadi sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas. Ciri-ciri SDM yang berkualitas adalah mampu mengelola, menggunakan dan mengembangkan keterampilan berpikir. Lawson (2005: 50) mendefinisikan skill (keterampilan) sebagai the ability to do something well atau kemampuan untuk mengerjakan sesuatu dengan baik. Kinerja/performa yang terampil meliputi: knowing what to do (mengetahui apa yang harus dilakukan), when to do it (kap an melakukannya), and how to do it (bagaimana melakukannya). Dengan kata lain, menjadi terampil pada suatu hal meliputi: knowing a set of procedures (mengetahui sekumpulan langkah-langkah/prosedur), dan being proficient at executing those procedures (menjadi ahli untuk mengerjakan langkahlangah/prosedur tersebut). Keterampilan berpikir merupakan keterampilan dalam menggabungkan sikap-sikap, pengetahuan, dan keterampilan-keterampilan yang memungkinkan seseorang untuk dapat membentuk lingkungannya agar lebih efektif. Keterampilan berpikir dapat dibedakan menjadi berpikir kritis dan berpikir kreatif. Keterampilan berpikir kritis adalah keterampilan untuk menganalisis situasi yang kompleks dengan menggunakan objektifitas dan konsistensi sebagai standar. Berpikir kritis berbeda dengan berpikir unreflective, yaitu

mengambil keputusan, menerima suatu pernyataan, membuat keputusan tanpa pertimbangan lebih matang. Berpikir kritis membutuhkan intepretasi dan evaluasi dari suatu pengamatan, komunikasi dan sumber informasi lainnya. Berpikir kritis juga membutuhkan kemampuan dalam membuat asumsi, membuat suatu hubungan, dan dalam mengambil kesimpulan. Ennis dan Norris (Nitko, 1996) membagi komponen kemampuan penguasaan keterampilan menjadi 5 keterampilan, yang selanjutnya disebut keterampilan berpikir kritis, yaitu: 1. Klarifikasi elementer (elementary clarification), meliputi: memfokuskan pertanyaan, menganalisis argumen, bertanya dan menjawab pertanyaan yang membutuhkan penjelasan atau tantangan. 2. Dukungan dasar (basic support), meliputi: mempertimbangkan kredibiltias sumber dan melakukan pertimbangan observasi. 3. Penarikan kesimpulan (inference), meliputi: melakukan dan mempertimbangkan deduksi, melakukan dan mempertimbangkan induksi, melakukan dan mempertimbangkan nilai keputusan. 4. Klarifikasi lanjut (advance clarification), meliputi: mengidentifikasi istilah dan mempertimbangkan definisi, serta mengidentifikasi asumsi. 5. Strategi dan taktik (strategies and tactics), meliputi: menentukan suatu tindakan, berinteraki dengan orang lain. Neuman (1993: 41) menyatakan bahwa creative thinking is a way of generating novel information and unique end products. Berpikir kreatif merupakan cara untuk membangkitkan informasi baru dan menghasilkan produk akhir yang unik. Berpikir kreatif ini ditandai oleh empat sub keterampilan yaitu fluency (keluwesan), flexibility (fleksibel/ide atau objek yang beradaptasi tinggi), originality (ide atau objek yang baru, tidak biasa, atau luar biasa), dan elaboration (ide atau objek yang komplek, dirinci, dan beradab). Berikir kreatif adalah kemampuan untuk menjawab permasalahan berdasarkan data/informasi yang ada dengan berbagai macam alternatif

jawaban. Jawaban yang diberikan menunjukkan orisinalitas, fleksibilitas, fluency, dan elaborasi. Berpikir kreatif akan mudah diwujudkan dalam lingkungan belajar yang secara langsung memberikan peluang bagi siswa untuk berpikir terbuka dan fleksibel tanpa adanya rasa takut atau malu. Sebagai contoh, situasi belajar yang dibentuk harus memfasilitasi terjadinya diskusi, mendorong seseorang untuk mengungkapkan ide atau gagasan. Carin & Sund (1970: 307) mengemukakan untuk menimbulkan kreativitas dalam pembelajaran perlu memperhatikan aspek-aspek sebagai berikut: (1) mengembangkan kepercayaan yang tinggi dan meminimalisir ketakutan; (2) mendorong terjadinya komunikasi secara bebas; (3) mengadakan pembatasan tujuan dan penilaian secara individu oleh siswa; (4) pengendalian tidak terlalu ketat. Insih Wilujeng (2012:5) mendeskrisikan setiap aspek keterampilan berpikir seperti disajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Deskripsi Setiap Keterampilan Berpikir Kreatif Aspek Penurunan ideide Relasi Inferensi Prediksi Generalisasi Visualisasi Sintesis Hipotesis Indikator Menghasilkan atau memberi ide-ide dalam suatu diskusi Membuat hubungan dalam situasi tertentu untuk menentukan struktur atau pola hubungan Menggunakan pengalaman atau pengumpulan data awal untuk menggambarkan kesimpulan dan membuat penjelasan kejadian-kejadian Menyatakan hasil kejadian yang akan datang didasarkan pada pengetahuan awal yang diperoleh melalui pengalaman atau pengumpulan data Membuat kesimpulan umum tentang kelompok yang didasarkan pada pengamatan pengamatan yang dilakukan atau informasi dari sampel-sampel kelompok Mengingat kembali atau membentuk bayangan mental tentang ide, konsep, situasi atau visi tertentu Mengkombinasikan unsur-unsur atau bagian-bagian terpisah untuk membentuk gambar umum dalam variasi bentuk seperti menulis, menggambar atau bukti kebenaran Membuat pernyataan umum pada hubungan antara variabel manipulasi dan variabel respon dalam tujuan untuk menjelaskan benda atau kejadian tertentu. Pernyataan ini dipikirkan dengan benar dan dapat diuji untuk menentukan validitasnya

Membuat Analogi Membuat/Men ciptakan Memahami konsep abstrak atau konsep komplek tertentu dengan menghubungkan konsep itu pada konsep yang lebih sederhana atau lebih konkret dengan karakteristik yang sama Menghasilkan sesuatu yang baru atau mengadaptasi sesuatu yang sudah ada dalam eksistensi untuk mengatasi masalah dalam cara yang sistematis Keterampilan berpikir dapat membantu seseorang memahami bagaimana ia memandang dirinya sendiri, bagaimana memandang dunia, dan bagaimana ia berhubungan dengan orang lain. Melalui keterampilan berpikir, seseorang dapat menganalisis pemikirannya sendiri untuk memastikan bahwa ia telah menentukan pilihan dan menarik kesimpulan dengan tepat. Sebaliknya, orang yang tidak memiliki keterampilan berpikir, maka ia tidak dapat memutuskan apa yang harus dipikirkan, apa yang harus dipercaya, keputusan apa yang perlu diambil, dan bagaimana ia harus berrtindak. Pada akhirnya, orang yang tidak memiliki keterampilan berpikir akan mengadopsi keyakinan dan menerima apapun pendapat orang lain secara pasif tanpa mempertimbangkan terlebih dahulu. 3. PEMBELAJARAN KETERAMPILAN BERPIKIR Proses pembelajaran IPA yang berpusat pada siswa berpotensi melatih dan mengembangkan keterampilan berpikir. Pada proses pembelajaran yang berpusat pada siswa, siswa aktif mengkonstruksi pengetahuannya sendiri berdasarkan pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki, atas bantuan dan bimbingan guru. Guru memberikan kebebasan berpikir dan bertindak kepada siswa dalam memahami pengetahuan dan memecahkan masalah. Peran guru berubah dari sekedar menyampaikan materi pelajaran menjadi mediator dan fasilitator dalam pembelajaran, yaitu melalui penyediaan pengalaman belajar yang merangsang siswa bertanggungjawab membuat rancangan, proses, dan eksperimen, pemberian kegiatan yang merangsang siswa mengekspresikan gagasan dan mengkomunikasikan ide ilmiah mereka, dan penyediaan sarana yang merangsang siswa berpikir secara produktif. Pembelajaran yang berpusat pada siswa juga memungkinkan terjadinya diskusi yang merupakan cara efektif untuk melatih dan

mengembangkan keterampilan berpikir. Hal ini disebabkan karena melalui diskusi, siswa dapat berbagi pendapat, berpikir perspektif, dan mendapatkan pengalaman. Melalui diskusi, siswa juga dapat belajar mempertimbangkan, menolak atau menerima pendapat sendiri atau orang lain. Dari beberapa aspek dan indikator keterampilan berpikir yang telah dibahas sebelumnya, jelas terlihat bahwa keterampilan berpikir dapat dilatih melalui pembelajaran IPA. Sebagai contoh, penurunan ide-ide dimunculkan dengan melibatkan peserta didik pada pertanyaan-pertanyaan terbuka serta kesempatan berdiskusi. Keterampilan relasi dimunculkan dengan memberikan kesempatan peserta didik menganalisis keterhubungan suatu kejadian baik alat maupun proses dengan konsep IPA. Sintesis dapat dimunculkan dengan penugasan yang menjadikan peserta didik membuat kombinasi unsur-unsur materi pembelajaran yang diwujudkan dalam bentuk laporan tertulis atau gambar. Inferensi dimunculkan dengan memberi kesempatan kepada peserta didik untuk membuat kesimpulan dari materimateri dan kegiatan yang telah mereka pelajari dan lakukan. Keterampilan berpikir yang dilatih terus menerus (kontinyu) akan menjadi kebiasaan, sehingga ketika siswa berada dalam suatu permasalahan, maka ia dapat mengambil keputusan secara cepat, tepat, dan efisien. Keterampilan berpikir inilah yang mejadi bekal bagi siswa untuk bersaing dalam era globalisasi. C. PENUTUP Abad 21 yang merupakan abad globalisasi menuntut manusia untuk memiliki keterampilan, salah satunya keterampilan berpikir untuk dapat bertahan dan berkompetisi dalam persaingan global. Pelajaran IPA yang didalamnya terdapat produk berupa konsep, prinsip, hukum, teori, juga terdapat proses penemuan yang dapat mengasah keterampilan berpikir, meliputi keterampilan berpikir kritis dan kreatif. Keterampilan berpikir kritis adalah keterampilan untuk menganalisis situasi yang kompleks dengan menggunakan objektifitas dan konsistensi sebagai standar Sedangkan keterampilan berpikir kreatif adalah kemampuan untuk menjawab

permasalahan berdasarkan data/informasi yang ada dengan berbagai macam alternatif jawaban. Jawaban yang diberikan menunjukkan orisinalitas, fleksibilitas, fluency, dan elaborasi. Berdasarkan kajian-kajian tentang beberapa hasil terkait dengan pentingnya keterampilan berpikir dan pembelajaran IPA kaitannya dengan kurikulum 2013, maka dapat disimpulkan beberapa hal, yaitu: 1. Pembelajaran IPA bertujuan untuk mengasah kemampuan pada aspek kognitif produk dan proses, keterampilan ilmiah yang salah satunya adalah keterampilan berpikir, serta diikuti sikap mulia. 2. Pembelajaran IPA sangat potensial untuk mengasah keterampilan berpikir, sehingga melalui proses penemuan fenomena alam, siswa belajar mengevaluasi, membuat ide-ide baru yang invatif, berpikir dengan cara baru, dan inovatif. 3. Keterampilan berpikir yang dilatih secara kontinyu maka dapat menjadi kebiasaan dan akan memberikan bekal bagi siswa untuk dapat menghadapi tantangan global. 4. Pembelajaran yang berpusat pada siswa berpotensi untuk melatih dan mengembangkan keterampilan berpikir, karena siswa diberikan keleluasaan membangun pengetahuannya sendiri, berdiskusi, bebas mengajukan pendapat serta mengkomunikasikan ide-ide, dan atas bimbingan guru merumuskan kesimpulan. Daftar Pustaka Carin, A. A., & Sund, R.B. (1970). Teaching modern science (3 th ed.). Ohio: A Bell & Howell Company. Chiappetta, E. L. & Koballa, T. R. Jr. (2010). Science instruction in the middle and secondary schoo (7 th ed.). New York: Pearson Education, Inc. Neuman, D.B. (1993). Experiencing elementary science. California: Wadsworth Publishing Company. Nitko, A.J. (1996). Educational Assessment of Student. Englewuood Cliffs: Meril

Lawson, Anton E. (1995). Science Teaching anf The Development of Thinking. Califronia: Wadsworth Publishing Company. Insih Wilujeng. (2012). Core Pedadogi untuk SMP. Yogyakarta:Prodi IPA UNY