BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

dokumen-dokumen yang mirip
DAFTAR PUSTAKA. Farid Harianto dan Siswanto Sudomo (1998, 2), mendefinisikan investasi, Jakarta.

Gambar 2.2 Flow Diagram PLTP Kamojang

KONVERSI ENERGI PANAS BUMI HASBULLAH, MT

BIAYA MODAL/ CAPITAL COST BIAYA TETAP (O & M)

STEAM TURBINE. POWER PLANT 2 X 15 MW PT. Kawasan Industri Dumai

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN ANALISIS

: PT P T PL P N N (P

MAKALAH SEMINAR KERJA PRAKTEK. PROSES SINKRON GENERATOR PADA PEMBANGKIT di PT. GEO DIPA ENERGI UNIT I DIENG

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB III TURBIN UAP PADA PLTU

Prinsip kerja PLTG dapat dijelaskan melalui gambar dibawah ini : Gambar 1.1. Skema PLTG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menggunakan panas bumi (geothermal) sebagai energi penggeraknya. Indonesia

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1. Potensi dan kapasitas terpasang PLTP di Indonesia [1]

JENIS TURBIN. Jenis turbin menurut bentuk blade terdiri dari. Jenis turbin menurut banyaknya silinder. Jenis turbin menurut arah aliran uap

Permasalahan. - Kapasitas terpasang 7,10 MW - Daya mampu 4,92 MW - Beban puncak 31,75 MW - Defisit daya listrik 26,83 MW - BPP sebesar Rp. 1.

BAB II MESIN PENDINGIN. temperaturnya lebih tinggi. Didalan sistem pendinginan dalam menjaga temperatur

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB III APLIKASI TERMODINAMIKA PADA PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA PANAS BUMI

ANALISIS PEMBANGUNAN PLTU MADURA KAPASITAS 2 X 200 MW SEBAGAI PROGRAM MW PT. PLN BAGI PEMENUHAN KEBUTUHAN LISTRIK DI PULAU MADURA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

learning, sharing, meaningful

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Perkembangan Neraca Listrik Domestik Indonesia [2].

BAB III DASAR TEORI SISTEM PLTU

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO KONSENTRASI TEKNIK ELEKTRONIKA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS GUNADARMA

KATA PENGANTAR. untuk segala hal yang dianugerahkan kepada penulis sehingga penulis dapat

Studi Pembangunan PLTU 2x60 MW di Kabupaten Pulang Pisau berkaitan dengan Krisis Energi di Kalimantan Tengah

COOLING SYSTEM ( Sistim Pendinginan )

STUDI PEMBANGUNAN PLTP GUCI 1 X55MW JAWA TENGAH BERDASARKAN ASPEK TEKNIS, EKONOMI, DAN LINGKUNGAN

STUDI PEMBANGUNAN PLTP GUCI 1 X 55 MW JAWA TENGAH BERDASARKAN ASPEK TEKNIS, EKONOMI, DAN LINGKUNGAN.

Session 11 Steam Turbine Protection

Keekonomian Pengembangan PLTP Skala Kecil

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan Negara yang memiliki sumber panas bumi yang sangat

Turbin Uap BOILER. 1 4 konderser

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Oleh: Bayu Permana Indra

Pengoperasian pltu. Simple, Inspiring, Performing,

STUDI PEMBANGUNAN PLTA KOLAKA 2 X 1000 KW UNTUK MEMENUHI KEBUTUHAN LISTRIK DI KABUPATEN KOLAKA SULAWESI TENGGARA

MAKALAH PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA GAS (PLTG)

listrik di beberapa lokasi/wilayah.

BAB I PENDAHULUAN. BAB I Pendahuluan

TUGAS TEKNIK DAN MANAJEMEN PERAWATAN SISTEM PEMELIHARAAN AC CENTRAL

Pratama Akbar Jurusan Teknik Sistem Perkapalan FTK ITS

MODUL POMPA AIR IRIGASI (Irrigation Pump)

BAB 5 DASAR POMPA. pompa

BAB III TEORI DASAR KONDENSOR

III. METODOLOGI PENELITIAN. berdasarkan prosedur yang telah di rencanakan sebelumnya. Dalam pengambilan data

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Kata Pengantar. sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

Satria Duta Ninggar

PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA GAS (PLTG)

Cooling Tower (Menara Pendingin)

BAB II DASAR TEORI. Laporan Tugas Akhir. Gambar 2.1 Schematic Dispenser Air Minum pada Umumnya

PLTU (PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA UAP)

Studi Pembangunan PLTGU Senoro (2 x 120 MW) Dan Pengaruhnya Terhadap Tarif Listrik Regional di Sulawesi Tengah

BAB III METODOLOGI DAN PENGUMPULAN DATA

BAB IV HASIL ANALISA DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi Single Flash System

BAB II LANDASAN TEORI

PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA GAS (PLTG) Prepared by: anonymous

ANALISIS PERUBAHAN TEKANAN VAKUM KONDENSOR TERHADAP KINERJA KONDENSOR DI PLTU TANJUNG JATI B UNIT 1

Gambar 2.21 Ducting AC Sumber : Anonymous 2 : 2013

BAB 3 PROSES-PROSES MESIN KONVERSI ENERGI

Session 13 STEAM TURBINE OPERATION

BAB I PENDAHULUAN. Turbin uap berfungsi untuk mengubah energi panas yang terkandung. menghasilkan putaran (energi mekanik).

BAB III. DESKRIPSI SOLVENT EXTRACTION PILOT PLANT, ALAT PENY ANGRAI DAN BOILER

Apa itu PLTU? Pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) adalah pembangkit yang mengandalkan energi kinetik dari uap untuk menghasilkan energi listrik.

PETUNJUK PRAKTIKUM MESIN KAPAL JURUSAN TEKNIK SISTEM PERKAPALAN MARINE ENGINEERING

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III METODOLOGI STUDI KASUS. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

TURBOCHARGER BEBERAPA CARA UNTUK MENAMBAH TENAGA

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

Sistem Hidrolik. Trainer Agri Group Tier-2

BAB II LANDASAN TEORI. panas. Karena panas yang diperlukan untuk membuat uap air ini didapat dari hasil

LAPORAN TUGAS AKHIR BAB II DASAR TEORI

Tugas khusus Adi Kunchoro

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN PERHITUNGAN SERTA ANALISA

I. PENDAHULUAN. menghasilkan energi listrik. Beberapa pembangkit listrik bertenaga panas

BAB I PENDAHULUAN I.1

SESSION 12 POWER PLANT OPERATION

PENGOPERASIAN COOLING WATER SYSTEM UNTUK PENURUNAN TEMPERATUR MEDIA PENDINGIN EVAPORATOR. Ahmad Nurjana Pusat Teknologi Limbah Radioaktif-BATAN

BAB III SISTEM PLTGU UBP TANJUNG PRIOK

MODUL 3 TEKNIK TENAGA LISTRIK PRODUKSI ENERGI LISTRIK (1)

Aku berbakti pada Bangsaku,,,,karena Negaraku berjasa padaku. Pengertian Turbocharger

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

COOLING WATER SYSTEM

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Prinsip Pembangkit Listrik Tenaga Gas

MODUL V-C PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA GAS UAP (PLTGU)

LUBRICATING SYSTEM. Fungsi Pelumas Pada Engine: 1. Sebagai Pelumas ( Lubricant )

ARTIKEL TUGAS INDUSTRI KIMIA ENERGI TERBARUKAN. Disusun Oleh: GRACE ELIZABETH ID 02

Mekatronika Modul 11 Pneumatik (1)

PEMANFAATAN LIMBAH KAYU (BIOMASSA) UNTUK PEMBANGKIT LISTRIK. PT. Harjohn Timber. Penerima Penghargaan Energi Pratama Tahun 2011 S A R I

STUDI PERENCANAAN PLTP 2X2,5 MW UNTUK KETENAGALISTRIKAN DI LEMBATA NUSA TENGGARA TIMUR

Transkripsi:

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA Pada bab ini dilakukan kegiatan pengumpulan dan pengolahan data yang terkait dengan materi penelitian. Data-data yang terkumpul kemudian diolah untuk mendapatkan hasil yang selanjutnya akan dibahas pada bagian pengolahan data. 4.1. Pengumpulan Data 4.1.1. Sejarah Singkat BPPT Disadari atau tanpa disadari, teknologi ikut memainkan peranan penting baik langsung maupun tidak langsung dalam menyelesaikan permasalahan tersebut. Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), yang didirikan melalui Keppres No. 25 tahun 1978, diberi tugas oleh Presiden sebagai instansi pemerintah untuk melaksanakan pengkajian dan penerapan teknologi sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku. BPPT mempunyai peran yang kuat dalam meningkatkan kemampuan teknologi untuk mendukung pembangunan sektor produksi dan penyediaan kebutuhan dasar manusia, sehingga mampu meningkatkan standar kehidupan, kemandirian bangsa dan daya saing bangsaindonesia. 43

Seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi di dunia yang senantiasa berkembang dengan cepat, maka suatu kebijakan dan strategi perlu dirumuskan untuk mengantisipasi perubahan tersebut. Dalam rangka memasyarakatkan hasil-hasil penelitian, pengkajian dan pengembangan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Kepala BPPT melalui Peraturan Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi No. 170/Kp/KA/BPPT/IV/2006 tentang Organisasi dan Tata Kerja BPPT, menugaskan Pusat Teknologi Konversi dan Konservasi Energi (PTKKE) sebagai unit untuk melaksanakan pengkajian dan penerapan teknologi di bidang teknologi konversi dan konservasi energi. Selanjutnya, dalam melaksanakan tugas PTKKE dibagi dalam tiga bidang, yaitu Bidang Konversi Energi, Bidang Konservasi Energi dan Bidang Rekayasa Sistem. Bidang Konservasi Energi, yang diangkat sebagai lokus penyusunan kertas kerja yang mempunyai tugas melaksanakan pengkajian dan penerapan di bidang teknologi konservasi energi. Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) adalah lembaga pemerintah non-departemen yang berada dibawah koordinasi Kementerian Negara Riset dan Teknologi yang mempunyai tugas melaksanakan tugas pemerintahan di bidang pengkajian dan penerapan teknologi. Proses pembentukan BPPT bermula dari gagasan Mantan Presiden Soeharto kepada Prof Dr. Ing. B.J. Habibie pada tanggal 28-Januari-1974. Dengan surat keputusan no. 76/M/1974 tanggal 5- Januari-1974, Prof Dr. Ing. B.J. Habibie diangkat sebagai penasehat pemerintah dibidang advance teknologi dan teknologi penerbangan yang bertanggung jawab langsung pada presiden dengan membentuk Divisi Teknologi dan Teknologi Penerbangan (ATTP) Pertamina. 44

Melalui surat keputusan Dewan Komisaris Pemerintah Pertamina No.04/Kpts/DR/DU/1975 tanggal 1 April 1976, ATTP diubah menjadi Divisi Advance Teknologi Pertamina. Kemudian diubah menjadi Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi melalui Keputusan Presiden Republik Indonesia No.25 tanggal 21 Agustus 1978. Diperbaharui dengan Surat Keputusan Presiden No.47 tahun 1991. Dengan mengemban Visi dan Misi sebagai berikut : VISI Pusat unggulan teknologi yang mengutamakan kemitraan melalui pemanfaatan hasil rekayasa teknologi secara maksimum. MISI 1. Memacu perekayasaan teknologi untuk meningkatkan daya saing produk industri 2. Memacu perekayasaan teknologi untuk meningkatkan pelayanan publik instansi pemerintah. 3. Memacu perekayasaan teknologi untuk kemandirian bangsa. 4.1.2. Struktur Organisasi 45

Gambar 4. 1 : Struktur Organisasi 46

4.2 Pengolahan Data 4.2.1 Aspek Teknis Lapangan Panas Bumi di Kamojang 4.2.1.1 Manifestasi Panas Bumi di Permukaan Berbeda dengan sistem minyak-gas, adanya suatu sumber daya panasbumi di bawah permukaan sering kali ditunjukan oleh adanya manifestasi panasbumi di permukaan (geothermal surface manifestation), seperti mata air panas, kubang lumpur panas (mud pools), geyser dan manifestasi panasbumi lainnya, dimana beberapa diantaranya, yaitu mata air panas, kolam air panas sering dimanfaatkan oleh masyarakat setempat untuk mandi, berendam, mencuci, masak dll. Manifestasi panasbumi di permukaan diperkirakan terjadi karena adanya perambatan panas dari bawah permukaan atau karena adanya rekahan-rekahan yang memungkinkan fluida panasbumi (uap dan air panas) mengalir ke permukaan. Gambar 4.2 : Manifestasi Permukaan di Lapangan Panasbumi Kamojang Sumber : http://www.bppt.go.id/renew.html 47

4.2.1.2 Struktur Geologi Daerah Panas Bumi 1. Sumur Uap Sumur uap merupakan sumber pemasok utama energi uap yang akan disalurkan ke system PLTP. Adapun sumur uap yang dibuat didasarkan atas adanya lapisan yang mendapatkan energi panas dari magma yang ada pada perut bumi. Magma yang mempunyaitemperatur lebih dari 1200 0 C ini mengalirkan energi panas bumi secara konduksi pada lapisan batuan yang berupa bed rock, diatas lapisan inilah terdapat lapisan yang mngandung air. Selanjutnya, air dalam lapisan tersebut mengambil energi panas dari bed rock secara konveksi dan induksi. Kondisi ini mengakibatkan suhu pada lapisan aquifer yang memberikan kecendrungan untuk bergerak naik, akibat adanya perbedaan berat jenis. Gambar 4.3 : Struktur geologi daerah panas bumi Sumber : http://www.esdm.go.id/renew.html 48

Ada beberapa data penting sumur uap/steam reservoir pada system PLTP, sebagai contoh : DATA-DATA RESERVOIR URAIAN KETERANGAN Area reservoir Potensi 3 MW 14-21 Km Luas area yang telah terbukti * Kapasitas total yang telah terbukti Kapasitas terpasang 200 MW 140 MW Data Fisik Reservoir 23 Suhu Kualitas uap Data Drilling Jumlah sumur Kedalaman sumur 5 245 0 C 96% uap 68 buah 54.000 Kg/J 500-2200 Meter Produksi uap (Standart Completion) Tabel 4.1 : Data sumur uap BPPT 2. Kandungan Kimia dan Kualitas Uap Uap yang dihasilkan PLTP memiliki kandungan kimia dan kualitas uap yang apa adanya, tergantung dengan yang dihasilkan sumur uap. Uap panas bumi Kamojang termasuk salah satu yang memiliki kualitas uap yang terbaik di dunia. 49

Walaupun demikian, uap tersebut harus dianalisis kembali oleh pihak PLTP Kamojang. Analisis ini dilakukan setiap seminggu sekali dengan tujuan memonitor kualitas uap yang akan dijadikan fluida kerja sebelum masuk ke system PLTP Kamojang. Ada beberapa cara yang biasa dilakukan untuk mengantisipasi hal tersebut. Salah satu cara yang digunakan untuk mengurangi lumpur dan material padat lainnya, yakni dilakukan oleh BPPT Kamojang sebagai instansi pengelola sumur, uap yang keluar dari sumur harus di blow off tegak lurus selama selang waktu tertentu, sehingga lumpur dan material lainnya tidak terbawa karena perbedaan berat jenis. 3. Sistem Distribusi Transmisi Uap Dari BPPT sebagai pemasok, uap yang akan digunakan oleh PLTP Kamojang disalurkan melalui empat pipa yang langsung dipasang pada steam receving header. Pipa tersebut mempunyai diameter antara 600-1000 mm. Pipa - pipa tersebut ditempatkan di atas permukaan tanah, tidak di dalam tanah. Hal ini ditujukan untuk mempermudah pengecekan apabila terjadi kebocoran pada pipa - pipa tersebut. Gambar 4.4 : Pipa Saluran Uap BPPT 50

Dua lapangan yang telah terbukti termasuk kedalam sistem dominasi uap yaitu lapangan Kamojang dan Darajat yang keduanya terletak di Pulau Jawa. Kedua lapangan ini dicirikan oleh temperatur reservoir 230 0 C sampai 246 0 C (Kamojang) dan antara 230 0 C sampai 250 0 C (Darajat) dengan kedalaman puncak reservoir panas bumi Kamojang rata-rata berkisar antara 800 m sampai 1200 m dan sekitar 700 m sampai 1000 m untuk lapangan Darajat. Tabel 4.2 : Skema Distribusi Uap Kamojang BPPT BPPT Uap PLN Listrik Konsumen Eksplorasi s.d PLTP Pengembanagan Transmisi Lapangan Uap Distribusi Listrik 4.2.1.3 Sistem Pembangkit PLTP Gambar 4.5 : Flow Diagram PLTP Sumber : PT. PLN,2010, Jakarta 51

Sistem pembangkitan PLTP kamojang merupakan system pembangkitan yang memanfaatkan tenaga panas bumi yang berupa uap. Uap tersebut diperoleh dari sumur - sumur produksi yang dibuat oleh BPPT. Uap dari sumur produksi mula - mula dialirkan ke steam receivingheader, yang berfungsi menjamin pasokan uap tidak mengalami gangguan meskipun terjadi perubahan pasokan dari sumur produksi. Selanjutnya melalui flow meter, uap tersebut dialirkan ke Unit 1, Unit 2, dan Unit 3 melalui pipa - pipa. Uap tersebut dialirkan ke separator untuk memisahkan zat - zat padat, silica, dan bintik - bintik air yang terbawa di dalamnya. Hal ini dilakukan untuk menghindari terjadinya vibrasi, erosi dan pembentukkan kerak pada turbine. Uap yang telah melewati separator tersebut kemudian dialirkan ke demister yang berfungsi sebagai pemisah akhir. Uap yang telah bersih itu kemudian dialirkan melalui main steam valve (MSV ) - governor valve menuju ke turbin. Di dalam turbin, uap tersebut berfungsi untuk memutar double flow condensing yang dikopel dengan generator, pada kecepatan 3000 rpm. Proses ini menghasilkan energi listrik dengan arus 3 fasa, frekuensi 50 Hz, dengan tegangan 11,8 KV. Melalui transformer step- up, arus listrik dinaikkan tegangannya hingga 150 KV, selanjutnya dihubungkan secara parallel dengan system penyaluran Jawa - Bali (interkoneksi). Agar turbin bekerja secara efisien, maka exhaust steam / uap bekas yang keluar dari turbin harus dalam kondisi vakum, dengan mengkondensasikan uap dalam kondensor kontak langsung yang dipasang di bawah turbin. Untuk menjaga kepakuman kondenseor, gas yang tak terkondensi harus dikeluarkan secara kontinyu oleh system ekstraksi gas. Gas-gas ini mengandung : CO 2 85-90% H 2 S 3,5% dan sisanya adalah N 2 dan gas - gas lainnya. Disini system ekstaksi gas terdiri atas first-stage dan second-stage ejector. Gas-gas yang tidak dapat dikondensasikan, dihisap oleh steam ejector tingkat 2 untuk diteruskan keafter 52

condensor, dimana gas-gas tersebut kemudian kembali disiram oleh air yang dipompakan oleh primary pump. Gas-gas yang dapat dikondensasikan dikembalikan kekondensor, sedangkan sisa gas yang tidak dapat dikondensasikan di buang ke udara. Exhaust steam dari turbin masuk dari sisi atas kondensor, kemudian terkondensasi sebagai akibat penyerapan panas oleh air pendingin yang diinjeksikan lewat spray-nozzle. Level kondensat selalu dijaga dalam kondisi normal oleh dua buah main cooling water pump (MCWP) lalu didinginkan dalam cooling water sebelum disirkulasikan kembali. Air yang dipompakan oleh MCWP dijatuhkan dari bagian atas menara pendingin yang disebut kolam air panas menara pendingin. Menara pendingin berfungsi sebagai heatex changer (penukar kalor) yang besar, sehingga mengalami pertukaran kalor dengan udara bebas. Air dari menara pendingin yang dijatuhkan tersebut mengalami penurunan temperature dan tekanan ketika sampai di bawah, yang disebut kolam air dingin (cold basin). Air dalam kolam air dingin ini dialirkan ke dalam kondensor untuk mendinginkan uap bekas memutar turbin dan kelebihannya (over flow) diinjeksikan kembali kedalam sumur yang tidak produktif, diharapkan sebagai air pengisi atau penambah dalam reservoir, sedangkan sebagian lagi dipompakan oleh primary pump, yang kemudian dialirkan kedalam inter condensor dan after condenser. Untuk mendinginkan uap yang tidak terkondensasi (noncondensable gas). Sytem pendingin di PLTP Kamojang merupakan system pendingin dengan sirkulasi tertutup dari air hasil kondensasi uap, dimana kelebihan kondensat yang terjadi direinjeksi ke dalam sumur reinjeksi. Prinsip penyerapan energi panas dari air yang disirkulasikan adalah dengan mengalirkan udara pendingin secara paksa dengan arah aliran tegak lurus, menggunakan 5 fancooling tower. Sekitar 70% uap yang terkondensasi akan hilang karena penguapan dalam cooling tower, sedangkan sisanya diinjeksikan kembali ke dalam reservoir. 53

Reinjeksi dilakukan untuk mengurangi pengaruh pencemaran lingkungan, mengurangi ground subcidence, menjaga tekanan, serta recharge water bagi reservoir. Aliran air dari cold basin ke kondensor disirkulasikan lagi oleh primary pump sebagai media pendingin untuk inter cooler dan melalui after dan inter condensor untuk mengkondensasikan uap yang tidak terkondensasi dikondensor, air kondensat kemudian dimasukkan kembali ke dalam kondensor. 4.2.1.4 Perangkat Utama PLTP Bagian-bagian utama dari Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi Unit Bisnis Pembangkitan adalah : 1. Steam Receiving Header Merupakan suatu tabung yamg berdiameter 1800 mm dan panjang 19.500 mm yang berfungsi sebagai pengumpul uap sementara dari beberapa sumur produksi sebelum didistribusikan ke turbin. Dengan adanya steam receiving header ini maja pasokan uap tidak akan mengalami gangguan meskipun terdapat perubahan pasokan uap dari sumur produksi Gambar 4.6 : Steam Receiving Header 54

2. Vent structure Merupakan bangunan pelepas uap dengan peredam suara. Vent structure terbuat dari beton bertulang berbentuk bak persegi panjang, bagian bawahnya disekat dan bagian atasnya diberi tumpukan batu agar pada saat pelepasan uap ke udara tidak mencemari lingkungan. Dengan menggunakan nozzle diffuser maka getaran dan kebisingan dapat diredam. Pengoperasian vent structure dapat dioperasikan dengan cara manual ataupun otomatis (system remote) yang dapat dilakukan dari panel ruangan kontrol (control room). Adapun fungsi dari vent structure adalah sebagai berikut : Sebagai pengatur tekanan (agar tekanan uap masuk turbin selalu konstan). Sebagai pengaman yang akan membuang uap bilaterjadi tekanan lebih di steam receivingheader. Membuang kelebihan uap jika terjadi penurunan beban atau unit stop Gambar 4.7 : Vent structure (BPPT,2011) 3. Separator Separator adalah suatu alat yang berfungsi sebagai pemisah zat - zat padat, silica, bintik - bintik air, dan zat lain yang bercampur dengan uap yang masuk ke dalam 55

separator. Kemudian kotoran dan zat lain yang terkandung dalam uap yang masuk kedalam separator akan terpisah. Uap yang masuk separator akan berputar akibat adanya perbedaan berat jenis, maka kondensat dan partikel - partikel padat yang ada dalam aliran uap akan terpisah dan jatuh ke bawah dan ditampung dalam dust collector sampai mencapai maksimum atau sampai waktu yang telah ditentukan. Sedangkan uap yang lebih bersih akan keluar melalui pipa bagian atas dari separator. Kotoran yang ada dalam dust collector di drain secara berkala baik otomatis ataupun manual. Hal ini dilakukan untuk menghindari terjadinya korosi, erosi dan pembentukan kerak pada turbin. Tabel 4.3 Data - data separator BPPT Code ASME Sect. VII dev. 1 Desain tekanan Desain temperatur Pabrik 1.0 Mpa 205 0 C Burges Miure Co.Ltd Gambar 4.8 : Separator 56

4. Deminster Demister adalah sebuah alat yang berbentuk tabung silinder yang berukuran 14.5 m 3 didalamnya terdapat kisi - kisi baja yang berfungsi untuk mengeliminasi butir - butir air yang terbawa oleh uap dari sumur - sumur panas bumi. Di bagian bawahnya terdapat kerucut yang berfungsi untuk menangkap air dan partikel - partikel padat lainnya yang lolos dari separator, sehingga uap yang akan dikirim ke turbin merupakan uap yang benar - benar uap yang kering dan bersih. Karena jika uap yang masuk ke turbin tidak kering dan kotor, akan menyebabkan terjadinya vibrasi, erosi dan pembentukkan kerak pada turbin. Uap bersih akan masuk ke saluran keluar yang sebelumnya melewati saringan terlebih dahulu dan untuk selanjutnya diteruskan ke turbin. Demister ini dipasang pada jalur uap utama setelah alat pemisah akhir (final separator) yang ditempatkan pada bangunan rangka besi yang sangat kokoh dan terletak di luar gedung pembangkit. Gambar 4.9 : Deminster 5. Turbin Hampir di semua pusat pembangkit tenaga listrik memilii turbin sebagai penghasil gerakkan mekanik yang akan diubah menjadi energi listrik melalui generator. 57

Turbin yang digunakan disesuaikan dengan keadaan dimana turbin tersebut digunakan. Pada system PLTP Kamojang mempergunakan turbin jenis silinder tunggal dua aliran (single cylinder double flow) yang merupakan kombinasi dari turbin aksi (impuls) dan reaksi. Yang membedakan antara turbinaksi dan reaksi adalah pada proses ekspansi dari uapnya. Turbin di PLTP Kamojang dilengkapi dengan peralatan Bantu lainnya, yaitu: Turbin Valve yang terdiri dari Main Steam Valve (MSV) dan Governor Valve, yang berfungsi untuk mengatur jumlah aliran uap yang masuk ke turbin. Turning Gear (Barring Gear) yang berfungsi untuk memutar poros turbin pada saat unit dalam kondisi stop atau pada saat pemanasan sebelum turbin start agar tidak terjadi distorsi pada poros akibat pemanasan / pendinginan yang tidak merata. Peralatan pengaman, yang berfungsi untuk mengamankan bagian-bagian peralatan yang terdapat dalam turbin jika terjadi gangguan atau pun kerusakan operasi pada turbin. Peralatan pengaman tersebut adalah Eccentricity, Differential Expansion, tekanan minyak bantalan aksial, vibrasi bantalan, temperature metal bantalan, temperature minyak keluar bantalan, over speed, emergency hand trip. Adapun data teknis atau spesifikasi turbin yang digunakan di PLTP Kamojang adalah sebagai berikut : 58

Tabel 4.4 : Data spesifikasi turbin PLTP BPPT URAIAN UNIT KAMOJANG UNIT 1 UNIT 2 & 3 Mitsubishi Mitsubishi Pabrik pembuatan Heavy Heavy Industri. Industri. Ltd Ltd Tipe Double Flow, 5 stage Condensing Turbin Double Flow, 5 stage Condensing Turbin Kapasitas MW 3 3 Tekanan Uap Masuk Bar 6.5 6.5 Tekanan Uap Keluar Bar 0.1 0.1 Temperatur Uap 0 C 161.9 161.9 Rotasi Rpm 3000 3000 Flow Uap Kg/J 240.000 388.300 Gambar 4. 10 : Rotor Turbin (BPPT,2011) 59

6. Generator Generator adalah sebuah alat yang berfungsi untuk merubah energi mekanik putaran poros turbin menjadi energi listrik. PLTP kamojang mempergunakan generator jenis hubung langsung dan didinginkan dengan air, memiliki 2 kutub, 3 fasa, 50 Hz dengan putaran 3000 rpm. System penguatan yang digunakan adalah rotating brushless type AC dengan rectifier, sedangkan tegangannya diatur dengan automatic voltage regulator ( AVR ). Generator akan menghasilkan energi listrik bolak balik sebesar 11,8 kv ketika turbin yang berputar dengan putaran 3000 rpm mengkopel terhadap generator. Perputaran pada generator tersebut akan menghasilkan perpotongan gaya gerak magnet yang menghasilkan energi listrik. Adapun data teknis atau spesifikasi dari generator yang digunakan di PLTP Kamojang adalah sebagai berikut : Tabel 4.5 : Data teknis dari generator PLTP BPPT KAMOJANG URAIAN UNIT UNIT 1 UNIT 2 & 3 Pabrik pembuatan Mitsubishi Electric Corp Mitsubishi Electrick Corp Phase 3 3 Frekuensi Hz 50 50 Tegangan Pada Terminal Volt 11.800 11.800 Rotasi Rpm 3000 3000 Arus Pada Beban Nominal Rpm 1835 3364 Kapasitas KVA 37.500 68.750 60

Gambar 4.11 : Generator 7. Trafo utama (main transformer) Trafo utama yang digunakan adalah type ONAN dengan tegangan 11,8 KV pada sisi primer dan 150 KV pada sisi sekunder. Tegangan output generator 11,8 KV ini kemudian dinaikkan ( stepup trafo ) menjadi 150 KV dan dihubungkan secara parallel dengan system Jawa - Bali. Kapasitas dari trafo utama adalah 70.000 KVA. Gambar 4.12 : Trafo Utama 8. Switch yard Switch yard adalah perangkat yang berfungsi sebagai pemutus dan penghubung aliran listrik yang berada di wilayah PLTP maupun aliran yang akan di distribusikan melalui systeminter koneksi Jawa - Bali. 61

Gambar 4.13 : Switch Yard 9. Kondensor Kondensor adalah suatu alat untuk mengkondensasikan uap bekas dari turbin dengan kondisi tekanan yang hampa.. Uap bekas dari turbin masuk dari sisi atas kondensor, kemudian mengalami kondensasi sebagai akibat penyerapan panas oleh air pendingin yang diinjeksikan melalui spray nozzle. Pada saat sedang operasi normal, tekanan dalam kondensor adalah 0,133 bar, dan kebutuhan air pendingin adalah 11.800 m 3 /jam. PLTP Kamojang menggunakan kondensor kontak langsung yang dipasang dibawah turbin, karena kondensor kontak langsung memiliki efisiensi perpindahan panas yang jauh lebih besar dari pada kondensor permukaan, sehingga ukuran dan biaya investasinya juga lebih kecil. Pemakaian kondensor ini sangat cocok karena pembangkit listrik tenaga panas bumi memiliki siklus terbuka sehingga tidak diperlukan system pengambilan kembali kondensat seperti yang dilakukan oleh PLTU konvesional 62

Gambar 4. 14 : Kondensor 10. Main Cooling Water Pump (MCWP) Main cooling water pump ( MCWP ) adalah pompa pendingin utama yang berfungsi untuk memompakan air kondensat dari kondensor ke cooling tower untuk kemudian didinginkan. Jenis pompa yang digunakan di PLTP Kamojang adalah Vertical Barriel type 1 Stage Double Suction Centrifugal Pamp, dengan jumlah dua buah pompa untuk setiap unit. Gambar 4. 15 : Main Cooling Water Pump (MCWP) 63

11. Colling tower Cooling tower (menara pendingin) yang terpasang di PLTP Kamojang merupakan bangunan yang terbuat dari kayu yang telah diawetkan sehingga tahan air. Terdiri dari 3 ruang dan 3 kipas untuk unit 1, sedangkan untuk unit 2 dan 3 terdiri dari 5 ruang dengan 5 kipas hisappaksa. Jenis yang digunakan adalah Mechanical Draught Crossflow Tower. Air yang dipompakan dari kondensor didistribusikan kedalam bak (Hot Water Basin) yang terdapat di bagian atas cooling tower. Bak tesebut juga dilengkapi dengan noozle yang berfungsi untuk memancakan air sehingga menjadi butiran butiran halus dan didinginkan dengan cara kontak langsung dengan udara pendingin. Setelah terjadi proses pendinginan, air akan turun karena gaya gravitasi untuk seterusnya menuju bak penampung air (Cool Water Basin) yang terdapat di bagian bawah dari cooling tower dan seterusnya dialirkan ke kondensor yang sebelumnya melewati 4 buah screen untuk menyaring kotoran - kotoran yang terdapat dalam air. Aliran udara yang melewati tiap ruang pendingin dihisap ke atas dengan kipas hisap paksa tipe aksial. Setiap kipas digerakkan oleh motor listrik induksi dengan perantaraan gigi reduksi (Reduction Gear ). Cooling tower dilengkapi dengan sistem pembasah (Wetting PumpSystem) yang gunanya untuk memompakan air dari cool water basin dan disemprotkan kesemua bagian dari cooling tower. 64

Gambar 4.16 : Colling tower 4.2.1.5 Sistem Pemeliharaan Mesin PLTP Mesin adalah suatu rangkaian yang dirangkai menjadi satu kesatuan dalam suatu system untuk mengerjakan suatu program atau kerja. Penggunaan mesin ini sangat luas cakupannya terutama dalam bidang perindustrtian. Karena cakupannya yang luas tersebut maka mesin dikategorikan menjadi beberapa bagian, seperti mesin perkakas, tools, mesin alat berat, otomotif, mesin produksi, dan sebagainya. Untuk itu konstruksi mesin dibuat pula berdasarkan aplikasi, factor factor intern dan ekstern seperti pengaruh gaya, beban, bahan, kondisi lingkungan, pemakaian, fluida kerja, dan lain sebagainya. Sumber : http://www.bppt.go.id/renew.html Dalam hal ini, dengan karakteristik dari panas bumi yang tersedia secara kontinyu (tidak terpengaruh oleh pergantian musim) maka memacu perangkat konversi (khususnya mesin) untuk bekerja non stop dengan performa maksimal. Fenomena yang timbul pada system yang telah beroperasi lama dan terus 65

menerus adalah terjadinya penurunan efesiensi pada seluruh perangkat system pembangkit. Untuk menjaga agar perangkat pada system tetap memiliki efesiensi yang tinggi serta perangkat memilki umur operasi yang lama maka dilakukan penanganan khusus baik melalui tekhnik pemeliharaan, pelumasan, serta tekhnik pengoperasian yang procedural. Tekhnik pemeliharaan yang dilakukan di PT. INDONESIA POWER UBP Kamojang ada 4 macam, diantaranya Preventif, Periodik, Prediktif, dan Korektif. 1. Pemeliharaan Preventif Pemeliharaan yang dilakukan secara rutin yang sifatnya kontinyu. 2. Pemeliharaan Periodik Pemeliharaan yang disesuaikan dengan jam operasi perangkat kerja guna penggantian pelumas dan penggantian spare part. Dan tekhnik pemeliharaan terumit dan beresiko adalah overhaul. Yaitu pemeliharaan perangkat utama yang dilakukan kurang lebih 12 bulanan atau 8000 jam kerja turbin. Pada saat dilakukan overhaul, semua perangkat baik itu perangkat bantu maupun perangkat utama dalam satu unit pembangkitan dilakukan pemeliharaan. Inti dari overhaul adalah pemeriksaan dan pemeliharaan perangkat utama maupun perangkat bantu dan dilakukan penggantian bila perlu. 3. Pemeliharaan Prediktif Pemeliharaan yang dilakukan berupa pengujian perangkat untuk menganalisis kinerja alat sehingga umur alat bias diprediksi serta dapat dilakukan pemeliharaan dan penggantian alat sebelum alat itu rusak total dan tidak berfungsi. 66

4. Pemeliharaan Korektif Proses penggantian suatu perangkat saat perangkat itu rusak. Proses pemeliharaan ini diminimalisir dengan mengintefsikan proses pemeliharaan prediktif agar tidak terjadi kerusakan yang beruntun. 67

NO JENIS PEMELIHARAAN PEMERIKSAAN 1 RECEIVING HEADER Kebersihan lokasi, kelainan suara, bocoran uap. Line uap, penunjukan vibrasi, penunjukan suhu bantalan, kekencangan baut, kondisi 2 SEPARATOR support pipa, keutuhan pondasi, kebersihan dan tanda-tanda korosi. Line uap, suara, kekencangan baut, kondisi support pipa, keutuhan pondasi, kebersihan dan 3 DEMISTER tanda-tanda korosi. Line air, uap, pelumas, unjukan suara, vibrasi, suhu bantalan, kekencangan baut, kondisi 4 MAIN STOP VALVE (MSV) fleks join, kondisi support pipa, kebersihan dan tanda-tanda korosi. Line uap, pelumas, ujukan suara, vibrasi, suhu bantalan, kekencangan baut, kondisi fleks 5 GOVERNORE VALVE join, kondisi support pipa, kebersihan dan tanda-tanda korosi. Kebersihan turbin dan lokasi, kelainan suara, vibrasi, bocoran oli dan uap, serta tanda-tanda 6 TURBIN korosi. 7 EJECTOR Line uap, udara, kelainan suara, kekencangan baut, line pelumas, vibrasi, penunjukan level 68

pelumas, kopling, support pipa, keutuhan pondasi, kebersihan. Line air, uap, kelainan suara, kekencangan baut, support pipa, keutuhan pondasi, 8 AFTER CONDENSOR kebersihan dan tanda-tanda korosi. Line air, uap, kelainan suara, kekencangan baut, support pipa, keutuhan pondasi, 9 INTER CONDENSOR kebersihan dan tanda-tanda korosi. 10 PRIMARY PUMP Kebersihan pompa, kelainan suara, vibrasi, bocoran air dan oli, kekencangan baut. 11 SECONDARY PUMP Kebersihan pompa, kelainan suara, vibrasi, bocoran air dan oli, kekencangan baut. 12 MAIN COOLING WATER PUMP (MCWP) Kebersihan lokasi dan pompa, kelainan suara, vibrasi, bocoran line air. Line uap, udara, kelainan suara, kekencangan baut, line pelumas, vibrasi, penunjukan level 13 CONDENSOR pelumas, kopling, support pipa, keutuhan pondasi, kebersihan dan tanda korosi. Kebersihan hot basin, kebersihan nozzle, kelainan suara, bocoran air, oli, pemeriksaan level 14 COOLING TOWER oli. 69

Line uap, pelumas, air, kelainan suara, kekencangan baut, penunjukan suhu bantalan, pelumas katup, penunjukan level pelumas, kopling, support pipa, keutuhan pondasi, 15 FAN COOLING TOWER kebersihan dan tanda korosi. Line udara, pelumas, air, kelainan suara, kekencangan baut, penunjukan suhu bantalan, penunjukan level pelumas, kopling, support pipa, keutuhan pondasi, kebersihan dan tanda 16 INTER COOLER korosi. Line air, pelumas, udara, penunjukan suara, vibrasi, kekencangan baut, penunjukan level 17 LUBE OIL COOLER pelumas, kopling, kondisi support pipa, keutuhan pondasi, kebersihan dan tanda korosi. TabeL 4.6 : Data Perawatan mesin PLTP Sumber : http://www.bppt.go.id/renew.html 70

4.2.2 Analisa Keekonomian Harga Listrik Lapangan Panas Bumi Pada lapangan panas bumi di Kamojang terdapat beberapa kapasitas yang biasa digunakan sebagai pemasok tenaga listrik. Dalam studi kasus ini saya menggunakan kapasitas pembangkit 3 MW. Pada dasarnya perhitungan harga listrik untuk masing-masing kapasitas mempunyai pola yang sama. Yaitu dengan memeperhitungkan indicator keekonomian seperti Net Present Value (NPV), dan Internal Rate Of Return (IRR). Berikut adalah data keekonomian dari PLTP 3 MW di Kamojang. Tabel 4.7 Data keekonomian PLTP kapasitas 3 MW (BPPT, 2011) Item Unit Value Keterangan Installed Capacity kw 3,000 Data Life time years 30 Assumption Capacity factor % 100% Assumption Effisiensi % 38% Assumption Specific Steam Consumption kg/kwh 8.20 Data Specific Steam Consumption ton/mwh 8.20 Calculation Steam Consumption ton/a 200,588 Calculation Steam Consumption ton/hr 24.60 Calculation Plant Derating % / year 0.5% Assumption Total Operating Time hours/a 8,154 Calculation Electricity production kwh/annum 24,462,000 Calculation Electricity own use 8% Assumption Electricity own use kwh/a 1,956,960 Calculation 71

Electricity sales to PLN kwh/a 22,505,040 Calculation Cost of Steam US$/ton 4.00-8.00 Assumption Cost of Steam Cent $/kwh 3.20-6.40 Calculation Annual increase of the steam cost % 2% Ulubelu Capital Cost (DIPA) Milyar Rp 55 DIPA US$/kW 1,930 Calculation Capital Cost (1.500-2.500) US$/kW 1300-2300 Assumption Kebutuhan Dana Equity for Capital Cost 30% Assumption Loan for Capital Cost 70% Assumption Construction time years 15 Assumption Spread of payment first year 30% Assumption Spread of payment second year 70% Assumption Spread of payment third year 0% Assumption Planned outage rate days/a 7 Assumption Force outage 5% Assumption Availability 93% Calculation Fixed O & M US$/kW/a 7.80 Ref Markal Variable O & M US$/GJ 0.90 Ref Markal US$/kWh 0.0032 Calculation O & M Cost min Cent $/kwh 0.45 Ref REPP US$/MWh 4.50 O & M Cost max Cent $/kwh 0.70 Ref REPP US$/MWh 7.00 Minimum electricity price for sale Cent $/kwh 9.70 Assumption US$/kWh 0.097 US$/MWh 97.00 Annual increase of the tariff 2% Assumption Exchange Rate Rp/US$ 9,500 Assumption MARR %/a 13.00% Assumption Contingency (from Total Interest) 5% Assumption Income Tax (Royalti) 25.00% Assumption Suku Bunga Kredit 12.00% Assumption 72

Tabel 4.8 Sistem Pembangkitan Panas Bumi No Sistem Pembangkit Klasifikasi 1 Vapor dominated system > 370 o C 2 Flushed steam system 170-370 o C 3 Binary cycle system 150-205 o C Dari data-data tentang Kamojang dan tabel 2 maka sistem pembangkitan panas bumi di Kamojang menggunakan flushed steam system atau binary cycle system. Sumber : http://www.pge.go.id/renew.html 4.2.2.1 Perhitungan Pendapatan per Tahun Untuk menentukan usulan proyek investasi mana yang akan diterima atau ditolak, maka usulan proyek investasi tersebut harus dinilai dengan membandingkan dengan metode atau teknik yang cocok. Beberapa metode atau teknik yang bisa digunakan untuk membandingkan alternatif-alternatif investasi adalah : 1. Payback Period 2. Net Present Value (NPV) atau Nilai Sekarang 3. Internal Rate of Return (IRR). 73

Ketiga metode penilaian kelayakan proyek investasi ini membutuhkan perhitungan aliran kas atau cash in flow. Cash in flow adalah suatu metode untuk menggambarkan aliran kas dari suatu perusahaan atau proyek. Untuk menentukan pemasukan per Tahun, maka harus diperhitungkan : Hasil produksi listrik selama 1 tahun dengan pembangkitan rata-rata 100% dari kapasitas penuh manfaat pembangkit 100%. Total Operating time = Availibility x days x hours x Capacity factor = 93% x 365 x 24 x 100% = 8154 Produksi/tahun = Installed capacity x Capacity factor x Total Operting time = 3000 x 100% x 8154 = 24,462,000 KWh/tahun Pemakaian sendiri dengan asumsi sebesar 8% dari total kapasitas produksi pembangkit listrik. Pemakaian sendiri/tahun = 0.08 x 24.462.000 KWh/tahun = 1.956.960 kwh/tahun Dari data diatas, maka hasil produksi energi listrik yang terjual per Tahun nya adalah Produksi jual/ tahun = Produksi per Tahun Pemakaian sendiri = 24.462.000-1.956.960 kwh/tahun = 22.505.040 kwh/tahun 74

Penghasilan produksi listrik per tahun adalah : Dengan harga jual sebesar 9,70 cent$/kwh Peng/ tahun = 22.505.040 x 0.097 = US$ 2.182.988 Dengan harga jual sebesar 11 cent$/kwh Peng/tahun = 22.505.040 x 0.110 = US$ 2.475.554 Dengan harga jual sebesar 13 cent$/kwh Peng/tahun = 22.505.040 x 0.130 = US$ 2.925.655 Dengan harga jual sebesar 15 cent$/kwh Peng/tahun = 22.505.040 x 0.150 = US$ 3.375.756 4.2.2.2 Perhitungan Depresiasi Untuk hasil perhitungan depresiasi proyek ini, ditunjukan pada lampiran. 4.2.2.3 Perhitungan Rugi Laba Untuk hasil perhitungan proyek ini, ditunjukan pada lampiran. 4.2.2.4 Indikator Keekonomian Untuk analisa keekonomian suatau lapangan panas bumi didasarkan pada indicator keekonomian dengan parameternya adalah Net Present Value (NPV), dan Internal Rate Of Return (IRR). 75

Tabel 4.9 Hasil Indikator Perhitungan Keekonomian Kapasitas Pembangkit 3 MW Harga Jual 0,097 US$/kWh Net Presen Value (NPV) Rp 4,873,412,639 Internal Rate Of Return (IRR) 1% 4.2.3 Aspek Lingkungan Lapangan Panas Bumi Kamojang Masyarakat dunia sudah semakin sadar dengan isu lingkungan. Kebijakan energi juga harus memperhatikan dengan sungguh-sungguh mengenai perkembangan isu lingkungan. Prakiraan dampak penting dalam pembangunan PLTP Kamojang ini, diantaranya : Pada tahap perencanaan Pembangunan PLTP ini dikhawatirkan menimbulkan dampak keresahan sosial dan juga persepsi positif dan negatif pada masyarakat setempat akibat dari pembangunan PLTP Kamojang, upaya yang dilakukan adalah dengan memberikan penyuluhan pada masyarakat setempat mengenai rencana kegiatan dan manfaat proyek terhadap lingkungan lokal. Pada tahap konstruksi ada beberapa masalah lingkungan yang perlu dijadikan pertimbangan, diantaranya adalah : Pembangunan Kantor/Bengkel dan Base camp, komponen lingkungan yang terkena dampak antara lain Tanah, Air, Udara akibat dari limbah cair (oli), karena mencemari kualitas air dan udara, Upaya yang dilakukan membuat khusus untuk penampungan oli, membuat alat untuk pemisahan oli dan air dan menjual oli bekas kepada pembeli yang telah memiliki ijin. 76

Pembuatan Sumur juga berakibat buruk tehadap Udara dan Tanah, selain menimbulkan kebisingan juga degradasi sempadan sungai, upaya yang dilakukan menguragi kegiatan yang sifatnya berbenturan keras dengan sempadan sungai. Pada tahap operasi PLTP Kamojang juga menimbulkan beberapa dampak terhadap lingkungan diantaranya adalah : Main Transformer dan Switchyard Berakibat kebisingan dan getaran, upaya yang dilakukan menetapkan batas maksimum kebisingan - kebisingan dan Penggunaan alat Earplug atau Earmuff alat ini dapat mereduksi kebisingan khususnya tenaga kerja yang kontak langsung. Water Supply dan Treatment, mempengaruhi kualitas dan kuantitas air di dalam tanah. Upaya yang perlu dilakukan adalah menjaga kuantitas air tanah dengan menginjekkan kemlai air yang sudah terkondensasi ke dalam tanah. Selama beroperasi PLTP menghasilkan gas buang yang mengandung karbon (CO2), yang merupkan salah satu penyebab global warming. Akan tetapi jumlah gas karbon yang dihasilkan jauh lebih rendah dari pada pembangkit thermal lainnya. Sumber : http://www.pge.go.id/renew.html Pada tahap operasi ini pula PLTP Kamojang mempunyai dampak lingkungan yang sekarang menjadi pusat perhatian dunia, yaitu mengenai pemanasan global (global warming) yang diakibatkan dari gas CO2. Panas bumi termasuk energi terbarukan yang bersih lingkungan, akan tetapi PLTP juga masih 77

menghasilkan CO2. Apabila dibandingkan dengan pembangkit listrik dengan tenaga fossil, maka PLTP mempunyai produksi CO2 yang lebih kecil dari pada pembangkit yang lainnya. Perlindungan terhadap kondisi lingkungan sangat diperlukan, hal ini dikarenakan lingkungan merupakan tempat sumber energi. Apabila lingkungannya rusak, maka sumber energi akan tercemar dan kontinuitas sumber energi tidak akan berlangsung. Sumber : Soemarto, Otto.1991. Indonesia Dalam Kancah Lingkungan Global,Jakarta. Dengan ratifikasi kyoto protocol menunjukkan komitmen negara maju tekait global warming untuk insentif atau carbon credit terhadap pembangunan (clean development mecahnism) berdasarkan seberapa besar pengurangan CO 2 dibandingkan dengan base line yang telah ditetapkan. Penjualan carbon melalui mekanisme CDM (Clean Development Mechanism) bertujuan untuk mengurangi efek rumah kaca yang menyebankan pemanasan global diseluruh dunia. Selain itu sistem penjualan carbon dapat merangsang pengembangan energi terbarukan panas bumi. Grafik 4.1. Emisi Gas dari Bermacam-macam Pembangkit 78

Dari gambar grafik untuk pembangkit dengan bahan bakar panas bumi memiliki emisi yang paling rendah yaitu 100 kg/kwh. Tiap kg/mwh emisi yang dihasilkan didenda sebesar 4,5 cent./kwh. Karena PLTP memiliki 100 kg/kwh dengan batas rata-rata 728 kg/kwh maka sebaliknya akan mendapat CDM sebesar : = 3,88 Cent = Rp. 388 Jadi pemasukan PLTP Kamojang 3 MW dari CDM adalah : = Rp. 388 x (1 x 3.000 kwh x 8154) = Rp. 949,1256 milyar 79